Fans yang memiliki cukup banyak uang akam membeli album album
idolnya masing masing. Mereka dengan antusias menunggu terbit album album
tersebut. Meskipun harganya terbilang mahal penggemar pun rela
menggeluarkan uang demi mendapatkan album yamg limit edition. Banyak juga
asesoris yang di beli penggemar contohnya lampu ligth stick.
KONSEP
Dalam konsep manusia dan budaya didasari oleh suatu pemikiran dan
prinsip yang mempresentasikan tentang hubungan tersebut. Konsep ini menjadi
dasar dari perkembangan ilmu sosial dan budaya dasar. Beberapa diantaranya
memiliki pengertian tersendiri dan diklasifikasikan sebagai berikut:
Budaya asing tidak secara tiba-tiba melekat langsung pada diri remaja
di Indonesia. Berawal dari bentuk konten yang dibagikan seperti film, musik,
karya seni dan lain sebagainya. Pada awalnya bermula dari perdagangan
global antar negara. Perdagangan yang terjadi, menimbulkan pertukaran
arus barang baik produk makanan maupun kebutuhan lainnya. Secara tidak
langsung, budaya suatu negara juga ikut masuk melalui jaringan
perdagangan ini. Terutama di asia, dimana Indonesia menjadi pasar
terbesarnya. Salah satu contoh budaya yang masuk melalui perdagangan di
Indonesia adalah budaya KPOP. Budaya ini salah satu yang paling
mempengaruhi remaja di Indonesia. Bentuk budaya yang digandrungi remaja
di Indonesia adalah musik dan grup band, sehingga timbul istilah KPOP.
B. BUDAYA KPOP
KPOP adalah salah satu budaya yang sangat populer di Indonesia yang
menguasai media sosial dalam kefanatikannya terhadap idolanya. Istilah
KPOP merujuk pada Korean Popular yang artinya budaya popular yang
berasal dari negara korea khususnya korea selatan. Budaya yang menjadi
kepopuleran di antara para pecinta KPOP ini adalah lagu, music, drama,
kehidupan selebritas, makanan dan budaya.
Para pecinta KPOP yang memiliki kegemaran atau kecintaan yang kuat
terhadap seseorang atau tokoh terkenal yang akan menyebabkan para
pecinta KPOP ini mengidolakannya. Kecintaan penggemar terhadap idolanya
membuat apapun berita terbaru tentang idola yang disebarkan di media
sosial akan selalu dipantau kapan saja tanpa mengenal waktu. Para Pecinta
KPOP ini Sangat antusias terhadap apa saja yang dilakukan oleh sang idola,
sehingga selalu merepresentasikan kembali apa yang telah disaksikan dari
sang idola pada dikehidupan sosial.
2. Penggemar K-Pop dengan cara peniruan dan imitasi. tidak lepas dari
peran media masa penggemar yang sangat mengidolakan K-Pop dan
menjadikan K-Pop sebagai identitas sosialnya.
Rokeach dan DeFleur (Littlejohn & Foss, 2011: 428) menjelaskan teori
ketergantungan media memiliki asumsi bahwa seseorang bergantung
pada media untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan mencapai tujuan
tertentu.’ sangat antusias terhadap apa saja yang dilakukan oleh sang
idola, sehingga selalu merepresentasikan kembali apa yang telah
disaksikan dari sang idola pada dikehidupan sosial.
Identitas dan konsep diri merupakan dua konsep yang sering muncul
dalam kajian psikologi dan yang seringkali sulit dibedakan. Menurut
Oyserman (2012) antara identitas dan konsep diri sulit dipisahkan karena
keduanya memberikan jawaban mendasar terhadap pertayaan "Who am
I" and "Where do I belong". Secara inheren keduanya individual
(mengindividuasi) dan berkenaan dengan cara mempersepsi diri.
C. FANATISME
Berburu (Poaching)
Fiske (1992) menyebutkan bahwa produksi tekstual mengacu pada
produksi teks yang diciptakan oleh penggemar (fanss).Fans secara pribadi
memilih teks yang akan di proses sebagai dasar pembuatan creative
project mengenai idola mereka atau yang disebut sebagai produktivitas
tekstual. Jenkins (1992) merinci proses dalam produktivitas tektualbahwa
fans mencontoh atau mengambil sebuah teks, menggunakan potongan
teks tersebut untuk membuat cerita, dan menjadi ide kreasi mereka. Teks
tersebut dapat berupa naskah televisi atau film, atau lirik lagu dari band
tertentu, dan menggunakannya sebagai landasan untuk kegiatan kreatif
mereka sendiri (dalam McCudden, 2011:17).
Mengumpulkan (Collecting)
Selain membuat makna, berbagi makna, dan berburu, mengumpulkan
adalah bentuk keempat dari aktivitas yang dilakukan oleh penggemar
(fanss). Pengumpulan dalam hal ini adalah praktik mengumpulkan
barang-barang tertentu yang terkait dengan objek fandom yang digemari.
Bagi penggemar, mengumpulkan sebanyak mungkin koleksi merchandise
adalah menjadi sebuat tolak ukur koleksi penggemar, bukan dilihat dari
nilai barang secara individu (Mc Cudden, 2011:21).
Membangun Pengetahuan (Knowledge Building)
McCudden (2011:21) menyebutkan kegiatan terakhir menjadi penggemar
(fans) adalah membangun pengetahuan. Penggemar berusaha
mengumpulkan pengetahuan mereka tentang objek yang menjadi fokus
kegemaran.Pengetahuan dapat diambil dari berbagai bentuk tergantung
pada jenis objek yang digemari dan preferensi individu dalam komunitas
maupun sub-komunitas didalamnya. Kekuatan dari budaya penggemar
berasal dari kekuatan pengetahuan yang dimiliki oleh penggemar tentang
sejarah objek yang dikagumi.
D. DAMPAK
Perubahan konsep diri (Sobur, dkk., 2018: 414- 422) Transformasi konsep
diri maskulin menjadi feminin; (2) transformasi konsep diri introvert
menjadi ekstrovert; dan (3) transformasi dari konsep diri yang berpikiran
tertutup menjadi pikiran terbuka yang menghargai pendapat orang lain.
Konsep diri terbentuk dari proses belajar, dan dari faktor lingkungan
hal ini juga yang ditemukan di SMA Negeri 13 Surabaya yang konsep dirinya
terpengaruh dari lingkungan, adanya budaya korea yang masuk diindonesia
dan masuk dikalangan remaja siswa yang awalnya belum mengerti tentang
budaya korea bahwa konsep diri dapat mempengaruhi siswa. Terdapat siswa
yang menyukai musik korea dan menirukan bahasa korea dan ini didukung
pernyataan dari guru Bk bahwa siswa sedang menggemari artis korea
khususnya budaya korea salah satunya yaitu musik K-Pop. Hal ini dapat
menunjang bahwa budaya korea khususnya musikk-pop sedang di gemari
oleh para remaja. Kegemaran budaya korea akan mengganggu kepribadian
siswa, Budaya Korea sangat di nikmati dikalangan remaja hal ini dapat
dibuktikan pada drama “Winter Sonata” menjadi bukti bahwa Pop culture
Korea bisa disukai hingga mancanegara (Hong, 2014). Fenomena Korean Pop
tidak akan Berjaya seperti sekarang jika bukan karena basis penggemarnya.
Dalam waktu yang singkat sudah terdapat ratusan, ribuan, bahkan jutaan
penggemar Korean Pop. Seperti yang tercatat pada Korean Culture and
Information Service (2010), terdapat 793.574.005 total penggemar yang
menyaksikan music videos di Youtube.
KESIMPULAN
Banyak budaya asli Indonesia yang patut dihargai dan dibanggakan.
Melalui media sosial, budaya asli Indonesia akan lebih mudah diperlihatkan dan
dijadikan contoh yang baik bagi masyarakat Indonesia di setiap daerah. Dengan
keberagaman budaya yang ada, Indonesia akan terlihat sebagai negara yang
penuh dengan rasa dan warna. Bahkan budaya di Indonesia memungkinkan
tersebar ke berbagai negara di dunia. Namun yang terjadi malah sebaliknya,
budaya luar masuk ke Indonesia dan memberi dampak yang buruk hingga
merubah kualitas generasi muda.
Perilaku fanatisme KPOP dalam segala sesuatu tidak hanya dilihat dari
sejauh mana dan berapa lama menjalani aktivitasnya sebagai KPOP, namun
terlihat dari bagaimana mereke merespon informasi yang tidak nyata (HOAX)
dan segala bentuk berita negative idola mereka. Bentuk dari perilaku fanatisme
KPOP ditunjukkan dari bagaimana mereka memberi makna dengan
menginterpretasikan unggahan idola di media sosial sesuai dengan emosi dan
pengalamannya serta berbagi makna dengan penggemar lainnya. Salah satu
bentuk dampak yang merugikan adalah konsumtif dalam bentuk apapun demi
idolanya, seperti mengumpulkan merchandise, membeli tiket untuk menonton
konser secara langsung, bahkan untuk menyewa kamar hotel yang sama dengan
idola demi bertemu langsung dihadapannya.
Perilaku fanatisme dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya
media sosial. Namun bagaimanapun, media sosial tidak bisa dijadikan alasan
sebagai penyebab budaya asing masuk, karena memang media sosial mutlak
bersifat publik dimana semua orang bisa mengakses dan menikmatinya. Salah
satu bentuk penyegahan dan antisipasi agar budaya asing tidak masuk di
Indonesia adalah kesadaran diri sendiri. Baik buruknya media, tergantung
kepada pengguna yang menggunakannya. Tidak hanya tentang budaya dan
kefanatikan KPOP, namun segala hal yang bersifat publik pasti memiliki dampak
baik dan buruk. Dengan demikian, budaya di Indonesia harus lebih ditonjolkan
sesuai dengan trend generasi muda agar lebih banyak yang tertarik. Padahal,
budaya di Indonsia merupakan suatu hal yang baik dan tidak memberikan
dampak yang buruk. Hanya saja, budaya modern yang muncul tidak mampu
menyesuaikan budaya lama yang begitu bersih dan murni. Semua tergantung
kepada kepribadian masing-masing dalam mengambil baik buruknya suatu
budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Penelitian 1:
KONSEP DIRI REMAJA DITINJAU DARI KEGEMARANNYA TERHADAP MUSIK
POP KOREA (KOREAN POP)
Talitha Kartika
FIP - Universitas Negeri Surabaya
Jurnal Penelitian 2:
FANATISME PENGGENMAR KPOP DALAM BERMEDIA SOSIAL DI INSTAGRAM
Asfira Rachmad Rinata, Sulih Indra Dewi
SIKOM - Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Jurnal Penelitian 3:
EFEK KETERGANTUNGAN REMAJA K-POPERS TERHADAP MEDIA SOSIAL DI
KOTA PALU
Muhammad Khairil, Muhammad Isa Yusaputra, Nikmatusholeha
FISIP - Universitas Tadulako
Jurnal Penelitian 4:
DAMPAK KONSUMERISME BUDAYA KOREA (KPOP) DI KALANGAN
MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Dzakkiyah Nisrina, Incka Aprillia Widodo, Indah Bunga Larassari, Fikri Rahmaji
FIS - Universitas Negeri Malang
Jurnal Penelitian 5:
DINAMIKA PSIKOLOGIS FANGIRL K-POP
Sandy Agum Gumel, Risa Almaida, Adinda Azmi Laksmiwati