Anda di halaman 1dari 14

Tingkat Fanatisme Penggemar ....

(Sufi Hindun Juwita) 273

TINGKAT FANATISME PENGGEMAR K-POP DAN KEMAMPUAN


MENGELOLA EMOSI PADA KOMUNITAS EXO-L DI KOTA YOGYAKARTA

PERCENTAGE OF K-POP FANS' FANATICISM AND MANAGING EMOTION ABILITY OF


EXO-L COMMUNITY IN YOGYAKARTA

Oleh: Sufi Hindun Juwita, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
sufijuwita96@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui tingkat fanatisme penggemar K-Pop, dan (2) mengetahui tingkat
kemampuan mengelola emosi Komunitas EXO-L di Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif deskriptif menggunakan metode survei. Subyek dalam penelitian ini adalah anggota komunitas EXO-L
Yogyakarta yang berjumlah 140 orang. Data penelitian diperoleh menggunakan skala fanatisme penggemar K-Pop
dan skala kemampuan mengelola emosi. Uji validitas instrumen menggunakan validitas konstruk dengan expert
judgment, sedangkan uji skala reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil uji reliabilitas
pada skala fanatisme penggemar K-Pop diperoleh nilai koefisien sebesar 0,872 dan skala kemampuan mengelola
emosi diperoleh nilai koefisien sebesar 0,845. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat fanatisme K-Pop pada komunitas EXO-L Yogyakarta termasuk kategori
sedang (89%), (2) tingkat kemampuan mengelola emosi pada komunitas EXO-L Yogyakarta termasuk kategori
sedang (81%).

Kata kunci: fanatisme, K-Pop, kemampuan mengelola emosi

Abstract
The aims of this research were: (1) to know the fanaticism precentage of K-Pop fans; and (2) to know the
precentage of managing emotion ability of EXO-L community in Yogyakarta. This research was quantitative
description research by using survey method. The participants of this research were 140 members of EXO-L
Yogyakarta. This research data was obtained by using K-pop fans' fanaticism scale and managing emotion ability
scale. The instruments' validity test used construct validity by expert judgement. Meanwhile, the instruments'
reability scale test used Alpha Cronbach. Reliability test result on fanaticism scale fan K-Pop obtained coefficient
0,872 and on managing emotion ability scale obtained coefficient 0.845. Descriptive statistic analisis technique
was used to test this research hypothesis. The result of this research showed that: (1) the precentage of K-pop
fanaticism of members majority included into standart category (89%); (2) the precentage of managing emotion
ability of members majority included into standart category (81%).

Keywords: fanaticism, K-Pop, emotion management skill

PENDAHULUAN Budaya pop yang saat ini sangat populer dan


Budaya pop atau budaya populer banyak digemari masyarakat khususnya remaja
merupakan efek dari globalisasi dan berkaitan adalah budaya Korean Pop atau sering disebut
dengan masalah sehari-hari seperti superstar, K-Pop.
fashion, transportasi, gaya hidup, dan Indonesia pun tak lepas dari gempuran
sebagainya yang dapat dinikmati oleh semua virus K-Pop ini. Budaya K-Pop awalnya hanya
orang atau kalangan tertentu (Soraya, 2013: 4). mengacu pada musik pop dari Korea Selatan,
Bentuk atau karya yang dihasilkan oleh budaya namun seiring berkembangnya zaman budaya K-
pop antara lain seperti musik, film, acara Pop semakin meluas, bukan hanya musik tapi
televisi, novel, drama, fashion dan gaya hidup. juga film, drama, variety show, bahasa dan
274 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

