Oleh: Sufi Hindun Juwita, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
sufijuwita96@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui tingkat fanatisme penggemar K-Pop, dan (2) mengetahui tingkat
kemampuan mengelola emosi Komunitas EXO-L di Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif deskriptif menggunakan metode survei. Subyek dalam penelitian ini adalah anggota komunitas EXO-L
Yogyakarta yang berjumlah 140 orang. Data penelitian diperoleh menggunakan skala fanatisme penggemar K-Pop
dan skala kemampuan mengelola emosi. Uji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk dengan expert
judgment, sedangkan uji skala reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas
pada skala fanatisme penggemar K-Pop diperoleh nilai koefisien sebesar 0,872 dan skala kemampuan mengelola
emosi diperoleh nilai koefisien sebesar 0,845. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat fanatisme K-Pop pada komunitas EXO-L Yogyakarta termasuk kategori
sedang (89%), (2) tingkat kemampuan mengelola emosi pada komunitas EXO-L Yogyakarta termasuk kategori
sedang (81%).
Abstract
The aims of this research were: (1) to know the fanaticism precentage of K-Pop fans; and (2) to know the
precentage of managing emotion ability of EXO-L community in Yogyakarta. This research was quantitative
description research by using survey method. The participants of this research were 140 members of EXO-L
Yogyakarta. This research data was obtained by using K-pop fans' fanaticism scale and managing emotion ability
scale. The instruments' validity test used construct validity by expert judgement. Meanwhile, the instruments'
reability scale test used Alpha Cronbach. Reliability test result on fanaticism scale fan K-Pop obtained coefficient
0,872 and on managing emotion ability scale obtained coefficient 0.845. Descriptive statistic analisis technique
was used to test this research hypothesis. The result of this research showed that: (1) the precentage of K-pop
fanaticism of members majority included into standart category (89%); (2) the precentage of managing emotion
ability of members majority included into standart category (81%).
kebudayaan Korea. Akulturasi budaya Indonesia cover dari berbagai tim (kapanlagi.com diakses
dan budaya Korea pertama kali masuk ke pada 30 Januari 2018). Komunitas lain yang
Indonesia pada acara Korea-Japan World Cup juga ada di Yogyakarta adalah komunitas
2002 yang berakhir dengan masuknya Korea fandom yaitu komunitas penggemar yang
sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal mengidolakan girlband atau boyband K-Pop.
persepakbolaan. Hal tersebut semakin membuat beberapa komunitas tersebut antara lain Shawol,
nama Korea mendunia dan beberapa televisi ELF, Army, EXO-L, Inspirit, VIP, Sone dan
swasta di tanah air bersaing untuk menayangkan masih banyak lagi.
film-film maupun drama-drama Korea Peneliti memilih komunitas fandom
(Amrullah & Lestari, 2016: 3976). Budaya K- EXO- L sebagai subjek penelitian karena
Pop tersebut langsung populer di Indonesia dan komunitas ini merupakan komunitas yang aktif
mendapat banyak penggemar. dan memiliki banyak anggota, selain itu EXO-L
Fenomena K-Pop yang meluas ini tentu juga terkenal dengan kekompakan dan totalitas
saja menimbulkan dampak bagi masyarakat dalam mendukung boyband EXO. Komunitas
Indonesia khususnya para penggemar K-Pop EXO-L Yogyakarta berdiri pada tanggal 2 Mei
yang biasa disebut K-Popers (K-Pop Lovers) 2012 dan mempunyai anggota sekitar 140 orang.
atau pecinta K-pop. Dampak yang bisa dilihat EXO-L merupakan komunitas fans dari boyband
antara lain banyak munculnya rumah makan EXO, kepanjangan dari nama EXO-L yaitu
yang bernuansa Korea dan lembaga-lembaga EXO Love yang memiliki makna orang-orang
kursus Bahasa Korea. Rumah makan Korea yang berarti dan dicintai EXO. Kegiatan
yang ada di Yogyakarta antara lain, Hanbingo, komunitas EXO-L Yogyakarta ini beragam,
Dae Jang Geum, Sarangui Oppa, Jumbo mulai dari gathering, menonton bersama CD
Sikdang, Sorae dan masih banyak lagi. Fungsi konser atau video EXO, datang bersama ke
dari rumah makan Korea tersebut selain menjadi acara-acara K-Pop, sampai merayakan ulang
tempat makan juga biasa digunakan untuk tahun member EXO lengkap dengan kue, balon
gathering atau berkumpul komunitas K-Pop. dan hiasan ulang tahun.
Komunitas K-Pop di Yogyakarta terdiri Observasi awal yang telah dilakukan
dari dua macam komunitas, yaitu komunitas oleh peneliti pada komunitas EXO-L
dance cover dan komunitas fans atau biasa Yogyakarta menunjukkan bahwa sebanyak
disebut fandom. Komunitas dance cover berisi 80.9% dari anggota berusia remaja kisaran 12-
para penggemar K-Pop yang meniru tarian dan 24 tahun. Sebanyak 87.9% dari anggota
gerakan yang sudah ada dan dilakukan oleh menyukai K-Pop dan mengidolakan idolanya
idolanya. Komunitas dance cover di Yogyakarta lebih dari satu tahun, dan lebih dari 57% dari
sendiri memiliki grup di Facebook sebagai anggota rela menggunakan uang, waktu, tenaga
wadah untuk saling bertukar informasi, open demi artis K- Pop idolanya. Data hasil observasi
requirement member, dan membagi video hasil awal juga menunjukkan bahwa sekitar 39% dari
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 275
anggota merasa sedih dan kecewa ketika artis K- pengaruh dari sosial dan kurangnya persiapan
Pop idolanya dikabarkan berpacaran atau diri untuk menghadapi kondisi baru. Ketegangan
menikah, dan sekitar 90% dari anggota merasa emosi yang meningkat sering nampak pada
marah dan tidak terima ketika idolanya dihina remaja dalam bentuk lekas marah, berlebihan
atau dijelek- jelekkan oleh haters atau fans dari dalam menyukai atau membenci sesuatu, suka
artis lain. Data observasi awal yang didapatkan menyendiri, mudah gelisah, cemas, labil dan
oleh peneliti menunjukkan bahwa mayoritas sentimen. Pada usia remaja juga terjadi
anggota komunitas EXO-L memiliki perkembangan emosi cinta yang dialami, dalam
ketertarikan yang kuat terhadap K-Pop. tahapan perkembangan emosi cinta, remaja akan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan mengalami tahap Crush dan Hero Worshipping,
oleh Korean Culture and Information Service yaitu remaja mulai memuja orang lain yang
(KOCIS) kepada penggemar K-Pop menyatakan lebih tua, baik sesama jenis (crush) atau lawan
bahwa, sekitar 66% penggemar K-Pop berada di jenis (hero worshipping) yang umumnya
usia remaja dan dewasa awal usia 20 tahunan, berjarak jauh (Izzaty, dkk., 2013: 133-134).
18% penggemar berusia 30 tahunan, 8% berusia Setiap manusia memiliki rasa dan emosi,
40 tahunan, 6% berusia 50 tahunan dan 2 % emosi adalah perasaan intens yang tunjukkan
berusia di atas 60 tahun (KOCIS, 2011: 27). kepada seseorang atau sesuatu, emosi juga dapat
Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan dikatakan reaksi terhadap seseorang atau suatu
hasil yang didapatkan peneliti bahwa mayoritas kejadian (Robbins, 2008: 308). Menurut
K- Popers dan anggota komunitas EXO-L Stephen P. Robbins (2008: 335) kemampuan
adalah remaja. mengelola emosi adalah kemampuan individu
Remaja dalam bahasa aslinya disebut dalam mengenali dan mengubah emosi yang
adolescence, berasal dari bahasa Latin dirasakan. Kemampuan mengelola emosi dapat
adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh dilakukan dengan cara seperti memikirkan hal-
untuk mencapai kematangan” (Ali, 2008: 9). hal yang menyenangkan, mengalihkan perhatian
Remaja juga bisa disebut sebagai masa atau melakukan relaksasi. Kemampuan
pencarian jati diri dan mengalami paling banyak mengelola emosi juga termasuk dalam bidang
fase “topan dan badai” dalam kehidupannya, bimbingan konseling pribadi. Bidang tersebut
namun pada usia remaja juga merupakan fase memberikan pelayanan bimbingan dan
perkembangan yang potensial baik dari segi konseling dalam membantu individu untuk
kognitif, emosi, maupun fisik. Pada masa remaja menemukan dan mengembangkan pribadi yang
terjadi ketegangan emosi yang menggambarkan mandiri, mampu menyelesaikan masalah pribadi
keadaan emosi yang tidak menentu, tidak stabil dan mampu mengelola emosi dengan baik.
dan meledak-ledak. Bimbingan ini merupakan layanan yang
Emosi yang dimiliki oleh remaja mudah mengarah pada pencapaian pribadi yang
meninggi, terutama karena begitu banyak seimbang dengan mempertahankan keunikan
276 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018
karakteristik pribadi serta ragam permasalahan budaya Korea kemudian melahirkan budaya
yang dialami oleh individu (Yusuf & Nurihsan, baru dalam kelompok penggemar yang biasanya
2014: 11). berwujud fanatisme sebagai hasil interaksi
Aspek-aspek mengelola emosi menurut dengan budaya Pop Korea (Wijayanti, 2012: 3).
Gross (Al Habsyi, 2015: 14) adalah keyakinan Menurut Lehtsaar (Marimaa, 2011: 31)
individu untuk dapat mengatasi masalah, tidak seorang psikolog keagamaan dari University of
terpengaruh oleh emosi negatif, dapat Tartu, Estonia fanatisme merupakan suatu
mengontrol emosi yang dirasakan dan menerima faham keyakinan dan pengabdian yang sangat
suatu peristiwa yang menimbulkan emosi kuat bahkan melebihi batas normal. Fanatisme
negatif. Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat melahirkan sikap fanatik, sehingga fanatisme
dikaitkan dengan kondisi remaja yang adalah sebab dan fanatik adalah akibat. Winston
menggemari K-Pop saat ini. Para K-popers Churchill (Tartila, 2013: 7) berpendapat bahwa
remaja cenderung memuja idolanya dengan seseorang yang fanatik tidak bisa atau sulit
alasan tertentu bahkan sampai menjadikan mengubah pemikiran dan pandangannya
idolanya itu panutan. Sikap para K- Popers terhadap suatu subjek atau pokok materi.
remaja yang memuja idolanya secara berlebihan Fanatisme tentu akan muncul dalam komunitas-
dibuktikan dengan rela menghabiskan waktu komunitas K-Pop dan berdampak pada pribadi
untuk mengakses internet hanya untuk melihat anggota komunitas tersebut.
idolanya, menghabiskan banyak uang untuk Fanatisme yang muncul dalam
membeli tiket konser atau barang-barang yang komunitas K-Pop dapat terlihat dalam berbagai
berkaitan dengan idolanya, dan selalu berusaha sikap. Sikap fanatik menurut artikel Tempo
untuk mengetahui keadaan idolanya. antara lain, K- Popers mengikuti idola sampai
Sikap para K-Popers tersebut juga ke toilet hanya untuk bisa mendapatkan foto
didukung oleh respon dan timbal balik yang atau video artis idola. Para K-Popers tersebut
positif dari para artis K-Pop itu sendiri, seperti juga rela untuk menyamar sebagai laki-laki agar
mengadakan fansign untuk bisa lebih dekat bisa masuk ke toilet. Para K-Popers fanatik juga
dengan penggemar, berinteraksi lewat media banyak yang mengirimkan surat misterius dan
sosial, menulis surat cinta untuk penggemar dan mengerikan dengan darah yang menghiasi surat
bahkan membuat sebuah lagu khusus untuk para tersebut. Sikap lainnya yang ditunjukkan oleh
penggemarnya. Hal ini juga disampaikan oleh kebanyakan remaja K-Popers adalah histeris dan
beberapa anggota komunitas EXO-L bahwa anarkis ketika bertemu dengan idolanya, yang
timbal balik dan dukungan yang idola tersebut sering terjadi adalah K-Popers rela menunggu
lakukan semakin membuat K-Popers mencintai berjam- jam di bandara untuk melihat idolanya
dan mendukung idolanya. Melalui budaya K- datang, dan selalu berebut untuk bisa lebih dekat
Pop, komunitas penggemar K-Pop memahami dengan idolanya sampai menarik-narik,
dinamika budaya Korea. Pemahaman terhadap mencakar, bahkan hingga menampar idolanya,
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 277
selain itu memberikan hadiah yang fantastis juga titik koordinat tertentu, sehingga tidak akan
dapat dikatakan sebagai sikap fanatik bertumpuk dengan bintang lain yang sudah
(seleb.tempo.co diakses pada 1 Februari 2018). memiliki nama. Artis K-Pop yang mendapatkan
Remaja K-Popers kurang menyadari bahwa hadiah bintang dari penggemarnya sudah
sikap-sikap tersebut malah melukai dan terbilang banyak, seperti Joy Red Velvet, Henry
membuat idolanya tidak nyaman. Hal ini juga Super Junior, Jonghyun SHINee, NCT dan
berkaitan dengan perilaku yang nampak dalam masih banyak lagi. Sertifikat kepemilikan
tahap perkembangan emosi cinta yang dialami bintang tersebut kemudian diserahkan kepada
oleh remaja K-Popers pada tahap Crush dan artis K-Pop idolanya (inikpop.com diakses pada
Hero Worshipping. 12 Januari 2018).
Pemberian hadiah fantastis dari K- Sikap fanatik yang telah diuraikan
Popers kepada idolanya merupakan salah satu sebelumnya merupakan bukti bahwa
bentuk sikap fanatik yang terlihat, bahkan tak kebanyakan K-Popers mendukung dan
sedikit artis Korea yang menolak hadiah mengidolakan idolanya secara berlebihan. Fakta
pemberian dari fans karena merasa terlalu yang lebih mengejutkan yaitu ada salah satu
berlebihan. Hadiah fantastis yang diberikan Shawol (nama fans SHINee) asal Indonesia
seperti memasang iklan di subway station Korea yang mencoba bunuh diri setelah mengetahui
atau bahkan di billboard New York Time Square idolanya Kim Jonghyun, salah satu member
dengan biaya 600.000 USD untuk sekali pasang boyband SHINee bunuh diri karena depresi pada
iklan (m.kwikku.com diakses pada 12 Januari tanggal 18 Desember 2017 lalu
2018). Memasang iklan di subway atau (tabloidbintang.com dikases tanggal 20
billboard sudah menjadi hadiah yang biasa Desember 2017). Berita tersebut menyebabkan
diberikan fans kepada idolanya untuk perayaan kesedihan yang mendalam bagi K- Popers
ulang tahun, debut, atau mendukung idola dalam seluruh dunia, khususnya Shawol. Hal tersebut
program acara tertentu. menunjukkan bahwa fanatisme ada dalam
Anggota EXO yaitu Oh Sehun juga komunitas-komunitas K-Pop tak terkecuali
mendapatkan hadiah yang mewah dari komunitas EXO-L dan dapat dilihat juga
penggemarnya, yaitu sebidang tanah di Pulau bagaimana kemampuan individu dalam
Skotlandia oleh EXO-L China di hari ulang mengelola emosinya.
tahunnya (creativedisk.com diakses tanggal 12 Berdasarkan fenomena yang diuraikan
Januari 2018). Hadiah lain yang lebih fantastis sebelumnya maka peneliti tertarik untuk
dari K-Popers untuk idolanya adalah meneliti dan mengidentifikasi fanatisme
memberikan bintang. Para K-Popers sengaja penggemar K- Pop dan kemampuan dalam
membeli bintang dan menamai bintang tersebut mengelola emosi pada komunitas EXO-L di
dengan nama idolanya. Bintang yang diberikan Kota Yogyakarta.
pun bukan sembarang bintang karena sudah ada
278 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018
sesuai (SS) memiliki skor 4, sesuai (S) memiliki Tingkat fanatisme pada penelitian ini diukur
skor 3, tidak sesuai (TS) memiliki skor 2, dan menggunakan skala dengan rentang skor 1
sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1. sampai 4. Hasil perhitungan data tersebut dapat
Pernyataan unfavourable sendiri pada jawaban dilihat pada tabel berikut:
sangat sesuai (SS) memiliki skor 1, sesuai (S) Tabel 1. Deskripsi Data Hipotetik Fanatisme
memiliki skor 2, tidak sesuai (TS) memiliki skor Penggemar K-Pop
3, dan sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor
4. Pada skala fanatisme penggemar K-Pop Variabel Jml Maks. Min. Mean SD
Interval Kat. Jumlah Presentase emosi. Tingkat fanatisme pada penelitian ini
118 - 156 Tinggi 13 9% diukur menggunakan skala dengan rentang skor
78 - 117 Sedang 124 89% 1 samapi 4. Hasil perhitungan data tersebut
Kemampuan
Mengelola 35 140 35 88 17,5
Emosi
Tabel 4. Pemberian Skor Kategorisasi Skala mengelola emosi yang dimiliki oleh anggota
Kemampuan Mengelola Emosi komunitas EXO-L di Kota Yogyakarta
Interval Kat. Jumlah Presentase keduanya berada dalam kategori sedang. Hal ini
106-140 Tinggi 26 19% menunjukkan bahwa fanatisme yang dimiliki
70-105 Sedang 114 81% oleh para anggota komunitas EXO-L dapat
terdapat pengaruh antara fanatisme dengan Faktor lain yang dapat mempengaruhi
perilaku agresi sebesar 9,9%. adalah pengalaman traumatik. Rasa takut dan
Penelitian ini terdapat kaitannya dengan sikap waspada yang berlebihan akan
Bimbingan dan Konseling (BK), di mana kedua mempengaruhikondisi emosionalnya.
variabel tersebut merupakan permasalahan yang Kemampuan mengelola emosi pada laki-laki dan
terdapat pada BK pribadi-sosial yaitu sikap wanita berbeda. Laki-laki lebih tinggi emosinya
fanatisme dan kemampuan mengelola emosi. daripada wanita, dan wanita lebih bersifat
Menurut Ketut (Nurvitria, 2015: 53) bimbingan emosionalitas daripada laki-laki karena wanita
pribadi sosial merupakan usaha bimbingan memiliki kondisi emosi didasarkan peran sosial
dalam membantu menghadapi dan memecahkan yang diberikan oleh masyarakat. Dapat
masalah pribadi-sosial seperti penyesuaian diri, dikatakan bahwa ternyata jenis kelamin juga
penerimaan diri, tidak percaya diri, menghadapi memiliki pengaruh terhadap bagaimana individu
konflik, dan pergaulan sosial. mengelola emosinya. Kematangan emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan
kemampuan individu dalam mengelola kematangan fisiologis seseorang. Semakin
emosinya menurut Hendrikson (Al Habsyi, bertambah usia, kadar hormonal seseorang
2015:17) antara lain faktor lingkungan, faktor menurun sehingga mengakibatkan penurunan
pengalaman, pola asuh orang tua, pengalaman pengaruh emosional. hal ini tentu saja akan
traumatik, jenis kelamin, usia, perubahan mempengaruhi individu dalam mengelola
jasmani, dan perubahan pandangan luar. Faktor emosinya. Perubahan jasmani juga
lingkungan yang dimaksudkan adalah mempengaruhi, individu mulai mengalami
lingkungan tempat individu berada, seperti perubahan hormone-hormon yang mulai
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. berfungsi sesuai dengan jenis kelaminnya
Keharmonisan keluarga, kenyamanan masing-masing. Faktor yang terakhir adalah
dalam berinteraksi di sekolah dan mansyarakat faktor perubahan pandangan luar yang dapat
yang kondusif akan sangat mempengaruhi menimbulkan konflik dalam emosi seseorang,
perkembangan emosi remaja. Faktor seperti tidak konsistennya sikap dunia luar
pengalaman yang diperoleh selama hidupnya terhadap pribadi seseorang, atau pandangan
juga akan mempengaruhi perkembangan emosi orang lain tentang individu tersebut tidak sesuai
dan bagaimana individu mengelola emosinya. dengan yang diharapkan. Faktor-faktor lain
Berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk
akan menjadi referensi bagi individu dalam diteliti lebih lanjut pada penelitian berikutnya.
menampilkan emosinya. Pola asuh orang tua
yang banyak bentuknya juga akan SIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi pola emosi yang dikembangkan Simpulan
individu. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 283
Ali, M. & Mohammad A. (2014). Psikologi Chung, E., Beverland, M.B., Farrelly. F., et al.
remaja perkembangan peserta didik. (2008). Exploring consumer
Jakarta: PT Bumi Aksara. fanaticism: extraordinary devotion in
the comsumption context. Journal of
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu Advances in Consumer Research, 35
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka (4), 333-340.
Cipta.
Dance cover, bentuk ekspresi penggemar k-pop.
Aluna. (2017). Ulang tahun hari ini, ‘exo’ (2011). Diambil pada tanggal 30
sehun dihadiahi sebidang tanah di Januari 2018, dari
pulau skotlandia oleh fans. Diambil https://www.kapanlagi.com/
pada tanggal 12 Januari 2018, dari Darmawan, D. (2014). Metode
https://creativedisc.com/2017/04/ulan penelitian kuantitatif. Bandung: PT
g- tahun-hari-ini-exo-sehun- Remaja Rosdakarya.
dihadiahi- sebidang-tanah-di-pulau-
skotlandia-oleh- fans/ Goleman, D. (2009). Emotional intelligence
Amrullah, I. & Martha T. L. (2016). Analisis why it can matter more than iq.
gaya hidup anggota komunitas korea Library of Unviolent Revolution.
Hansamo Bandung. Journal e-
Proceeding of Management, 3 (3), Gross, J. J. (2014). Handbook of emotion
3975-3982. regulation. New York: The Guilford
Press.
Begini 7 perilaku fanatik penggemar k-pop.
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 285