Anda di halaman 1dari 6

ESSAY BAHASA INDONESIA

PENGARUH BUDAYA KPOP TERHADAP PSIKOLOGI


REMAJA

DISUSUN OLEH :

PIPIT LOLITA HAPSARI

XII MIPA 2

SMAN 26 BATAM
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Pengaruh Budaya Kpop Terhadap Psikologi Remaja

Gelombang korea (Korean Wave) di kalangan remaja bukanlah sesuatu yang


asing lagi. Gelombang Korea (Korean wave) sendiri sebetulnya sudah muncul
sejak tahun 1990 yang juga disebut demam Hallyu. Hallyu adalah istilah Cina
yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti “Gelombang Korea”. Ini adalah
istilah kolektif yang digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan fenomenal
budaya Korea dan budaya populer yang mencakup segala hal mulai dari musik,
film, drama hingga game online dan masakan Korea.
Belakangan ini kegandrungan akan musik K-pop semakin merajarela dikalangan
pelajar Indonesia, dimana banyak pelajar tidak mampu menyaring setiap budaya
asing yang masuk sehingga berimbas terkena dampak negatif dari budaya asing
tersebut. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari semakin mewabahnya demam Korea (Korean Wave) di bebagai
negara, termasuk Indonesia.
Korean wave memberikan pengaruh yang sangat besar, terlebih pada remaja saat
ini. Kemudahan mengakses internet saat ini seakan memudahkan berselancar dan
mencari berbagai hal yang berbau korea. Popularitas drama korea dan musik
korea meningkat pesat, seakan tidak ada jeda. Generasi muda berbondong-
bondong mengkoleksi berbagai pernak-pernik korea bahkan yang dijual dari
mancanegara.
Seperti yang terjadi baru-baru ini dengan ramainya isu akan diadakannya konser
musisi korea baik online maupun offline. Tak sedikit diantara pelajar seperti
terobsesi untuk dapat turut serta dalam konser tersebut. Lalu bagaimanakah
pandangan psikologi terhadap pengaruh kpop remaja saat ini?
Fenomena penggemar sebenarnya bukan lagi hal yang asing dikalangan remaja
saat ini. Di negara asalnya pun fenomena penggemar ini sangat menjamur dan
menjadi acuan dalam penampilan maupun gaya hidup. Bahkan dapat dikatakan
“Dimana ada idol, disitu ada penggemar”. Penggemar seakan mengalami gejolak
emosi terhadap apapun yang dilakukan atau dirasakan idolnya; seperti menangis,
berteriak histeris, dan rasa penasaran terhadap apa yang dilakukan idolnya adalah
hal yang wajar. Lalu apa yang sebenarnya membuat mereka seperti merasa
“terikat”?

Karena banyak nya faktor pendukung remaja dalam melakukan idolisasi


(Fenomena Penggemar) menyebabkan beberapa dampak terhadap psikologi
mereka. Berikut beberapa penyakit psikologis yang dapat timbul kepada fans
Kpop:

2
1. Celebrity Worship Syndrome
Celebrity Worship Syndrome adalah suatu kondisi dimana individu menjadi
terobsesi kepada seseorang atau beberapa selebriti serta menjadi tertarik dengan
kehidupan pribadi sang selebriti.

2. Pembelian Kompulsif
Fans biasanya akan membeli barang dengan jumlah banyak secara terus-menerus,
tanpa memikirkan resiko keuangan dan prilaku kompulsif ini sangat susah
dikontrol. Contohnya membeli album, merchandise, aksesosris – aksesoris dan
lain – lain tanpa memikirkan uang saku atau gaji habis. Semua itu untuk membeli
barang barang yang mungkin belum kamu butuhkan.

3. Delusi Erotomania
Delusi Erotomania merupakan delusi atau keyakinan yang menganggap sang artis
menyukai dirinya. fans penderita erotomania akan melakukan tindakan kekerasan
kepada sang idola, dengan tujuan agar sang idola mengingat dirinya atau
mengakui bukti cintanya.