kebudayaan Korea. Akulturasi budaya Indonesia cover dari berbagai tim (kapanlagi.com diakses
dan budaya Korea pertama kali masuk ke pada 30 Januari 2018). Komunitas lain yang
Indonesia pada acara Korea-Japan World Cup juga ada di Yogyakarta adalah komunitas
2002 yang berakhir dengan masuknya Korea fandom yaitu komunitas penggemar yang
sebagai kekuatan empat besar dunia dalam hal mengidolakan girlband atau boyband K-Pop.
persepakbolaan. Hal tersebut semakin membuat beberapa komunitas tersebut antara lain Shawol,
nama Korea mendunia dan beberapa televisi ELF, Army, EXO-L, Inspirit, VIP, Sone dan
swasta di tanah air bersaing untuk menayangkan masih banyak lagi.
film-film maupun drama-drama Korea Peneliti memilih komunitas fandom
(Amrullah & Lestari, 2016: 3976). Budaya K- EXO- L sebagai subjek penelitian karena
Pop tersebut langsung populer di Indonesia dan komunitas ini merupakan komunitas yang aktif
mendapat banyak penggemar. dan memiliki banyak anggota, selain itu EXO-L
Fenomena K-Pop yang meluas ini tentu juga terkenal dengan kekompakan dan totalitas
saja menimbulkan dampak bagi masyarakat dalam mendukung boyband EXO. Komunitas
Indonesia khususnya para penggemar K-Pop EXO-L Yogyakarta berdiri pada tanggal 2 Mei
yang biasa disebut K-Popers (K-Pop Lovers) 2012 dan mempunyai anggota sekitar 140 orang.
atau pecinta K-pop. Dampak yang bisa dilihat EXO-L merupakan komunitas fans dari boyband
antara lain banyak munculnya rumah makan EXO, kepanjangan dari nama EXO-L yaitu
yang bernuansa Korea dan lembaga-lembaga EXO Love yang memiliki makna orang-orang
kursus Bahasa Korea. Rumah makan Korea yang berarti dan dicintai EXO. Kegiatan
yang ada di Yogyakarta antara lain, Hanbingo, komunitas EXO-L Yogyakarta ini beragam,
Dae Jang Geum, Sarangui Oppa, Jumbo mulai dari gathering, menonton bersama CD
Sikdang, Sorae dan masih banyak lagi. Fungsi konser atau video EXO, datang bersama ke
dari rumah makan Korea tersebut selain menjadi acara-acara K-Pop, sampai merayakan ulang
tempat makan juga biasa digunakan untuk tahun member EXO lengkap dengan kue, balon
gathering atau berkumpul komunitas K-Pop. dan hiasan ulang tahun.
Komunitas K-Pop di Yogyakarta terdiri Observasi awal yang telah dilakukan
dari dua macam komunitas, yaitu komunitas oleh peneliti pada komunitas EXO-L
dance cover dan komunitas fans atau biasa Yogyakarta menunjukkan bahwa sebanyak
disebut fandom. Komunitas dance cover berisi 80.9% dari anggota berusia remaja kisaran 12-
para penggemar K-Pop yang meniru tarian dan 24 tahun. Sebanyak 87.9% dari anggota
gerakan yang sudah ada dan dilakukan oleh menyukai K-Pop dan mengidolakan idolanya
idolanya. Komunitas dance cover di Yogyakarta lebih dari satu tahun, dan lebih dari 57% dari
sendiri memiliki grup di Facebook sebagai anggota rela menggunakan uang, waktu, tenaga
wadah untuk saling bertukar informasi, open demi artis K- Pop idolanya. Data hasil observasi
requirement member, dan membagi video hasil awal juga menunjukkan bahwa sekitar 39% dari
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 275

anggota merasa sedih dan kecewa ketika artis K- pengaruh dari sosial dan kurangnya persiapan
Pop idolanya dikabarkan berpacaran atau diri untuk menghadapi kondisi baru. Ketegangan
menikah, dan sekitar 90% dari anggota merasa emosi yang meningkat sering nampak pada
marah dan tidak terima ketika idolanya dihina remaja dalam bentuk lekas marah, berlebihan
atau dijelek- jelekkan oleh haters atau fans dari dalam menyukai atau membenci sesuatu, suka
artis lain. Data observasi awal yang didapatkan menyendiri, mudah gelisah, cemas, labil dan
oleh peneliti menunjukkan bahwa mayoritas sentimen. Pada usia remaja juga terjadi
anggota komunitas EXO-L memiliki perkembangan emosi cinta yang dialami, dalam
ketertarikan yang kuat terhadap K-Pop. tahapan perkembangan emosi cinta, remaja akan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan mengalami tahap Crush dan Hero Worshipping,
oleh Korean Culture and Information Service yaitu remaja mulai memuja orang lain yang
(KOCIS) kepada penggemar K-Pop menyatakan lebih tua, baik sesama jenis (crush) atau lawan
bahwa, sekitar 66% penggemar K-Pop berada di jenis (hero worshipping) yang umumnya
usia remaja dan dewasa awal usia 20 tahunan, berjarak jauh (Izzaty, dkk., 2013: 133-134).
18% penggemar berusia 30 tahunan, 8% berusia Setiap manusia memiliki rasa dan emosi,
40 tahunan, 6% berusia 50 tahunan dan 2 % emosi adalah perasaan intens yang tunjukkan
berusia di atas 60 tahun (KOCIS, 2011: 27). kepada seseorang atau sesuatu, emosi juga dapat
Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan dikatakan reaksi terhadap seseorang atau suatu
hasil yang didapatkan peneliti bahwa mayoritas kejadian (Robbins, 2008: 308). Menurut
K- Popers dan anggota komunitas EXO-L Stephen P. Robbins (2008: 335) kemampuan
adalah remaja. mengelola emosi adalah kemampuan individu
Remaja dalam bahasa aslinya disebut dalam mengenali dan mengubah emosi yang
adolescence, berasal dari bahasa Latin dirasakan. Kemampuan mengelola emosi dapat
adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh dilakukan dengan cara seperti memikirkan hal-
untuk mencapai kematangan” (Ali, 2008: 9). hal yang menyenangkan, mengalihkan perhatian
Remaja juga bisa disebut sebagai masa atau melakukan relaksasi. Kemampuan
pencarian jati diri dan mengalami paling banyak mengelola emosi juga termasuk dalam bidang
fase “topan dan badai” dalam kehidupannya, bimbingan konseling pribadi. Bidang tersebut
namun pada usia remaja juga merupakan fase memberikan pelayanan bimbingan dan
perkembangan yang potensial baik dari segi konseling dalam membantu individu untuk
kognitif, emosi, maupun fisik. Pada masa remaja menemukan dan mengembangkan pribadi yang
terjadi ketegangan emosi yang menggambarkan mandiri, mampu menyelesaikan masalah pribadi
keadaan emosi yang tidak menentu, tidak stabil dan mampu mengelola emosi dengan baik.
dan meledak-ledak. Bimbingan ini merupakan layanan yang
Emosi yang dimiliki oleh remaja mudah mengarah pada pencapaian pribadi yang
meninggi, terutama karena begitu banyak seimbang dengan mempertahankan keunikan
276 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

