Anda di halaman 1dari 33

MENGENAL KONSEP DASAR DARI PERILAKU KELOMPOK

DENGAN MEMAHAMI KERJA TIM YANG MEMPERHATIKAN ASPEK


KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI.”
Perilaku Organisasi edisi 16, Bab 9-11 Stephen P Robbins & Timothy A. Judge

Disusun untuk Menyelesaikan Tugas kelompok


Mata Kuliah: Kepemimpinan dan Perilaku

Dosen Mata Kuliah:

Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd


Dr. Marinus, M.Pd.

Disusun oleh:

Wahyudi Triwiyanto 942020022


Enggar Susilosiwi 942020032

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
SALATIGA
2020

i
KATA PENGANTAR

Kami bersyukur, oleh pertolongan dan pimpinan Tuhan, kami dapat


menyelesaikan makalah yang didasarkan pada buku Perilaku Organisasi bab 9-11
yang ditulis oleh Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge. Dalam
mempersiapkan dan menulis makalah ini, kami memperoleh banyak inspirasi dan
pembelajaran serta wawasan baru terkait dengan kepemimpinan yang terkait
dengan dasar dari perilaku kelompok, kerja tim dan komunikasi dalam organisasi.
Makalah ini merupakan tugas kelompok. Melalui makalah ini, diharapkan
dapat memberikan inspirasi pemikiran dan memberikan manfaat pengetahuan
secara praktis bagi para pembaca terkait dengan dasar dari perilaku kelompok, kerja
tim dan komunikasi dalam organisasi. Kami berharap makalah ini berguna dan
dapat menambah pengalaman bagi pembaca Kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami masih
membutuhkan masukan pemikiran, saran bahkan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang
sudah mempercayakan kepada kami untuk mendiskusikan dan menuliskan makalah
ini serta mempresentasikan di depan rekan-rekan mahasiswa untuk memperluas
wacana pemikiran kita bersama berkenaan terkait dengan mata kuliah
kepemimpinan dan perilaku

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR GAMBAR v

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 3
BAB II. PEMBAHASAN 4

2.1 Dasar Dari Perilaku kelompok 4


2.1.1 Tahapan Dalam Pengembangan Sebuah Kelompok 4
2.1.2 Properti Kelompok 6
2.1.3 Pengambilan Keputusan Kelompok 9
2.2 Memahami Kerja Tim 10
2.2.1 Tipe Tim 11
2.2.2 Membentuk Tim Efektif 12
2.2.3 Mengubah Pribadi Menjadi Anggota Tim 15
2.2.4 Waspada! Tim Tidak Selalu Merupakan Solusi 17
2.3 Komunikasi 17
2.3.1 Fungsi Komunikasi 17
2.3.2 Proses Komunikasi 18
2.3.3 Arah Dalam Komunikasi 18

iii
2.3.4 Komunikasi Organisasi 19
2.3.5 Mode Komunikasi 20
2.3.6 Pilihan Dalam Saluran Komunikasi 21
2.3.7 Komunikasi Yang Persuasif 22
2.3.8 Hambatan-hambatan pada Komunikasi yang Efektif 22
2.3.9 Implikasi Global 23
2.4 Penutup 24
2.4.1 Simpulan 24
2.4.2 Saran 25
Daftar Pustaka 26

iv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

2.1 Perbedaan kelompok dan Tim Kerja 11


2.2 Model Efektivitas Tim 12
2.3 Proses Komunikasi 18
2.4 Tim Jaringan kelompok Kecil 19
2.5 Jaringan Kelompok Kecil dan Kriteris yang Efektif 20

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dasar dari perilaku organisasi (organization behavior) adalah perilaku dari
setiap tingkah laku manusia yang ada dalam organisasi. Jadi perilaku individu dan
organisasi sebagai wadah dari perilaku individu memberikan dukungan bagi
kerangka dasar dari teori perilaku organisasi. Studi terhadap perilaku organisasi
meliputi aspek-aspek yang terkait dengan tingkah laku manusia yang ada dalam
organisasi atau dalam kelompok tertentu. Aspek yang terkait dalam studi perilaku
adalah bagaimana pengaruh organisasi terhadap manusia dan bagaimana pengaruh
manusia terhadap organisasi. Robbins dan Judge menyatakan bahwa perilaku
organisasi merupakan studi yang mempelajari bagaimana dampak dari individu,
kelompok maupun struktur dalam organisasi dengan tujuan memperbaiki
efektivitas organisasi. (Judge, 2015)
Organisasi sebagai wadah dari perilaku individu memungkinkan
pembentukan kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok dalam organisasi
dibutuhkan individu untuk mencapai tujuan, menuangkan gagasan, mewujudkan
visi maupun misi dan mengaktualisasi potensi individunya. Oleh sebab itu
diperlukan pondasi yang kuat untuk memahami bagaimana kelompok-kelompok
melakukan aktivitasnya, dan bagaimana pembentukan tim yang menjadi bagian dari
kelompok secara efektif.
Untuk mencapai tujuan organisasi, maka memahami kerja tim akan
sangatlah diperlukan dalam sebuah organisasi. Pemahaman terhadap kerja tim akan
membantu organisasi memiliki tim yang efektif. Pemahaman ini dimulai dari
pemahaman perbedaan kelompok dengan tim kerja, pengenalan terhadap tipe
sebuah tim, bagaimana membentuk tim efektif dalam organisasi dan bagaimana
mengubah kontributor individu menjadi “pemain’ tim serta bagaimana pemimpin
dapat memutuskan kapan menggunakan sistim tim dibandingkan individual atau
sebaliknya.

1
Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan organisasi.
Komunikasi merupakan proses untuk menyampaikan maksud atau makna yang
dapat dimengerti, dari orang per orang maupun antar kelompok baik dilakukan
secara langsung lewat bahasa verbal/lisan maupun disampaikan secara tidak
langsung yaitu melalui media serti bahasa non verbal atau bahasa tubuh, tulisan,
media social dan lain sebagainya.
Dalam organisasi, para pemimpin dan para anggota perlu memahami
kekuatan komunikasi dan bagaimana cara-cara yang dapat dilakukan supaya
komunikasi antar individu menjadi lebih efektif. Oleh sebab itu, diperlukan
pemahaman terhadap fungsi komunikasi, bagaimana proses komunikasi terjadi,
bagaimana arah dalam membangun komunikasi, bagaimana menerapkan
komunikasi dalam suatu organisasi, mode-mode komunikasi dan pilihan saluran
komunikasi yang dipergunakan. Memahami komunikasi persuasive lebih dalam
terkait dengan fungsi komunikasi juga penting untuk membangun efektivitas
organisasi. Para pemimpin atau manajer perlu juga memahami kemungkinan-
kemungkinan hambatan yang muncul untuk mencegah gangguan komunikasi yang
akan berdampak pada efektifivitas organisasi.
Pemikiran-pemikiran di atas menjadi pembahasan dalam makalah ini
dengan mendasarkan pembahasan dan pemaparan pokok-pokok pikiran yang ada
dalam buku perilaku organisasi yang ditulis oleh Stephen P. Robbins dan Timothy
A. Judge di bab 9-11 yang kami rangkai dalam topik “Mengenal konsep dasar dari
perilaku kelompok dengan memahami kerja tim yang memperhatikan aspek
komunikasi dalam organisasi.”

