Anda di halaman 1dari 14

Demam K-POP di Kalangan Remaja dalam Kaitannya dengan

Perubahan Gaya Hidup dan Perilaku


K-POP adalah kependekan dari Korean Pop (Musik Pop Korea) yang merupakan jenis
musik yang populer yang berasal dari Korea Selatan. Musik Korea bangkit karena adanya
pengaruh dari kebangkitan musik Jepang (J-POP). Jika dalam beberapa waktu lalu musik
Jepang bangkit dengan grup musiknya masing-masing, Korea bangkit dengan kekuatan grup
vokal, baik boyband maupun girlband. Musik Korea memiliki mempunyai dua unsur utama
yaitu fashion dan musik itu sendiri. Biasanya musik Korea mengusung musik dance, beraliran
hiphop, serta unsur koreografi dan kostum yang menarik. Di sini keunggulan dalam
ketampanan dan kecantikan juga ditonjolkan, selain kualitas pencipta musik oleh mereka
sendiri.K-POP masuk ke Indonesia dan berkembang pesat pada sekitar tahun 2010. Sejak saat
itulah remaja-remaja di Indonesia mulai menggandrungi musik Korea. Pada umumnya remaja-
remaja tersebut menyukai K-POP karena musiknya yang unik, gerakan koreografi yang
energik, dan fashion para idol K-POP yang sangat menarik. Jika berbicara mengenai K-POP,
semua orang pasti mengenal sebuah boyband yang sangat terkenal yaitu Super Junior. Super
Junior inilah yang pertama kali ‘dikenali’ sebagai pioneer musik K-POP di dunia internasional,
lewat lagu hitsnya yang berjudul Sorry Sorry. Karena gerakan dance dari lagu tersebut sangat
unik dan mudah untuk diikuti, menghantarkan Super Junior sebagai duta yang mengenalkan
budaya K-POP ke seluruh dunia, yang bahkan diakui oleh negara asal mereka sendiri yaitu
Korea Selatan.
Saat ini remaja di Indonesia sedang terserang wabah demam K-POP. Mulai dari musik,
film, acara serial TV (drama Korea), fashion, hingga makanan atau kerajinan. Merasuknya K-
POP telah terjadi sejak dua hingga tahun yang lalu. Bermula dari ditayangkannya serial “Boys
Before Flowers” d sebuah stasiun TV swasta pada tahun 2009 silam, drama yang dibintangi
aktor tampan ternama bernama Lee Min Ho ini menjadi gerbang bagi masuknya berbagai
macam budaya khas Negeri Gingseng. Para penikmat drama tersebut mulai tertarik untuk lebih
jauh lagi mempelajari seluk beluk tentang Korea. Tidak hanya drama Korea yang menarik
perhatian remaja Indonesia, tetapi juga kehadiran boyband dan girlband Korea yang
mengusung konsep idol dengan wajah tampan dan cantik dimana mereka bernyanyi sambil
menari telah menghipnotis remaja khususnya remaja putri. K-POP pun berkembang layaknya
jamur di musim hujan. Mereka yang pada awalnya menyukai jenis musik pop dari band-band
lokal Indonesia ataupun penikmat musik dari Barat (Hollywood), mulai berpindah haluan ke
musik K-POP.Konsep boyband dan girlband Korea yang lain dari musisi pada umumnya, telah
memberikan warna tersendiri bagi para penggemarnya.
Mereka yang menyukai boyband atau girlband tertentu, mulai mengumpulkan berbagai
pernak-pernik yang berkaitan dengan artis idolanya. Mereka bahkan tak segan mengeluarkan
uang hingga ratusan ribu hingga jutaan rupiah demi membeli merchandise resmi berupa album
official, poster, lightstick, dan lain sebagainya. Kpoper (sebutan bagi penggemar musik K-
POP) yang fanatik mulai menirukan gaya berpakaian, gaya bicara, dan serentetan hal kecil
lainnya yang dilakukan idola mereka. Mereka tidak malu melakukan hal itu meskipun pada
akhirnya tidak cocok dengan diri mereka sendiri karena pada dasarnya ada beberapa unsur dari
budaya K-POP yang tidak sesuai dengan budaya timur di Indonesia.Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut diatas, penulis ingin meneliti sejauh mana budaya K-POP telah merasuk ke
Indonesia khususnya di kota Surakarta, dan apakah maraknya budaya K-POP ini telah
merubah gaya hidup serta perilaku para penggemarnya yang mayoritas remaja.
Demam K-POP melanda dunia tak luput juga Indonesia.Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan beberapa narasumber, didapatkan suatu konfirmasi bahwa daya tarik utama
dari K-POP adalah musik K-POP itu sendiri beserta gerakan dancenya. Oleh sebab itu,
sekarang dapat kita jumpai banyak sekali remaja-remaja yang mencoba untuk mengikuti
gerakan dance boyband atau girlband Korea, hal itu biasa disebut dengan cover dance. Jika
sebuah boyband atau girlband merilis album baru beserta music video maka dalam hitungan
minggu atau bahkan hari akan muncul pula video-video cover dance dari para fans boyband
dan girlband tersebut. Memang kecintaan pada sesuatu hal akan cenderung membuat seseorang
meniru apa yang dicintainya tersebut, bahkan rela mempelajari hal baru demi lebih
mendalaminya.Contoh nyata dari hal tersebut adalah Debby, remaja berusia 17 tahun yang
bergabung dalam komunitas dance modern K-POP karena kecintaannya akan musik K-
POP.“Aku ikut komunitas dance modern K-POP, di sana aku belajar dance, dimana aku
mendapatkan manfaat antara lain aku bisa mendapatkan inspirasi, ilmu tentang dance yang
lebih baik dan dapat mengikuti dance masa kini.”Rosy yang mengaku menyukai Super Junior
dan 2NE1 mengatakan hal yang senada tentang musik K-POP yang unik:“Beatnya lebih dapet
dan sangat membantu untuk latihan dance dan menghilangkan stress.”Tidak hanya menirukan
apa yang idola lakukan, berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada sebuah kelompok
penggemar boyband K-POP (fandom) kecintaan mereka pada idola mereka bahkan terkadang
sampai pada suatu tahap yang mungkin bagi orang awam dianggap ‘terlalu berlebihan’. Hal ini
dikarenakan para Kpoper tersebut suka berimajinasi tentang idolanya dan menuliskannya
dalam bentuk fanfiction, yaitu suatu karya fiksi serupa cerpen yang menggunakan idola K-POP
sebagai tokohnya. Sebenarnya fanfiction ini sama seperti karya fiksi lainnya seperti cerpen,
flashfiction, dan novel; hanya yang membedakannya ialah pada tokohnya dan setting tempat
yang mayoritas memakai latar Korea Selatan dan tak jarang pula terselip kata-kata dengan
bahasa Korea. Tidak hanya mereka yang suka ngedance yang membuat komunitas cover
dance, para penulis fanfiction pun memiliki perkumpulannya sendiri untuk saling bertukar
karya yang biasanya karya mereka tersebut ditampung dalam sebuah blog khusus. Salah
seorang narasumber yang bernama Naomi adalah salah satu contoh Kpoper yang tergabung
dalam komunitas penulis fanfiction tersebut, selain juga ia tergabung dalam grup cover dance
K-POP.“Aku ikut komunitas dance cover K-POP dan komunitas penulis fanfiction K-POP. Di
masing-masing komunitas aku belajar dance dan menulis fiksi tentang idola K-POP.
Manfaatnya jadi punya temen baru yang punya kegemaran yang sama, tambah pengetahuan
tentang menulis dan fashion juga serba-serbi tentang Korea Selatan.”Dari penjelasan tersebut
di atas, dapat diketahui beberapa manfaat positif musik K-POP. Seorang Kpoper yang
tergabung dalam komunitas cover dance misalnya, selain ia bisa bertemu dengan sesama
penyuka dance K-POP ia juga bisa belajar teknik-teknik dance baru yang belum diketahuinya.
Begitu halnya dengan komunitas penulis fanfiction, mereka yang tergabung dalam komunitas
ini memiliki wadah untuk menuangkan imajinasi dan daya kreasi dalam bidang tulis menulis
dan bahkan tak sedikit dari mereka yang berhasil menerbitkan novel hasil tulisannya sendiri,
yang tentunya bertemakan Korea.Namun, segala sesuatunya pasti memiliki sisi positif dan juga
negatif.
Kegemaran akan musik K-POP pun membawa dampak negatif bagi penggemarnya.
Penggemar K-POP yang tergabung dalam suatu fandom akan memiliki perasaan in-group yang
tinggi terhadap sesama anggota fandom tersebut. Bila terjadi suatu ‘serangan’ dari fandom
lain, mereka tak segan-segan menyerang kubu lawan lewat cacian serta makian, bahkan dalam
tahap yang ekstrem bisa terjadi penyerangan fisik. Namun, pada umumnya perkelahian antar
kelompok penggemar K-POP ini terjadi dunia maya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
W.G. Sumner bahwa perasaan in-group didasari oleh suatu sikap yang dinamakan etnosentris,
yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik
dibanding dengan kelompok lainnya.Pada umumnya, penggemar K-POP akan menunjukkan
suatu perubahan yang mendasar pada perilaku serta gaya hidupnya dibanding saat sebelum dia
mengenal K-POP. Penulis yang melakukan observasi partisipasi langsung dengan sebuah
fandom besar yakni ELF (penggemar Super Junior), menemukan fakta bahwa Kpoper yang
mayoritas berasal dari golongan menengah ke bawah akan menabung uang sakunya demi
membeli segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya, seperti album resmi, photobook,
bahkan tiket konser yang harganya jutaan. Mereka mengaku melakukan itu demi rasa cintanya
terhadap idolanya. Selain itu kebanyakan Kpoper (meski tidak terlalu fasih) menguasai bahasa
Korea, bahkan bisa menulis dan membaca aksara Korea (hangeul), yang mereka pelajari secara
otodidak.
Sebegitu besarnya pengaruh K-POP hingga terkadang membuat penggemarnya kehilangan
jati dirinya. K-POP sendiri di negeri asalnya merupakan suatu produk industri entertainment
yang (sepertinya) menjadi penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian negara. Negara
Korea Selatan memang terkenal dengan sistem ekonomi kapitalisnya. Dan hal itu tercermin
pula dalam dunia entertainment mereka. Mungkin bagi orang awam artis K-POP sama seperti
selebriti di Indonesia, namun sebenarnya mereka tidak lebih dari sekedar alat para kapitalis
untuk memproduksi suatu produk budaya yang mereka sebut budaya K-POP. Artis K-POP
layaknya ‘budak’ yang harus bekerja keras yang tak jarang hal itu harus mengorbankan seluruh
waktunya, keringat di tubuhnya, bahkan mereka mengorbankan setiap luka yang didapatnya
dari setiap latihan. Tak heran jika kita sering menemui kasus artis K-POP yang bunuh diri, hal
itu terjadi karena memang dunia hiburan di Korea itu keras.
Sedangkan untuk penggemar K-POP yang tidak bijak mereka telah menjadi korban
kapitalis, dimana mereka telah terjebak dalam keinginan semu, membeli segala hal tentang
artis idolanya yang sebenarnya barang-barang tersebut tidak terlalu mereka butuhkan. Hal ini
sesuai dengan konsep Mazhab Frankfurt mengenai industri budaya, yaitu suatu kondisi dimana
budaya membentuk selera dan kecenderungan massa, sehingga mencetak kesadaran mereka
dengan cara menanamkan keinginan mereka atas kebutuhan-kebutuhan palsu.
Demikian halnya dengan budaya K-POP yang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia,
industri kapitalis Korea menciptakan suatu kondisi dimana para penggemar harus membeli
setiap produk yang dihasilkan oleh idola mereka. Dan sayangnya, para penggemar ini rela-rela
saja menghabiskan uang mereka untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukannya.
Sama seperti yang penulis dapatkan saat mengobservasi kelompok penggemar K-POP, dalam
hal menonton konser K-POP contohnya, para fans setia boyband atau girlband rela menabung
berbulan-bulan hanya demi menonton konser yang hanya berlangsung dua hingga tiga jam.
Bahkan ada juga fans yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi admin fansite atau stalker,
dimana kegiatannya hanyalah mengikuti kemanapun sang idola pergi. Tentu hal ini menjadi
keprihatinan tersendiri mengingat mayoritas Kpoper masih berada di usia remaja.
Penulis menemukan fakta menarik mengenai pergaulan remaja Kpoper ini. Mayoritas
mereka lebih sering berkomunikasi dengan sesama Kpoper melalui media sosial, hal tersebut
berdampak positif karena mereka bisa terhindar dari pergaulan bebas dan tawuran pelajar.
Selain itu, mereka juga bisa belajar bahasa asing jika memiliki teman yang dari luar negeri.
Namun, di sisi lain hal tersebut juga menyebabkan mereka menjadi lebih individualis dan
cenderung tertutup atau bahkan apatis akan keadaan sekitarnya.
Dari hasil penelitian yang telah penulis jabarkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
demam K-POP telah merambah hingga ke berbagai sektor, mulai dari musik, fashion, hingga
ke tingkah laku remajanya. Budaya K-POP secara tidak langsung telah merubah perilaku dan
gaya hidup remaja, di sisi positif mereka bisa mengembangkan diri melalui komunitas-
komunitas penggemar K-POP namun dampak negatifnya mereka jadi individualis dan
cenderung konsumtif, meski dalam tahap yang bisa dikendalikan.
 DESAIN KEGIATAN BERBASIS PROYEK
N JENIS INFORMASI KETERANGAN
O
1 Nama Siswa ZEIN MUBAROK.S
2 Kelas IX 4
3 Judul/Topik Proyek Penyusunan teks tanggapan kritis dengan topik Demam K-
POP di Kalangan Remaja dalam Kaitannya dengan Perubahan
Gaya Hidup dan Perilaku
4 Jenis Tugas Tugas mandiri
5 Sumber Bahan Internet
6 Cara Pengumpulan Bahan Studi kepustakaan
7 Cara Pelaporan Tulis dan publikasi
8 Jadwal Pelaksanaan Tiga minggu
Minggu 1 : pengumpulan data
Minggu 2 : pengolahan data
Minggu 3 : pelaporan,penyusun teks,dan
publikasi.

 CARA ANALISIS BAHAN


N DATA/FAKTA/INFORMASI PENGEMBANGAN BAHAN STRUKTUR TEKS
O
1 » K-POP adalah kependekan » K-POP adalah kependekan dari EVALUASI
dari Korean Pop (Musik Pop Korean Pop (Musik Pop Korea) yang
Korea) yang merupakan merupakan jenis musik yang populer
jenis musik yang populer yang berasal dari Korea Selatan.
yang berasal dari Korea Musik Korea bangkit karena adanya
Selatan. Musik Korea pengaruh dari kebangkitan musik
bangkit karena adanya Jepang (J-POP). Jika dalam beberapa
pengaruh dari kebangkitan waktu lalu musik Jepang bangkit
musik Jepang (J-POP). dengan grup musiknya masing-
masing, Korea bangkit dengan
kekuatan grup vokal, baik boyband
maupun girlband. Musik Korea
memiliki mempunyai dua unsur
utama yaitu fashion dan musik itu
sendiri. Biasanya musik Korea
mengusung musik dance, beraliran
hiphop, serta unsur koreografi dan
kostum yang menarik. Di sini
keunggulan dalam ketampanan dan
kecantikan juga ditonjolkan, selain
kualitas pencipta musik oleh mereka
sendiri.K-POP masuk ke Indonesia
dan berkembang pesat pada sekitar
tahun 2010. Sejak saat itulah remaja-
remaja di Indonesia mulai
menggandrungi musik Korea. Pada
umumnya remaja-remaja tersebut
menyukai K-POP karena musiknya
yang unik, gerakan koreografi yang
energik, dan fashion para idol K-POP
yang sangat menarik. Jika berbicara
mengenai K-POP, semua orang pasti
mengenal sebuah boyband yang
sangat terkenal yaitu Super Junior.
Super Junior inilah yang pertama kali
‘dikenali’ sebagai pioneer musik K-
POP di dunia internasional, lewat
lagu hitsnya yang berjudul Sorry
Sorry. Karena gerakan dance dari
lagu tersebut sangat unik dan mudah
untuk diikuti, menghantarkan Super
Junior sebagai duta yang
mengenalkan budaya K-POP ke
seluruh dunia, yang bahkan diakui
oleh negara asal mereka sendiri yaitu
Korea Selatan.

