Anda di halaman 1dari 18

FENOMENA K-POP SEBAGAI AKIBAT PERGESERAN NILAI –NILAI

RELIGIUS SISWI DI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN

SOFIYANI RISWINA
Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan,
Universitas K.H. Achmad Siddiq Jember
E-mail : sofiyaniriswina12@gmail.com

Abstrak
K-Pop yang disinyalir dalam perspektif pada dunia hiburan saja ternyata telah
mengimplikasi sisi religiusitas para penikmatnya. Telah terbukti beberapa tindak
fanatisme yang terlihat dari para fans mengakibatkan kadar keimanan dan
intensitas ibadah mereka menurun. Persebaran K-Pop dikemas dengan apik
dengan visualisasi berdasarkan standar internasional, sehingga berbagai lapisan
demografi -tak terkecuali siswi di sekolah berbasis pesantren- dapat mengakses
sekaligus menggemarinya dengan mudah. Tipe penelitian ini menggunakan tipe
deskriptif analitik. Data yang diperoleh penulis didapatkan dari buku, artikel,
junal, website internet. Dari jurnal ini penulis membahas tentang fenomena K-Pop
sebagai akibat gesernya nilai-nilai religius siswi di sekolah berbasis pesantren.
Seharusnya pesantren yang didalamnya kental akan kehidupan dengan nilai dan
ajaran islam menjadi terkontaminasi dengan pupolernya K-Pop dan budayanya.
Pergeseran yang tampak nyata tak hanya pada aspek budaya, pergeseran
religiusitas yang signifikan juga marak terjadi. Sepeti aktivitas mengkaji agama
teralihkan dengan intensitas menikmati konten K-Pop, menunda sholat karena
menonton konser idola, dan lebih mendalami sejarah idola atau kebudayaan Korea
dibanding dengan ilmu sejarah Islam, lebih menghafal lagu-lagu Korea daripada
lagu-lagu Arab/Islami. Fenomena yang terjadi merupakan tantangan bagi dunia
pelajar yang islami. Bagaimanapun hal ini perlu dibahas lebih lanjut guna
mengambil hikmah dalam dakwah Islam baik di lingkup internal (kaum muslimin)
maupun lingkup eksternal.
Kata kunci : K-Pop, nilai-nilai religius, sekolah berbasis pesantren
PENDAHULUAN
K-Pop (Korean Pop Atau Korean Popular Music) merupakan sebuah
genre musik yang terdiri dari pop, dance, hip hop, rock, elektronik musik dan
klasik diatas akar musik tradisional Korea yang berasal dari Korea Selatan.
Fenomena K-Pop atau yang seringkali kita dengar dengan istilah Korean Wave
atau dalam bahasa korea sendiri disebut Hallyu.1
Dengan istilah lain, Korean Wave ditandai dengan tersebarnya budaya pop
korea di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Budaya korea ini dapat
masuk ke Indonesia melalui media, entah media sosial seperti internet maupun
media cetak seperti drama korea, grupband, majalah dan lain sebagainya. Salah
satu budaya korea yang tengah mempengaruhi dunia adalah musik K-Pop. Sekitar
tahun 2011, K-Pop sudah memasuki sejumlah negara Asia bahkan Eropa, tanpa
terkecuali Indonesia. Awalnya pada tahun 2002 drama korea diperkenalkan di
Indonesia lewat televisi swasta. Waktu itu salah satu drama korea yang sangat
digandrungi yaitu “EndlesS Love”. Tak lama kemudian kurang lebih 50 drama
korea memenuhi industri hiburan di tanah air. Semakin popularnya drama korea
menjadikan segala sesuatu yang berkenaan dengan korea sangat diminati di
Indonesia, salah satunya pada bidang musik. Fenomena ini juga diikuti dengan
maraknya produk-produk korea yang sering kita jumpai di televisi maupun di
toko-toko seperti elektronik, pakaian, peralatan dapur, makanan, musik, drama
hingga brand skincare. 2
Di Indonesia fenomena K-Pop sangat berpengaruh mulai dari remaja
hingga dewasa tak terkecuali bagi siswi-siswi sekolah. Pada umumnya siswi
tersebut sangat menyenangi tayangan drama korea atau yang disebut drakor.
Disamping tanyangan drama tersebut yang berhasil membuat para siswi
menyukainya ada juga beberapa factor lain seperti music korea dimana yang saat
ini sangat merajalela dengan fisik dan kesempurnaan yang memukau dari anggota

1
Laurie Timothy, Toward Gendered Aesthetics of K-Pop, in a book : Global Glam and Popular
Music: Style and Spectacle from the 1970s to the 2000s : 214–231, (Routledge : 2016), h. 216-217
2
Zuhrotul Hilaliyah dan Grendi Hendrastomo, Fenomena K-Pop Sebagai Konsumsi Budaya
Populer Di Kalangan Santriwati Di Pondok Pesantren Al Barokah Yogyakarta, jurnal pendidikan
sosilogi : vol. 10, no. 2, 2021
boyband dan girlband serta music yang membuat hari-hari kita menjadi lebih
bersemangat. Ada juga Factor lain yang membuat para siswi menyukai kpop dari
fashion seperti pakaian, skincare/kosmetik, dan apa saja yang dipakai oleh idol
mereka. 3 Dengan karakter negara Indonesia yang adaptif akan budaya asing, tentu
dapat menimbulkan dua percabangan yang dimana fans korea mengolah budaya
baru kearah yang lebih positif atau malah kearah negatif. K-Pop sendiri saat ini
sudah menjadi sosok figur idola di mata kaum penggemarnya.4
Disamping itu K-Pop yang lahir dari kalangan non-islam tentunya
memiliki budaya yang berbeda dengan ajaran islam yang selama ini diajarkan
sekolah apalagi berbasis pesantren, dimana mulai dari kurikulum sampai sistem
pengajaran sekolah ini mengikuti peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
pesantren. Pesantren yang terkenal dengan sistem-sistem pembelajaran serta nilai-
nilai kehidupan yang kental dengan ajaran Islam, sehingga siswi di sekolah ini
disebut juga seorang santri.5 Konsumsi atas budaya K-Pop ini terjadi pada para
siswi sekolah berbasis pesantren yang mempengaruhi nilai-nilai religius mereka.
Nilai religius adalah nilai yang bersumber dari keyakinan keTuhanan yang ada
pada diri seseorang. Dengan demikian nilai religius ialah sesuatu yang berguna
dan dilakukan oleh manusia, berupa sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.6 Siswi
K-Popers di sekolah berbasis pesantren ini mayoritas mengikuti perkembangan K-
Pop mulai dari gaya berpakaian dan menunjukkan kegemaran mereka di depan
umum seperti menyanyikan lagu sang idol bahkan berbicara menggunakan bahasa
korea. Karena itu mereka merasa memiliki kepercayaan lebih ketika menjadi
seorang K-Popers sehingga merasa bahwa mereka punya identitas sosial yang
berbeda dengan siswi biasa (non-K-Popers).
Budaya K-Pop yang sudah merajalela dikalangan luas kini juga sudah
sangat populer di kalangan siswi mengakibatkan dampak dari adanya budaya K-

3
Lisa Anggraini Putri, Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku Remaja Di Era Globalisasi, Al-
Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam , vol.3, no. 1, 2020, h. 43
4
Sella Ayu Pertiwi‚ Konformitas Dan Fanatisme Pada Remaja Korean Wave, Psikoborneo: Jurnal
Ilmiah Psikologi 1, No. 2 (April 2013), h. 84.
5
Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, ( Yogyakarta: Penertbit TERAS, 2009), h. 13.
6
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 29.
Pop yang populer yaitu terjadinya pergeseran religiusitas siswi yang santun
menjadi siswi yang menggilai budaya K-Pop. Namun, ada juga beberapa siswi
yang dapat menyerap arus K-Pop (budaya dan hiburan yang lahir dari kalangan
non-islam) tanpa meninggalkan nilai-nilai kehidupan maupun ajaran-ajaran islam
yang menjadi tolak ukur nilai religius para siswi di sekolah yang berada di
lembaga pendidikan islam yakni pesantren. Siswi penggemar K-Pop cenderung
mengalami pergeseran nilai religius, mereka lebih suka mendengarkan music
korea, drama korea, music video, ataupun reality show idol mereka. Akibatnya
mereka lupa akan kewajiban sebagai seorang siswi dengan nilai religius pesantren,
misalnya menunda melaksanakan ibadah sholat.7
Implikasi yang terjadi antara K-Pop dan religiusitas para siswi kerap kali
bedampak terhadap waktu sholat yang terabaikan. Padahal seyogyanya, siswi di
sekolah berbasis pesantren berkewajiban untuk senantiasa menjaga religiusitasnya
dalam perspektif iman, islam, ihsan, ilmu dan amal ibadah.8 Namun apabila waktu
pembinaan iman ini telah tersita oleh K-Pop, tentu bukan hal dapat dibenarkan.
Maka dari itu, di sini penulis ingin meneliti apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan religiusitas siswi di sekolah berbasis pesantren bergeser karena
memilih untuk menghabiskan waktu menikmati K-Pop. Lalu bagaimana agar
religiusitas para siswi lebih meningkat daripada digunakan untuk menikmati K-
Pop.

KAJIAN PUSTAKA
1. K-Pop (Korean Pop) dan Perkembangannya di Indonesia
K-Pop berasal dari singkatan Korean Pop yang berarti musik yang popular
dan lahir di Negara Korea Selatan dengan berbagai genre seperti pop, dance, hip
hop, rock, ballad dan lain sebagainya. Menurut Touhami, Al-Haq & Fawwaz :
“Korean pop comes in a magic form of mixed Western-Korean style with unique

7
Zuhrotul Hilaliyah Dan Grendi Hendrastomo, Fenomena K-Pop Sebagai Konsumsi Budaya
Populer Di Kalangan Santriwati Di Pondok Pesantren Al Barokah Yogyakarta, jurnal pendidikan
sosilogi : vol. 10, no. 2, 2021
8
Riyan Rivaldi, Upaya Dosen PAI Dalam Membina Religiusitas Mahasiswa Prodi PAI Angkatan
2017 UIN Ar-Raniry Banda Aceh, (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darusslam Banda Aceh,
2020), h. 21
vibes that gather impressive voice quality, dramatic videos with stunning graphics
and inspiring lyrics all performed by aesthetic-like artists.” 9
Istilah K-Pop kerap kali digunakan untuk menyebut musik atau lagu yang
dinyanyikan, dan tarian yang dilakukan oleh idol Korea Selatan seperti boy band,
girl band, dan solo. Idol K-Pop tidak hanya memiliki skill dalam hal bernyanyi
dan menari saja, tetapi juga memiliki penampilan fisik dan visual yang memukau.
Adapun para penggemar K-Pop biasa disebut dengan K-Popers (Korean Pop
Lovers). Sedangkan idol yang mereka sukai biasa disebut dengan bias.10 Seiring
berkembangnya zaman, jumlah penggemar K-Pop di Indonesia semakin
bertambah. Banyaknya jumlah fans melahirkan banyak fans-club atau komunitas
penggemar di sosial media sesuai dengan idol yang mereka gemari biasa disebut
dengan istilah fandom (fans kingdom) atau fanbase.11
Berkembangnya budaya K-Pop di beberapa Negara termasuk Indonesia
menunjukkan adanya transformasi budaya asing ke Negara lain. Dalam konsepsi
budaya, budaya populer yang dibawa Korea berasal dalam dimensi yang terwujud
dalam artefak-artefak budaya seperti lagu, drama, musik, program televisi,
makanan, dan bahasa. Sedangkan pada dimensi abstrak berupa nilai, norma,
kepercayaan, tradisi, makna, terkandung secara tidak langsung dalam artefak
budaya tersebut.12 Berdasarkan berbagai macam pengaruh positif bagi siswi dari
kebudayaan K-Pop ada juga pengaruh negatifnya seperti, para siswi lebih
mencintai budaya asing dibandingkan budaya lokal. Karena masuknya budaya K-
Pop, mereka menjadi lebih suka mempelajari budaya K-Pop seperti musik,
dibandingkan dengan budaya sendiri. Selain itu mereka juga akan lebih
mementingkan K-Pop daripada aktifitas bermanfaat lainnya.

9
Batoul Touhami dan Fawwaz Al-Abed Al-Haq. 2017. The Influence of the Korean Wave on the
Language of International Fans: Case Study of Algerian Fans, Jurnal Sino-US English Teaching :
Vol. 14, no. 10, 2017,h. 600.
10
Naomi Situmorang‚Tingkat Fanatisme Penggemar Musik Pop Korea (K-Popers) Terhadap
Budaya K-Pop Pada Komunitas EXO-L Pekanbaru, JOM FISIP 7, no. 2, 2020, h. 3
11
Widarti, Konformitas Dan Fanatisme Remaja Kepada Korean Wave (Studi Kasus Pada
Komunitas Penggemar Grup Musik CN Blue), Jurnal Komunikasi 7, no. 2, 2016, h. 12–13
12
Zuhrotul Hilaliyah Dan Grendi Hendrastomo, Fenomena K-Pop Sebagai Konsumsi Budaya
Populer Di Kalangan Santriwati Di Pondok Pesantren Al Barokah Yogyakarta, jurnal pendidikan
sosilogi : vol. 10, no. 2, 2021
K-Pop berhasil menarik perhatian dunia termasuk Indonesia berkat
penampilan yang dikemas secara apik menyajikan budaya-budaya korea.
Penampilan para idol yang memukau dalam fotografi maupun videografi menjadi
value tersendiri bagi para penggemar. Perkembangan music K-Pop di Indonesia
juga tidak terlepas dari semakin banyaknya grup boyband dan girlband yang
bermunculan di seluruh dunia. Seperti BTS, NCT, TXT, Seventeen, Blackpink,
NewJeans, Twice, dan masih banyak lagi. Bahkan ada grup bernama Secret
Number, idol grup wanita pertama yang memiliki anggota dari Indonesia. Ada
juga idol grup pria yang memiliki anggota dari Indonesia bernama Xodiac. Hal ini
tentunya mendapat perhatian besar dari seluruh dunia khususnya masyarakat
Indonesia sehingga popularitasnya semakin meningkat Fenomena K-Pop di kota-
kota besar Indonesia terlihat dari banyaknya grup-grup K-Pop yang datang ke
Indonesia, seperti mengadakan konser, di undang ke acara show, jumpa fans, dan
menjadi content creator. Selain itu, banyak stasiun radio maupun televisi di
Jakarta dan Bandung yang memutarkan lagu-lagu K-Pop serta membuat acara
pencarian bakat yang bertujuan untuk menjadikan grup boyband dan girlband
Indonesia ala Korea.13
Keberadaan idol-idol Kpop saat ini banyak mempengaruhi preferensi para
kaum milenial dalam beberapa hal. Seperti semakin maraknya penggunaan
produk-produk skincare dan make up Korea, Korean style, konsumsi makanan
Korea, dan lainnya. Cara pandang mereka pun juga berubah menjadi lebih open
minded terhadap berbagai aspek kehidupan, menjadi lebih bahagia dan bahkan
banyak yang bangkit dari depresi akibat mental iliness. Mereka juga sering
menyelipkan kata-kata dengan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari
seperti annyeong, saranghae, hyung, dan hwaiting. Selain itu, para penggemar
dari artis-artis Korea biasanya mendirikan fanbase atau komunitas yang tersebar
di berbagai wilayah Indonesia. Contohnya, ARMY Jakarta yang merupakan
tempat berkumpulnya para fans BTS (idol grup) di Jakarta. Mereka memiliki

13
Zaini, Dinamika Perkembangan Musik K-Pop Dalam Perspektif Industri Budaya, Seminar
Nasional Budaya Urban, 2017, https://aiche.ui.ac.id/wp-content/uploads/26/2017/11/30.-
Zaini.pdf
kepengurusan yang terstruktur layaknya organisasi pada umumnya dan aktif
mengadakan event-event untuk fans BTS.14
Seiring dengan populernya K-Pop di Indonesia, Korea Selatan berhasil
mendominasi berbagai platform sosial media bahkan menciptakan tren-tren baru
yang menjadi favorit, terutama di bidang fashion, make up, kuliner, bahasa hingga
Korean Way of Life.15 Indonesia yang kini merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia merupakan rumah bagi jutaan K-Popers. Dapat
kita lihat dari rekam jejak sejarahnya, strategi marketing Korea Selatan dalam
menerjuni industri hiburan pada televisi terbukti efektif, terutama di Indonesia.
Platform Twitter mengumumkan daftar negara yang paling banyak men-tweet
sepanjang 2019, Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah Thailand dan Korea
Selatan. Sedangkan untuk penayangan video-video K-Pop dalam platform
Youtube berdasarkan negara, Indonesia menempati posisi ke-2 dengan persentase
9.9%.16 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Indonesia memiliki peran penting
dalam berkembangnya K-Pop secara global.
2. Nilai-Nilai Religius
Nilai religius merupakan gabungan dari dua kata, yaitu kata nilai dan kata
religius. Menurut KBBI Daring, kata nilai memiliki makna harga, angka
kepandaian, mutu, sifat-sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, dan
sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.17 Menurut
Mulyani sebagaimana yang dikutip oleh Qiqi dan Rusdiana, pengertian nilai
adalah keyakinan manusia dalam menentukan pilihan yang berkaitan dengan
moral untuk diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan.18 Sedangkan kata

14
Mar’a Kamila Ardani Sarajwati, Fenomena korean wave di indonesia, EGSAUGM, 30
Desember, 2020, https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/09/30/fenomena-korean-wave-di-
indonesia/
15
Ressi Dwiana, Korean Wave, Imperialisme Budaya, Dan Komersialisasi Media, Jurnal
Komunikasi 6, no. 1 (December 2016), h. 44, https://doi.org/10.24912/JK.V6I1.23. 41.
16
Won So, Distribution of K-pop views on YouTube Worldwide as of June 2019, by country,
Statista, 2020, https://www.statista.com/statistics/1106704/south-korea-kpop-youtube-views-
by-country
17
Kemdikbud, KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilai
18
Qiqi Yuliati Zakiyah dan A. Rusdiana, Pendidikan Nilai Kajian Teori Dan Praktik Di Sekolah,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 15.
religius menurut KBBI Daring adalah bersifat keagamaan atau yang bersangkutan
dengan religi.19 Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa
inggris religion sebagai bentuk dari kata benda yang artinya agama atau
kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan yang lebih besar di atas manusia.
Dapat dimaknai bahwa agama bersifat mengikat, yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan-nya.20
Sehingga sintesa pengertian dari “nilai-nilai religius” adalah sifat atau
keyakinan manusia terhadap adanya Tuhan dengan melaksanakan ajaran agama
yang diyakininya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia memiliki keyakinan yang
berpengaruh terhadap pilihan, cara, dan tujuan perilaku yang dilakukan. Secara
umum, nilai-nilai religius mencakup tiga aspek penting yaitu akidah, ibadah, dan
akhlak.21
3. Sekolah Berbasis Pesantren
Sekolah dan pesantren adalah dua satuan pendidikan yang masing-masing
mempunyai keunggulan berbeda. Apabila mereka berjalan sendiri-sendiri, ada
potensi dan kekuatan pendidikan yang terbuang sia-sia. Namun, jika keunggulan
dari keduanya dapat dipadukan akan lahir sebuah kekuatan pendidikan yang
komprehensif dan berpotensi menghasilkan generasi bangsa yang unggul dan
berkarakter. Sekolah Berbasis Pesantren merupakan salah satu model pendidikan
Islam yang menggabungkan dua sistem sosial, yaitu pondok pesantren dan
institusi sekolah. Pondok pesantren dan pendidikan sekolah memiliki sistem sosial
dan keunggulan yang berbeda. Sekolah berbasis pesantren bertujuan untuk
menciptakan sumber daya manusia yang memiliki iman dan takwa sekaligus
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, sehingga dapat
berperan dalam sistem sosial kemasyarakatan. Sekolah berbasis pesantren adalah
salah satu fakta sosial yang timbul karena adanya kesadaran dan hasil pemikiran
dari berbagai pihak serta diskusi antar lembaga, seperti : Kementerian Agama,

19
Kemdikbud, KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius
20
Jakaria Umro, Penanaman Nilai-Nilai Religius Di Sekolah Yang Berbasis Multikultural, jurnal Al-
Makrifat : Vol 3, No 2, Oktober 2018, h. 153
21
Jakaria umro.... h. 154
Kementerian Pendidikan Nasional, Centre for Educational Development
(CERDEV) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pesantren, dan Sekolah.22
Dalam penerapannya, sekolah berbasis pesantren dapat diartikan sebagai
sekolah yang menerapkan pendekatan implementasi dengan memadukan
pendidikan umum dan pendidikan agama ke dalam satu kurikulum. Melalui
pendekatan ini, semua mata pelajaran dan kegiatan sekolah tidak lepas dari
bingkai ajaran dan nilai-nilai Islam. Sementara dalam pemahaman ilmu agama
Islam, sekolah berbasis pesantren diperkaya dengan adanya kurikulum
kepesantrenan. Sekolah berbasis pesantren menekankan pada integrasi pendekatan
pembelajaran guna mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Implikasi dari keterpaduan ini perlu pengembangan pendekatan proses
pembelajaran yang kaya dan variatif dalam proses pembelajaran yang
menggunakan media dan sumber belajar yang luas dan fleksibel. Metode
pembelajaran menekankan penggunaan dan stimulasi yang memicu dan memacu
optimalisasi pemberdayaan otak kiri dan otak kanan. Sekolah berbasis pesantren
juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Artinya, upaya
mendidik peserta didik menjadi anak yang berkembang dalam kemampuan akal
dan intelektualnya, meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT dan terwujudnya akhlak yang berbudi mulia.23

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitik, dimana penulis
memberikan penjelasan secara konkrit mengenai fenomena k-pop sebagai akibat
pergeseran nilai-nilai religius siswi di sekolah berbasis pesantren. Jenis data yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku referensi, artikel, jurnal, website
internet dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

22
Juju saepudin, Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Berbasis Pesantren: Studi Kasus Pada
Smp Al Muttaqin Kota Tasikmalaya, Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan : vol. 17,
no. 2, 2019, h. 173
23
Juju saepudin,..... h. 177
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Dominasi K-Pop
Pesatnya perkembangan budaya K-Pop secara luas dan diterima publik
dunia menghasilkan demand yang sangat luar biasa bagi Negara Korea. K-Pop
yang menjadi poros persebaran budaya Korea memiliki atensi yang tinggi dalam
industri hiburan. Terbukti dalam dua dekade terakhir, K-Pop berhasil
mendominasi berbagai tangga lagu di media sosial. Beberapa faktor yang menjadi
alasan kenapa K-Pop memiliki daya jual yang populer di Indonesia ialah :
1) Visual Consuming
Tidak heran jika para penggemar histeris akan penampilan idolnya
yang memukau dan terkesan apik. Visualisasi dari paras para idol K-Pop
tidak pernah mengecewakan. Konteks visual di sini ternyata tidak hanya
dalam paras yang disuguhkan namun segi penyajian audiografi maupun
videografi yang diusung bukanlah sebuah kualitas yang dianggap remeh.
Detail dari resolusi video, ikon, properti, gaya pakaian dan keseluruhan
elemen dalam produksi film/music video sudah dikemas secara totalitas dan
tertata serta mencapai taraf entertainment dunia. Bahkan, tak sedikit juga
music video yang dikomersialkan menggunakan konsep out of the box, unik
dan memukau. Keseluruhan konten yang diusung terbilang sangat kece.
Teknologi yang digunakan dalam audiovisual pun tidak usah diragukan lagi,
sebagaimana Bangtan Sonyeondan yang telah dikembangkan oleh Hybe
labels sehingga mereka laris di pasar internasional.
2) Comforting Content and Quality of Content
Selain dari segi visual diatas, salah satu faktor yang menjadi daya jual
dalam K-Pop adalah konten yang berkualitas. Adanya lagu, music video,
reality show, dibawakan secara apik oleh grup boyband atau girlband. Lagu
yang mereka bawa menyediakan berbagai genre dan memiliki arti lirik yang
variatif dan punya makna yang dalam. Koreografi dalam setiap lagu mereka
juga berhasil menarik tendensi para penggemar.
Disamping itu, konten-konten mereka memiliki dampak yang
signifikan terhadap psikologis penggemar. Suasana hati atau mood kerapkali
campuaduk dengan lagu-lagu yang mereka nikmati. Segala emosi mereka
tuangkan seperti tangis, gembira bahkan stress yang mereka alami. Ada juga
yang beranggapan bahwa K-Pop adalah salah satu cara untuk healing.
Yang menjadi ciri khas utama K-Pop dalam konsep boyband dan
girlband yakni identik dengan koreografi dance yang menarik dan unik juga
musik yang earcatching dan adiktif untuk didengar serta lirik lagu yang
inspiratif.24 Telah tercatat bahwa grup K-Pop telah mencapai 96 grup dengan
rekapitulasi artis K-Pop berjumlah lebih dari 300 orang. Dengan banyaknya
jumlah tersebut, K-Pop telah menyediakan berbagai macam genre musik.
Artis K-Pop yang menjajaki panggung pun mempunyai tingkat kredibilitas
dan profesionalitas yang tinggi.
3) Global Market Standart
Pada industri K-Pop, mereka ahli dalam menggunakan aplikasi untuk
jumpa fans secara go-internasional, seperti mengobrol dan menunggu update-
an sang idol. Mereka juga aktif di sosial media sehingga berhasil menguasai
chart musik diseluruh penjuru dunia. Pasar internasional berkembang seiring
dengan berkembangnya sains dan teknologi, liberalisasi, lembaga bisnis, dan
persaingan global. Dalam industri hiburan pun, strategi untuk menaklukan
pasar domestik maupun global harus dikonsep secara matang. Pada tahun
2016 SM Entertainment mengembangkan New Culture Technology yang
merupakan sebuah strategi yang dibuat oleh SM Entertainment untuk
memasarkan produk-produknya seperti musik, drama, film, games, fashion,
dan sebagainya ke pasar domestik maupun luar negeri melalui perkembangan
teknologi.25 Salah satu sarana SM Entertainment mem-branding produknya
ialah berfokus pada fanservice yaitu produksi album fisik, lagu digital,
merchandise resmi, konser, dukungan produk, dan bahkan pendaftaran

24
Putri Karina Amaliantami, Gaya Hidup Generasi Z Sebagai Penggemar Fanatik Korean Wave,
Undergraduate thesis, akultas ilmu Budaya, 2019, h.37.
25
Regita Cahyani Sipayo‚Strategi SM Entertainment Dalam Mengembangkan New Culture
Technology Di Pasar China, (Universitas Bosowa Makassar, 2020), h. 31
fansclub resmi. Mereka juga menjalin kerjasama dengan komposer dan
koreografer ternama di seluruh dunia. 26
4) Phcycology Impact
Faktor berkelanjutan yang juga menjadi alasan untuk menunjukkan
impresi baru terhadap K-Pop, ialah pada motivation impact yang mereka
peroleh dari idol Korea. Jika kita memandang dari segi positif, tiap penikmat
K-Pop menganggap musik Korea sebagai sarana penghilang stress, pelebur
emosi dan peningkat mood. Tak sedikit pula mereka yang mendapat motivasi
dari sang idol, seperti menggali riwayat hidup atau menonton keseharian
mereka melalui berbagai media dan mulai mengagumi pribadi, karakter, etos
kerja, kinerja hingga religiusitas idolnya. Hal tersebut menjadi sebuah
dorongan dan stimulus untuk terus mengingat Allah SWT. ketika sang idol
tengah beribadah.
5) Social Aspect
Di era yang serba digital ini, mayoritas populernya K-Pop ialah
melalui media, seperti internet (youtube, twitter, instagram), televisi maupun
media cetak. Dimana semua media massa sekarang ini mudah dijangkau oleh
generasi Z yang hidup di zaman digital ini.
Sebagai pecinta K-Pop atau K-Popers dengan sasaran usia yang
berada mulai remaja hingga dewasa, penggemar mencoba saling
mempengaruhi dan kerapkali bertukar informasi pada lingkup sempit seperti
dalam lingkungan pergaulan, teman sebaya ataupun keluarga. Semakin sering
intensitas sosial yang terjalin, maka mereka semakin berusaha menyamakan
minat dan kegemaran dalam lingkungan tersebut. Namun seiring dengan
majunya terknologi, mereka telah bertransformasi pada jangakauan lingkup
yang lebih luas, seperti berkenalan sesama K-Popers dari seluruh wilayah
dunia, melakukan ajang sharing dengan berbagai latar belakang negara,
pekerjaan, kehidupan dan budaya yang berbeda. Mereka juga beranggapan
bahwa dapat diterima dengan baik oleh sesama penyuka K-Pop daripada di

26
Regita Cahyani Sipayo‚Strategi SM Entertainment Dalam Mengembangkan New Culture
Technology Di Pasar China, (Universitas Bosowa Makassar, 2020), h. 50-53
real life nya. Bahkan fandom resmi K-Pop berfungsi sebagai identitas
kelompok, menambah relasi antar penggemar, tempat mendapatkan hiburan
dari segala tekanan hidup, tempat saling bertukar informasi dan menjadi
wadah untuk mendukung sang idol.27
Pergeseran Nilai Religius Siswi di Sekolah Berbasis Pesantren Akibat K-Pop
Ibadah pada dasarnya adalah urusan masing-masing manusia dengan
Tuhannya, yang mana didasarkan dalam hati pribadi masing-masing dan tentunya
tidak bisa dilihat oleh panca indera. Setiap individu memiliki karakter yang
berbeda-beda dalam hal ibadah.
Dari data yang penulis temukan dari berbagai sumber, menyatakan bahwa
para penyuka K-Pop masih sering bermalas-malasan dalam menunaikan
kewajiban religiusnya. Seperti menunda shalat ketika sang idol sedang konser
dengan alasan tidak ingin tertinggal penampilan idolnya. Dari sinilah hal negatif
yang paling parah mempengaruhi ibadah seseorang hingga rela menunda shalat
yang merupakan kewajiban seorang muslim. Tidak hanya dalam kewajiban shalat,
K-Pop juga berpengaruh terhadap kebiasaan mengaji. Mereka lebih menikmati
konten-konten K-Pop lebih banyak daripada membaca Al-Qur’an atau mengkaji
ilmu agama. Apalagi mereka menempuh di lembaga pendidikan yang berbau
pesantren, dimana kehidupan didalamnya sangat kental akan bingkai ajaran dan
nilai-nilai islam. Mereka juga lebih memilih mendalami sejarah idolnya atau
kebudayaan Korea dibanding dengan ilmu Tarikh Islam dan juga lebih menghafal
lagu-lagu Korea daripada lagu-lagu Islami. Bahkan mereka lebih tertarik untuk
belajar bahasa Korea dibanding bahasa Arab. Mereka juga menyadari bahwa K-
Pop berdampak pada berbagai hal yang berbau korea, yakni dari segi fashion,
makanan, bahasa bahkan kebiasaan.28
Nilai religius pada tiap pribadi tentu memiliki garis hubungan langsung
pada Tuhannya, namun berbeda kasusnya jika mengacu pada siswi di sekolah

27
Afaf Zakiyah Z dkk., Fenomena Pergeseran Nilai–Nilai Religius Mahasiswa Pai Uin Malang
Akibat Korean Wave (K-Pop Dan K-Drama), Muta’allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam : vol. 1,
no. 1, 2022, h. 29-30. http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/mjpai
28
Afaf Zakiyah Z dkk., Fenomena Pergeseran Nilai–Nilai Religius Mahasiswa Pai Uin Malang
Akibat Korean Wave (K-Pop Dan K-Drama), Muta’allim: Jurnal Pendidikan Agama Islam : vol. 1,
no. 1, 2022, h. 31-32. http://urj.uin-malang.ac.id/index.php/mjpai
berbasis pesantren. Sebagai seorang peserta didik sekaligus pelajar agama, mereka
tidak bisa mengesampingkan nilai religius yang ada pada dirinya alih-alih hanya
berpikir untuk menyerap ilmu-ilmu umum maupun agama tanpa merefleksikannya
pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan realita yang terjadi saat ini, terdapat
fenomena ganjil dimana segelintir siswi di sekolah berbasis pesantren tergeser
nilai religiusitasnya akibat faktor eksternal, yaitu K-Pop. Dari beberapa indikator
yang disajikan, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mereka mengalami
sebuah fanatisme level sedang dalam menikmati K-Pop, namun beberapa
pergeseran yang terjadi seperti intensitas membaca Al-Qur’an, sholat sunnah,
bahkan ketepatan waktu sholat maktubah dan kekhusyu’an sholat yang terganggu
akibat menikmati K-Pop tentu bukan cerminan dari seorang siswi sebagai pribadi
islami (insan kamil, beriman, taat dan berakhlak).29 Sebagaimana peserta didik
yang menjadi penerus generasi bangsa tergerus akan budaya Korea seperti
menghabiskan berjam-jam untuk‚ marathon konten-konten K-Pop dan fangirling,
maka tanpa disadari mereka telah tertelan oleh dominasi K-Pop tersebut. Jika
mereka memiliki dominasi ketertarikan akan budaya lain, alih-alih menyenangi
lagu religi/islami, senantiasa mengamalkan amaliyah budaya Islam dan
meningkatkan semangatnya dalam keilmuan Islam sebagai agama dan objek
pekerjaannya, maka peran sebagai pelajar islami tidak akan mendapat hasil yang
maksimal.
Selain itu juga, pergeseran yang terjadi tampak terlihat pada mereka yang
lebih dominan menyelami sejarah artis Korea daripada idola mutlak kita sebagai
umat Islam yakni, Nabi Muhammad SAW. Tentu ini menjadi hal yang riskan
apabila mereka tidak giat mendalami ilmu agama. Selain itu figure mereka
sebagai pelajar islami akan bergeser jika terus menerus mengabaikan ilmu agama
yang digantikan dengan mengkonsumsi konten Korea secara berlebih. Dalam
hukum Islam sendiri seni memiliki hukum mubah, namun juga bisa menjadi

29
Mokh. Iman Firmansyah, Pendidikan Agama Islam : Pengertian, Tujuan, Dasar, Dan Fungsi,
Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 17, No. 2 , 2019, h. 79.
http://jurnal.upi.edu/file/01_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM,_PENGERTIAN,_TUJUAN,_DASAR,_DA
N_FUNGSI.pdf
hukum makruh bahkan haram jika mudhorotnya besar.30 Maka dari itu, apabila
penikmat seni menjadi terlena dan abai terhadap kewajiban mereka sebagai hamba
Allah, tentu aktivitas seni tersebut bisa mendekati hukum haram.
Upaya Peningkatan Nilai-Nilai Religius
Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan religiusitas, di antaranya :

a. Memperbanyak dzikir, membaca sholawat, membaca Al-Qur’an dan


senantiasa memohon ampunan kepada Allah Swt.
b. Menjauhi aktivitas-aktivitas yang tidak bermanfaat, seperti menonton
konten K-Pop dan semacamnya.
c. Mengikuti kegiatan yang bermanfaat di sekolah, misal ekstrakurikuler atau
kajian-kajian islam.
d. Boleh mendengarkan musik dalam batas wajar dan tidak berlebihan, yang
mengakibatkan waktu ibadah dan belajar menjadi terganggu.
e. Memperdalam ilmu-ilmu umum maupun agama, seperti materi sekolah,
tarikh islam, dan seni-seni islami lainnya.
f. Mengamalkan nilai-nilai kehidupan dan ajaran-ajaran islam yang
dikembangkan di pesantren

KESIMPULAN
Dewasa ini, fenomena budaya K-Pop tengah menjadi trend dikalangan
masyarakat Indonesia, yang dalam realitanya telah berdampak pada religiusitas
penggemarnya, tak terkecuali siswi di sekolah berbasis pesantren. Dimana
seharusnya dunia pesantren sangat kental akan nilai-nilai kehidupan terhadap
ajaran-ajaran islam. Kini telah tercampur dengan budaya yang datang dari Korea
Selatan, dimana para siswi sudah sangat familiar dengan semua yang berhubungan
dengan K-Pop tersebut. Beberapa sikap para siswi sebagai penikmat konten K-
Pop ternyata telah bergeser dari standar kompetensi mereka sebagai pelajar islami.
Akan tetapi ada beberapa yang mampu menyerap kemodern-an yang dibawa oleh
K-Pop tanpa meninggalkan nilai-nilai ajaran islam.
30
Amsori Amsori ‚Al-Ahkam Al-Khams Sebagai Klasifikasi Dan Kerangka Nalar Normatif Hukum
Islam: Teori Dan Perbandingan, Palar : Pakuan Law Review vol.3, no. 1 (2017), h.48.
https://doi.org/10.33751/.v3i1.400
Pada dasarnya jika hanya menikmati konten-konten K-Pop untuk hiburan
diwaktu luang tanpa mengagungkangungkan budaya dan idol Korea, maka tidak
termasuk dalam kategori fanatisme tingkat tinggi. Walaupuntidak absolut
menyebabkan fantisme berlebihan, namun beberapa pergeseran religiusitas yang
nampak tidak bisa dibenarkan. Juga perlu diketahui bahwa kesenian atau konten-
konten K-Pop yang memang hanya sebuah hiburan memiliki hukum mubah dalam
islam, akan tetapi akan bergeser kepada hukum makruh dan haram jika
menyebabkan banyak kemudhorot-annya.
Sebagai antisipasi terjadinya pergeseran nilai-nilai religiusitas akibat
maraknya budaya K-Pop, maka selalu senantiasa ingat dan beribadah kepada
Allah Swt., mengkaji dan memperdalam ilmu-ilmu agama islam yang sangat luas
agar kita menjadi pelajar islami yang beriman dan berakhlakul karimah.
Selain untuk menyibak fenomena pergeseran religius yang terjadi,
diharapkan karya ini dapat menjadi korektor dalam pengembangan media dakwah
kaum muslimin, agar bisa memenuhi standar kepuasan konsumen dan kebutuhan
pasar nasional/internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Amsori, Amsori. (2017). Al-Ahkam Al-Khams Sebagai Klasifikasi Dan Kerangka
Nalar Normatif Hukum Islam: Teori Dan Perbandingan. Palar : Pakuan
Law Review vol. 3, no. 1 : 33-55. https://doi.org/10.33751/.v3i1.400
diakses pada 08 juni 2023.
Dwiana, Ressi. (2016). Korean Wave, Imperialisme Budaya, Dan Komersialisasi
Media. Jurnal Komunikasi 6, no. 1 https://doi.org/10.24912/JK.V6I1.23.
41. diakses pada 07 juni 2023
Firmansyah, Mokh Iman. (2019). Pendidikan Agama Islam : Pengertian, Tujuan,
Dasar, Dan Fungsi. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim : Vol. 17, No.
2 : 79-90.
http://jurnal.upi.edu/file/01_PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM,_PENGER
TIAN,_TUJUAN,_DASAR,_DAN_FUNGSI.pdf diakses pada 08 juni
2023.
Hilaliyah, Zuhrotul dan Hendrastomo, Grendi. (2021). Fenomena K-Pop Sebagai
Konsumsi Budaya Populer Di Kalangan Santriwati Di Pondok Pesantren
Al Barokah Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sosiologi : Vol 10, No 2.
Kemdikbud, KBBI Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilai;
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius diakses pada 07 juni 2023
Laurie, Timothy. (2016). Toward Gendered Aesthetics of K-Pop, in a Book
: Global Glam and Popular Music: Style and Spectacle from the 1970s to
the 2000s: 214–231. Routledge.
Maunah, Binti. (2009). Tradisi Intelektual Santri. Yogyakarta: Penertbit Teras.
Pertiwi, Sella Ayu. (2013). Konformitas Dan Fanatisme Pada Remaja Korean
Wave. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi : vol. 1, No. 2
Putri, Karina Amaliantami. (2019). Gaya Hidup Generasi Z Sebagai Penggemar
Fanatik Korean Wave. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Budaya.
Putri, Lisa Anggraini. (2020). Dampak Korea Wave Terhadap Prilaku Remaja Di
Era Globalisasi. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam : Vol. 3,
No. 1 : 42 -48.
Rivaldi, Riyan. (2020). Upaya Dosen PAI Dalam Membina Religiusitas
Mahasiswa Prodi PAI Angkatan 2017 UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darusslam Banda Aceh.
Saepudin, Juju. (2019). Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Berbasis
Pesantren: Studi Kasus Pada Smp Al Muttaqin Kota Tasikmalaya. Jurnal
Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan : Vol 17, no 2 : 172-187.
Sarajwati, Mar’a Kamila Ardani. (2020). Fenomena korean wave di indonesia.
EGSAUGM, https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/09/30/fenomena-korean-
wave-di-indonesia/ di akses pada 07 juni 2023

Sipayo, Regita Cahyani. (2020). Strategi SM Entertainment Dalam


Mengembangkan New Culture Technology Di Pasar China. Skripsi :
Universitas Bosowa Makassar.
Situmorang, Naomi. (2020). Tingkat Fanatisme Penggemar Musik Pop Korea (K-
Popers) Terhadap Budaya K-Pop Pada Komunitas EXO-L Pekanbaru.
JOM FISIP 7, no. 2 : 1–14.
Sjarkawi. (2008). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: Bumi Aksara.
Solihah, Ni’matus. (2016). Pengaruh Modernitas K-Pop Dalam Membentuk
Clique Pada Santriwati Pondok Pesantren Krapyak Ali Maksum
Yogyakarta. Thesis : Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Touhami, Batoul dan Al-Haq, Fawwaz Al-Abed. (2017). The Influence of the
Korean Wave on the Language of International Fans: Case Study of
Algerian Fans. Jurnal Sino-US English Teaching : Vol 14 no 10 : 598-626.
Umro, Jakaria. (2018). Penanaman Nilai-Nilai Religius Di Sekolah Yang Berbasis
Multikultural. Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 2 : 149-166
Widarti. (2016). Konformitas Dan Fanatisme Remaja Kepada Korean Wave
(Studi Kasus Pada Komunitas Penggemar Grup Musik CN Blue). Jurnal
Komunikasi 7, no. 2 : 12–18
Won So. (2020). Distribution of K-pop views on YouTube Worldwide as of June
2019, by
country. Statista. https://www.statista.com/statistics/1106704/south-korea-
kpop-youtube-views-by-country diakses pada 07 juni 2023
Zaini. (2017). Dinamika Perkembangan Musik K-Pop Dalam Perspektif Industri
Budaya. Seminar Nasional Budaya Urban : Kajian Budaya di Indonesia
dalam Perspektif Ilmu Sosial dan Humaniora : Tantangan dan Perubahan.
https://aiche.ui.ac.id/wp-content/uploads/26/2017/11/30.-Zaini.pdf diakses
pada Diakses pada 07 juni 2023
Zakiyah, Qiqi Yuliati dan Rusdiana, A. (2014). Pendidikan Nilai Kajian Teori
Dan Praktik Di Sekolah. Bandung : CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai