Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Sekarang penderita gizi buruk semakin banyak, banyak dari mereka tidak dapat
terselamatkan. Kebanyakan penderita gizi buruk berasal dari keluarga yang kurang mampu,
ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yg
sehat atau bergizi.
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin,
negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih
(Soekirman, 2000).
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang
yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang
baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu
masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azrul,2004).
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan
sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak
sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit masyarakat
lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti lingkungan yang higienis,
ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan primer sangat
menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi buruk.
Secara makro, dibutuhkan ketegasan kebijakan, strategi, regulasi, dan koordinasi
lintas sektor dari pemerintah dan semua stakeholders untuk menjamin terlaksananya poin-
poin penting seperti pemberdayaan masyarakat, pemberantasan kemiskinan, ketahanan
pangan, dan pendidikan yang secara tidak langsung akan mengubah budaya buruk dan
paradigma di tataran bawah dalam hal perawatan gizi terhadap keluarga termasuk anak.
Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat
sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia. Indikator yang digunakan untuk
mengukur tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia antara lain Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan Manusia (IKM). Pada umumnya IPM dan IKM
mempunyai komponen yang sama, yaitu angka harapan hidup (tingkat kesehatan),
penguasaan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) dan standar kehidupan yang layak
(tingkat ekonomi). Pada IPM, standar hidup layak dihitung dari pendapatan per kapita,
sementara IKM diukur dengan persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih, fasilitas
kesehatan, dan balita kurang gizi. Tiga faktor utama penentu IPM yang dikembangkan UNDP
adalah tingkat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya
dengan status gizi masyarakat.
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya
perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi
akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada
kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan
produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi pembangunan gizi adalah
“Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat/keluarga

1
yang optimal”. Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi
mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh
kekurangan asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan
kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan
antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila
berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalu sedikit
dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk.  Gizi
buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui sampai tahun
2011 ini ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk.

B.    IDENTIFIKASI MASALAH :


Berdasarkan latar belakang masalah ,masalah-masalah yang muncul dapat di identifikasi
sebagai berikut :
a.banyaknya masyarakat yang belum mengetahui penyebab gizi buruk
b.banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dampak dari  gizi buruk
c.banyaknya masyarakat yang belum menyadari pentingnya mengkonsumsi  makanan dan
minuman  yang sehat dan bergizi 

C. TUJUAN :
Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk :
a.agar banyak masyarakat yang mengetahui penyebab  gizi buruk
b.agar banyak masyarakat yang mengetahui dampak dari penyakit  gizi buruk.
c.agar banyak masyarakat menyadari pentingnya mengkonsumsi makanan    dan minuman
yang sehat dan bergizi

D. METODE :
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode secara langsung , metode ini
mengkaji berbagai referensi tentang gizi buruk .

2
BAB II
TINAJAUAN PUSTAKA

A .  Gizi  
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung
oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang
seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan.
Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan
kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang.

      B. Macam - Macam Gizi/Zat - Zat Yang Dibutuhkan Tubuh Manusia :


1.      Zat karbohidrat
Zat karbohidrat merupakan zat yang membantu membuat tubuh menjadi panas saat
beraktivitas. Zat tersebut dapat diperoleh dari nasi yang kita makan setiap harinya, roti,
tepung dan jenis-jenis makanan yang manis.

2.      Zat protein


Zat protein merupakan zat yang mengganti sel-sel yang telah mati dengan sel-sel yang
hidup. Zat tersebut dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, keju dan susu.

3.      Zat lemak


Zat lemak merupakan zat yang dapat memberikan asupan energi yang besar dalam
beraktivitas dan bekerja. Zat tersebut dapat diperoleh dari keju, susu, putih telur, minyak,
daging dan ikan.
  
4.      Zat mineral
Zat mineral merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang memiliki bermacam-
macam jenis seperti, zat besi dan kalsium.  

5.      Vitamin
 Vitamin merupakan zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika kekurangan vitamin dapat
menimbulkan beberapa penyakit. Zat tersebut dapat diperoleh dari sayur-sayuran dan buah-
buahan yang masih segar dan berwarna.

6.         Air
  Zat ini diperlukan untuk pertumbuhan, ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit.Air yang sehat adalah air yang jernih, tidak berasa, bermineral, sudah
difilter atau sudah dididihkan.

 C. Gizi Buruk


 Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa
diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat
ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang
terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein,
energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari

3
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus
( menurut BB terhadap TB ) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
Kwashiorkor memiliki ciri:
1. edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab
2. pandangan mata sayu
3. rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit
dan mudah rontok
4. terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5. terjadi pembesaran hati
6. otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7. terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8. sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9. anemia dan diare

Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:


1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2) wajah seperti orang tua
3) mudah menangis/cengeng dan rewel
4) kulit menjadi keriput
5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6) perut cekung, dan iga gambang
7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8 ) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis


kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.

D. Penyebab Gizi Buruk


Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila
susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distrubusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan pola makan yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi
semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan di
konsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-
geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim.

E. Klasifikasi Gizi Buruk

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
3. Berat badan <60% :  marasmus (MEP berat)
4. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

4
Keterangan Gizi Baik(%) Gizi Kurang(%) Gizi Buruk(%)
BB/U 80-100 60-80 <60
TB/U 95-100 85-95 <85
BB/TB 90-100 70-90 <70
LLA/U 85-100 70-85 <70
LLA/TB 85-100 75-85 <75

F. Dampak Gizi Buruk Dalam Masyarakat:

1. Gizi buruk merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas SDM,
terutama yang terkait dengan kecerdasan, produktifitas dan kreatifitas.
2. Gizi buruk sebagai penyakit yang menyebabkan anak akan menjadi lemes, lesu, malas
beraktifitas, malas untuk berfikir, bahkan kematian pada balita yang akan mengganggu
aktivitas sosiologis anak.
3. Gizi buruk akan membentuk generasi penerus yang tidak sehat dan tidak berkualitas.
4. Gizi buruk menjadi gambaran minimnya pengetahuan gizi dalam masyarakat.
5. Gizi buruk buruk menggambarkan ketidak berhasilan suatu negara dalam memberantas
kemiskinan masyarakat serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
6. Gizi buruk menutup peluang keberhasilan suatu negara di masa depan karena akan
mengurangi SDM yang berkualitas dan kreatif.
7. Anak yang menderita gizi buruk akan menjadi beban bagi keluarga, teman dekat bahkan
dapat menjadi beban bagi masyarakat sekitarnya.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gizi Buruk di Indonesia


Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro
dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi  makro adalah
masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan
energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi
mikro.
Kesepakatan global dalam bidang pangan dan gizi terutama World Summit for
Children 1990, international Conference on Nutrition 1992 di Roma dan World Food Summit
1996 menetapkan sasaran program pangan dan perbaikan gizi yang harus dicapai oleh semua
negara. Sasaran global tersebut sampai saat ini menjadi salah satu acuan pokok di dalam
pembangunan program pangan dan gizi di semua negara termasuk Indonesia. Pembangunan
program pangan dan gizi di Indonesia selam 30 tahun terakhir menunjukan hasil yang positif.
Analisis penyediaan pangan tahun 1999 secara makro disimpulkan bahwa persediaan energi
dan protein per kapita/hari masing-masing sebesar 2.890 Kkal dan 62,7 gram, telah 
memenuhi kecukupan yang dianjurkan. Masalah pangan baru terlihat pada tingkat konsumsi
rumah tangga. Data tahun 1998 menunjukan bahwa antara 49% sampai 53% rumah tangga di
berbagai daerah mengalami defisit energi (konsumsi < 70% kebutuhan energi). Defisit
pangan di tingkat rumah tangga disertai distribusi pangan antar anggota keluarga yang tidak
baik didasari pengetahuan atau  perilaku gizi yang belum memadai berakibat munculnya
masalah kurang gizi.
Gambaran makro perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukan
kecenderungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein pada balita turun dari 37,5%
pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1999. Penurunan serupa juga terjadi pada
prevalensi masalah gizi lain. Prevalensi gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A,
dan anemia gizi pada tahun 1998 masing-masing 9,8%, 0,3%, dan 50,9%. Dibandingkan
dengan sasaran global yang disepakati, keadaan gizi masyarakat di Indonesia masih jauh
ketinggalan. Sebagai contoh, pada tahun 2005 diharapkan terjadi penurunan prevalensi
kurang energi protein menjadi 20%, gangguan akibat kurang yodium menjadi 5%, anemnia
gizi menjadi 40%, dan bebas masalah kebutaan akibat kurang vitamin A.
Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 semakin memperburuk keadaan gizi
masyarakat. Selama krisis, ada kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk terutama pada kelompok umur 6-23 bulan. Munculnya kasus-kasus marasmus,
kwashiorkor merupakan indikasi adanya penurunan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
Upaya untuk mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa mendatang
harus dilakukan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan kebijakan
pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi sebagai daerah otonom, mengatur
kewenangan pemerintahan daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
termasuk pembangunan di bidang pangan dan gizi. Iklim baru ini merupakan peluang untuk
percepatan pencapaian sasaran nasional dan global. Adanya kebijakan dan strategi yang tepat,
program yang sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan akan sangat
mendukung pencapaian sasaran nasional.

6
Obesitas seharusnya disorot sebagai masalah kelebihan gizi yang cukup akut sehingga
dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Tidak hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun
berdampak negatif bagi kesehatan seseorang. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia
pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa
(17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta jiwa (4.7%). Berdasarkan data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi
masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.
Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta
balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi
buruk (8,3%). "Makanan dan gizi merupakan basis dari pembangunan manusia, sosial dan
ekonomi. Sekitar 1 Milyar penduduk dunia saat ini mengalami masalah dalam penyediaan
makanan. Sepertiga dari seluruh anak-anak di dunia (171 juta anak) ada dalam keadaan
kurang gizi kronik", tulis Prof. Tjandra dalam surat elektronik kepada Kepala Pusat
Komunikasi Publik.
Gizi buruk pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah di Indonesia. Diketahui
sampai tahun 2011 ada sekitar 1 juta anak di Indonesia yang mengalami gizi buruk. "Ada
sekitar 1 juta anak gizi buruk di Indonesia diantara 240 juta penduduk Indonesia," ujar
Direktur Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Dr dr Slamet Riyadi Yuwono,
DTM&H, MARS, dalam acara seminar Hospital Expo di JCC, Jakarta. Dr Slamet
menuturkan kebanyakan berada di daerah timur Indonesia seperti di daerah NTT dan Maluku.
Salah satu faktor penyebabnya karena letak geografisnya seperti jarak yang jauh dari fasilitas
kesehatan.“Berdasarkan hasil riset para ahli kesehatan gizi, di negara ini gizi buruk telah
mencapai kurang lebih 35%. Itu semua dapat terlihat di saat pertumbuhan balita usia satu
tahun hingga lima tahun,” kata ahli gizi Institut Pertanian Bogor Ali Khomsan saat ditemui di
sela-sela acara pelatihan kader Posyandu di Gedung PKK Jabar Jalan Soekarno-Hatta, Kota
Bandung.

B. Peran Pemerintah Dalam Menanggulangi Masalah Gizi Buruk di Indonesia


Hingga kini Indonesia masuk dalam lima besar untuk kasus gizi buruk. Untuk
menanggulangi masalah tersebut kementerian kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran
hingga Rp.700 miliar per tahunnya. Saat ini kemenkes memprioritaskan penanggulangan gizi
buruk di enam provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTB dan
NTT. Enam provinsi itu diprioritaskan karena masih banyaknya kasus gizi buruk ditemukan.
Demikian yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih
di Seminar Nasional Pangan dan Gizi 2012 di Jakarta. "Masalah gizi itu penting karena
berhubungan dengan kualitas bangsa Indonesia. Kita punya program Seribu Hari Pertama
untuk Negeri yaitu masa kritis perkembangan fisik dan intelektual anak," ujarnya. Program
tersebut merupakan penjabaran dari gerakan Scaling-Up Nutrition Movement, yang
dicanangkan PBB pada September 2011. "PBB mengajak negara-negara anggotanya untuk
melakukan perbaikan gizi yang antara lain memfokuskan pada seribu hari pertama
kehidupan. Kami telah mengirimkan surat kepada Sekjen PBB menyampaikan kesanggupan
bergabung dalam gerakan ini," kata Menkes. Secara nasional, diperkirakan ada sekitar 4,5
persen dari 22 juta balita atau 900 ribu balita mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Meski demikian, Menkes mengungkapkan bahwa angka prevalensi gizi kurang pada balita
telah menurun dari 31 persen pada tahun 1990 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010.
Menkes juga menyatakan Indonesia berhasil menanggulangi masalah gizi mikro dimana
defisiensi vitamin A sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat serta gangguan
akibat kekurangan yodium makin berkurang. "Pemerintah tidak lagi memberikan kapsul
yodium sebagai pencegahan. Demikian pula untuk prevalensi anemia gizi telah ada perbaikan

7
dan masalah gizi mikro lainnya seperti zink, kalsium, fosfor, beberapa vitamin dan mineral
esensial selalu dipantau," ujarnya.