2 » Saat ini remaja di Indonesia » Saat ini remaja di Indonesia sedang DESKRIPSI TEKS
sedang terserang wabah terserang wabah demam K-POP.
demam K-POP. Mulai dari musik, film, acara serial
TV (drama Korea), fashion, hingga
makanan atau kerajinan. Merasuknya
K-POP telah terjadi sejak dua hingga
tahun yang lalu. Bermula dari
ditayangkannya serial “Boys Before
Flowers” d sebuah stasiun TV swasta
pada tahun 2009 silam, drama yang
dibintangi aktor tampan ternama
bernama Lee Min Ho ini menjadi
gerbang bagi masuknya berbagai
macam budaya khas Negeri
Gingseng. Para penikmat drama
tersebut mulai tertarik untuk lebih
jauh lagi mempelajari seluk beluk
tentang Korea. Tidak hanya drama
Korea yang menarik perhatian remaja
Indonesia, tetapi juga kehadiran
boyband dan girlband Korea yang
mengusung konsep idol dengan wajah
tampan dan cantik dimana mereka
bernyanyi sambil menari telah
menghipnotis remaja khususnya
remaja putri. K-POP pun berkembang
layaknya jamur di musim hujan.
Mereka yang pada awalnya menyukai
jenis musik pop dari band-band lokal
Indonesia ataupun penikmat musik
dari Barat (Hollywood), mulai
berpindah haluan ke musik K-
POP.Konsep boyband dan girlband
Korea yang lain dari musisi pada
umumnya, telah memberikan warna
tersendiri bagi para penggemarnya.
» Mereka yang menyukai boyband atau
girlband tertentu, mulai
mengumpulkan berbagai pernak-
pernik yang berkaitan dengan artis
idolanya. Mereka bahkan tak segan
mengeluarkan uang hingga ratusan
» Mereka yang menyukai ribu hingga jutaan rupiah demi
boyband atau girlband membeli merchandise resmi berupa
tertentu, mulai album official, poster, lightstick, dan
mengumpulkan berbagai lain sebagainya. Kpoper (sebutan bagi
pernak-pernik yang penggemar musik K-POP) yang
berkaitan dengan artis fanatik mulai menirukan gaya
idolanya. berpakaian, gaya bicara, dan
serentetan hal kecil lainnya yang
dilakukan idola mereka. Mereka tidak
malu melakukan hal itu meskipun
pada akhirnya tidak cocok dengan diri
mereka sendiri karena pada dasarnya
ada beberapa unsur dari budaya K-
POP yang tidak sesuai dengan budaya
timur di Indonesia.Berdasarkan latar
belakang masalah tersebut diatas,
penulis ingin meneliti sejauh mana
budaya K-POP telah merasuk ke
Indonesia khususnya di kota
Surakarta, dan apakah maraknya
budaya K-POP ini telah merubah
gaya hidup serta perilaku para
penggemarnya yang mayoritas
remaja.
» Demam K-POP melanda dunia tak
luput juga Indonesia.Berdasarkan
hasil wawancara peneliti dengan
beberapa narasumber, didapatkan
suatu konfirmasi bahwa daya tarik
utama dari K-POP adalah musik K-
POP itu sendiri beserta gerakan
dancenya. Oleh sebab itu, sekarang
dapat kita jumpai banyak sekali
remaja-remaja yang mencoba untuk
mengikuti gerakan dance boyband
atau girlband Korea, hal itu biasa
» Demam K-POP melanda disebut dengan cover dance. Jika
dunia tak luput juga sebuah boyband atau girlband merilis
Indonesia. album baru beserta music video maka
dalam hitungan minggu atau bahkan
hari akan muncul pula video-video
cover dance dari para fans boyband
dan girlband tersebut. Memang
kecintaan pada sesuatu hal akan
cenderung membuat seseorang
meniru apa yang dicintainya tersebut,
bahkan rela mempelajari hal baru
demi lebih mendalaminya.Contoh
nyata dari hal tersebut adalah Debby,
remaja berusia 17 tahun yang
bergabung dalam komunitas dance
modern K-POP karena kecintaannya
akan musik K-POP.“Aku ikut
komunitas dance modern K-POP, di
sana aku belajar dance, dimana aku
mendapatkan manfaat antara lain
aku bisa mendapatkan inspirasi, ilmu
tentang dance yang lebih baik dan
dapat mengikuti dance masa
kini.”Rosy yang mengaku menyukai
Super Junior dan 2NE1 mengatakan
hal yang senada tentang musik K-
POP yang unik:“Beatnya lebih dapet
dan sangat membantu untuk latihan
dance dan menghilangkan
stress.”Tidak hanya menirukan apa
yang idola lakukan, berdasarkan
observasi yang penulis lakukan pada
sebuah kelompok penggemar
boyband K-POP (fandom) kecintaan
mereka pada idola mereka bahkan
terkadang sampai pada suatu tahap
yang mungkin bagi orang awam
dianggap ‘terlalu berlebihan’. Hal ini
dikarenakan para Kpoper tersebut
suka berimajinasi tentang idolanya
dan menuliskannya dalam bentuk
fanfiction, yaitu suatu karya fiksi
serupa cerpen yang menggunakan
idola K-POP sebagai tokohnya.
Sebenarnya fanfiction ini sama
seperti karya fiksi lainnya seperti
cerpen, flashfiction, dan novel; hanya
yang membedakannya ialah pada
tokohnya dan setting tempat yang
mayoritas memakai latar Korea
Selatan dan tak jarang pula terselip
kata-kata dengan bahasa Korea. Tidak
hanya mereka yang suka ngedance
yang membuat komunitas cover
dance, para penulis fanfiction pun
memiliki perkumpulannya sendiri
untuk saling bertukar karya yang
biasanya karya mereka tersebut
ditampung dalam sebuah blog khusus.
Salah seorang narasumber yang
bernama Naomi adalah salah satu
contoh Kpoper yang tergabung dalam
komunitas penulis fanfiction tersebut,
selain juga ia tergabung dalam grup
cover dance K-POP.“Aku ikut
komunitas dance cover K-POP dan
komunitas penulis fanfiction K-POP.
Di masing-masing komunitas aku
belajar dance dan menulis fiksi
tentang idola K-POP. Manfaatnya
jadi punya temen baru yang punya
kegemaran yang sama, tambah
pengetahuan tentang menulis dan
fashion juga serba-serbi tentang
Korea Selatan.”Dari penjelasan
tersebut di atas, dapat diketahui
beberapa manfaat positif musik K-
POP. Seorang Kpoper yang tergabung
dalam komunitas cover dance
misalnya, selain ia bisa bertemu
dengan sesama penyuka dance K-
POP ia juga bisa belajar teknik-teknik
dance baru yang belum diketahuinya.
Begitu halnya dengan komunitas
penulis fanfiction, mereka yang
tergabung dalam komunitas ini
memiliki wadah untuk menuangkan
imajinasi dan daya kreasi dalam
bidang tulis menulis dan bahkan tak
sedikit dari mereka yang berhasil
menerbitkan novel hasil tulisannya
sendiri, yang tentunya bertemakan
Korea.Namun, segala sesuatunya
pasti memiliki sisi positif dan juga
negatif.
» Kegemaran akan musik K-POP pun
membawa dampak negatif bagi
penggemarnya. Penggemar K-POP
yang tergabung dalam suatu fandom
akan memiliki perasaan in-group
yang tinggi terhadap sesama anggota
fandom tersebut. Bila terjadi suatu
‘serangan’ dari fandom lain, mereka
tak segan-segan menyerang kubu
lawan lewat cacian serta makian,
bahkan dalam tahap yang ekstrem
bisa terjadi penyerangan fisik.
Namun, pada umumnya perkelahian
antar kelompok penggemar K-POP
ini terjadi dunia maya. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat W.G. Sumner
bahwa perasaan in-group didasari
oleh suatu sikap yang dinamakan
etnosentris, yaitu adanya anggapan
bahwa kebiasaan dalam kelompoknya
merupakan yang terbaik dibanding
dengan kelompok lainnya.Pada
umumnya, penggemar K-POP akan
menunjukkan suatu perubahan yang
mendasar pada perilaku serta gaya
hidupnya dibanding saat sebelum dia
mengenal K-POP. Penulis yang
melakukan observasi partisipasi
langsung dengan sebuah fandom
besar yakni ELF (penggemar Super
Junior), menemukan fakta bahwa
Kpoper yang mayoritas berasal dari
golongan menengah ke bawah akan
menabung uang sakunya demi
» Kegemaran akan musik K- membeli segala sesuatu yang
POP pun membawa dampak berhubungan dengan idolanya, seperti
negatif bagi penggemarnya. album resmi, photobook, bahkan tiket
konser yang harganya jutaan. Mereka
mengaku melakukan itu demi rasa
cintanya terhadap idolanya. Selain itu
kebanyakan Kpoper (meski tidak
terlalu fasih) menguasai bahasa
Korea, bahkan bisa menulis dan
membaca aksara Korea (hangeul),
yang mereka pelajari secara otodidak.
» Sebegitu besarnya pengaruh K-POP
hingga terkadang membuat
penggemarnya kehilangan jati
dirinya. K-POP sendiri di negeri
asalnya merupakan suatu produk
industri entertainment yang
(sepertinya) menjadi penyumbang
devisa terbesar bagi perekonomian
negara. Negara Korea Selatan
memang terkenal dengan sistem
ekonomi kapitalisnya. Dan hal itu
tercermin pula dalam dunia
entertainment mereka. Mungkin bagi
orang awam artis K-POP sama seperti
selebriti di Indonesia, namun
sebenarnya mereka tidak lebih dari
sekedar alat para kapitalis untuk
memproduksi suatu produk budaya
yang mereka sebut budaya K-POP.
Artis K-POP layaknya ‘budak’ yang
harus bekerja keras yang tak jarang
hal itu harus mengorbankan seluruh
waktunya, keringat di tubuhnya,
bahkan mereka mengorbankan setiap
luka yang didapatnya dari setiap
latihan. Tak heran jika kita sering
menemui kasus artis K-POP yang
bunuh diri, hal itu terjadi karena
memang dunia hiburan di Korea itu
keras.
» Sedangkan untuk penggemar K-POP
yang tidak bijak mereka telah menjadi
korban kapitalis, dimana mereka telah
terjebak dalam keinginan semu,
membeli segala hal tentang artis
idolanya yang sebenarnya barang-
barang tersebut tidak terlalu mereka
butuhkan. Hal ini sesuai dengan
konsep Mazhab Frankfurt mengenai
industri budaya, yaitu suatu kondisi
dimana budaya membentuk selera
dan kecenderungan massa, sehingga
mencetak kesadaran mereka dengan
» Sebegitu besarnya pengaruh cara menanamkan keinginan mereka
K-POP hingga terkadang atas kebutuhan-kebutuhan palsu.
membuat penggemarnya
kehilangan jati dirinya. » Demikian halnya dengan budaya K-
POP yang telah tersebar ke seluruh
penjuru dunia, industri kapitalis
Korea menciptakan suatu kondisi
dimana para penggemar harus
membeli setiap produk yang
dihasilkan oleh idola mereka. Dan
sayangnya, para penggemar ini rela-
rela saja menghabiskan uang mereka
untuk membeli barang-barang yang
tidak diperlukannya. Sama seperti
yang penulis dapatkan saat
mengobservasi kelompok penggemar
K-POP, dalam hal menonton konser
K-POP contohnya, para fans setia
boyband atau girlband rela menabung
berbulan-bulan hanya demi menonton
konser yang hanya berlangsung dua
hingga tiga jam. Bahkan ada juga fans
yang mendedikasikan dirinya untuk
menjadi admin fansite atau stalker,
dimana kegiatannya hanyalah
mengikuti kemanapun sang idola
pergi. Tentu hal ini menjadi
keprihatinan tersendiri mengingat
mayoritas Kpoper masih berada di
usia remaja.
» Penulis menemukan fakta menarik
mengenai pergaulan remaja Kpoper
ini. Mayoritas mereka lebih sering
» Sedangkan untuk penggemar berkomunikasi dengan sesama
K-POP yang tidak bijak Kpoper melalui media sosial, hal
mereka telah menjadi korban tersebut berdampak positif karena
kapitalis, dimana mereka mereka bisa terhindar dari pergaulan
telah terjebak dalam bebas dan tawuran pelajar. Selain itu,
keinginan semu, membeli mereka juga bisa belajar bahasa asing
segala hal tentang artis jika memiliki teman yang dari luar
idolanya yang sebenarnya negeri. Namun, di sisi lain hal
barang-barang tersebut tidak tersebut juga menyebabkan mereka
terlalu mereka butuhkan. menjadi lebih individualis dan
cenderung tertutup atau bahkan apatis
akan keadaan sekitarnya.

» Demikian halnya dengan


budaya K-POP yang telah
tersebar ke seluruh penjuru
dunia, industri kapitalis
Korea menciptakan suatu
kondisi dimana para
penggemar harus membeli
setiap produk yang
dihasilkan oleh idola
mereka.

» Penulis menemukan fakta


menarik mengenai pergaulan
remaja Kpoper ini.

3 » Dari hasil penelitian yang » Dari hasil penelitian yang telah PENEGASAN
telah penulis jabarkan di atas penulis jabarkan di atas dapat diambil ULANG
dapat diambil kesimpulan kesimpulan bahwa demam K-POP
bahwa demam K-POP telah telah merambah hingga ke berbagai
merambah hingga ke sektor, mulai dari musik, fashion,
berbagai sektor, mulai dari hingga ke tingkah laku remajanya.
musik, fashion, hingga ke Budaya K-POP secara tidak langsung
tingkah laku remajanya. telah merubah perilaku dan gaya
hidup remaja, di sisi positif mereka
bisa mengembangkan diri melalui
komunitas-komunitas penggemar K-
POP namun dampak negatifnya
mereka jadi individualis dan
cenderung konsumtif, meski dalam
tahap yang bisa dikendalikan.

 WUJUD HASIL ANALISIS


N STRUKTUR TEKS KALIMAT DALAM TEKS
O
1 EVALUSI K-POP adalah kependekan dari Korean Pop (Musik Pop Korea) yang
merupakan jenis musik yang populer yang berasal dari Korea Selatan. Musik
Korea bangkit karena adanya pengaruh dari kebangkitan musik Jepang (J-
POP). Jika dalam beberapa waktu lalu musik Jepang bangkit dengan grup
musiknya masing-masing, Korea bangkit dengan kekuatan grup vokal, baik
boyband maupun girlband. Musik Korea memiliki mempunyai dua unsur
utama yaitu fashion dan musik itu sendiri. Biasanya musik Korea mengusung
musik dance, beraliran hiphop, serta unsur koreografi dan kostum yang
menarik. Di sini keunggulan dalam ketampanan dan kecantikan juga
ditonjolkan, selain kualitas pencipta musik oleh mereka sendiri.K-POP masuk
ke Indonesia dan berkembang pesat pada sekitar tahun 2010. Sejak saat itulah
remaja-remaja di Indonesia mulai menggandrungi musik Korea. Pada
umumnya remaja-remaja tersebut menyukai K-POP karena musiknya yang
unik, gerakan koreografi yang energik, dan fashion para idol K-POP yang
sangat menarik. Jika berbicara mengenai K-POP, semua orang pasti mengenal
sebuah boyband yang sangat terkenal yaitu Super Junior. Super Junior inilah
yang pertama kali ‘dikenali’ sebagai pioneer musik K-POP di dunia
internasional, lewat lagu hitsnya yang berjudul Sorry Sorry. Karena gerakan
dance dari lagu tersebut sangat unik dan mudah untuk diikuti, menghantarkan
Super Junior sebagai duta yang mengenalkan budaya K-POP ke seluruh dunia,
yang bahkan diakui oleh negara asal mereka sendiri yaitu Korea Selatan.