karakteristik pribadi serta ragam permasalahan budaya Korea kemudian melahirkan budaya
yang dialami oleh individu (Yusuf & Nurihsan, baru dalam kelompok penggemar yang biasanya
2014: 11). berwujud fanatisme sebagai hasil interaksi
Aspek-aspek mengelola emosi menurut dengan budaya Pop Korea (Wijayanti, 2012: 3).
Gross (Al Habsyi, 2015: 14) adalah keyakinan Menurut Lehtsaar (Marimaa, 2011: 31)
individu untuk dapat mengatasi masalah, tidak seorang psikolog keagamaan dari University of
terpengaruh oleh emosi negatif, dapat Tartu, Estonia fanatisme merupakan suatu
mengontrol emosi yang dirasakan dan menerima faham keyakinan dan pengabdian yang sangat
suatu peristiwa yang menimbulkan emosi kuat bahkan melebihi batas normal. Fanatisme
negatif. Berdasarkan aspek-aspek tersebut dapat melahirkan sikap fanatik, sehingga fanatisme
dikaitkan dengan kondisi remaja yang adalah sebab dan fanatik adalah akibat. Winston
menggemari K-Pop saat ini. Para K-popers Churchill (Tartila, 2013: 7) berpendapat bahwa
remaja cenderung memuja idolanya dengan seseorang yang fanatik tidak bisa atau sulit
alasan tertentu bahkan sampai menjadikan mengubah pemikiran dan pandangannya
idolanya itu panutan. Sikap para K- Popers terhadap suatu subjek atau pokok materi.
remaja yang memuja idolanya secara berlebihan Fanatisme tentu akan muncul dalam komunitas-
dibuktikan dengan rela menghabiskan waktu komunitas K-Pop dan berdampak pada pribadi
untuk mengakses internet hanya untuk melihat anggota komunitas tersebut.
idolanya, menghabiskan banyak uang untuk Fanatisme yang muncul dalam
membeli tiket konser atau barang-barang yang komunitas K-Pop dapat terlihat dalam berbagai
berkaitan dengan idolanya, dan selalu berusaha sikap. Sikap fanatik menurut artikel Tempo
untuk mengetahui keadaan idolanya. antara lain, K- Popers mengikuti idola sampai
Sikap para K-Popers tersebut juga ke toilet hanya untuk bisa mendapatkan foto
didukung oleh respon dan timbal balik yang atau video artis idola. Para K-Popers tersebut
positif dari para artis K-Pop itu sendiri, seperti juga rela untuk menyamar sebagai laki-laki agar
mengadakan fansign untuk bisa lebih dekat bisa masuk ke toilet. Para K-Popers fanatik juga
dengan penggemar, berinteraksi lewat media banyak yang mengirimkan surat misterius dan
sosial, menulis surat cinta untuk penggemar dan mengerikan dengan darah yang menghiasi surat
bahkan membuat sebuah lagu khusus untuk para tersebut. Sikap lainnya yang ditunjukkan oleh
penggemarnya. Hal ini juga disampaikan oleh kebanyakan remaja K-Popers adalah histeris dan
beberapa anggota komunitas EXO-L bahwa anarkis ketika bertemu dengan idolanya, yang
timbal balik dan dukungan yang idola tersebut sering terjadi adalah K-Popers rela menunggu
lakukan semakin membuat K-Popers mencintai berjam- jam di bandara untuk melihat idolanya
dan mendukung idolanya. Melalui budaya K- datang, dan selalu berebut untuk bisa lebih dekat
Pop, komunitas penggemar K-Pop memahami dengan idolanya sampai menarik-narik,
dinamika budaya Korea. Pemahaman terhadap mencakar, bahkan hingga menampar idolanya,
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 277

selain itu memberikan hadiah yang fantastis juga titik koordinat tertentu, sehingga tidak akan
dapat dikatakan sebagai sikap fanatik bertumpuk dengan bintang lain yang sudah
(seleb.tempo.co diakses pada 1 Februari 2018). memiliki nama. Artis K-Pop yang mendapatkan
Remaja K-Popers kurang menyadari bahwa hadiah bintang dari penggemarnya sudah
sikap-sikap tersebut malah melukai dan terbilang banyak, seperti Joy Red Velvet, Henry
membuat idolanya tidak nyaman. Hal ini juga Super Junior, Jonghyun SHINee, NCT dan
berkaitan dengan perilaku yang nampak dalam masih banyak lagi. Sertifikat kepemilikan
tahap perkembangan emosi cinta yang dialami bintang tersebut kemudian diserahkan kepada
oleh remaja K-Popers pada tahap Crush dan artis K-Pop idolanya (inikpop.com diakses pada
Hero Worshipping. 12 Januari 2018).
Pemberian hadiah fantastis dari K- Sikap fanatik yang telah diuraikan
Popers kepada idolanya merupakan salah satu sebelumnya merupakan bukti bahwa
bentuk sikap fanatik yang terlihat, bahkan tak kebanyakan K-Popers mendukung dan
sedikit artis Korea yang menolak hadiah mengidolakan idolanya secara berlebihan. Fakta
pemberian dari fans karena merasa terlalu yang lebih mengejutkan yaitu ada salah satu
berlebihan. Hadiah fantastis yang diberikan Shawol (nama fans SHINee) asal Indonesia
seperti memasang iklan di subway station Korea yang mencoba bunuh diri setelah mengetahui
atau bahkan di billboard New York Time Square idolanya Kim Jonghyun, salah satu member
dengan biaya 600.000 USD untuk sekali pasang boyband SHINee bunuh diri karena depresi pada
iklan (m.kwikku.com diakses pada 12 Januari tanggal 18 Desember 2017 lalu
2018). Memasang iklan di subway atau (tabloidbintang.com dikases tanggal 20
billboard sudah menjadi hadiah yang biasa Desember 2017). Berita tersebut menyebabkan
diberikan fans kepada idolanya untuk perayaan kesedihan yang mendalam bagi K- Popers
ulang tahun, debut, atau mendukung idola dalam seluruh dunia, khususnya Shawol. Hal tersebut
program acara tertentu. menunjukkan bahwa fanatisme ada dalam
Anggota EXO yaitu Oh Sehun juga komunitas-komunitas K-Pop tak terkecuali
mendapatkan hadiah yang mewah dari komunitas EXO-L dan dapat dilihat juga
penggemarnya, yaitu sebidang tanah di Pulau bagaimana kemampuan individu dalam
Skotlandia oleh EXO-L China di hari ulang mengelola emosinya.
tahunnya (creativedisk.com diakses tanggal 12 Berdasarkan fenomena yang diuraikan
Januari 2018). Hadiah lain yang lebih fantastis sebelumnya maka peneliti tertarik untuk
dari K-Popers untuk idolanya adalah meneliti dan mengidentifikasi fanatisme
memberikan bintang. Para K-Popers sengaja penggemar K- Pop dan kemampuan dalam
membeli bintang dan menamai bintang tersebut mengelola emosi pada komunitas EXO-L di
dengan nama idolanya. Bintang yang diberikan Kota Yogyakarta.
pun bukan sembarang bintang karena sudah ada
278 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

METODE PENELITIAN anggota komunitas tersebut yaitu di Rumah


Jenis Penelitian Makan Korea Hanbingo yang beralamat di Jl.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Perumnas No. 93, Condongcatur, Kecamatan
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif Depok, Kabupaten Sleman, dan di acara-acara
deskriptif dengan metode survei. Penelitian K- Pop di Yogyakarta. Penelitian ini
kuantitatif deskriptif merupakan bentuk dilaksanakan pada bulan Maret 2017.
penelitian untuk mendapatkan informasi data
yang luas dari suatu populasi atau sampel Populasi Penelitian
tertentu mengenai fenomena-fenomena kegiatan Populasi merupakan wilayah generalisasi
pendidikan, pembelajaran, implementasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
kurikulum, jenjang, dan satuan pendidikan yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
terjadi saat ini dengan analisis data yang bersifat yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
statistik (Sukmadinata, 2015: 65). dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
Metode survei merupakan bagian dari 2017: 80). Keseluruhan jumlah populasi yang
penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian survei akan digunakan dalam penelitian adalah 140
adalah penelitian kuantitatif dengan orang. Penelitian ini merupakan penelitian
menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis populasi sehingga seluruh anggota komunitas
yang sama kepada banyak orang, untuk yang berjumlah 140 orang menjadi responden
kemudian seluruh jawaban yang diperoleh dalam penelitian.
peneliti dicatatt, diolah, dan dianalisis (Prasetyo
& Jannah, 2012: 143). Menurut Morissan, dkk. Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
(2012: 166) menjelaskan bahwa penelitian Data
survei bisa dibagi ke dalam dua kategoti, yaitu Penelitian ini menggunakan skala
survei deskriptif dan survei analitis. Survei fanatisme Korean Pop (K-Pop) dan skala
deskriptif berupaya menjelaskan atau mencatat kemampuan mengelola emosi berupa
kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa yang pernyataan-pernyataan dengan jawaban
ada saat ini. penelitian ini sesuai dengan variabel berbentuk skala kesesuaian atau ketidaksesuaian
yang digunakan oleh peneliti dalam terhadap pernyataan. Skala disajikan dalam
mengungkap atau mengindentifikasi fanatisme pernyataan favourable (pernyataan mendukung)
penggemar K-Pop dan kemampuan mengelola dan unfavourable (pernyataan tidak
emosi individu anggota komunitas EXO-L di mendukung). Setiap pernyataan item setiap
Kota Yogyakarta. skala memiliki 4 alternatif jawaban yaitu sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
Waktu dan Tempat Penelitian sangat tidak sesuai (STS). Pada setiap
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu pernyataan akan memiliki skor yang berbeda,
tempat yang sering dijadikan tempat berkumpul untuk pernyataan favourable jawaban sangat
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 279

sesuai (SS) memiliki skor 4, sesuai (S) memiliki Tingkat fanatisme pada penelitian ini diukur
skor 3, tidak sesuai (TS) memiliki skor 2, dan menggunakan skala dengan rentang skor 1
sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1. sampai 4. Hasil perhitungan data tersebut dapat
Pernyataan unfavourable sendiri pada jawaban dilihat pada tabel berikut:
sangat sesuai (SS) memiliki skor 1, sesuai (S) Tabel 1. Deskripsi Data Hipotetik Fanatisme
memiliki skor 2, tidak sesuai (TS) memiliki skor Penggemar K-Pop
3, dan sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor
4. Pada skala fanatisme penggemar K-Pop Variabel Jml Maks. Min. Mean SD