C. Akibat Gizi Buruk

1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulanginoleh tenaga kesehatan


2. Kurang cerdas
3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal
4. Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.

D. Komplikasi Gizi Buruk

1. Hipotermi

Penyebab :

1. Tidak/kurang/jarang diberi makan


2. Menderita Infeksi

 Paparan angin :

1. Genting bocor
2. Dinding berlubang
3. Tidur dekat pintu
4. Selimut dan topi kurang rapat

Menempel benda yang dingin:

1. Tidur dilantai
2. Mandi terlalu lama
3. Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)
4. Hipoglikemi

Penyebab :

1. Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan


2. Penyakit Infeksi

Gejala :

1. Hipotemi (<35c)
2. Lemah
3. Penurunan kesadaran
4. Infeksi
5. Diare dan Dehidrasi
6. Syok

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikandapat disimpulkan sebagai berikut :
 Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-
hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
 Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan
kurang gizi mikro.
 Tipe gizi buruk terbagi menjadi empat tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-
Kwashiorkor serta Obesitas.
 Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan makanan terjadinya
penyakit yang mengakibatkan infeksi.
 Gizi buruk dapat dicegah dengan cara memberikan makanan yang bergizi tetapi sesuai
dengan kebutuhan.
 Penanganan gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi.
Tetapi bagi penderita obesitas dapat di tangani dengan cara diet yang aman dan
dianjurkan
 Terdapat banyak kasus gizi buruk termasuk di Indonesia, selain itu di Makassar pada
khususnya juga banyak ditemukan kasus gizi buruk. Mereka tidak tinggal diam dalam
menghadapi gizi buruk, salah satu program yang di lakukan adalah program 100 hari
kerja.

B. Saran
 Diharapkan bagi masyarakat agar tidak tinggal diam jika melihat anak yang mengalami
gizi buruk, dan sekiranya dapat di laporkan ke posyandu atau puskesmas terdekat agar
dapat segera di tangani.
 Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat.
Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk
belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah
pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila
tidak didukung masyarakat itu sendiri.
 Dapat dijadikan referensi bagi penulis lain yang akan menulis tentang hal yang sama
dengan objek penulisan ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://witrilegina.blogspot.com/2008/09/askep-malnutrisi-under.html

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/02/gizi-buruk.htm

Potter & Perry, 2006. “Fundamental Keperawatan Volume 2”. Jakarta : EGC.

Shwartz, William M.2005. “Pedoman Kinis Pediatri”. Jakarta : EGC.

Williams .2005.  “Basic Nutrition & Diet Thetapy”. St. Louis : Westline Industrial Drive.

Wong, Donna L. 2004. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik”. Jakarta : EGC.

10
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr.wb

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat serta hidayahnya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Karya Ilmiah Tentang
Gizi Buruk di Indonesia ini.
Kami membuat karya ilmiah ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana gizi
buruk yang ada diindonesia serta dinamika yang ada didalamnya.
Kami mengharapkan semoga karya ilmiah ini kiranya agar berguna dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini .
Kami juga mengaharapkan kritikan dan masukan dari semua pihak demi untuk
kesempurnaan makalah ini.
Sekian kata pengantar yang bisa kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon
maaf.

Wabillahi taufik wal hidayah


Wassalamu’alaikum wr.wb

Saddam Mahfudin
Amirul Denaf

i
11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2
D. Metode ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 3


A. Gizi ............................................................................................... 3
B. Macam Gizi Yang Dibutuhkan Manusia....................................... 3
C. Gizi Buruk ..................................................................................... 3
D. Penyebab Gizi Buruk .................................................................... 4
E. Klasifikasi Gizi Buruk.................................................................... 4
F. Dampak Gizi Buruk ....................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN ................................................................. 6


A. Gizi Buruk Di Indonesia ............................................................... 6
B. Peran Pemerintah........................................................................... 7
C. Akibat Gizi Buruk ......................................................................... 8
D. Komplikasi Gizi Buruk.................................................................. 8

BAB III PENUTUP ........................................................................... 9


A. Kesimpulan ................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
12

Anda mungkin juga menyukai