4. Halusinasi Berlebihan
Hampir sama dengan delusi, tapi halusinasi lebih kepada panca indera akibat
pengaruh otak. Fans yang mengalami ini biasanya meyakini bahwa ia merasa
melihat sang idola atau mendengar suara sang idol, atau mungkin ia bisa meraba
sang idolanya yang pastinya itu tidak nyata alias khayalannya aja.

5. Werther effect
Werther effect merupakan fenomena peniruan tindakan bunuh diri sesorang yang
dianggap sebagai panutan, orang terdekat dan lain – lain. Karena para “fans”
tersebut merasa depresi ditinggal oleh idolanya atau merasa memahami
penderitaan sang idola, kemudian ia ingin menunjukkan kesetiaannya pada sang
idol dengan cara tersebut

Meski begitu di era globalisasi saat ini dengan kemajuan teknologi yang begitu
pesat, unsur-unsur budaya asing dari suatu negara sangat mudah untuk masuk ke
negara lain. Tentunya budaya asing yang masuk akan berdampak bagi budaya asal
negara tersebut, hal ini tergantung bagaimana setiap individu menyikapi budaya
asing yang masuk, sesuai atau tidak dengan norma-norma budaya asal yang ada. 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak adalah benturan, pengaruh yang
mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Jadi secara sederhana dampak
bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari sesuatu.

3
Dampak positif K-Pop
Merebahnya wabah demam Korea (Korean Wave) bagi pelajar di Indonesia
memicu minat pelajar untuk mempelajari bahasa asing, sehingga hal ini akan
mempermudah mereka untuk mencari pekerjaan dengan keahlian bahasa asing
yang dimilikinya.
Kemampuan bahasa asing juga sebagai basic skill keterampilan dasar yang akan
mempermudah seseorang diterima di berbagai sektor perkerjaan dan jenjang
pendidikan selanjutnya. Biasanya perusahaan akan memberikan perhatian khusus
bagi calon pelamar kerja yang memiliki kemampuan bahasa asing yang tinggi.
Bahkan beberapa perusahaan juga memasukan kemampuan bahasa asing di dalam
kualifikasi yang harus dimiliki oleh calon karyawannya. Kemampuan berbahasa
dianggap sebagai salah satu keterampilan khusus yang menunjang dalam
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Kemampuan bahasa asing ini juga bermanfaat bagi pelajar apabila ingin
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri seperti Korea
Selatan. Pelajar tidak perlu lagi untuk mengikuti kursus bahasa Korea dengan
biaya yang mahal, sebab dengan belajar secara otodidak pun mereka mampu
menguasai bahasa Korea dengan mudah dan cepat.
Seperti mendengarkan lagu-lagu K-Pop dan menonton serial drama Korea yang
akan menambah kosakata dan pemahaman mereka tentang bahasa Korea. 
Nyatanya banyak pelajar yang merasa penasaran dengan lirik yang dinyanyikan
dari musik K-Pop itu sendiri sehingga memicu minat mereka untuk mengetahui
arti dari lirik lagu tersebut, bahkan rasa penasaran ini membuat mereka ingin
mempelajari bahasa Korea lebih dalam, karena bahasa Korea dianggap menarik
untuk dipelajari.
Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi mereka apabila ingin melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi ke Korea, dan melamar pekerjaan di sebuah
perusahaan yang meletakkan syarat kemampuan berbahasa Korea sebagai
kualifikasi untuk diterima bekerja di perusahan tersebut.
Banyaknya beasiswa luar negeri dari pemerintah Indonesia, akan berpeluang besar
didapatkan oleh seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa asing yang baik.
Selain memicu minat pelajar untuk mempelajari bahasa asing, Musik K-Pop juga
menginspirasi dunia musik remaja atau pelajar Indonesia menjadi lebih berwarna.
Hal ini terlihat dengan kemunculan boyband atau girlband yang terinspirasi dari
budaya Korea di tanah air, seperti SMASH, XO-IX, CherryBelle, 7ICON, S.O.S,
dan lain-lain.

4
Selain itu masuknya budaya K-Pop juga memberikan keuntungan tersendiri bagi
pengusaha, dengan memanfaatkan minat para pelajar Indonesia sebagai ajang
untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut dilakukan dengan menjual
barang-barang yang berbau Korea seperti baju, jaket, sampai tempat minuman.
Dampak negatif K-Pop
Segala sesuatu hal pasti akan menimbulkan dampak, baik dari segi positif maupun
segi negatif. Berkembangnya musik K-Pop di Indonesia, pasti juga akan
memberikan dampak buruk bagi pelajar Indonesia, apabila pelajar tidak mampu
untuk menyaring setiap nilai-nilai dari budaya asing yang masuk.
Banyak pelajar yang akhirnya lebih mencintai budaya asing daripada kebudayaan
bangsanya sendiri. Hal ini meangakibatkan budaya bangsa semakin terabaikan
dan bahkan mematikan kebudayaan itu sendiri. Sehingga dikawatirkan budaya
asal akan hilang atau punah tergantikan oleh budaya asing, yang mungkin saja
tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.

Selain itu pelajar juga bisa terpengaruh dengan prilaku-prilaku menyimpang dari
budaya mereka. Prilaku menyimpang dari sang idola seperti minum-minuman
keras, gaya berpakaian yang terlalu vulgar, serta budaya operasi plastik yang
dianggap lumrah, memungkinkan sang penggemar untuk meniru prilaku
menyimpang dari idolanya tersebut.
Di era globalisasi dan semakin pesatnya perkembangan teknologi adalah hal yang
wajar, apabila ada budaya asing yang dengan mudah masuk ke suatu negara.
Setiap individu harus bijak untuk menyaring setiap budaya asing yang masuk,
dengan berpikir kritis dalam menyikapi budaya asing yang masuk apakah budaya
itu sesuai dengan norma-norma budaya asal yang ada.
Sehingga budaya negara tidak luntur akibat pengaruh yang ditimbulkan dari
budaya asing tersebut. Sikap terbaik yang dilakukan adalah dengan tidak langsung
menerima budaya asing tersebut, dimana pelajar dituntut untuk lebih bijak melihat
sisi positif dan negatif yang ditimbulkan dari masuknya budaya asing tersebut.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa menyukai music Kpop atau
hiburan korea lainnya tidaklah salah, karena setiap penggemar memiliki pola pikir
yang berbeda. Tidak sedikit diantara penggemar yang didukung oleh orangtua
mereka untuk dijadikan motivasi karir kedepannya. Namun menyukai music kpop
menimbulkan fanatisme berlebihan, hal itulah yang di khawatirkan terjadi pada
remaja saat ini.

Alangkah lebih baik jika penggemar dapat mengontrol secara Tindakan fanatisme
berlebihan agar dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan. Orang tua harus

5
memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan terhadap anak remaja
untuk menghindari dampak psikologis yang ditimbulkan dari fanatisme berlebihan
fans Kpop.

DAFTAR PUSTAKA

Etikasari, Y., & Yogyakarta, U. N. (2018). KONTROL DIRI REMAJA


PENGGEMAR K-POP (K-POPERS) (Studi pada Penggemar K-pop di
Yogyakarta) THE SELF-CONTROL AMONG TEENAGER OF K-POP LOVERS
(K-POPERS) (Study on K-pop Lovers in Yogyakarta). Maret, 4, 190
Lathifah, I. N., Herman, A., & Yusaputra, M. I. (2018). Pengaruh Mengakses
Korean Wave terhadap Perilaku Imitasi Remaja di Kota. Jurnal Ilmu Komunikasi,
6(2), 111–126.
Putri, K. A., & Purnomo, M. H. (2019). NUSA, Vol. 14 No. 1 Februari 2019
Karina Amaliantami Putri, Amirudin, Mulyo Hadi Purnomo, Korean Wave dalam
Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. 14(1), 125– 135.

Anda mungkin juga menyukai