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah dasar dari perilaku kelompok dalam sebuah organisasi ?
1.2.2 Bagaimana menciptakan tim kerja yang efektif dalam sebuah organisasi?
1.2.3 Bagaimana membangun komunikasi yang efektif dalam organisasi ?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Menjelaskan dasar dari perilaku kelompok dalam organisasi yang
meliputi: alasan pembentukan kelompok, tahapan pengembangan
kelompok, properti sebuah kelompok, dan pengambilan sebuah
keputusan serta teknik-teknik dalam pengambilan keputusan kelompok.
1.3.2 Mendeskripsikan tahap dan proses mencipakan tim kerja yang efektif
melalui pemahaman terhadap perbedaan antara kelompok dan tim, tipe-
tipe sebuah tim, komponen-komponen dalam membentuk tim efektif,
mengubah kontributor pribadi menjadi anggota tim dan tiga pertanyaan
penting untuk mengetahui penggunaan sistim tim dalam organisasi
1.3.3 menganalisis kekuatan-kekuatan dan cara-cara membangun komunikasi
yang efektif dalam organisasi melalui pemaparan terhadap fungsi
komunikasi, proses komunikasi, arah komunikasi, komunikasi dalam
organisasi, mode-mode komunikasi, pilihan saluran komunikasi,
komunikasi yang persuasif dan hambatan-hambatan pada komunikasi
yang efektif serta bagaimana implikasi globalnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar Dari Perilaku Sebuah Kelompok.


Sebuah kelompok merupakan interaksi yang saling bergantung antara dua
atau lebih individu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu secara bersama-sama.
Robbins dan Judge mengklasifikasikan kelompok menjadi dua yakni kelompok
yang bersifat formal dan informal. Kelompok yang bersifat formal adalah suatu
kelompok kerja yang didefinisikan dan ditetapkan melalui struktur dari organisasi.
Keterlibatan perilaku anggota tim dalam kelompok formal ditetapkan oleh dan
ditujukan kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi. Kelompok
informal merupakan kelompok yang tidak ditetapkan strukturnya secara formal
maupun organisasional. Susunan yang terbentuk dalam kelompok-kelompok
informal terjadi secara alamiah di dalam lingkungan kerja dan muncul sebagai
respon atas kebutuhan kontak sosial.
Kelompok-kelompok terbentuk karena adanya kebutuhan akan identitas
social dari masing-masing individu. Identitas sosial sangat penting bagi seseorang
karena 1) adanya kesamaan nilai atau karakteristik seperti demografis; 2) adanya
keunikan karakteristik yang memperlihatkan bagaimana seseorang berbeda dengan
orang lain; 3) adanya status yakni kebutuhan untuk mendefinisikan diri dan
meningkatkan penghargaan diri; 4) penurunan yang tidak pasti, kesadaran untuk
membantu anggota kelompok mengenali dirinya dan bagaimana mereka dapat
beradaptasi.

2.1.1. Tahapan Dalam Pengembangan Sebuah Kelompok.


Semua kelompok yang dibentuk, dalam pengembangannya akan mengikuti
urutan yang dapat diprediksikan. Robbins dan Judge mengenalkan 5 model tahapan
untuk memahami perkembangan kelompok sebagai kerangka kerja kelompok.

4
2.1.1.1 Model Lima Tahap
1. Tahap membentuk (forming stage): tahap dilalui para anggota kelompok
dalam menghadapi ketidakpastian terkait dengan tujuan kelompok, struktur
kelompok dan kepemimpinan kelompok. Para anggota kelompok
melakukan uji coba, untuk mengetahui tipe-tipe dari perilaku apa yang
membuat mereka dapat diterima. Para anggota kelompok akan
menyelesaikan tahap ini, ketika para anggota sudah menjadi bagian penting
dari kelompok.
2. Tahap mempersoalkan (storming stage): merupakan tahap dimana para
anggota mengalami konflik intra kelompok. Para anggota memberikan
penentangan terhadap batasan-batasan individualitas yang diterapkan
sekalipun dapat menerima keberadaan kelompok. Berikutnya, terdapat
konflik mempermasalahkan tentang siapa yang akan memimpin kelompok.
Ketika tahap ini selesai, akan dihasilkan suatu hierarki kepemimpinan
dalam kelompok yang relatif jelas.
3. Tahap menyusun norma (norma stage); tahap dimana perkembangan
hubungan antar anggota semakin erat yang ditunjukkan melalui
kekompakan. Para anggota kelompok mempunyai identitas dan
persahabatan yang erat. Ketika struktur kelompok terbentuk kuat dan
kelompok dapat menyesuaikan dengan serangkaian ekspetasi umum
tentang definisi perilaku anggota dikatakan benar, maka tahap penyusunan
norma sudah selesai.
4. Tahap mengerjakan (performing): merupakan tahap dimana struktur sudah
bekerja sesuai fungsinya dan keberadaannya sudah diterima dengan baik
oleh setiap anggota kelompok. Fokus perhatian kelompok terarah untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang ditetapkan
5. Tahap pembubaran (adjourning stage): tahap di mana semua kegiatan-
kegiatan sudah diselesaikan dan mulai mempersiapkan pembubaran
kelompok. Dalam tahap ini, kemungkinan terjadi beberapa respon anggota
kelompok, ada yang merasa puas dan bersukacita atas tujuan kelompok
yang tercapai, tetapi ada anggota kelompok yang lain mengalami kesedihan

5
karena akan kehilangaan suasana persahabatan yang sudah terjalin selama
mereka ada dalam kelompok.

2.1.1.2 Model Alternatif : Untuk Kelompok Yang Bersifat Sementara.


Bagi sebuah kelompok yang bersifat temporer yang mempunyai
tenggat waktu tertentu, Robbins memberikan suatu model alternatif yaitu
model kesetimbangan berselang yang memiliki urutan sebagai berikut:
1. Pertemuan awal untuk menetapkan tujuan dan arah kelompok dibentuk.
2. Tahapan pertama dalam kegiatan kelompok akan terjadi fase inersia yaitu
fase dimana beberapa anggota kelompok mempunyai kecenderungan
untuk menolak perubahan
3. Dalam stengah perjalanan terbentuknya kelompok, maka akan terjadi
suatu transisi atau peralihan.
4. Masa peralihan atau transisi ini menginisiasi perubahan yang besar
5. Kelompok akan mengalami kecenderungan untuk menolak perubahan atau
fase inersia kedua tatkala anggota kelompok terlibat dalam masa peralihan
atau transisi
6. Aktivitas yang diakselerasikan akan menjadi ciri dari pertemuan terakhir
kelompok.

Model alternative ini tidak dapat diaplikasikan pada semua


kelompok tetapi memerlukan penyesuaian terhadap kelompok tugas yang
sementara, yang melakukan pekerjaannya dengan waktu yang terbatas.

2.1.2 Properti Kelompok


Properti kelompok akan membentuk, menjelaskan dan memberikan prediksi
terhadap perilaku dari para anggota.
2.1.2.1 Peran.
Peran merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang dikaitkan dengan kedudukan atau posisi seseorang dalam

6
unit social tertentu. Terkait dengan peran para anggota dalam kelompok
maka para anggota diperhadapkan dengan:
1. persepsi peran yaitu sudut pandang seseorang mengenai tindakan
seseorang yang terjadi dalam suatu kondisi tertentu.
2. ekspetasi peran merupakan harapan dari orang lain terhadap seseorang
tatkala ia melakukan tindakan dalam konteks atau situasi tertentu.
3. Peran yang bertentangan, suatu kondisi yang dialami seseorang dimana
harapan atau ekspetasi yang terjadi berlawanan dengan apa yang
diinginkan.
2.1.2.2 Norma.
Pedoman perilaku yang diterima dan berlaku di dalam kelompok
dinamakan norma. Norma kelompok yang ditetapkan seringkali meliputi
sejumlah kalimat “jangan”. Norma memberikan informasi kepada para
anggota apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
dalam situasi tertentu.
Norma mencakup beberapa aspek dari perilaku kelompok seperti norma
kinerja, norma penampilan, norma pengaturan sosial dan norma alokasi
sumber daya. Terkait dengan norma dalam kelompok maka implementasi
norma perlu memperhatikan:
1. kepatuhan: penyesuaian perilaku seseorang dalam organisasi supaya
selaras dengan norma kelompok;
2. perilaku menyimpang merupakan perilaku yang secara signifikan
bertentangan dengan norma dan dapat memberikan ancaman terhadap
kesejahteraan organisasi atau para anggotanya, seperti kelalaian
terhadap tugas, merongrong rekan sekerja, dan lain-lain.
2.1.2.3 Status.
Status adalah suatu peringkat atau posisi yang ditentukan secara social
dan yang diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok oleh
orang lain. Status merupakan dorongan semangat yang signifikan dan
memiliki dampak besar terhadap perilaku ketika para individu memandang
ada kesenjangan antara apa yang mereka yakini atas status mereka dan

7
tanggapan dari orang lain. Menurut teori karakteristik status, status
seseorang cenderung ditentukan oleh:
1. kekuasaan yang dimiliki atas orang lain;
2. kemampuan seseorang untuk memberikan kontribusi bagi tujuan
kelompok;
3. pribadi individu. Kelompok akan memberikan penilaian positif terhadap
anggota kelompok yang mempunyai kepribadian yang baik dan
mendukung pencapaian tujuan kelompok.
2.1.2.4 Besarnya atau ukuran kelompok.
Ukuran suatu kelompok akan memberikan pengaruh kepada perilaku
kelompok, tetapi pengaruhnya bergantung pada variabel dependennya. Hal
yang perlu mendapat perhatian adalah “kemalasan sosial” yaitu
kecenderungan memberikan sedikit usaha tatkala bekerja dalam kelompok
dibandingkan bekerja secara individu. Adanya pandangan bahwa
pembagian dalam kelompok tidak adil menjadi penyebab adanya
kemalasaln sosial.
Untuk mencegah kemalasan sosial, Robins menawarkan beberapa cara:
1. tujuan kelompok ditetapkan sehingga tujuan umum untuk berusaha
maju dimilik kelompok.
2. kompetisi intrakelompok ditingkatkan dengan berfokus pada hasil yang
dibagikan;
3. pada waktu evaluasi anggota yang lain dilibatkan untuk mengevaluasi
kontribusi satu sama lainnya;
4. memilih para anggota yang mempunyai motivasi yang tinggi dan lebih
memilih untuk dapat bekerja dalam kelompok;
5. jika memungkinkan, kontribusi setiap anggota dalam kelompok
diberikan imbalan dalam bentuk imbalan kelompok.
2.1.2.5 Kekompakan
Kondisi dalam kelompok yang membuat anggota senag bekerja sama,
satu sama lain tertarik untuk membangun dan membuat mereka tidak mau
terpisahkan merupakan wujud dari kekompakan. Kekompakan memberikan

8
pengaruh terhadap produktivitas yang terjadi dalam kelompok. Beberapa
cara untuk mendorong kekompakan:
1. membuat kelompok-kelompok kecil;
2. mendorong perjanjian terkait dengan tujuan kelompok;
3. memberikan waktu bersama para anggota;
4. status kelompok ditingkatkan;
5. memberikan stimulasi kompetisi dengan kelompok lainnya;
6. imbalan pada kelompok diberikan dan bukannya pada para individu;
7. kelompok diisolasi secara fisik.
2.1.2.6 Keragaman.
Keragaman merupakan situasi yang menunjukkan bahwa para anggota
kelompok mempunyai perbedaan satu dengan yang lainnya. Riset
menunjukkan bahwa keragaman mempengaruhi kinerja kelompok

2.1.3 Pengambilan Keputusan Kelompok


Dalam organisasi pasti ada keadaan dimana keputusan perlu dilakukan.
Keputusan yang diambil dalam kelompok dalam anggapan beberapa orang lebih
baik dilakukan oleh satu orang dalam individu, biasanya ketua kelompok daripada
seluruh anggota kelompok terlibat. Masing-masing ada kekuatan dan kelemahan
serta terkait dengan efektivitas dan efisiensi.
Kekuatan keputusan yang diambil dalam kelompok akan menghasilkan
pengetahuan maupun informasi yang relatif lebih lengkap, input dan heterogenitas
lebih banyak saat proses keputusan, menawarkan keragaman pandangan yang lebih
luas, sehingga membuka peluang untuk mempertimbangkan lebih banyak
pendekatan dan alternatif serta meningkatkan penerimaan suatu solusi yang
diputuskan. Para anggota kelompok yang berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan lebih cenderung untuk mendukung secara antusias dan mendorong orang
lain untuk menerimanya. Keputusan kelompok umumnya lebih akurat daripada
keputusan rata-rata individu dalam suatu kelompok
Kelemahan pengambilan keputusan kelompok adalah cenderung
menghabiskan waktu untuk mencapai suatu solusi, terdapat kepatuhan tekanan,

9
dapat menghadirkan pertentangan secara terbuka, pembahasan dapat didominasi
oleh salah satu atau beberapa anggota. Jika para anggota kelompok berkemampuan
rendah dan medium maka pengambilan keputusan menjadi kurang efektif dan
keputusan kelompok yang dihasilkan lemah dan menimbulkan tanggung jawab
yang ambigu
Pengambilan keputusan kelompok menghasilkan dua produk yang
dimungkinkan akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan dari kelompok
dalam memberikan penilaian yang obyektif terhadap pencapaian solusi yang
mempunyai kualitas tinggi.
1. Pemikiran kelompok yang dihubungkan dengan norma yaitu suatu
fenomena yang menggambarkan kondisi di mana tekanan kelompok
mengabaikan penilaian realitas atas serangkaian alternatif tindakan yang
menyimpang, minoritas atau tidak popular. Pikiran kelompok seringkali
menjadi “penyakit” yang menyerang banyak kelompok dan menghalangi
kinerja dari para anggota kelompok
2. Pergeseran kelompok merupakan suatu perubahan yang terjadi diantara
keputusan yang diambil secara kelompok dengan keputusan masing-masing
pribadi atau individu di dalam kelompok. Pergeseran dapat ditujukan untuk
menyelamatkan atas resiko yang lebih besar yang mungkin akan terjadi

Pengambilan keputusan dalam kelompok dapat menggunakan teknik-teknik


yang terkait dengan interaksi para anggota seperti sumbang pendapat dan teknik
kelompok nominal. Sumbang pendapat merupakan suatu proses di mana para
anggota diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya baik pendapat
yang sifatnya memberikan kritik maupun pilihan-pilihan terhadap permasalahan
maupun strategi kelompok. Teknik kelompok nominal adalah suatu cara sistimatis
dalam pengambilan keputusan kelompok melalui pertemuan tatap muka langsung
untuk mengkolaborasi pendapat, pertimbangan maupun gagasan hingga dihasilkan
keputusan yang independen.

10
2.2. Memahami Kerja Tim
Robbins dan Judge membedakan antara kelompok dan kerja tim. Terkait
dengan tujuan, kelompok berinteraksi untuk berbagi informasi sedangkan kerja tim
berinteraksi terkait dengan kinerja kolektif. Terkait dengan sinergi antar para
anggota, kelompok bersifat netral walaupun kadangkala negatif sedangkan kinerja
tim mengembangkan sinergi yang lebih positif sehingga dapat menghasilkan suatu
level kinerja melebihi jumlah input yang masuk. Ditinjau dari akuntabilitasnya,
kelompok cenderung individual sedangkan kerja tim bersifat individual dan mutual
(timbal balik). Keterampilan para anggota dalam kelompok acak dan bervariasi
sedangkan dalam kerja tim, keterampilan yang dimiliki para anggotanya adalah
saling melengkapi satu dengan yang lainnnya.

KELOMPOK TIM
Berbagi informasi Tujuan Kinerja kolektif
Netral (kadangkala negative) Sinergi Positif
Individual Akuntabilitas Individual & Mutual
Acak & Bervariasi Keterampilan Saling melengkapi
Tabel 2.1: Perbedaan kelompok dan tim kerja
2.2.1 Tipe Tim
Robbins dan Judge menggambarkan empat tipe umum dari tim dalam
sebuah organisasi yakni tim pemecahan masalah, tim kerja yang dikelola sendiri,
tim fungsional silang dan tim virtual
2.2.1.1 Tim yang fokus pada pemecahan masalah.
Kelompok terdiri atas 5-12 anggota yang menyediakan waktu untuk
bertemu selama beberapa jam setiap minggu dengan membahas cara-cara
untuk meningkatkan kualitas, efisiensi dan lingkungan kerja.
2.2.1.2 Tim swakelola
Kelompok-kelompok yang terdiri dari 10-15 anggota yang mempunyai
kinerja yang tinggi dan mengerjakan pekerjaan yang saling tergantung serta
mengambil banyak tanggungjawab supervisor. Tim yang dikelola sendiri,
pada mumnya tidak dapat menangani konflik dengan baik. Ketika

11
perselisihan muncul, para anggota akan berhenti bekerja sama dan terjadi
perebutan kekuasaan sehingga kinerja kelompok menjadi menurun.
2.2.1.3 Tim fungsional silang.
Tim fungsional silang merupakan suatu sarana efektif yang memberikan
memungkinkan bagi orang-orang dari area yang beragam baik yang di
dalam maupun di antara organisasi untuk saling berbagi informasi,
mengembangkan gagasan-gagasan baru, memecahkan permasalahan dan
mengkoordinasikan proyek-proyek rumit.
2.2.1.4 Tim virtual.
Tim virtual merupakan tim yang memanfaatkan teknologi computer untuk
mempersatukan secara fisik para anggota yang tersebar sehingga tujuan
bersama tercapai. Kolaborasi yang dilakukan secara online dengan
memanfaatkan link komunikasi yang tersedia seperti jaringan area luas,
aplikasi video conference, email dan lain-lain.
Untuk melengkapi pembahasan mengenai keempat tipe tim di atas, maka
dimunculkan tipe multi tim yang memanfaatkan tim yang terdiri atas tim-tim yang
saling bergantung, yang berbagi tujuan dan alasan.

2.2.2 Membentuk Tim Efektif.


Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan saat membentuk tim yang
diharapkan akan efektif. Pertama, tim-tim itu memiliki perbedaan dalam bentuk
maupun struktur. Kedua, perlunya asumsi bahwa kerja secara tim lebih disenangi
daripada kerja secara individu. Untuk membentuk tim-tim yang diharapkan bekerja
dengan efektif, ada tiga komponen yang perlu diperhatikan: 1) sumber-sumber daya
yang potensial dan pengaruh kontekstual lainnya; 2) komposisi yang ada dalam tim;
3) proses yaitu kejadian-kejadian di dalam suatu tim yang mempengaruhi
efektivitas. Masing-masing komponen digambarkan dalam tampilan berikut:

12
Konteks:
 Sumber daya yang memadai
 Kepemimpinan dan struktur
 Iklim kepercayaan
 Evaluasi kinerja dan sistim
pemberian imbalan
Komposisi:
 Kemampuan dari para anggota
 Kepribadian
 Mengalokasikan aturan
 Keragaman Efektivitas Tim
 Besarnya tim
 Fleksibilitas anggota
 Pilihan anggota
Proses:
 Tujuan umum
 Tujuan spesifik
 Keberhasilan tim
 Level konflik
 Kemalasan social
Gambar 2.2: Model efektivitas tim

