Anda di halaman 1dari 14

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah menberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KOMUNIKASI KELOMPOK DAN
ORGANISASI dengan tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah proses
pembelajaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena
pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
sampaikan Terima Kasih.

Cirebon, 18 Mei 2019

Penyusun
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupannya, individu memang tak pernah lepas dari kelompok. Ketika individu
lahir, ia adalah bagian dari kelompok kecil yang dinamakan keluarga. Selanjutnya, individu
mulai menjadi anggota dari berbagai kelompok dilingkungan rumah, sekolah, tempat kerja dan
ditengah masyarakat. Individu beraktivitas dan berkembang bersama orang-orang didalam
kelompok. Hal itu menimbulkan terjadinya saling mempengaruhi antar individu dan kelompok.
Individu mendefinisikan diri berdasarkan kelompoknya dan bahkan kerpa kehilangan keunikan
diri karena membaur dengan kelompok.
Kelompok sosial dapat berupa kelompok sosial primer dan kelompok sosial sekunder.
Kelompok sosial primer dengan hubungan langsung apabila tanpa melalui perantara. Kelompok
sosial sekunder adalah kelompok besar yang didasarkan kepentingan yang berbeda. Proses yang
membentuk terjadinya kelompok sosial meliputi faktor pendorong timbulnya kelompok sosial
dan dasar pembentukan kelompok sosial.

1.2 Rumusan
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian kelompok?
2. Apa saja karakteristik dan tipe kelompok?
3. Bagaimana pembentukan kelompok?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian kelompok.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dan tipe kelompok.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan kelompok.
3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelompok
Menurut Allport, kelompok adalah sesuatu yang tidak nyata, kelompok hanya ada dalam
pikiran individu, kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki nilai, ide, pikiran
atau kebiasaan yang sama. Namun Durkheim menyatakan sebaliknya kelompok adalah hal yang
nyata, kelompok bukan hanya sekedar sekumpulan orang-orang yang memiliki ide-ide yang
sama, melainkan ia memiliki keunikan sendiri yang berbeda dengan individu-individu yang
membentuknya.
Untuk memberikan batasan kelompok perlu memperhatikan beberapa criteria seperti:

(1) Adanya interaksi antar anggota baik secara langsung maupun tidak langsung
(2) Hubungan anggota yang relatif stabil yaitu adanya periode waktu yang cukup lama
(minggu, bulan atau tahunan)
(3) Adanya saling ketergantungan dimana tingkah laku seseorang anggota dapat berdampak
pada anggota yang lainnya
(4) Kelompok memiliki tujuan yang ingin dicapai
(5) Ada struktur yang mengatur interaksi antar anggota
(6) Adanya perasaan sebagai anggota kelompok.
(7) Agregat, menunjuk pada kumpulan individu yang tidak berinteraksi satu sama lain.
Namun bagaimanapun juga dapat terjadi bahwa suatu agregat dapat berubah menjadi
sebuah kelompok
(8) Kelompok adalah suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang mengalami interaksi
dinamis satu sama lain (McGrath dalam Sarwono & Mainarno, 2009). Definisi ini
mencakup berbagai jenis kelompok, misalnya sebuah keluarga kecil, sebuah kelompok
kerja yang besar, suatu kelompok eksperimen yang hanya bertemu pada satu kesempatan,
suatu unit miliiter yang bertugas bersama-sama dalam hitungan bulan atau tahun.
4

Perbedaan antara kelompok dengan agregat adalah sebagai berikut :

Agregat tidak memiliki struktur tertentu, sedangkan kelompok memiliki bentuk organisasi yang
definitive dan anggotanya berhubungan satu sama lain.
Kelompok bersifat dinamis, sedangkan agragat relatif pasif. Anggota-anggota kelompok saling
menyadari keberadaan satu sama lin, sedangkan orang-orang di dalam agregat seringkali
melupakan orang-orang disekitarnya.

Tetapi hal penting yang membedakan sekumpulan orang sebagai kelompok atau sekedar
agregat adalah perasaan sebagai anggota kelompok. Kelompok tidak muncul secara tiba-tiba
melainkan sebagai suatu proses integrasi sosial yang berkesinambungan. Individu-individu ayng
akan membentuk kelompok mengembangkan perasaan-perasaan, keyakinan-keyakinan dan
tingkah laku yang sama sehingga memperkuat ikatan-ikatan di antara mereka.

2.2 Jenis Kelompok

Jenis (tipe) tipe kelompok sangat beragam sehingga sulit dibuat satu penggolongan yang
baku. Penggolongan jenis kelompok jadinya sangat tergantung pada tujuan penggolongan itu
sendiri antara lain sebagai berikut ( Cota dalam Sarwono, 2002) :

1. Kelompok formal : organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan

Kelompok non formal : arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain golf

2. Kelompok kecil : dua sahabat, keluarga, kelas

Kelompok besar : divisi tentara, suku bangsa, bangsa

3. Kelompok jangka pendek : pantia, penumpang kendaraan umum, orang-orang yang


membantu memadamkan kebakaran atau menolong korban kecelakaan lalu lintas

Kelompok jangka panjang : bangsa, keluarga, tentara, sekolah

4. Kelompok kohesif (hubungan erat antaranggota) : keluarga, panitia, rombongan umroh,


geng, sahabat
5

Kelompok tidak kohesif : penonton bioskop, pembaca majalah, pengunjung pusat


pertokoan, jamaah sholat Djumat

2.3 Karakteristik Kelompok

Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan peran. Yang
akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang norma. Norma adalah persetujuan atau perjanjian
tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Ada tiga
kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural dan tugas. Norma sosial mengatur
hubungan di antara para nggota kelompok. Sedangkan norma prosedural menguraikan dengan
lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus
membuat keputusan.
Karakteristik Kelompok:
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri – ciri, yaitu :
      1. Terdiri dari 2 orang atau lebih
            2. Adanya interaksi yang terus menerus
            3. Adanya pengembangan identitas kelompok
            4. Adanya norma – norma kelompok
            5. Adanya diferensiasi peran
            6. Peran yang saling tergantung
            7. Produktivitas bertambah atau meningkat
            8. Saling membagi tujuan yang sama

2.4 Tahap Pembentukkan Kelompok

Menurut Tuckman, teori perkembangan kelompok terdiri dari empat tahap yaitu
forming, storming, norming, performing, dan ditambahkan tahap kelima, yaitu tahap adjourning
(Tuckman dan Jensen, dalam Burn, 2004). Berikut ini adalah penjelasan dalam setiap tahap.
1. Tahap Pembentukan (Forming)
a. Merupakan tahap percobaan atau “partisipasi dengan keragu-raguan”, karena anggota
kelompok mencoba mencari tahu tingkah laku apa yang dapat diterima oleh kelompok.
b. Anggota kelompok belum mengenal satu sama lain, jika mereka melakukan sesuatu,
muncul perasaan ketidakpastian.
6

c. Kegiatan: mendefinisikan tugas awal, membahas pembagian tugas, memahami ruang


lingkup tugas, tujuan tugas, dan belajar tentang sumber daya (waktu, peralatan, personil)
yang tersedia untuk penyelesaian tugas.
d. Beberapa anggota melakukan uji kepemimpinan, menemukan kesamaan kepribadian dan
perbedaan, dan membuat beberapa pengungkapan awal.
e. Peran tiap anggota: mendorong kelompok memantapkan misi dan tujuan, mengatur jadwal
kerja, mengenal satu sama lain, dan menetapkan beberapa norma awal untuk bekerjasama.
2. Tahap goncangan (Storming)
a. Dicirikan dengan adanya konflik dalam kelompok, karena belum ditetapkannya cara untuk
berkomunikasi tentang perbedaan di dalamnya.
b. Anggota mulai menunjukkan diri yang sebenarnya, dan ketegangan dalam kelompok
meningkat.
c. Timbul beberapa perbedaan (arah, kepemimpinan, gaya kerja dan pendekatan, serta
persepsi kualitas yang diharapkan dan produk akhir).
d. Kemungkinan terjadi perebutan kepemimpinan, kekuatan, dan peran.
e. Peran anggota: menahan diri, mendorong kelompok mengembangkan saluran komunikasi,
dan membantu anggota lain agar terpusat pada tugas bukan pribadi.
3. Tahap Membangun Norma (Norming)
a. Tahap kohesif, karena anggota sudah dapat menerima kelompok dan keunikan setiap
individu dalam kelompok.
b. Anggota kelompok merasa sebagai bagian dari kelompok dan menerima norma-norma
dalam kelompok.
c. Anggota kelompok merasa memiliki kemampuan baru untuk mengekspresikan kritik yang
konstruktif, bertindak lebih ramah dan saling percaya satu sama lain, dan mengembangkan
kesatuan kelompok.
d. Anggota-anggota mengesampingkan konflik yang terjadi dan mengembangkan norma
untuk dapat mengatasinya.
e. Peran anggota: mendorong anggota kelompok untuk mempunyai tanggung jawab lebih,
bekerjasama menciptakan cara untuk memecahkan masalah, menetapkan tujuan,
mengambil tanggung jawab pribadi untuk keberhasilan kelompok.
4. Tahap Melakukan atau Melaksanakan (Performing)
7

a. Merupakan tahap dimana kelompok berfokus pada pencapaian tujuan kelompok.


b. Status anggota kelompok sudah stabil, tugas sudah jelas, dan perhatian anggota kelompok
lebih pada ganjaran.
c. Fokus pada tahap ini adalah pada penyelesaian tugas kelompok. Anggota-anggota
kelompok bekerjasama untuk menilai suatu tugas secara realistis dan menyelesaikannya.
d. Kegiatan: perubahan diri yang konstruktif demi kebaikan kelompok, kemampuan
berkomunikasi dan antisipasi dari masalah, memberikan umpan balik satu sama lain, dan
keterikatan antar anggota yang berkembang.
e. Peran anggota atau pemimpin: memberikan dukungan dan berfungsi sebagai sumber daya
satu sama lain, melanjutkan kemajuan yang telah dicapai, dan mempertahankan kohesi dan
moral.
5. Tahap Penangguhan (Adjourning)
a. Saat kelompok berakhir, anggota seringkali merasa kesedihan dan kekhawatiran.
b. Mereka cenderung untuk menarik diri dan mengurangi partisipasinya dalam kelompok,
sebagai bentuk antisipasi terhadap isu berakhirnya kelompok.
c. Kegiatan: mengendurkan ikatan kelompok untuk kemudian menindaklanjuti tugas-
tugasnya.
d. Peran anggota atau pemimpin: membahas pelajaran yang diperoleh dan cara
penyelesaiannya yang kemudian akan disampaikan di kelompok baru.

Dari beberapa kasus ekstrim, kelompok akan mengalami disjungsi dan akan memerlukan
intervensi dari luar untuk menyelesaikan tugasnya. Sebagaimana halnya dengan hubungan,
kelompok juga memiliki siklus perkembangan. Memahami ini sebelumnya dapat membantu
anggota dan pemimpin kelompok mengembangkan strategi untuk membantu kelompoknya
berkembang menjadi sebuah kelompok efektif pada setiap langkah dari perjalanannya.

BAB III
8

STUDY KASUS
3.1 Abstrak
Study kasus ini berangkat dari kenyataan di kalangan kelompok mahasiswa kelas KPI- C
Semester 4. Tujuan study kasus ini adalah untuk mengetahui adaptasi budaya kelompok
mahasiswa yang tentu saja berbeda dengan yang lainnya. Objek study kasus ini adalah akulturasi
budaya pada kehidupan sosial kelompok mahasiswa di dalam kelas. Dan subjeknya adalah
anggota atau mahasiswa yang menepati kelas di KPI C Semester 4. Akulturasi budaya merupakan
proses sosial yang di lewati mahasiswa di kampus saat mereka bergaul dengan temannya. Proses
ini terjadi karena mahasiswa memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lain. Proses
bertemunya dua budaya yang berbeda, namun mereka dapat hidup berdampingan tanpa
menghilangkan unsur masing-masing. Mereka bergaul dengan teman kampus tanpa membedakan
asal daerah, suku, dan ras. Hal tersebut dapat di lihat melalui kegiatan yang dilakukan di kelas,
misalnya kegiatan dalam rangka memenuhi tugas kuliah dan lain sebagainya. Dalam pergaulan
sosial mereka menghadapi kendala, di antaranya bahasa, kebiasaan, dan perbedaan kebudayaan.

