Anda di halaman 1dari 7

Korean Wave Mengancam Kreativitas Industri Hiburan Indonesia

Oleh Evi Ratna 16 February 2012 | 16:09 Perkembangan Korean Wave di Indonesia semakin nyata saat ini. Begitu banyak produk-produk industri budaya Korea Selatan yang masuk ke Indonesia dan mengambil tempat tersendiri di hati bangsa Indonesia. Korean wave sendiri adalah gelombang penyebaran budaya pop Korea ke seluruh dunia. Pada mulanya, gelombang ini hanya menyerbu wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara bagian utara, seperti Vietnam. Namun, lambat laun, gelombang budaya pop korea menyebar ke seluruh wilayah Asia, bahkan hingga benua Eropa dan Amerika. Dan, Indonesia menjadi salah satu negara yang tidak bisa mencegah besarnya animo gelombang korean pop. Seperti yang bisa kita lihat saat ini, ketertarikan terhadap korean pop telah merubah pola industri hiburan di Indonesia. Para pengusaha industri hiburan nampaknya sangat memahami bahwa masyarakat Indonesia, terutama kaum remaja, mulai terkena demam korea. Karena itulah, mereka mulai menciptakan semacam imitasi dari budaya pop korea ke dalam budaya pop Indonesia, seperti menciptakan boy/girlband ala Korea. Pertanyaannya, kenapa mereka memilih untuk melakukan imitasi ketimbang membuat gebrakan baru yang lebih khas Indonesia? Dan jawaban yang paling mendekati benar adalah pasar. Para pengusaha itu tentunya tahu betapa kaum remaja sangat mengidolakan K-Pop dan Hallyu star dan dengan menciptakan imitasinya akan lebih mudah untuk menarik minat pasar. Lalu, keuntungan-lah yang mereka dapatkan. Itulah sebabnya saat ini begitu banyak boyband atau girlband Indonesia yang bermunculan dengan mengusung aliran I-Pop (Indonesian Pop), yang menurut saya sendiri, hampir mirip KPop dengan lirik bahasa Indonesia. Tidakkah ini menunjukkan kreativitas industri hiburan Indonesia mulai menurun? Sepertinya, itu tidak terlalu penting selama keuntungan terus bisa diraup dari imitasi tersebut. Lebih ironis lagi, imitasi itu tidak hanya berhenti pada karya musik Indonesia, tetapi juga mulai menyerang industri sinetron Indonesia. Beberapa sinetron yang ditayangkan di televisi-televisi swasta kentara melakukan imitasi dari drama korea. Meskipun jalan cerita sinetron itu lebih panjang, berbelit, dan rumit, namun pada dasarnya memiliki dasar cerita yang mirip dengan beberapa drama korea yang terbukti sukses di pasaran. Para produser melakukan ini, dengan harapan, mereka dapat meraih kesuksesan yang sama dengan produser drama korea tersebut. Namun, sesungguhnya itu sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, industri hiburan tidak lagi menyajikan suatu ciri khas budaya Indonesia demi keuntungan besar semata. Tidakkah ini memberikan kesimpulan bahwa kita memang terbisa untuk latah terhadap trend? Padahal, jika kita mau belajar sedikit dari Korean Wave itu sendiri, kita bisa menciptakan sebuah kedahsyatan produksi budaya Indonesia di mata Internasional. Mungkin, tidak banyak orang yang menyadari bahwa sesungguhnya Korean Wave telah memberikan keuntungan yang begitu besar bagi Republik Korea Selatan. Selain bisnis hiburan yang terus meningkat, gelombang ini membantu Korea Selatan untuk memperbaiki image nasional di mata dunia setelah perang sipil dengan Korea Utara. Terlebih lagi, Korean Wave

mampu mengenalkan budaya Korea kepada dunia, baik dari segi tradisi, kuliner, kepribadian bangsa, maupun pariwisatanya.Sering kita jumpai, beberapa drama korea mempertontonkan kimchi dan kimbab sebagai makanan khas korea, selain pengenalan wisata Pulau Jeju dalam beberapa setting-nya.Bukankah kenyataan ini memunculkan ide brilian untuk melakukan hal yang sama namun tanpa imitasi? Kita tentu saja tahu, Indonesia lebih kaya budaya daripada Korea Selatan. Indonesia memiliki lebih banyak variasi kuliner dan pilihan obyek wisata yang bisa dikenalkan kepada dunia melalui industri hiburan. Indonesia memiliki kekayaan berupa keanekaragaman masyarakat yang akan menarik minat asing. Pastinya, kesuksesan film Laskar Pelangi yang mengambil setting Pulau Belitung di mata Internasional dan juga ketertarikan hollywood untuk melakukan syuting film Eat, Pray, Love di Pulau Bali bisa menjadi salah satu parameternya. Lalu, apa yang sebenarnya ditunggu oleh para pengusaha industri hiburan Indonesia? Perlukah imitasi yang hanya akan memunculkan cacian dari pihak luar? Sekiranya, para pengusaha itu tidak perlu takut pada cost produksi selama kualitas produksi mumpuni dan keuntungan lebih besar bisa dicapai.

Pecinta K-Pop, Anti Musik Indonesia?


Minggu, 21 Agustus 2011 23:00 | Tag: K-Pop (http://microsite.kapanlagi.com/k-pop/ragam)

KapanLagi.com - Oleh: Amelya Juwitasari Semakin berkembangnya dunia musik di dunia, membuat banyak orang memiliki beragam pilihan untuk memilih genre musik apa yang mereka sukai. Sekarang, orang tidak terpaku pada genre musik pop, rock, atau jazz saja. Sudah banyak aliran musik yang berkembang. Bahkan perkembangan musik yang pesat dengan dukungan teknologi semakin memungkinkan setiap orang di manapun berada untuk mengenal perkembangan musik di negara lain. Termasuk, penggemar musik Indonesia yang bisa dengan cepat mengetahui perkembangan musik di luar negeri. Korea Selatan, datang dengan mengusung musik yang mereka sebut dengan K-Pop. K-Pop sendiri disinyalir mulai melakukan migrasi mereka ke Jepang pada sekitar tahun 1992, di mana grup bernama Seo Taiji and Boys, berhasil mengenalkan berbagai jenis dan gaya dari luar negeri. Sejak saat itu, musik dan tari menjadi bagian penting dalam K-Pop. Irama K-Pop semakin berkembang, ada yang bergerak pada jenis R&B, hip hop, dan electronica. Bahkan juga ada irama trot, yang merupakan irama asli Korea dengan campuran musik triple atau quintuple dengan tempo cepat yang lebih populer pada generasi yang lebih tua. China, tidak luput dari 'invasi' negeri ginseng ini, ada boyband H.O.T yang bahkan sebelum kehadiran drama Korea/ K-Drama di awal tahun 2000-an sudah terkenal. Clone juga sempat membuat heboh di Taiwan dengan enjual 450.000 kopi album mereka. Bagaimana dengan Jepang? salah satu Hallyu Stars (bintang hiburan asal Korea Selatan) yang mendapatkan sukses besar di sana adalah BoA. Penyanyi wanita di bawah naungan raksasa hiburan Korea, SM Entertainment yang berhasil membuat albumnya terjual jutaan kopi di Jepang dan memenangkan posisi pertama di Oricon chart.

Indonesia pun tidak luput dari 'serangan' Korean Wave tersebut, setelah K-Drama banyak ditayangkan di negeri ini, di mana salah satunya yang terkenal adalah Full House yang dibintangi oleh mega bintang Korea, Rain. K-Pop mulai menyebarkan demam mereka di penggemar musik tanah air. Dalam waktu singkat, nama-nama boyband/girlband Korea tidak asing lagi. Seperti Super Junior, TVXQ, SHINee, SNSD, Wonder Girls, Big Bang, 2PM, sudah memiliki penggemar fanatik mereka di Indonesia. Yang jumlahnya setiap tahun semakin berkembang dan semakin tidak malu-malu lagi menunjukkan sisi fanatik mereka. Para penggemar K-Pop di Indonesia mulai tampak, dan lebih banyak dikuasai oleh anak muda, ini tidak terlepas dari cara perkembangan K-Pop yang begitu bisa memanfaatkan teknologi seperti internet. Selain itu, daya tarik terbesar dari K-Pop adalah lagu-lagu mereka yang bagus, penari yang tampan/cantik dan efek panggung yang luar biasa. Tempo musik mereka yang dengan cepat bisa membaur dengan musik Asia. Sehingga Indonesia tidak cukup sulit menerima irama K-Pop. Kemajuan K-Pop ini tidak terlepas dari pro kontra. Ada beberapa yang menuding pecinta musik K-Pop ini adalah anti musik Indonesia, ini dikarenakan mereka yang begitu fanatik mendukung idola mereka. Tingkat fanatik yang sangat solid, sehingga ketika ada satu saja pihak yang menuduh/mencoba meniru gaya/MV idola mereka, dalam waktu singkat langsung dihujani gujatan yang terkadang sangat merugikan pihak yang menjadi korban. Kita masih mengingat kasus boyband SMASH yang dituduh telah meniru gaya Super Junior, atau boyband NSGstar yang sempat bersitegang dengan ELF (fans Super Junior) karena tuduhan plagiat atas lagu Superman milik Super Junior. Atau yang terbaru adalah kasus band pendatang baru Joker, yang meniru MV milik band FT. Island yang berjudul Love Love Love. Fenomena penggemar K-Pop yang sangat fanatik itu terkadang memicu tuduhan bahwa mereka adalah anti musik Indonesia. Ini karena, ada beberapa diantara mereka yang lebih 'mendewakan' musik Korea daripada mendukung musik Indonesia. Apa yang menyebabkan mereka sangat menggilai musik dari negeri Korea tersebut? bahkan rela menghabiskan uang untuk membeli CD atau pernak-pernik idola. Contohnya seperti ketika boyband Super Junior konser Juni lalu, tiket sebesar Rp1 juta-an tidak masalah bagi mereka. Jika dilihat secara usia, background pecinta K-Pop yang sebagian besar adalah anak muda berusia di bawah 25 tahun yang masih memiliki semangat luar biasa dalam mendukung dan cenderung menganggap diri mereka benar. Di sisi lain, mungkin ini adalah salah satu ungkapan rasa ketidak puasan mereka pada musik Indonesia, yang mungkin dianggap membosankan, sehingga ini mungkin bisa menjadi koreksi bagi pelaku musik Indonesia. Di mana mereka bisa mencari tahu apa yang bisa membuat K-Pop dengan mudah dan cepat mendapatkan perhatian di Indonesia. Mencintai musik dari negeri lain bukanlah hal yang dilarang, namun kita harus membela kemajuan musik Indonesia. Perlu dukungan dan pembenahan bagi semua lini. Pecinta K-Pop, tidak perlu menuduh dengan membabi buta jika ada salah satu musisi Indonesia yang mengikuti gaya K-Pop, hanya perlu mengingatkan secara halus dan tetap mendukung. Musisi Indonesia

juga begitu, tunjukkan kalau musik negeri ini masih lebih berkualitas dengan menampilkan karya yang bermutu dan patut dibanggakan. Majulah musik Indonesia! (kpl/hallyucafe/aia)

Bens Leo: K-Pop Penyelamat Musik Indonesia! Written by Nopiyanti Saturday, 11 February 2012 (http://www.tnol.co.id/film-musik)
DIGANDRUNGINYA K-Pop (Korean Pop) oleh masyarakat Indonesia, terutama anak-anak muda tak membuat ancaman bagi perkembangan musik Indonesia. Justru, K-Pop menjadi penyelamat industri musik di tanah air yang sedang menurun. Alhasil, K-Pop tidak menjadi masalah berada di Indonesia lantaran K-Pop adalah kegiatan seni dan budaya yang dimanapun bisa saling mempengaruhi. "K-Pop untuk sementara penyelamat industri musik Indonesia. K-Pop bisa mengisi ruang kosong yang sedang terpuruk," ujar pengamat musik Bens Leo kepada TNOL di kediamannya di Cirendeu, Jumat (10/2). K-Pop menyelamatkan industri musik sejak RBT (Ring Back Tone) turun pada Oktober 2011 lalu. Maklum, penyanyi Indonesia lebih banyak mengeluarkan single ketimbang album.
Alhasil, mereka banyak bermain di RBT. Sayang, adanya praktik pencurian pulsa membuat Kementrian Komunikasi dan Informatika RI mengambil tindakan untuk memberantas pencurian pulsa yang berimbas menurunnya RBT. Jika tidak ada gerakan industri atau orang yang menggemari K-Pop maka akan ada penurunan industri musik. Hendaknya, sambung Bens, industri musik Indonesia bangkit. Setidaknya, membuat mini album sehingga mereka minimal bisa manggung setengah jam. Bens pun mengingatkan serta selalu mendorong beberapa boyband dan girlband bergaya K-Pop di Indonesia agar membuatnya. Menurut Bens, salah satu boyband pernah membuat single menghabiskan waktu delapan bulan. Mereka selalu membawakan lagu tersebut, sisanya menyanyikan lagu kepunyaan orang lain sehingga bisa menyebabkan orang bosan. Salah satu jalan agar pendengar tidak bosan, band bergaya KPop harus membuat album.

Munculkan Karakter Indonesia Dimata Bens, SMASH bukanlah band pertama yang mendapat inspirasi dari K-Pop. Namun, SMASH adalah band yang pertama kali terkenal bergaya seperti itu. Dari sana, K-Pop menjadi booming, dan band lainnya pun ikut-ikutan. Bens menganggapnya sebagai sebuah industri budaya positif, asal jangan meniru tanpa kreatifitas. Bens mencontohkan, dahulu juga pernah demam musik rap. Iwa K menggarapnya, tapi dia juga memasukkan unsur lokal dengan menggunakan Bahasa Sunda. Semacam ini perlu dilahirkan di Indonesia agar karakter Indonesia muncul sehingga tidak hanya mengekor saja. Bens pun memberi acungan jempol kepada salah satu televisi yang menyelenggarakan kompetisi boyband dan girlband. Sebab, salah satu girlband yang menggunakan jilbab bisa masuk tiga besar dari ribuan peserta.

"Betapa mereka ingin menunjukkan indentitas melalui kostum," ucap Bens. Menurut Bens sendiri, K-Pop merupakan kegiatan seni dan budaya. Seni dan budaya sejak zaman dahulu saling mempengaruhi antar negara di Asia. Antara lain, Asia pun pernah booming dengan Japanese Rock, termasuk fashion-nya seperti Harajuku Style. Dimana, gaya ini memiliki keberanian "menabrak-nabrakkan" warna. Di dunia, Harajuku pernah menyeruak pula. Di Indonesia, ada group band J-Rock yang dulunya menggunakan atribut seperti itu. Populer Lewat Jaringan IT Korea sudah memperkenalkan kebudayaannya cukup lama. Bahkan sudah 10 tahun lebih, hasilnya sekarang lahir SNSD, Super Junior, T-ara dan group lainnya. Di negaranya, mereka populer sudah cukup lama. Mereka juga bukan hanya mengenalkan musik, melainkan mengenalkan budaya lewat gaya rambut, pakaian dan kostum. Ini mendapat sambutan baik dari masyarakat dunia, salah satunya Indonesia. "Mereka sangat mengagung-agungkan kebudayaannya," ucap Bens yang pernah ke Korea Selatan satu setengah tahun lalu. Selama di 'Negeri Ginseng', Bens melihat kelompok musik disana cukup bagus. Lantaran satu bulan sebelum peluncuran album, mereka mengumumkan kepada masyarakat bisa memperolehnya dimana. Disamping itu, perekrutan personil K-Pop sangat diperhatikan dari sisi fisik pula. Rata-rata tinggi badan mereka sama, kemampuan dancenya pun bagus sehingga enak dilihat. K-Pop sendiri masuk ke Indonesia sekitar tiga tahun lalu. Mereka populer di Indonesia melalui jaringan IT. Masyarakat pun, mudah mengakses dan dapat melihat secara audiovisual. Lagu yang didendangkan K-Pop lebih banyak berisikan tentang cinta sehingga banyak kalangan, terutama anak-anak muda. Budaya K-Pop berasal dari Korea Selatan (Korsel). "Saya belum lihat dari Korea Utara (Korut), lagipula mereka beda budaya dan ideologi. Korut sangat tertutup," papar Bens. Berdasarkan prediksi Bens, K-Pop akan eksis lama di negerinya karena didukung industri. Industri bagus menunjukkan ekonomi baik. Korsel merupakan negara termahal di dunia setelah Amerika Serikat, Inggris dan Jepang. K-Pop didanai oleh industri yang kuat. "Jika melihat industrinya, bisa panjang umur K-Pop," terang Bens. Tidak Berumur Panjang di Indonesia Musik K-Pop tak hanya melanda Indonesia, di beberapa negara juga menyukai musik tersebut. Maklum, K-Pop masih berkaitan dengan budaya. Dalam mengenalkan budaya, mereka tidak membidik negara tertentu. Bintang-bintang K-Pop mereka pun mengadakan tour keliling dunia. "SNSD tour keliling dunia menunjukkan tidak hanya dikenal di Indonesia. Begitupula dengan Rain yang ke Amerika Serikat. Bahkan, vokalisnya yang pintar akting menjadi pria favorit 2011 di Amerika," terang Bens.

Selain Indonesia, negara lain yang menyukai K-Pop adalah Singapura, Kuala Lumpur, Filipina, Brunai dan negara lainnya. Hanya di Indonesia, lebih memungkinkan geraknya dibandingkan di negara lain lantaran memiliki jumlah penduduk yang banyak. Demam K-Pop di Indonesia memunculkan boyband dan girlband bergaya K-Pop. Bens mengatakan, ini pernah pula terjadi saat tren Melayu diminati. Sampai-sampai band Melayu banyak bermunculan. Bens memprediksi, hal seperti itu tidak bertahan lama dibandingkan jangka waktu popularitas tren Melayu yang panjangnya lima tahun. "Karena band Melayu menciptakan lagu sendiri, sementara band bergaya K-Pop menyanyikan lagu orang lain. Terkadang mereka tampil hanya minus one saja. Jadi tidak bisa sepanjang tren Melayu. Cost mereka terlalu tinggi, karena tidak kreatif dan membeli lagu orang, lalu direkam," terang Bens. Bens menyatakan, beberapa band Melayu semisal Wali masih bisa bertahan karena farmasinya solid, mereka pun menciptakan lagu dan baru saja mengeluarkan album. Mereka juga memiliki fans loyal yang membuat mereka tetap eksis. Bens menekankan, bila band seperti itu akan bertahan lama. Band bergaya K-Pop pun bisa bertahan lama, bila dapat menciptakan lagu dan setidaknya membuat mini album. "Jadi mereka tidak hilang begitu saja," tuntasnya.

Indonesia Pemasok PSK Anak Terbesar di Asia Tenggara!


Penulis : Christina Andhika Setyanti | Minggu, 9 September 2012 | 15:30 WIB KOMPAS.com - Kepedulian terhadap hak-hak anak di Indonesia ternyata masih tergolong rendah. Berbagai kasus kekerasaan, pemerkosaan sampai perdagangan anak masih marak terjadi belakangan ini. Keprihatinan ini pun dirasakan Linda Amalia Sari Gumelar, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Ia mengungkapkan, anak-anak juga memiliki hak hidupnya sebagai manusia yang juga harus diperlakukan dengan baik sama seperti manusia lainnya. Sayangnya masih banyak orang yang belum mengindahkannya karena menganggap anak tidak punya kekuatan untuk melawan orang dewasa, sehingga mudah dieksploitasi. Salah satu isu paling serius yang terjadi dalam pelanggaran hak anak adalah perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi seksual. Yang paling mengejutkan adalah, adanya angka perdagangan anak yang sangat tinggi pada tahun 2002 lalu. Menurut International Labor Organization, sekitar 1,2 juta anak diperdagangkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan Komnas Anak, perdagangan anak mencapai 200.000-300.000 pada tahun 2004. Tak hanya itu, Indonesia pun menjadi negara pemasok perdagangan anak khususnya pekerja seks komersial (PSK) di bawah umur 18 tahun terbesar di Asia Tenggara. "Eksploitasi anak merupakan tindakan paling keji terhadap anak-anak. Yang memprihatinkan, di tahun 2011 lalu terjadi 126 kasus yang melibatkan eksploitasi anak perempuan di Indonesia. Ini membuktikan masyarakat Indonesia masih memiliki kesadaran yang rendah untuk menghargai

hak anak," jelas Linda, dalam acara konferensi pers perayaan pengesahan RUU Ratifikasi Protokol Konvensi Hak Anak bersama The Body Shop dan organisasi internasional ECPAT (End Child Prostitution Child Pornography & Trafficking of Children for Sexual Purpose) di Kementerian Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPAI), Jakarta Pusat, Jumat (7/09/2012) lalu. RUU Konvensi Hak Anak di Sah-kan Sayangnya, sanksi pidana dan hukuman terhadap pelanggar hak-hak anak ini masih longgar sehingga pelaku masih bebas melakukan aksinya. Untuk itu, The Body Shop melalui petisi 210.176 tanda tangan dan ECPAT melalui kampanye anti eksploitasi anak didukung oleh KPPAI, dan Komisi VIII DPR RI bekerjasama untuk mendesak pemerintah pusat untuk mensahkan RUU tentang ratifikasi protokol opsional konvensi hak-hak anak. "Isu ini sebenarnya terjadi di seluruh dunia. Dan PBB sudah mengeluarkan UU yang mengatur tentang hak anak sejak bertahun-tahun lalu. Namun, pemerintah Indonesia ternyata belum sepenuhnya serius menggarap UU ini," sesal Linda. Namun berbagai upaya melalui petisi dan kampanye hak ini akhirnya membuahkan hasil. RUU ini pun disah-kan pemerintah dan DPR pada 26 Juni 2012 lalu. Pengesahan RUU tentang hak anak mengenai prostitusi ini merupakan langkah yang diharapkan bisa membantu anak-anak mendapatkan hak hidupnya. Namun keberhasilan ini bukanlah akhir dari perjuangan untuk melawan eksploitasi anak. Ke depanya, diperlukan kerjasama dari banyak pihak untuk memerangi hal ini karena isu ini tidak cukup diwujudkan dalam RUU saja melainkan dalam implementasi nyata. Pelaku dan pihak yang terlibat dengan kejahatan ini harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. "Tak hanya itu, peran serta masyarakat umum yang mengetahui adanya kejadian perdagangan, prostitusi dan pornografi anak ini juga harus aktif membantu pemerintah mengatasinya dengan melapor pada polisi," harap Ida Fauziyah, Ketua Komisi VIII DPR RI. Ida menambahkan, berbarengan dengan pengesahan RUU ini, pemerintah juga melakukan pengesahan tentang Ratifikasi konvensi perlarangan anak untuk diikutsertakan dalam segala bentuk kegiatan bersenjata.

Anda mungkin juga menyukai