2.2.2.1 Konteks
1. Sumber daya yang terpenuhi. Setiap tim seringkali bergantung pada
sumber-sumber daya berasal dari luar karena dalam satu organisasi,
keberadaan tim merupakan bagian dari organisasi tersebut. Ketiadaan
dukungan sumber-sumber daya, akan memberikan pengaruh negative
terhadap kinerja tim dalam mengimplementasikan tujuan-tujuan yang
sudah dituangkan dalam program organisasi.
2. Kepemimpinan dan struktur. Dalam sebuah tim, perlu adanya kesepakatan
yang dituangkan dalam pembagian kerja tim sehingga setiap anggota tim
tahu dan mengerti apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakan serta
kepada siapa ia harus memberi pertanggungjawabannya.
3. Iklim kepercayaan. Tim akan menjadi efektif, bila terbangun iklim atau
atmosfir kepercayaan satu dengan yang lainnya. Setiap anggota percaya
satu dengan yang lain, setiap angota mempunyai kepercayaan terhadap para
pemimpinnya dan para pemimpinnya juga mempercayai para anggotanya.
Kepercayaan dalam tim akan meningkatkan kinerja tim karena
kepercayaan yang terbangun akan membuat para anggota dan para

13
pemimpin dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan-yujuan yang sudah
ditetapkan.
4. Evaluasi terhadap kinerja dan sistim pemberian penghargaan. Evaluasi
yang tidak proporsional terhadap kinerja individu akan memberikan
gangguan terhadap perkembangan tim untuk mencapai kinerja yang tinggi.
Demikian juga dengan penghargaan atau imbalan yang diberikan tidak
berdasarkan kinerja kelompok tetapi perseorangan akan melemahkan
kinerja tim dalam sebuah organisasi. Untuk meningkatkan kinerja tim
secara pribadi maupun kelompok, maka cara hybrid dapat dipilih yaitu
memadukan pemberian penghargaan baik secara individual maupun secara
tim. Pemberian berdasarkan indikator yang dapat dipahami dengan jelas
oleh semua anggota tim.

2.2.2.2 Komposisi Tim


1. Kemampuan para anggota. Kinerja dari tim bergantung pada tingkat
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan masing-masing anggota. Tim-
tim yang para anggotanya memiliki kemampuan yang tinggi lebih dapat
beradaptasi dengan perubahan situasi, mereka secara efektif dapat lebih
menerapkan pengetahuan yang sudah ada pada permasalahan yang baru
2. Kepribadian para anggota. Tim-tim yang para anggotanya mempunyai
kepribadian yang baik akan meningkatkan kinerja atau mempunyai
kecenderungan mengerjakan tugas dengan lebih baik, sedangkan jika ada
satu atau lebih anggota yang mempunyai kepribadian yang buruk akan
membuat tim-tim bekerja dengan buruk.
3. Pembagian peran. Tim memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, oleh sebab
itu dibutuhkan alokasi aturan pembagian peran para anggota tim. Robbins
mengidentifikasikan 9 peran tim yang potensial yakni: penghubung,
penasehat, pengelola, pengendali, penghasil, penyusun, penilai,
penyelenggara dan pencipta. Pemahaman terhadap kekuatan masing-
masing individu dalam tim sangat diperlukan bagi para pemimpin

14
sehingga penempatan peran anggota tim yang terbagi akan memungkinkan
terjadinya kerja sama satu dengan yang lain untuk mengerjakan tujuan tim.
4. Para anggota yang beragam. Pandangan yang optimis menyatakan bahwa
keragaman merupakan suatu hal yang baik. Kepemimpinan yang tepat
juga dapat meningkatkan kinerja dari tim yang beragam dalam hal
pengetahuan, keterampilan, dan cara dalam mendekati permasalahan yang
kreatif.
5. Besarnya tim. Kunci untuk meningkatkan efektivitas kelompok adalah
pembentukan atau mempertahankan tim-tim yang kecil. Tim-tim yang
mempunyai anggota terlalu banyak, pada umumnya akan membuat
kekompakan menjadi turun, bahkan pertanggungjawaban para anggotanya
juga menurun seiring dengan meningkakannya “kemalasan social” dan
berkurangnya komunikasi diantara anggota.
6. Anggota tim. Satu hal yang perlu dipertimbangkan oleh para pemimpin
atau manajer tatkala memasukkan seseorang menjadi anggota adalah
keselarasan antara kemampuan, kepribadian dan keterampilannya dalam
bekerja secara tim. Para anggota yang menyadari dan bersedia bekerja
secara tim cenderung meningkatkan kinerja dari sebuah tim.

2.2.2.3 Proses Tim.


Proses menjadi penting bagi efektivitas tim karena kontribusi masing-masing
anggota akan meningkatkan upaya demikian pula sebaliknya.
1. Rencana dan tujuan umum. Tim-tim yang efektif dimulai dengan
menganalisis misi dari tim, mengembangkan tujuan-tujuan untuk
mencapai misi tersebut dan menciptakan strategi-strategi untuk mencapai
tujuan. Tim-tim yang efektif dapat merefleksikan rencana induk maupun
tujuan umum dari organisasi.
2. Tujuan yang khusus. Tim-tim akan menjadi efektif tatkala tim itu berhasil
menterjemahkan tujuan-tujuan umum organisasi menjadi tujuan-tujuan
khusus yang digambarkan secara spesifik, realistis dan dapat diukur.
Tujuan-tujuan yang spesifik akan memudahkan untuk dikomunikasikan

15
secara jelas sehingga membantu para anggota tim untuk fokus pada
perolehan hasil yang akan diharapkan.
3. Tim yang berhasil. Setiap anggota tim harus mempunyai kepercayaan diri
terhadap keberhasilan yang akan diraih jika ingin menjadikan timnya
efektif. Keberhasilan yang diraih oleh tim akan meningkatkan keyakinan
tim terhadap keberhasilan yang akan diraih di masa mendatang.
4. Konflik. Dalam membentuk sebuah tim yang efektif seringkali melali
konflik yang terjadi diantara para anggota, yang mungkin didasarkan pada
ketidakcocokan antar pribadi sehingga terjadi ketegangan bahkan
kebencian satu dengan yang lainnya. Konflik yang terjadi dalam tim tidak
sepenuhnya merugikan asalkan dapat diselesaikan dengna baik.
5. Kemalasan sosial. Tim-tim yang efektif dapat menghilangkan
kecenderungan ini dengan membuat para anggota bertanggungjawab
terhadap tugas-tugas yang dipercayakan.

2.2.3 Membuat Individu Menjadi Anggota Tim.


Kolektivisme yang tinggi akan menentukan kinerja dari tim-tim yang
dibentuk. Setiap organisasi dapat menerapkan konsep tim yang mengedepankan
koletivisme dengan mengubah kontributor individual agar menjadi anggota tim
melalui beberapa opsi:
2.2.3.1 Seleksi : untuk memilih para anggota tim
Setiap orang dimungkinkan mempunyai kemampuan interpersonal
untuk menjadi anggota dari sebuah tim, sekalipun demikian para pemimpin
harus memahami apakah calon anggota tim dapat memenuhi peran yang
diharapkan dalam tim. Ada tiga tindakan yang dapat dilakukan oleh para
pemimpin terkait dengan calon anggota yang tidak dapat memeuhi
kualifikasi peran sekalipun mempunyai kemampuan interpersonal. Yang
pertama, tidak merekrut mereka. Kedua, tetap merekrut tetapi
menempatkannya pada posisi yang tidak membutuhkan kerja sebagai tim,
dan ketiga, dimasukkan dalam anggota tim dengan mengharuskan calon
anggota untuk mengikuti pelatihan.

16
2.2.3.2 Pelatihan untuk menghasilkan anggota tim
Pelatih yang berpengalaman dapat melakukan pelatihan-pelatihan yang
akan memberikan keterampilan bekerja secara tim kepada para anggota tim
sehingga para anggota tim mencapai kepuasan dalam bekerja oleh karena
tercapainya tujuan melalui kerja secara tim. Bentuk pelatihan atau seminar
yang terkait peningkatan skill tim dalam menemukan solusi terhadap
permasalahan yang terjadi, bagaimana membanbun komunikasi dalam tim,
bagaimana manajemen organisasi dan tim, bagaimana manajemen konflik
dan bagaimana mencapai tujuan melalui tahapan-tahapan yang ditentukan.
2.2.3.3 Pemberian penghargaan:
Setiap penghargaan yang diberikan diharapkan dapat mendorong
terciptanya bekerja sama dan bukannya untuk berkompetisi. Hallmark
Cards Inc, menambahkan bahwa sistim insentif atau penghargaan bagi
individu didasarkan pada pencapaian tujuan tim. Penghargaan juga
diberikan bagi para individu yang sudah bekerja dengan efektif dengan
melatih anggota lainnya dalam berbagi informasi, menolong penyelesaian
konflik dalam tim, dan mempunyai keterampilan baru. Penghargaaan dapat
berupa hak untuk mendapatkan kesempatan promosi, kenaikan gaji maupun
bentuk penghargaan yang secara intrinsik seperti persahabatan diantara para
anggota tim, kepuasan menjadi bagian dari tim yang berhasil, peluang bagi
pengembangan pribadi diri.
2.2.4 Waspada!!! Tim Tidak Selalu Menjadi Solusi.
Secara umum, tatkala sesorang bekerja secara tim pasti membutuhkan
waktu yang lebih banyak bahkan sumber daya yang lain juga banyak dikeluarkan
jika dibandinkan kerja secara individual. Mengapa ? Dalam tim, setiap anggota
diharuskan untuk meningkatkan diri dalam berkomunikasi, mempunyai
kemampuan untuk mengelola konflik yang mungkin terjadi dan meluangkan waktu
yang banyak untuk membuat pertemuan dengan para anggota. Dalam pekerjaan
yang dipercayakan, para pemimpin harus dapat menilai dengan hati-hatii, apakah
pekerjaan tersebut membutuhkan atau akan mendapatkan manfaat dari upaya secara
kolektif atau tidak? Para pemimpin diharapkan memiliki pengetahuan untuk

17
membuat keputusan, kapan memakai sistim individual atau kerja tim. Para
pemimpin dapat memahami, apakah pekerjaan yang dilakukan akan menjadi lebih
baik jika dilakukan dalam tim dengan menerapkan tiga pertanyaan berikut:
2.2.4.1 apakah pekerjaan itu menjadi lebih baik jika dikerjakan oleh lebih dari satu
orang? Untuk menjawab ini, pemimpin dapat menggunakan indikator yang
menunjukkan kompleksitas pekerjaan dan kebutuhan yang diperlukan.
2.2.4.2 apakah pekerjaaan yang akan dikerjakan memenuhi tujuan yang umum atau
keseluruhan atau tujuan yang khusus dari masing-masing anggota
kelompok?
2.2.4.3 apakah pekerjaan yang dilakukan para anggota kelompok membutuhkan
kebergantungan satu dengan yang lain atau tidak? Saling ketergantungan
artinya keberhasilan dari keseluruhan bergantung pada keberhasilan dari
masing-masing orang, dan keberhasilan masing-masing orang bergantung
pada keberhasilan yang lainnya.

2.3 Komunikasi
Setiap individu, kelompok atau organisasi memerlukan komunikasi untuk
berbagi informasi maupun gagasan di antara para anggotanya. Komunikasi tidak
hanya menyampaikan pesan tetapi pesan tersebut harus bermakna dan dapat
dimengerti.
2.3.1 Fungsi Komunikasi
2.3.1.1 Pengendalian: mengendalikan perilaku anggota dalam berbagai cara
2.3.1.2 Membantu meningkatkan motivasi dengan menerangkan terkait apa yg
harus mereka (para pekerja) lakukan, seberapa baik mereka melakukan, dan
bagaimana mereka dapat meningkatkan kinerjanya.
2.3.1.3 Menyediakan sarana untuk menyatakan perasaan emosional
2.3.1.4 Memfasilitasi pengamnbilan keputusan karena informasi yang diperlukan
dalam pengambilan keputusan dapat diterima melalui pengiriman data yang
dibutuhkan untuk proses identifikasi dan evaluasi pilihan terkait
pengambilan keputusan.

18
2.3.2 Proses Komunikasi
Komunikasi akan berjalan dengan efektif jika pesan yang disampaikan
dari pengirim ke penerima dapat dimengerti maksud dan tujuannya.
Pengirim akan melakukan pengkodean pesan lalu meneruskannya dengan
menggunakan sebuah medium atau saluran yang ditujukan kepada
penerima, yang akan menguraikan isi kode yang diterima dan sebagai
hasilnya adalah perpindahan makna dari pengirim ke penerima. Medium
komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancer, kadangkala ada
“kebisingan” atau gangguan yang menyebabkan pesan tidak dapat diterima
dengan baik. Secara singkat, proses komunikasi dapat digambarkan melalui
gambar berikut:

Gambar 2.3: Proses komunikasi


Bagian utama dari proses komunikasi: 1) pengirim, 2) mengodekan, 3)
pesan, 4) saluran, 5 penerima), 6) mengurai isi kode, 7) kebisingan, 8)
umpan balik.
2.3.3 Arah Komunikasi
Komunikasi yang terjadi dapat berlangsung secara vertikal maupun secara
lateral.
2.3.3.1 Komunikasi secara vertikal:
1. Komunikasi vertical arah ke bawah: komunikasi yang terjadi diantara
seseorang yang mempunyai tingkat lebih tinggi dalam kelompok atau
organisasi, ke tingkat yang lebih rendah dalam sebuah kelompok atau
organisasi. Komunikasi ini digunakan para pemimpin untuk
menyampaikan sebuah tugas, tujuan, kebijakan, perintah, menunjukan
persoalan-persolan yang perlu diperhatikan atau menawarkan suatu
umpan balik kepada para anggota yang ada di tingkat di bawahnya.

19
2. Komunikasi vertikal arah ke atas: komunikasi yang terjadi diantara
seseorang yang mempunyai tingkat lebih rendah dalam kelompok atau
organisasi, ke tingkat yang lebih tinggi dalam sebuah kelompok atau
organisasi. menuju kepada level yang lebih tinggi di dalam kelompok
atau organisasi. Komunikasi ini digunakan para bawahan untuk
menyampaikan sebuah suatu umpan balik kepada para pemimpin.
2.3.3.2 Secara lateral:
Komunikasi lateral merupakan komunikasi yang terjadi diantara para
anggota yang mempunyai level sederajat atau sama, misalnya komunikasi
dari kelompok kerja yang sama, komunikasi diantara para pemimpin. Dalam
konteks pendidikan, komunikasi ini terjadi antara guru dengan guru,
komunkasi diantara para wakasek sekolah, dan sebagainya. Komunikasi
lateral merupakan komunikasi untuk membangun koordinasi diantara para
anggota dalam level yang sama.

2.3.4 Komunikasi Organisasi


2.3.4.1 Jaringan kelompok kecil yang formal
1. Jaringan rantai merupakan jaringan komunikasi yang dengan ketat
mengikut rantai perintah yang formal atau resmi
2. Jaringan roda marupakan jaringan komunikasi yang bergantung pada
pemimpin yang kuat (sentral) untuk bertindak sebagai saluran bagi
seluruh komunikasi kelompok.
3. Jaringan seluruh saluran merupakan jaringan yang mengijinkan para
anggota dalam kelompok untuk melakukan komunikasi secara aktif satu
dengan yang lainnya.

Gambar 2.4: Tiga jaringan kelompok kecil

20
Jika dikaitkan dengan efektifitas komunikasi maka struktur jaringan
roda memberikan kesempatan untuk uncuknya seorang pemimpin dalam
kelompok atau tim. Dilihat dari efektifitasnya, maka jaringan seluruh
saluran akan memberikan kepuasan kepada seluruh anggota karena setiap
anggota dapat berinteraksi dengan siapapun dalam kelompok atau
organisasi tersebut. Jaringan yang berbentuk rantai akan menjadi jaringan
komunikasi yang terbaik jika keakuratan komunikasi adalah hal yang
terpenting.
Tabel 2.1 Jaringan kelompok kecil dan kriteria yang efektif
Kriteria Jaringan Rantai Roda Seluruh Saluran
Kecepatan Moderat Cepat Cepat
Keakuratan Tinggi Tinggi Moderat
Munculnya seorang pemimpin Moderat Tinggi Tidak ada
Kepuasan anggota Moderat Rendah Tinggi

2.3.4.2 Kabar selentingan (Gosip)


Kabar selentingan merupakan jaringan komunikasi informal dalam
sebuah organisasi atau kelompok. Kabar selentingan muncul sebagai respon
terhadap situasi yang penting ketika dalam organisasi muncul ambiguitas
dan adanya kondisi yang menyebabkan kecemasan para anggota organisasi.

2.3.5 Mode Komunikasi


2.3.5.1 Komunikasi lisan
Bentuk-bentuk komunikasi lisan adalah pidato, diskusi formal, diskusi
kelompok, kabar selentingan dan lain-lain Keuntungan komunikasi lisan
adalah kecepatan dan umpan balik, sedangkan kelemahan utama sebuah
pesan harus melewati sejumlah orang, semakin banyak orang semakin besar
resiko terjadi penyimpangan.
2.3.5.2 Komunikasi Tulisan
Komunikasi secara tulisan meliputi surat, pesan singkat, surat
elektronik atau email, whatsapp, power point, pesan teks via media sosial
dan blog

21
2.3.5.3 Komunikasi nonverbal
Setiap mengirim pesan verbal kita juga membagikan pesan non verbal.
Komunikasi nonverbal meliputi gerakan tubuh, intonasi, ekspresi wajah,
jarak fisik antara pengirim dan penerima pesan.

2.3.6 Pilihan Dalam Saluran Komunikasi


2.3.6.1 Kesempurnaan saluran
Saluran komunikasi, dapat berbeda dalam kapasitasnya untuk
menyampaikan informasi. Beberapa yang sempurna dalam saluran
komunikasi akan mampu untuk: 1) menangani berbagai macam isyarat
secara bersama-sama atau simultan, 2) memfasilitasi umpan balik dengan
cepat, 3) menjadi sangat pribadi.
2.3.6.2 Memilih metode komunikasi
Pesan yang disampaikan secara rutin atau terus menerus cenderung
mudah dipahami dan sedikit sekali terjadi ambiguitas. Sedangkan
komunikasi yang dilakukan tidak terlalu rutin, seringkali sulit untuk
dipahami dan dimungkinkan terjadi salah paham. Oleh sebab itu, pemilihan
metode komunikasi sangat penting agar pesan yang disampaikan dapat
dipahami.
1. Komunikasi secara lisan diperlukan jika ingin mengetahui atau memberi
penilaian terhadap tingkat penerimaan dari penerima pesan
2. Komunikasi tertulis, pada umumnya komunikasi ini dapat dipercaya dan
diandalkan serta menjadi cara yang sangat efisien bagi pesan singkat
yang akan disampaikan.
3. Surat digunakan untuk komunikasi dengan tujuan membangun jaringan
dan ketika tanda tangan dibubuhkan harus yang asli. Surat dalam bentuk
elektronik atau yang dikenal email mempunyai permasalahan seperti:
resiko dalam menginterpretasikan pesan, dampak dari pesan-pesan yang
negatif, ekspresi emosi yang terbatas, kekuatiran akan privasi dan
profesionalisme

22
2.3.6.3 Keamanan informasi
Keamanan merupakan suatu kekhawatiran yang sangat besar oleh
hampir semua organisasi dengan informasi pribadi atau yang dimiliki,
mengenai para klien, konsumen dan pekerja.

2.3.7 Komunikasi Yang Persuasif


2.3.7.1 Pemprosesan yang otomatis dan dikendalikan: suatu pertimbangan yang
relatif dangkal atas bukti dan informasi yang membuat pengguna heuristik.
2.3.7.2 Tingkat minat: komunkasi persuasive yang menyentuh minat akan
mencerminkan dampak suatu keputusan terhadap kehidupan.
2.3.7.3 Pengetahuan sebelumnya: orang yang lebih berpengetahuan cenderung sulit
dibujuk.
2.3.7.4 Kepribadian: bukti dan fakta-fakta seringkali mendukung kepribadian
individu dalam berkomunikasi.
2.3.7.5 Karakteristik pesan: pesan yang disampaikan melalui saluran komunikasi
ramping dan saluran komunikasi yang lebih sempurna.

2.3.8 Hambatan Komunikasi yang Efektif


Komunikasi yang terhambat akan menyebakan komunikasi menjadi
lambat dan tdiak berjalan dengan efektif. Hambatan-hambatan di bawah
ini, yang dimungkinkan akan terjadi seperti:
2.3.8.1 Penyaringan: mengacu pada tujuan memanipulasi informasi.
2.3.8.2 Pemilihan persepsi: para penerima dalam proses komunikasi melihat dan
mendengar secara selektif berdasar kebutuhan, motivasi, pengalaman,
latarbelakang dan karakteristik personal lainnya.
2.3.8.3 Informasi yang berlebihan: ketika informasi yang kita miliki harus bekerja
melebihi kapasitas pemprosesan kita.
2.3.8.4 Emosi : individu dapat mengintepretasi pesan secara berbeda tergantung
situasi emosionalnya.

23
2.3.8.5 Bahasa: penggunaan bahasa yang beragam
2.3.8.6 Keheningan: menggunakan keheningan dan penagguhan komunikasi adalah
hal umum dan problematis.
2.3.8.7 Kekuatiran terhadap komunikasi: berdasarkan data, populasi yang
mengalami kelemahan atau kecemasan social diakibatkan komunikasi
diperkirakan 5% - 20 % .
2.3.8.8 Kebohongan.

2.3.9 Implikasi Global


2.3.9.1 Hambatan-hambatan budaya
1. Hambatan yang disebabkan oleh semantik
2. Hambatan yang disebabkan oleh konotasi
3. Hambatan yang disebabkan oleh perbedaan nada
4. Perbedaan dalam toleransi untuk konflik dan metodeuntuk menyelesaikn
konflik
2.3.9.2 Konteks budaya
Budaya-budaya cenderung berbeda dalam keadaan dimana konteks
mempengaruhi makna yang diambil oleh individu dari komunikasi
2.3.9.3 Pandangan budaya
Ada banyak hal yang dapat diperoleh dari komunikasi antar budaya
dalam organisasi. Setiap orang memiliki sudut pandang berbeda yang
dibentuk secara kultural sehingga dimungkinkan dalam perbedaan dapat
mempunyai peluang untuk mencapai kemungkinan solusi yang sangat
kreatif dengan bantuan dari orang lain jika kita mengkomunikasikannya
secara efektif.
Beberapa hal yang dapat dilakukan agar mencegah kesalhpahaman saat
berkomunikasi dengan seseorang yang mempunyai latar belakang budaya
yang berbeda:
1. Kenali diri sendiri
2. Mengembangkan sifat saling menghargai, menegakkan keadilan dan
demokrasi

24
3. Mempelajari konteks budaya dari orang yang bersangkutan
4. Ketika muncul keraguan, belajarlah mendengarkan
5. Menyampaikan fakta bukan interpretasi
6. Memperrtimbangkan sudut pandang orang lain
7. Mempertahankan identitas dari kelompok secara proaktif

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dasar dari perilaku kelompok mendefinsikan dan mengklasifikasikan
kelompok serta memberikan alasan yang menjadi penyebab sekelompok orang
membuat sebuah kelompok. Tahap-tahap dalam pengembangan kelompok
digambarkan melalui model lima tahap dan model alternatif yang bersifat
sementara. Untuk memberikan dasar perilaku kelompok yang kuat maka diperlukan
properti kelompok yang meliputi: peran, norma, stautus, besaran, kekompakan dan
keragaman para anggotanya. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari
perilaku kelompok yang tidak terpisahkan. Para pemimpin, perlu memahami
perbedaan pengambilan keputusan kelompok dengan individu, bagaimana tingkat
efektifitas dan efisiensinya. Dalam pengambilan keputusan perlu juga diperhatikan
adanya pemikiran maupun pergeseran kelompok serta bagaimana teknik yang
dilakukan tatkala keputusan diambil
Memahami kerja tim diawali dengan alasan mengapa memiliki tim menjadi
sangat popular dalam berorganisasi, mengetahui perbedaan antara kelompok dan
tim kerja. Efektifitas sebuah organisasi juga ditentukan bagaimana tipe-tipe tim
dibangun, cara membuat tim efektif, mengubah orang per orang untuk menjadi
anggota tim dan mewaspadai bahwa tim tidak selalu merupakan solusi atau jawaban
terhadap keefektifan organisasi.
Setiap individu maupun organisasi membutuhkan komunikasi untuk
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman terhadap fungsi
komunikasi, proses komunikasi, arah dalam komunikasi, komunikasi organisasi,
mode komunikasidan bagaimana pemilihan dalam saluran komunikasi.
Komunikasi yang persuasif yang baik akan memproses pengedalian secara
otomatis, meningkatkan ketertarikan, pengetahuan sebelumnya, kepribadian dan
karakteristik pesan yang disampaikan. Di samping efektivitas komunikasi, masih

26
juga ada hambatan-hambatan pada komunikasi yang efektif yang juga merembet
kepala implikasi global yang membahas hambatan budaya, konteks budaya dan
pedoman budaya.

3.2 Saran
Ada satu kata yang menarik untuk dikaji yaitu “kemalasan sosial.” Kajian
penelitian dapat ditelusuri dari sisi budaya, sisi perilaku dan dampak yang
dihasilkan bagi yang bersangkutan maupun bagi organisasi.
Kajian penerapan kerja melalui tim di masyarakat yang sangat tinggi
memberikan ruang individualistik berkembang, akan menjadi kajian yang menarik
dan komprehensif dengan memandang dari sisi budaya masyarakat,
keberlangsungan sebuah tim jika berhasil dibentuk dan relevansinya terhadap
tujuan organisasi sekolah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Judge, S. P. R. & T. A. (2015). Perilaku organisasi (edisi Bahasa Indonesia) (16th


ed.). Salemba Empat.
Kuspriatni, K. Jurnal perilaku kelompok dan interpersonal (perilaku
keorganisasian). http://beruangkaki5.blogspot.com/2012/06/masalah-
perilaku-dalam-kelompok.htm
Rachman D.A. Jurnal pengaruh perilaku kelompok terhadap kepuasan kerja
perawat di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa.http://adiprakosa.blogspot.com/2008/09/pengertian-perilaku-
kelompok.html

28

Anda mungkin juga menyukai