3.2 Latar Belakang


Mahasiswa Komunikasi penyiaran Islam (KPI) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, tepatnya
kelas KPI-C semester 4 berasal dari daerah yang berbeda. Mereka ada yang berasal dari
Cirebon, Brebes, Indramayu, Majalengka, Tasikmalaya bahkan Aceh. Berdasarkan observasi
awal, lebih dari 50% mahasiswa berasal dari daerah luar Cirebonl. Mereka datang ke
Cirebon dengan membawa perbedaan budaya. Perbedaan yang sangat terlihat adalah bahasa,
karena mereka menggunakan bahasa setiap hari dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang
yang berasal dari daerah tertentu, pasti memiliki budaya yang tidak sama. Mulai dari
kesenian, kebiasaan sampai pada adat yang tidak sama.
Mahasiswa memiliki perbedaan strategi adaptasi dalam pergaulan sosial di kampus
dan lingkungan tempat kosnya. Model adaptasi sosial budaya mereka adalah dengan prinsip
pragmatis. Mereka bersosialisasi di masyarakat jika ada kepentingan yang mendesak dalam
rangka memenuhi kebutuhan sehari-ahri, misalnya membeli makanan, membeli pulsa dan lain
sebagainya. Prinsip ini digunakan tentu saja karena ada alasan yang melatarbelakangi.
Mereka tidak memiliki banyak waktu luang di kos, mereka sangat sibuk dengan urusan
perkuliahan di kampus.
9

Mahasiswa KPI-C, memiliki kebiasaan yang hampir sama dengan mahasiswa di IAIN
syekh Nurjati Cirebon. Salah satu kebiasaan tersebut adalah mereka sering pulang
kampung saat weekend. Mereka merasa bahwa hari libur adalah hari khusus untuk bertemu
dengan keluarga. Fenomena ini merupakan salah satu faktor kecil dari banyak faktor lain yang
menjadi sebab mahasiswa tetap mempertahankan budaya mereka.
Akulturasi budaya yang terjadi di KPI C sangat kompleks. Rejeki (2007) menyatakan
akulturasi adalah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa
menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut. Dalam perspektif komunikasi antar
budaya, hal ini membutuhkan komunikasi agar tujuan tercapai.
Mahasiswa tetap memiliki jati diri yang bagus. Mahasiswa tidak membentuk budaya
sendiri, namun mereka bertahan tanpa terjadi konflik dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
menyadari bahwa perbedaan adalah sesuatu hal yang biasa dan harus dihargai, bukan untuk
dipermasalahkan atau dijadikan sebagai alasan untuk bermusuhan satu sama lain.

3.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana akulturasi budaya yang terjadi di kelompok mahasiswa/i kelas
KPI C Semester 4.

3.4 Uraian Teoritis


Koentjaraningrat (2005) menjelaskan akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya penerimaan kebudayaan tanpa
paksaan, kemudian adanya keseragaman seperti nilai baru yang tercerna akibat
keserupaan tingkat dan corak budayanya.
Dalam menjalin hubungan sosial di kampus, mahasiswa mengalami kontak sosial
dengan sesama mahasiswa yang memiliki budaya berbeda. Misal ada mahasiswa yang berasal
dari Tasikmalaya, setiap hari dia komunikasi dengan orang Cirebon atau orang Jawa
lainnya. Tentu saja ia akan sangat berusaha untuk memahami budaya mereka.
Mahasiswa yang berasal dari luar Cirebon masih mampu mempertahankan kebudayaan
masing-masing, walau setiap hari terjadi kontak budaya. Budaya mempengaruhi kekuatan
karakter (Seligman, 2002).
3.5 Pembahasan
10

Pada lapisan masyarakat manapun akan selalu ada proses sosial yang terjadi, baik
proses asosiatif maupun disosiatif. Salah satu proses yang terjadi adalah akulturasi budaya.
Hal tersebut dapat terjadi di lingkungan masyarakat kompleks maupun di kampus akibat adanya
interaksi dan kontak sosial dengan manusia lain.
Akulturasi terjadi karena keragaman dalam masyarakat. Akulturasi budaya merupakan
proses bertemunya dua kebudayaan atau lebih dalam suatu wilayah tertentu, lalu dua
kebudayaan tersebut saling berinteraksi dan bergaul satu sama lain, namun budaya asli tidak
hilang atau tidak saling mendominasi dalam arti yang negatif (Koenjaraningrat, 2005).
Salah satu fenomena yang terjadi adalah di kalangan kelompok mahasiswa KPI-C.
Dinamika di kampus sangat beragam. Mereka bergaul dengan teman kampus tanpa
membedakan asal daerah, bahasa, dan ras. Mahasiswa mampu bekerjasama walau memiliki
banyak perbedaan dan kekurangan.
Proses akulturasi budaya dapat dilihat dikalangan mahasiswa melalui beberapa
kegiatan yang mereka lakukan dikampus, baik kegiatan kemahasiswaan maupun kegiatan
dalam rangka menyelesaikan tugas perkuliahan.
Agenda kampus yang mengharuskan mereka kompak dan solid, misal ketika sedang
pembelajaran di dalam kelas. Mereka harus mengerjakan setiap tugas dan soal yang diberikan
bapak dan ibu dosen. Mahasiswa mampu beradaptasi dengan teman satu kelas di kampus.
Mereka menjalin solidaritas tidak hanya diluar kampus, namun di dalam kelas juga. Walaupun
perbedaan tetap menyelimuti mereka
Hal tersebut menjelaskan bahwa mahasiswa tetap mampu membaur dalam perbedaan,
namun unsur budaya yang mereka bawa tidak hilang. Keduanya masih dapat
dipertahankan dengan baik, walau mengalami sedikit kendala dalam pelaksanaannya.
Ternyata bahasa tidak menjadi kendala berat. Mahasiswa mampu berprestasi. Mereka dapat
membuktikan bahwa walaupun berbeda namun tetap satu tujuan.
Manusia merupakan mahkluk sosial, artinya mereka tidak dapat hidup sendiri namun
harus berdampingan dengan manusia lainnya. Karena manusia sewaktu-waktu akan
membutuhkan bantuan dari orang lain dalam menjalankan kehidupan. Salah satu
contohnya yaitu jika ingin mencapai suatu tujuan tertentu manusia akan saling bekerjasama
untuk mencapai tujuannya tersebut. Kerjasama bisa dilakukan dengan orang lain yang ada
pada lingkungan sekitar. Misalnya orang orang yang ada di lingkungan kampus. Tentunya
11

kerjasama bisa terbentuk karena adanya kepentingan yang sama salah satunya kepentingan
untuk mencapai suatu tujuan. Selain kerjasama, juga diperlukan kontak sosial.
Kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat atau antar
individu dalam dua masyarakat memiliki pengaruh besar karena seseorang melakukannya
setiap hari. Pada dasarnya manusia selalu hidup membutuhkan orang lain. Walau dalam
keterpaksaan mereka melakukan hal tersebut. Kontak budaya antara kelompok yang menguasai
dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam kebiasaan, bahasa dan lain sebagainya.
Biasanya masyarakat yang menguasai adalah masyarakat asli atau pribumi, karena jumlah
mereka lebih banyak. Sedangkan kelompok yang dikuasai adalah kelompok pendatang yang
jumlahnya lebih sedikit atau minoritas. Dalam hal ini mahasiswa minoritas adalah mereka
yang berasal dari Tasikmalaya, Banten, Aceh dan daerah lainnya.
Proses pertemuan dua kebudayaan yang berbeda menyebabkan terjadinya akulturasi
dan asimilasi (Poerwanto, 1997). Akulturasi terjadi ketika kelompok-kelompok individu yang
memiliki kebudayaan yang berbeda berhubungan langsung dan intensif sehingga kemudian
menyebabkan perubahan pola kebudayaan pada salah satu atau kedua kebudayaan tersebut.
Akulturasi merupakan pertemuan suatu kebudayaan tanpa merubah ciri awal kebudayaan
tersebut. Menurut Rapoport (1994), akulturasi merupakan salah satu bentuk kebudayaan
berkelanjutan yang merupakan upaya suatu kebudayaan agar dapat bertahan.

Interaksi sosial merupakan suatu tindakan atau hubungan timbal balik yang dilakukan
oleh seseorang kepada orang lain. Dalam interaksi terdapat suatu stimulus bagi tindakan
individu lain yang menjadi pasangannya. Interaksi sosial dapat berjalan dengan baik ketika
mereka memiliki persepsi yang sama dan sepaham. Pada dasarnya satu masyarakat dengan
masyarakat lain memiliki budaya yang tidak sama, hal tersebut dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya lingkungan alam. Misal budaya masyarakat pesisir cenderung kasar
karena mereka tinggal sangat dekat dengan pantai sehingga ketika berbicara harus keras agar
terdengar serta tidak kalah dengan ombak. Kendala yang Dihadapi Mahasiswa dalam Proses
Akulturasi Budaya dalam Pergaulan Sosial di Kelas KPI-C semester 4 adalah (1) Asal daerah,
Diferensiasi asal daerah adalah pengelompokan manusia berdasarkan asal daerah atau tempat
tinggalnya, di desa atau kota. Berdasarkan penggolongan ini dikenal dua kelompok masyarakat,
yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat desa adalah kelompok orang yang
tinggal di pedesaan atau berasal dari desa. Sedangkan masyarakat kota adalah kelompok orang
12

yang tinggal di perkotaan atau berasal dari kota. Contoh diferensiasi asal daerah tampak dalam
perilaku, tutur kata, cara berpakaian, cara menghias rumah, cara berinteraksi, dan lain- lain. (2)
Bahasa, Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan
manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan. Bahasa juga dapat diartikan
sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Bahasa merupakan
alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi untuk menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep atau perasaan. (3) Kebiasaan, Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-
menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama. Kebiasaan mengulangi
melakukan sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam waktu
berdekatan. Hal tersebut merupakan keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatanya tanpa berpikir dalam.

3.6 Penutup
Proses bertemunya beberapa kebudayaan di kampus, menyebabkan mereka memiliki
hubungan pertemanan yang baik. Permasalahan yang dihadapai mampu mereka selesaikan
dengan cara yang bijak. Hal ini karena kedua belah pihak memiliki kesadaran yang besar
dalam saling memahami perbedaan. Pada dasarnya mereka berasal dari latarbelakang yang
sama, namun mereka tetap mampu mempertahankan budaya mereka tanpa menghilangkan dan
menggantikan dengan hal baru. Mereka tetap bangga dengan budaya yang dibawa dari daerah
asal tempat tinggal.

BAB IV
13

PENUTUP

Kesimpulan
Menurut Allport, kelompok adalah sesuatu yang tidak nyata, kelompok hanya ada dalam pikiran
individu, kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki nilai, ide, pikiran atau
kebiasaan yang sama. Namun Durkheim menyatakan sebaliknya kelompok adalah hal yang
nyata, kelompok bukan hanya sekedar sekumpulan orang-orang yang memiliki ide-ide yang
sama, melainkan ia memiliki keunikan sendiri yang berbeda dengan individu-individu yang
membentuknya. Jenis (tipe) tipe kelompok sangat beragam sehingga sulit dibuat satu
penggolongan yang baku. Jenisnya yaitu kelompok formal, kelompok non formal, kelompok
kecil, kelompok besar, kelompok jangka pendek, kelompok jangka panjang, kelompok kohesif
dan kelompok tidak kohesif. Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu
norma dan peran.
Menurut Tuckman, teori perkembangan kelompok terdiri dari empat tahap yaitu forming,
storming, norming, performing, dan ditambahkan tahap kelima, yaitu tahap adjourning.

DAFTAR PUSTAKA
14

Erma, Sofia. Pengertian Kelompok. Academia.edu: Internet. Di akses pada


https://www.academia.edu/9146789/Pengertian_Kelompok
Andriani, Arini. Tahap Perkembangan Kelompok. Academia.edu: Depok. Di akses pada
https://www.academia.edu/6782088/TAHAP_PERKEMBANGAN_KELOMPOK
Nia, Apsari. Tahap Perkembangan Kelompok. Academia.edu: Depok. Di akses pada
https://www.academia.edu/6202237/Tahap_Perkembangan_Kelompok
A, Arlintania. Pengertian dan karakteristik kelompok, tahap pembentukan kelompok, kekuatan
team work implikasi manajerial. Blogspot: Internet. Di akses pada
http://arlintaniaagustianawaty.blogspot.com/2015/10/pengertian-dan-karakteristik-
kelompok.html

Anda mungkin juga menyukai