2 DESKRIPSI TEKS Saat ini remaja di Indonesia sedang terserang wabah demam K-POP. Mulai
dari musik, film, acara serial TV (drama Korea), fashion, hingga makanan atau
kerajinan. Merasuknya K-POP telah terjadi sejak dua hingga tahun yang lalu.
Bermula dari ditayangkannya serial “Boys Before Flowers” d sebuah stasiun
TV swasta pada tahun 2009 silam, drama yang dibintangi aktor tampan
ternama bernama Lee Min Ho ini menjadi gerbang bagi masuknya berbagai
macam budaya khas Negeri Gingseng. Para penikmat drama tersebut mulai
tertarik untuk lebih jauh lagi mempelajari seluk beluk tentang Korea. Tidak
hanya drama Korea yang menarik perhatian remaja Indonesia, tetapi juga
kehadiran boyband dan girlband Korea yang mengusung konsep idol dengan
wajah tampan dan cantik dimana mereka bernyanyi sambil menari telah
menghipnotis remaja khususnya remaja putri. K-POP pun berkembang
layaknya jamur di musim hujan. Mereka yang pada awalnya menyukai jenis
musik pop dari band-band lokal Indonesia ataupun penikmat musik dari Barat
(Hollywood), mulai berpindah haluan ke musik K-POP.Konsep boyband dan
girlband Korea yang lain dari musisi pada umumnya, telah memberikan warna
tersendiri bagi para penggemarnya.
Mereka yang menyukai boyband atau girlband tertentu, mulai
mengumpulkan berbagai pernak-pernik yang berkaitan dengan artis idolanya.
Mereka bahkan tak segan mengeluarkan uang hingga ratusan ribu hingga
jutaan rupiah demi membeli merchandise resmi berupa album official, poster,
lightstick, dan lain sebagainya. Kpoper (sebutan bagi penggemar musik K-
POP) yang fanatik mulai menirukan gaya berpakaian, gaya bicara, dan
serentetan hal kecil lainnya yang dilakukan idola mereka. Mereka tidak malu
melakukan hal itu meskipun pada akhirnya tidak cocok dengan diri mereka
sendiri karena pada dasarnya ada beberapa unsur dari budaya K-POP yang
tidak sesuai dengan budaya timur di Indonesia.Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut diatas, penulis ingin meneliti sejauh mana budaya K-POP
telah merasuk ke Indonesia khususnya di kota Surakarta, dan apakah maraknya
budaya K-POP ini telah merubah gaya hidup serta perilaku para penggemarnya
yang mayoritas remaja.
Demam K-POP melanda dunia tak luput juga Indonesia.Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan beberapa narasumber, didapatkan suatu konfirmasi
bahwa daya tarik utama dari K-POP adalah musik K-POP itu sendiri beserta
gerakan dancenya. Oleh sebab itu, sekarang dapat kita jumpai banyak sekali
remaja-remaja yang mencoba untuk mengikuti gerakan dance boyband atau
girlband Korea, hal itu biasa disebut dengan cover dance. Jika sebuah boyband
atau girlband merilis album baru beserta music video maka dalam hitungan
minggu atau bahkan hari akan muncul pula video-video cover dance dari para
fans boyband dan girlband tersebut. Memang kecintaan pada sesuatu hal akan
cenderung membuat seseorang meniru apa yang dicintainya tersebut, bahkan
rela mempelajari hal baru demi lebih mendalaminya.Contoh nyata dari hal
tersebut adalah Debby, remaja berusia 17 tahun yang bergabung dalam
komunitas dance modern K-POP karena kecintaannya akan musik K-
POP.“Aku ikut komunitas dance modern K-POP, di sana aku belajar dance,
dimana aku mendapatkan manfaat antara lain aku bisa mendapatkan inspirasi,
ilmu tentang dance yang lebih baik dan dapat mengikuti dance masa
kini.”Rosy yang mengaku menyukai Super Junior dan 2NE1 mengatakan hal
yang senada tentang musik K-POP yang unik:“Beatnya lebih dapet dan sangat
membantu untuk latihan dance dan menghilangkan stress.”Tidak hanya
menirukan apa yang idola lakukan, berdasarkan observasi yang penulis
lakukan pada sebuah kelompok penggemar boyband K-POP (fandom)
kecintaan mereka pada idola mereka bahkan terkadang sampai pada suatu
tahap yang mungkin bagi orang awam dianggap ‘terlalu berlebihan’. Hal ini
dikarenakan para Kpoper tersebut suka berimajinasi tentang idolanya dan
menuliskannya dalam bentuk fanfiction, yaitu suatu karya fiksi serupa cerpen
yang menggunakan idola K-POP sebagai tokohnya. Sebenarnya fanfiction ini
sama seperti karya fiksi lainnya seperti cerpen, flashfiction, dan novel; hanya
yang membedakannya ialah pada tokohnya dan setting tempat yang mayoritas
memakai latar Korea Selatan dan tak jarang pula terselip kata-kata dengan
bahasa Korea. Tidak hanya mereka yang suka ngedance yang membuat
komunitas cover dance, para penulis fanfiction pun memiliki perkumpulannya
sendiri untuk saling bertukar karya yang biasanya karya mereka tersebut
ditampung dalam sebuah blog khusus. Salah seorang narasumber yang
bernama Naomi adalah salah satu contoh Kpoper yang tergabung dalam
komunitas penulis fanfiction tersebut, selain juga ia tergabung dalam grup
cover dance K-POP.“Aku ikut komunitas dance cover K-POP dan komunitas
penulis fanfiction K-POP. Di masing-masing komunitas aku belajar dance dan
menulis fiksi tentang idola K-POP. Manfaatnya jadi punya temen baru yang
punya kegemaran yang sama, tambah pengetahuan tentang menulis dan
fashion juga serba-serbi tentang Korea Selatan.”Dari penjelasan tersebut di
atas, dapat diketahui beberapa manfaat positif musik K-POP. Seorang Kpoper
yang tergabung dalam komunitas cover dance misalnya, selain ia bisa bertemu
dengan sesama penyuka dance K-POP ia juga bisa belajar teknik-teknik dance
baru yang belum diketahuinya. Begitu halnya dengan komunitas penulis
fanfiction, mereka yang tergabung dalam komunitas ini memiliki wadah untuk
menuangkan imajinasi dan daya kreasi dalam bidang tulis menulis dan bahkan
tak sedikit dari mereka yang berhasil menerbitkan novel hasil tulisannya
sendiri, yang tentunya bertemakan Korea.Namun, segala sesuatunya pasti
memiliki sisi positif dan juga negatif.
Kegemaran akan musik K-POP pun membawa dampak negatif bagi
penggemarnya. Penggemar K-POP yang tergabung dalam suatu fandom akan
memiliki perasaan in-group yang tinggi terhadap sesama anggota fandom
tersebut. Bila terjadi suatu ‘serangan’ dari fandom lain, mereka tak segan-
segan menyerang kubu lawan lewat cacian serta makian, bahkan dalam tahap
yang ekstrem bisa terjadi penyerangan fisik. Namun, pada umumnya
perkelahian antar kelompok penggemar K-POP ini terjadi dunia maya. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat W.G. Sumner bahwa perasaan in-group
didasari oleh suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan
bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibanding
dengan kelompok lainnya.Pada umumnya, penggemar K-POP akan
menunjukkan suatu perubahan yang mendasar pada perilaku serta gaya
hidupnya dibanding saat sebelum dia mengenal K-POP. Penulis yang
melakukan observasi partisipasi langsung dengan sebuah fandom besar yakni
ELF (penggemar Super Junior), menemukan fakta bahwa Kpoper yang
mayoritas berasal dari golongan menengah ke bawah akan menabung uang
sakunya demi membeli segala sesuatu yang berhubungan dengan idolanya,
seperti album resmi, photobook, bahkan tiket konser yang harganya jutaan.
Mereka mengaku melakukan itu demi rasa cintanya terhadap idolanya. Selain
itu kebanyakan Kpoper (meski tidak terlalu fasih) menguasai bahasa Korea,
bahkan bisa menulis dan membaca aksara Korea (hangeul), yang mereka
pelajari secara otodidak.
Sebegitu besarnya pengaruh K-POP hingga terkadang membuat
penggemarnya kehilangan jati dirinya. K-POP sendiri di negeri asalnya
merupakan suatu produk industri entertainment yang (sepertinya) menjadi
penyumbang devisa terbesar bagi perekonomian negara. Negara Korea Selatan
memang terkenal dengan sistem ekonomi kapitalisnya. Dan hal itu tercermin
pula dalam dunia entertainment mereka. Mungkin bagi orang awam artis K-
POP sama seperti selebriti di Indonesia, namun sebenarnya mereka tidak lebih
dari sekedar alat para kapitalis untuk memproduksi suatu produk budaya yang
mereka sebut budaya K-POP. Artis K-POP layaknya ‘budak’ yang harus
bekerja keras yang tak jarang hal itu harus mengorbankan seluruh waktunya,
keringat di tubuhnya, bahkan mereka mengorbankan setiap luka yang
didapatnya dari setiap latihan. Tak heran jika kita sering menemui kasus artis
K-POP yang bunuh diri, hal itu terjadi karena memang dunia hiburan di Korea
itu keras.
Sedangkan untuk penggemar K-POP yang tidak bijak mereka telah menjadi
korban kapitalis, dimana mereka telah terjebak dalam keinginan semu,
membeli segala hal tentang artis idolanya yang sebenarnya barang-barang
tersebut tidak terlalu mereka butuhkan. Hal ini sesuai dengan konsep Mazhab
Frankfurt mengenai industri budaya, yaitu suatu kondisi dimana budaya
membentuk selera dan kecenderungan massa, sehingga mencetak kesadaran
mereka dengan cara menanamkan keinginan mereka atas kebutuhan-kebutuhan
palsu.
Demikian halnya dengan budaya K-POP yang telah tersebar ke seluruh
penjuru dunia, industri kapitalis Korea menciptakan suatu kondisi dimana para
penggemar harus membeli setiap produk yang dihasilkan oleh idola mereka.
Dan sayangnya, para penggemar ini rela-rela saja menghabiskan uang mereka
untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukannya. Sama seperti yang
penulis dapatkan saat mengobservasi kelompok penggemar K-POP, dalam hal
menonton konser K-POP contohnya, para fans setia boyband atau girlband rela
menabung berbulan-bulan hanya demi menonton konser yang hanya
berlangsung dua hingga tiga jam. Bahkan ada juga fans yang mendedikasikan
dirinya untuk menjadi admin fansite atau stalker, dimana kegiatannya hanyalah
mengikuti kemanapun sang idola pergi. Tentu hal ini menjadi keprihatinan
tersendiri mengingat mayoritas Kpoper masih berada di usia remaja.
Penulis menemukan fakta menarik mengenai pergaulan remaja Kpoper ini.
Mayoritas mereka lebih sering berkomunikasi dengan sesama Kpoper melalui
media sosial, hal tersebut berdampak positif karena mereka bisa terhindar dari
pergaulan bebas dan tawuran pelajar. Selain itu, mereka juga bisa belajar
bahasa asing jika memiliki teman yang dari luar negeri. Namun, di sisi lain hal
tersebut juga menyebabkan mereka menjadi lebih individualis dan cenderung
tertutup atau bahkan apatis akan keadaan sekitarnya.
3 PENEGASAN Dari hasil penelitian yang telah penulis jabarkan di atas dapat diambil
ULANG kesimpulan bahwa demam K-POP telah merambah hingga ke berbagai sektor,
mulai dari musik, fashion, hingga ke tingkah laku remajanya. Budaya K-POP
secara tidak langsung telah merubah perilaku dan gaya hidup remaja, di sisi
positif mereka bisa mengembangkan diri melalui komunitas-komunitas
penggemar K-POP namun dampak negatifnya mereka jadi individualis dan
cenderung konsumtif, meski dalam tahap yang bisa dikendalikan.

Anda mungkin juga menyukai