terdapat 40 item pernyataan dan pada skala Fanatisme

kemampuan mengelola emosi terdapat 35 item Pengemar 39 156 39 97,5 19,5


K-Pop
pernyataan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


Teknik Analisis Data
dilakukan dapat dilihat skor minimal fanatisme
Teknik analisis data yang akan
penggemar K-Pop adalah 39, angka ini dicari
digunakan adalah teknik statistik deskriptif.
dengan mengalikan skor terendah item dengan
Menurut Arikunto (2010), teknik statistik
jumlah item sehingga diperoleh 1x39= 39. Skor
deskriptif merupakan teknik pengolahan data
maksimal dicari dengan cara mengalikan skor
dengan tujuan menganalisis dan
tertinggi item dengan jumlah item, sehingga
menggambarkan data dengan perhitungan
diperoleh 4x39= 156. Rentang diperoleh dari
modus, median, mean dan standar deviasi. Pada
skor maksimal dikurangi dengan skor minimal
statistik deskriptif akan ditentukan kategorisasi
sehingga diperoleh 156-39= 117. Mean (µ)
kecenderungan dari tiap-tiap variabel didasarkan
diperoleh dengan cara skor maksimal ditambah
pada norma kategorisasi. Menurut Nurgiyantoro
skor minimal kemudian dibagi dua, sehingga
(Noviari, 2013: 76) mengelompokkan menjadi 3
diperoleh mean sebesar (156+39):2= 97,5.
kategori, yaitu kategori tinggi, sedang, atau
Satuan deviasi standarnya bernilai σ = (156-
rendah. Kategori ini didasarkan pada besarnya
39):6 = 19,5. Berdasarkan data di atas maka
simpangan baku (SD) ideal dan rerata nilai
selanjutnya digunakan untuk menentukan
(mean) ideal.
kriteria kategorisasi dan data hasil penelitian
fanatisme penggemar K- Pop.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Distribusi frekuensi skor skala fanatisme
1. Deskripsi Fanatisme Penggemar
penggemar K-Pop dapat dilihat pada tabel
Korean Pop (K-Pop)
berikut ini:
Penyajian data dimulai dari penentuan
Tabel 2. Pemberian Skor Kategorisasi
skor minimal, maksimal, rentang dan mean yang
Skala Fanatisme Penggemar K-Pop
selanjutnya akan digunakan untuk menentukan
kriteria kategorisasi fanatisme pengemar K-Pop.
280 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

Interval Kat. Jumlah Presentase emosi. Tingkat fanatisme pada penelitian ini
118 - 156 Tinggi 13 9% diukur menggunakan skala dengan rentang skor
78 - 117 Sedang 124 89% 1 samapi 4. Hasil perhitungan data tersebut

35 - 77 Rendah 3 2% dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Deskripsi Data Hipotetik


Apabila ditampilkan dalam bentuk diagram
Kemampuan Mengelola Emosi
dapat dilihat pada Gambar 1. berikut:

Variabel Jml Maks. Min. Mean SD

Kemampuan
Mengelola 35 140 35 88 17,5
Emosi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui


bahwa skor minimal data kemampuan
mengelola emosi adalah 35, angka ini dicari
Gambar 1. Diagram Sebaran Kategotisasi Skala dengan mengalikan skor terendah item dengan
Fanatisme Penggemar K-Pop jumlah item lainnya sehingga diperoleh 1x35=
35. Skor maksimal dicari dengan mengalikan
Berdasarkan tabel dan gambar yang telah skor tertinggi dengan jumlah temnya sehingga
disampaikan dapat dilihat bahwa hasil penelitian diperoleh 4x35= 140. Rentang diperoleh dari
menunjukkan anggota komunitas EXO-L di skor maksimal dikurangi skor minimal sehingga
Kota Yogyakarta memiliki tingkat fanatisme diperoleh 105. Mean dicari dengan skor
dengan kategori tinggi sebanyak 9%, kategori maksimal ditambah skor minimal kemudan
sedang sebanyak 89% dan kategori rendah dibagi dua, sehingga diperoleh mean sebesar
sebanyak 2%. Berdasarkan data tersebut dapat (140+35):2= 88. Satuan deviasi standarnya
disimpulkan bahwa sebagian besar anggota bernilai σ = (140-35):6= 17,5. Berdasarkan data
komunitas EXO-L memiliki fanatisme K-Pop di atas maka selanjutnya digunakan untuk
dengan kategorisasi sedang. menentukan kriteria kategorisasi dan data hasil
penelitian keampuan mengelola emosi.
2. Deskripsi Kemampuan Mengelola Distribusi frekuensi skor skala kemampuan
Emosi mengelola emosi dapat dilihat pada tabel
Penyajian data dimulai dari penentuan berikut:
skor minimal, maksimal, rentang, dan mean
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan
kriteria kategorisasi kemampuan mengelola
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 281

Tabel 4. Pemberian Skor Kategorisasi Skala mengelola emosi yang dimiliki oleh anggota
Kemampuan Mengelola Emosi komunitas EXO-L di Kota Yogyakarta
Interval Kat. Jumlah Presentase keduanya berada dalam kategori sedang. Hal ini
106-140 Tinggi 26 19% menunjukkan bahwa fanatisme yang dimiliki
70-105 Sedang 114 81% oleh para anggota komunitas EXO-L dapat

35-69 Rendah 0 0% dikatakan masih dalam batas wajar dan belum


berlebihan seperti fakta-fakta atau berita-berita
mengenai fanatisme penggemar K-Pop yang
Berdasarkan tabel dan gambar yang telah
telah disampaikan, khususnya penggemar dari
disampaikan dapat dilihat bahwa hasil penelitian
negara lain. Kemampuan mengelola emosi tiap
menunjukkan anggota komunitas EXO-L di
individu dalam komunitas EXO-L juga dapat
Kota Yogyakarta dengan tingkat kemampuan
dikatakan baik, karena sebagian besar anggota
mengelola emosi kategori tinggi sebanyak 27%,
memiliki kemampuan mengelola emosi dengan
kategori sedang sebanyak 72% dan kategori
kategori sedang, bahkan tidak ada yang
rendah sebanyak 1%. Berdasarkan data tersebut
memiliki kemampuan mengelola emosi dengan
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
kategori rendah.
anggota komunitas EXO-L memiliki
Fanatisme dalam penelitian-penelitian
kemampuan mengelola emosi kategorisasi
sebelumnya memang belum banyak yang
sedang.
membahas mengenai kaitannya dengan
Apabila ditampilkan dalam bentuk
kemampuan individu dalam mengelola emosi,
diaram dapat dilihat pada Gambar 2. berikut:
namun dapat dikaji melalui pendapat ahli
lainnya. Goleman (Prasetyoaji, 2012:16)
mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosi individu
adalah faktor keluarga dan faktor non keluarga.
Kemampuan mengelola emosi sendiri termasuk
dalam aspek kecerdasan emosi. Fenomena
fanatisme apabila dikaitkan dengan faktor
mengelola emosi dapat dimasukkan dalam
Gambar 2. Diagram Sebaran Kategorisasi
kategori faktor lingkungan non keluarga, karena
Skala Kemampuan Mengelola Emosi
sebagian besar remaja penggemar K-Pop banyak
dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya.
3. Pembahasan
Penelitian lain yang dapat memperkuat adalah
Hasil penelitian yang telah dilakukan
penelitian Debry Agriawan (2016) tentang
menunjukkan bahwa pada variabel fanatisme
hubungan fanatisme dengan perilaku agresi.
penggemar K-Pop dan variabel kemampuan
Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa
282 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

terdapat pengaruh antara fanatisme dengan Faktor lain yang dapat mempengaruhi
perilaku agresi sebesar 9,9%. adalah pengalaman traumatik. Rasa takut dan
Penelitian ini terdapat kaitannya dengan sikap waspada yang berlebihan akan
Bimbingan dan Konseling (BK), di mana kedua mempengaruhikondisi emosionalnya.
variabel tersebut merupakan permasalahan yang Kemampuan mengelola emosi pada laki-laki dan
terdapat pada BK pribadi-sosial yaitu sikap wanita berbeda. Laki-laki lebih tinggi emosinya
fanatisme dan kemampuan mengelola emosi. daripada wanita, dan wanita lebih bersifat
Menurut Ketut (Nurvitria, 2015: 53) bimbingan emosionalitas daripada laki-laki karena wanita
pribadi sosial merupakan usaha bimbingan memiliki kondisi emosi didasarkan peran sosial
dalam membantu menghadapi dan memecahkan yang diberikan oleh masyarakat. Dapat
masalah pribadi-sosial seperti penyesuaian diri, dikatakan bahwa ternyata jenis kelamin juga
penerimaan diri, tidak percaya diri, menghadapi memiliki pengaruh terhadap bagaimana individu
konflik, dan pergaulan sosial. mengelola emosinya. Kematangan emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan
kemampuan individu dalam mengelola kematangan fisiologis seseorang. Semakin
emosinya menurut Hendrikson (Al Habsyi, bertambah usia, kadar hormonal seseorang
2015:17) antara lain faktor lingkungan, faktor menurun sehingga mengakibatkan penurunan
pengalaman, pola asuh orang tua, pengalaman pengaruh emosional. hal ini tentu saja akan
traumatik, jenis kelamin, usia, perubahan mempengaruhi individu dalam mengelola
jasmani, dan perubahan pandangan luar. Faktor emosinya. Perubahan jasmani juga
lingkungan yang dimaksudkan adalah mempengaruhi, individu mulai mengalami
lingkungan tempat individu berada, seperti perubahan hormone-hormon yang mulai
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. berfungsi sesuai dengan jenis kelaminnya
Keharmonisan keluarga, kenyamanan masing-masing. Faktor yang terakhir adalah
dalam berinteraksi di sekolah dan mansyarakat faktor perubahan pandangan luar yang dapat
yang kondusif akan sangat mempengaruhi menimbulkan konflik dalam emosi seseorang,
perkembangan emosi remaja. Faktor seperti tidak konsistennya sikap dunia luar
pengalaman yang diperoleh selama hidupnya terhadap pribadi seseorang, atau pandangan
juga akan mempengaruhi perkembangan emosi orang lain tentang individu tersebut tidak sesuai
dan bagaimana individu mengelola emosinya. dengan yang diharapkan. Faktor-faktor lain
Berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk
akan menjadi referensi bagi individu dalam diteliti lebih lanjut pada penelitian berikutnya.
menampilkan emosinya. Pola asuh orang tua
yang banyak bentuknya juga akan SIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi pola emosi yang dikembangkan Simpulan
individu. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 283

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: berpengaruh terhadap kecerdasan emosi


1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota yang usianya lebih muda, seperti
anggota komunitas EXO-L Yogyakarta selalu mengingatkan dan mencontohkan
memiliki tingkat fanatisme penggemar K- sikap-sikap yang baik khususnya dalam
Pop dengan kategori sedang. Hal ini menghadapi maasalah tentang idolanya,
ditunjukkan melalui hasil analisis bahwa sehingga hal tersebut perlu
anggota komunitas yang memiliki perilaku dipertahankan. Mengadakan acara
fanatisme dengan kategori sedang sebesar berkumpul bersama dan diisi dengan
89%, kategori tinggi sebesar 9% dan kegiatan-kegiatan lebih positif di rasa
kategori rendah sebesar 2%. perlu agar semakin solid dan dapat
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menambah wawasan baru selain
anggota komunitas EXO-L Yogyakarta membahas tentang artis idola.
memiliki kemampuan mengelola emosi 2. Bagi konselor atau guru BK di sekolah
dengan kategori sedang. Hal ini ditunjukkan Permasalahan yang diteliti merupakan
melalui hasil analisis, bahwa anggota permasalahan mengenai layanan pribadi-
komunitas yang memiliki kemampuan sosial dan hamper banyak terjadi pada
mengelola emosi kategori sedang sebesar setiap individu, mengingat fenomena K-
81%, kategori tinggi sebanyak 19% dan Pop sekarang sudah mengglobal dan
dengan kategori rendah sebanyak 0%. banyak remaja dan peserta didik yang
Saran menggemari K-Pop. Konselor atau Guru
Berdasrkan hasil penelitian secara BK di sekolah dirasa perlu memberikan
keseluruhan maka ada beberapa pandangan yang materi yang berkaitan dengan
dapat dijadikan saran bagi anggota komunitas mengontrol diri, pengetahuan mengenai
EXO-L Yogyakarta, bagi konselor atau guru BK fanatisme dan kemampuan mengelola
di sekolah, dan bagi peneliti selanjutnya sebagai emosi. Pemberian layanan dengan materi
berikut: tersebut diharapkan mampu menambah
1. Bagi anggota komunitas EXO-L wawasan peserta didik dan dapat
Yogyakarta Mengidolakan seorang mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
public figure, artis atau penyanyi dari berkaitan dengan materi tersebut.
Korea merupakan hal yang wajar 3. Bagi peneliti selanjutnya
dikalangan para remaja saat ini. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu
Komunitas EXO-L Yogyakarta melakukan penelitian dengan faktor-
diharapkan dapat meningkatkan rasa faktor lain yang dimungkinkan
solidaritas dan kemampuan dalam berpengaruh lebih besar terhadap
mengelola emosi. Peran para anggota kemampuan individiu dalam mengelola
yang usianya lebih tua sangat emosi, dan apabila tertarik meneliti
284 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

komunitas penggemar K-Pop yang lebih (2015). Diambil pada tanggal 1


besar dan memiliki lebih banyak anggota. Februari 2018,
darihttps://seleb.tempo.co/read/70286
DAFTAR PUSTAKA 0/begini -7-perilaku-fanatik-
Al Habsyi, S. A. (2015). Perbedaan regulasi penggemar-k-pop/ Azmi, N. (2015).
emosi antara penghafal qur’an 1-15 Potensi emosi remaja dan
juz dan penghafal qur’an 16-30 juz di pengembangannya. Sosial Horizon:
pondok pesantren nurul qur’an Jurnal Pendidikan Sosial, 2 (1), 36-
kraksaan, purbolinggo. Skripsi, 46.
Fakultas Psikologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Azwar, S. (2016). Penyususnan skala psikologi.
Malang Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali, M. & Mohammad A. (2014). Psikologi Chung, E., Beverland, M.B., Farrelly. F., et al.
remaja perkembangan peserta didik. (2008). Exploring consumer
Jakarta: PT Bumi Aksara. fanaticism: extraordinary devotion in
the comsumption context. Journal of
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu Advances in Consumer Research, 35
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka (4), 333-340.
Cipta.
Dance cover, bentuk ekspresi penggemar k-pop.
Aluna. (2017). Ulang tahun hari ini, ‘exo’ (2011). Diambil pada tanggal 30
sehun dihadiahi sebidang tanah di Januari 2018, dari
pulau skotlandia oleh fans. Diambil https://www.kapanlagi.com/
pada tanggal 12 Januari 2018, dari Darmawan, D. (2014). Metode
https://creativedisc.com/2017/04/ulan penelitian kuantitatif. Bandung: PT
g- tahun-hari-ini-exo-sehun- Remaja Rosdakarya.
dihadiahi- sebidang-tanah-di-pulau-
skotlandia-oleh- fans/ Goleman, D. (2009). Emotional intelligence
Amrullah, I. & Martha T. L. (2016). Analisis why it can matter more than iq.
gaya hidup anggota komunitas korea Library of Unviolent Revolution.
Hansamo Bandung. Journal e-
Proceeding of Management, 3 (3), Gross, J. J. (2014). Handbook of emotion
3975-3982. regulation. New York: The Guilford
Press.
Begini 7 perilaku fanatik penggemar k-pop.
Tingkat Fanatisme Penggemar .... (Sufi Hindun Juwita) 285

Izzaty, R. E., dkk. (2013). Perkembangan Fakultas Psikologi-UIN. Universitas


peserta didik. Yogyakarta: UNY Islam Negeri Walisongo Semarang.
Press.
Nurvitria, A. (2015). Pengaruh Gaya Hidup
Jannah, M. (2014). Gambaran identitas diri Hedonis Terhadap Perilaku Pembelian
remaja akhir wanita yang memiliki Impulsif Pada Mahasiswa Jurusan
fanatisme k-pop di samarinda. PPB 2013 FIP UNY. Skripsi, FIP-
eJournal Psikologi, 2 (2), 182-194. UNY, Universitas Negeri Yoyakarta.

Kharisma, S. (2017). 10 hadiah fans paling Padmomartono. (2014). Konseling remaja.


fantastis buat idol kpop. Diambil pada Yogyakarta: Penerbit Ombak.
tanggal 12 Januari 2018, dari
http://inikpop.com/10-hadiah-fans- Prasetyoaji, A. (2012). Hubungan kecerdasan
paling- fantastis-buat-idol-kpop/ emosi dan kecerdasan spiritual dengan
perilaku prososial guru bimbingan dan
KOCIS. (2011). K-pop: A new force in pop konseling di kabupaten pacitan.
music. Korean Culture and Skripsi, FIP-UNY, Universitas
Information servis. Ministry of Negeri Yogyakarta.
Culture, Sports and Tourism.
Prasetyo, B. & Lina M. J. (2012). Metode
Marimaa, K. (2011). The many faces of pendidikan kuantitatif. Jakarta: Raja
fanaticism. Journal ENDC Grafindo Persada.
Proceedings, 14, 29-55.
Robbins, S. P. & Timothy A. J. (2008). Perilaku
Morissan, A. C. & Farid H. (2012). Metodologi organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
penelitian survei. Jakarta: Kencana.
Safarina, T. & Saputra, N. E. (2012).
Noviari, V. K. (2013). Identifikasi faktor Manajemen emosi. Jakarta: PT Bumi
penyebab stress akademik pada siswa Aksara.
rsbi kelas viii di smp n 8 yogyakarta.
Skripsi, FIP-UNY, Universitas Negeri Seregina, A., Koivisto, E., & Mattila, P. (2011).
Yogyakarta. Fanaticism its development and
meanings in consumers lives. Journal
Nugraini, E. D. (2016). Fanatisme remaja of Aalto University School of
terhadap musik populer korea dalam Economics. 1 (1), 1- 106.
prespektif psikologi sufistik. Skripsi,
286 Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Volume 4, Nomer 7, Juli 2018

Soraya, V. A. (2013). Pengaruh budaya k-pop


terhadap sikap remaja surabaya. Syahputra, E. H. (2015). Hubungan fanatisme
Skripsi, FISIP-UPN, Universitas dan harga diri terhadap pengambilan
Pembangunan Nasional “Veteran” keputusan jersey bola pada fans club
Jawa Timur. liga serie a italia region pekanbaru.
Skripsi, Fakultas Psikologi – UIN,
Sugiyono. (2017). Metode penelitian pendidikan Universitas Islam Negeri Sultasn
pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan Syarif Kasim Riau.
r&d. Bandung: Alfabeta.
Tartila, P. L. (2013). Fanatisme fans k-pop
. (2016). Metode penelitian dalam blog netizenbuzz. Journal
pendidikan pendekatan kuantitatif, Unair, Universitas Airlangga.
kualitatif, dan r&d. Bandung:
Alfabeta. Terlalu fanatik, para fans ini beri hadiah “gila”
untuk artis korea idolanya. (2017)
. (2017). Metode penelitian Diambil pada tanggal 12 Januari 2018
pendidikan pendekatan kuantitatif, https://m.kwikku.com/post/1450053.
kualitatif, dan r&d. Bandung:
Alfabeta. Wattimena, R. A. A. (17 November 2012).
Akar- akar fanatisme. Diambil pada
Sukardi, D. K. & Nila K. (2008). Proses tanggal 2 Juni 2018, dari
bimbingan dan konseling di sekolah. https://rumahfilsafat.com/2012/11/17/
Jakarta: Rineka Cipta. akar -akar-fanatisme/

Sukmadinata, N. S. (2015). Metode penelitian Wijayanti, A. A. (2012). Hallyu: Youngstres


pendidikan. Bandung: PT. Remaja fanaticism of korean pop culture
Rosdakarya. (study of hallyu fans yogyakarta city).
Journal of Sosiology, 3 (3), 1-24.
Sunarti & Selly R. (2014). Penilaian dalam
kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Yusuf, S. & Juntika N. (2014). Landasan
ANDI. bimbingan dan konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sutoyo, A. (2014). Pemahaman individu
observasi, checklist, interviu,
kuesioner, sosiometri. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai