Anda di halaman 1dari 6

Peran K-pop terhadap Siswa Masa Kini dan Dampaknya

dalam Kehidupan Sehari-hari

Octavia Firdausi Putri


Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
E-mail: octaviafirdausii@gmail.com

Abstract. K-pop is a culture in the form of pop music originating from South Korea that is
familiar to students because at this time, K-pop music is very popular among students because of
its up-beat music with dance that is energetic, up-to-date and very well-known in various countries
of the world from boyband, girlband and K-pop soloist artists. The purpose of this study is to
describe the role of K-pop on students and determine the impact of K-pop in students' daily lives.
The method used in this research is the method of data collection with library research (library
research) that is by studying literature from internet media and conducting interviews with
speakers. With the development of K-pop in Indonesia, of course, has a great impact on students,
both positive and negative impacts. Students become dependent on K-pop culture because K-pop
idols who have charm and have a strong appeal so that students become less in love with
Indonesian music. The implication of this study is to understand the impact of K-pop on students
in daily life, so students are able to make efforts to prevent and avoid the negative effects of K-pop.

Keywords: students, K-pop, impact.

1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi juga berkembang dengan pesat akibat adanya arus
globalisasi. Globalisasi adalah proses kebudayaan yang mendunia, sehingga mengakibatkan interaksi
antara negara-negara di dunia menjadi semakin terbuka dan bebas tanpa ada batasan. Hal ini
menyebabkan banyak budaya asing yang masuk ke dalam negeri secara cepat dan berkembang dengan
pesat. Budaya yang saat ini sedang berkembang dan banyak digemari siswa di Indonesia adalah
budaya Korean Wave atau Hallyu, salah satunya adalah musik K-pop. K-pop menjadi musik favorit di
kalangan remaja karena memiliki keunikan dan ciri khas dengan musik beat dan tariannya yang
enerjik.

Musik pop Korea pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang
yang mempengaruhi unsur awal musik pop di Korea. Berbagai produk budaya Korea mulai dari
drama, film, lagu, fashion, gaya hidup produk-produk industri mulai mewarnai kehidupan masyarakat
di berbgai belahan dunia. Budaya Korea berkembang sangat pesat dan meluas serta diterima publik
sampai menghasilkan sebuah fenomena demam Korean Wave atau Hallyu.

Dengan munculnya budaya K-pop di Indonesia, sikap fanatisme terhadap Idol K-pop juga
semakin besar dan meningkat. Siswa menjadi terdorong untuk melakukan imitasi atau meniru
kebudayaan Korea dan meniru sesuatu yang berkaitan dengan bias Idol K-pop mereka. Bias adalah
seseorang yang dijadikan idola dari suatu boyband atau girlband K-pop. Perilaku imitasi atau meniru
adalah salah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh masyarakat untuk dapat menyesuaikan tingkah
lakunnya sesuai dengan fenomena sosial yang ada.

Berkembangnya K-pop di Indonesia mengakibatkan siswa menjadi memiliki perubahan


perilaku dan perubahan gaya hidup. mereka menjadi konsumtif dan hedonis. Siswa sering membeli
merchandise yang berkaitan dengan Idol K-pop atau biasnya. Selain itu, siswa juga mengikuti dunia
entertainment Korea, mereka juga memilih fashion ala Korea dan mempelajari tulisan Hangul Korea.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pergeseran budaya dan siswa menjadi lebih mencintai budaya
K-pop daripada budayanya sendiri.

B. Rumusan Masalah :

1. Bagaimana peran dan dampak budaya K-pop terhadap siswa pada masa kini?
2. Apa dampak positif dan negatif K-pop bagi siswa?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran dan
dampak positif maupun negatif budaya K-pop terhadap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
menggunakan data yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata, menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) yaitu dengan studi literature dari media internet dan dengan metode
wawancara dengan narasumber. Peneliti ingin mendeskripsikan atau menjelaskan peran dan dampak
positif maupun negatif K-pop terhadap siswa pada masa kini. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan analisis isi, yaitu dengan melakukan analisis secara langsung terhadap artikel jurnal dan
sumber dari media internet.

Sumber data penelitian ini adalah dari artikel jurnal yang membahas tentang budaya K-pop dan
informasi dari media internet tentang K-pop dan hasil wawancara dari narasumber. Metode
pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan penelitian kepustakaan (library research)
yaitu dengan studi literature dari media internet dan wawancara dengan narasumber.

3. Hasil dan Pembahasan


Munculnya demam korea yang sering disebut dengan Koren Wave atau Hallyu memiliki 3 macam,
salah satunya adalah musik K-pop. Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya
budaya pop Korea secara global diseluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia, yang secara singkat
mengacu pada globalisasi budaya Korea Selatan. Musik K-pop yang ada tidak hanya dari boyband
atau girlband tetapi juga ada artis solois. Konsep yang digunakan dalam K-pop juga sangat berbeda
dan unik dengan musik di Negara lain. Berkembangnya musik K-pop di kalangan remaja tentu saja
sangat berperan bagi remaja di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat berdampak bagi
perkembangan siswa. Sesuai dengan judul artikel, yaitu “Peran K-pop terhadap Siswa Masa Kini dan
Dampaknya dalam Kehidupan Sehari-hari” maka akan dibahas apa saja peran dan dampak K-pop
terhadap siswa di masa kini.

Peran K-pop terhadap siswa sangat besar, dengan adanya media internet siswa menjadi lebih
cepat dan aktif dalam mendapatkan informasi. Seperti pada saat ini, siswa mengerti tentang musik K-
pop melalui media sosial seperti instagram, twitter, facebook, youtube, vlive, dan aplikasi lainnya.
Siswa menjadi aktif dalam mencari informasi tentang K-pop di media sosial dan hal ini dapat
menyebabkan kecanduan sehingga siswa akan mencari lebih banyak lagi informasi yang berkaitan
dengan K-pop karena informasinya sangat luas.

K-pop membawa dampak positif, yaitu sebagai media hiburan siswa untuk pelepas penat
setelah sekolah seharian penuh. Siswa memiliki kewajiban untuk belajar, tetapi refreshing otak sangat
diperlukan bagi siswa karena jika siswa terus dipaksa untuk belajar dapat menyebabkan stress, depresi,
sakit dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan mendengarkan musik atau melihat MV dari idol K-pop
dapat meningkatkan semangat siswa sehingga siswa mendapatkan energinya lagi setelah pulang
sekolah. Seperti yang dikatakan Maya siswa kelas 11 SMA “Setiap hari saya selalu streaming di
youtube melihat konser BTS, EXO, NCT dan melihat MV dari lagu mereka, selain itu saya juga
follow akun instagramnya baik yang asli maupun fanpage jadi saya bisa tahu dan melihat
perkembangan bias saya dan hal ini dapat menjadi moodbooster saya dalam menjalani hari-hari.”

Selain itu, siswa juga dapat terinspirasi dari sosok idol K-pop dan menjadikan mereka sebagai
teladan atau panutan. Alasan mereka menjadikan sebagai sosok yang menginspirasi adalah karena
kegigihannya, perjuangannya saat ikut audisi dan trainee, latihan yang keras sampai menjadi idol K-
pop yang sangat besar dan terkenal. Trainee adalah pelatihan bagi idol yang akan debut. Bahkan
banyak idol K-pop yang sakit dan depresi karena terlalu keras dalam berlatih untuk mempersiapkan
debutnya. Debut adalah waktu pertama kali idol K-pop muncul di dunia entertainment.

Lagu-lagu yang diciptakan oleh idol K-pop juga dapat dijadikan sebagai semangat, motivasi
dan inspirasi di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tempo lagu-lagu K-pop juga up-beat dan
enerjik sehingga dengan mendengarnya saja sudah dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar
dan membawa kesenangan tersendiri bagi siswa K-popers. Seperti yang dikatakan oleh Rani siswa
kelas 11 SMA bahwa ia suka mendengarkan lagu-lagu K-pop karena dengan mendengarkan lagu-lagu
K-pop yang ceria ia juga menjadi ceria, tetapi jika mendengarkan lagu yang sedih ia juga ikut sedih
seperti dalam lagu yang didengar. Rani juga mengatakan bahwa ia sangat suka lagu BTS yang
berjudul Answer karena dalam lagu tersebut mengajarkan tentang “how to love myself” dan ia juga
menyukai lagu Epiphany karena terdapat lirik “Im the one I should love in this world” yang
mengajarkan bahwa ia harus mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.

Siswa dapat terinspirasi dari idol K-pop atas perjuangannya yang tidak mudah, mereka belajar
tentang proses dalam mewujudkan cita-cita melalui idolnya. Menjadi artis atau idol di Korea harus
melalui proses seleksi agar diterima di suatu agensi suatu management, setelah lolos seleksi mereka
harus tinggal di asrama, mengikuti program trainee, sambil tetap bersekolah, tidak jarang mereka juga
harus melakukan kerja sambilan untuk membiayai hidup mereka di asrama. Masa untuk trainee juga
berbeda-beda antara satu idol dengan idol lainnya tergantung keputusan dari agensi untuk didebutkan.
Oleh karena itu, salah satu alasan siswa senang dengan K-pop adalah karena idolnya benar-benar
berjuang dan hal inilah dapat dijadikan siswa sebagai inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita.

Dampak positif lainnya adalah menambaah wawasan siswa terhadap budaya Korea, dengan
mengikuti informasi yang berkaitan dengan idolnya siswa menjadi mengerti dan lebih mengenal
kebudayaan korea. Mereka juga mempelajari bahasa Korea dan tulisan Hangul Korea karena
berkembangnya K-pop. Siswa sering menonton talkshow yang menampilkan idolnya, walaupun
mereka menggunakan bahasa Korea yang tidak dimengerti oleh siswa, sehingga siswa terdorong untuk
mempelajarinya agar mereka paham apa yang dibicarakan pada acara tersebut. Siswa juga mulai
menerapkan dan menggunakan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari, contohnya seperti
annyeong yang artinya halo, nee yang artinya baik, saranghae yang artinya saya cinta kamu, dan
sebagainya.

Dengan adanya K-pop siswa menjadi kurang tertarik untuk berpacaran karena mereka
menganggap bias mereka seperti pacar mereka atau berhalusinasi tentang biasnya. “menurut saya K-
pop mampu dijadikan sebagai pengalih perhatian saat saya sedang patah hati dan galau. Saat saya
badmood hanya dengan menonton perfomance atau mendengarkan lagu K-pop saya sudah senang dan
tidak badmood lagi.” kata Maya. Selain itu Nisrina juga mengatakan bahwa ia tidak masalah jika tidak
memiliki pacar karena hanya dengan melihat bias atau idol K-pop ia mengaku sudah bahagia dan lupa
dengan hal pacaran. Dengan adanya K-pop siswa dapat menambah teman dari berbagai daeah bahkan
luar negeri melalui komunitas dan grup chat di media sosial dari fandom yang sama, fandom adalah
nama penggemar dari idol K-pop misalnya seperti fandom BTS bernama Army, fandom EXO
bernama EXO-L.

Siswa juga menjadi paham bagaimana kasus bullying di Korea karena belakangan ini banyak
idol K-pop yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri akibat bullying dari haters. “saya jadi tahu
bagaimana susahnya menjadi public figure dan tidak semua orang itu baik di dalam kehidupan, dan
saya menjadi paham bahwa di Korea kasus bullying benar-benar serius dan mampu menyebabkan
down bahkan sampai bunuh diri.” kata Wulan siswa kelas 11 SMA.

Karena sikap rasa ingin tahu yang kuat, siswa juga sering mencari tahu tentang biasnya atau
idolnya dalam segi apapun, contohnya seperti keluarganya, data dirinya, jadwal konser, jadwal
fanmeeting, Vlive atau siaran langsung, dan sebagainya. Internet sangat berperan untuk melengkapi
keingintahuan siswa yang lebih mengenai K-pop atau idolnya. Melalui situs-situs resmi perusahaan
entertainment Korea, situs jejaring sosial, serta blog-blog mengenai Korea merupakan sarana paling
mudah dan cepat menyebarnya Korean wave secara internasional. Beragamnya informasi yang
disajikan internet mengenai Korean wave menjadikan siswa aktif dalam mencari informasi yang
dibutuhkan.

Selain memiliki dampak positif, tentu saja K-pop juga memiliki dampak negatif antara lain
dapat mengakibatkan siswa berperilaku imitasi atau meniru, seperti meniru gaya rambut, warna
rambut, style fashion, make up, dan masih banyak lagi. Budaya asing juga memiliki hal yang kurang
bahkan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya banyak wanita idol K-pop Korea yang
berpakaian terbuka, hal ini tidak sesuai jika digunakan di Indonesia karena tidak sesuai dengan
kebudayaan Indonesia dan menentang nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Seperti yang
dikatakan Nastiti siswa kelas 12 SMA bahwa ia suka meniru make up Korean look yang natural dan
flawless seperti jisoo Blackpink dan suka membeli style fashion Korea karena ingin terlihat sama
dengan idolnya. Hal ini mampu mengakibatkan lunturnya budaya Indonesia karena siswa lebih senang
dengan budaya Korea.

K-pop menjadikan siswa boros, konsumtif, dan hedonis. Seringnya siswa mendengarkan lagu,
menonton dan streaming performance, MV, drama, acara entertainment, talkshow tentang idol K-pop
atau biasnya karena mereka senang tentu saja mengakibatkan siswa boros kuota, rela menghabiskan
waktu demi biasnya seperti yang dikatakan Maya “jika sudah menonton K-pop suka lupa waktu dan
tiba-tiba kuota habis jadi boros kuota dan boros uang.”

Dampak lainnya, siswa juga boros dalam berbelanja merchandise K-pop, album, poster,
photocard, boneka, dan hal lainnya yang berkaitan dengan idol K-popnya. Oleh karena itu, siswa
menjadi memiliki gaya hidup yang konsumtif karena mereka rela membeli apapun yang berkaitan
dengan idolnya. Seperti halnya Galuh mengatakan bahwa ia suka membeli merchandise K-pop, slogan
dan album dari idolnya dengan harga yang mahal, harga satu album adalah Rp 850.000,00. Galuh
sadar bahwa membeli merchandise dan album K-pop sangat menguras uang saku dan uang
tabungannya, tetapi ia tetap melakukan karena senang. Siswa juga memiliki keinginan dan banyak
siswa yang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk menonton konser idol-Kpop.

Siswa juga memiliki keinginan untuk menonton konser, fansign dan melakukan fanmeeting
dengan idolnya karena mereka ingin bertemu langsung dengan idolnya. Harga tiket konser K-pop yang
paling murah sekitar Rp 1.500.000,00 ke atas tergantung artis yang menggelarnya. Berkembangnya K-
pop di Indonesia juga mengakibatkan muncul banyaknya restoran Korea yang menjual makanan khas
Korea seperti kimchi, tteokbokki, ramen, dan lain-lain.

Siswa yang suka K-pop juga menjadi bucin (budak cinta), yaitu rela melakukan apapun demi
biasnya seolah-olah mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Siswa K-popers juga suka
berhalusinasi menganggap biasnya adalah pacarnya, menganggap biasnya adalah jodoh di masa depan.
Hal ini biasa dilakukan oleh siswa K-popers dan berdampak pada pola pikir dan tingkah laku siswa
karena siswa menjadi seperti memiliki dunia sendiri dari halusinasinya. Siswa juga berubah menjadi
individualisme saat mereka menjadi fangirl atau fanboy karena mereka asyik dengan dunianya sendiri.

Seringnya siswa melakukan fangirl atau fanboy dengan menonton streaming MV atau menonton
hal yang berkaitan dengan biasnya, siswa menjadi lupa waktu sehingga konsentrasi belajar siswa
menurun karena terus berpikir tentang biasnya, tentang comeback dan sebagainya. Comeback berarti
grup idol kembali merilis sebuah lagu atau album, siswa menjadi malas belajar jika sudah asyik
dengan dunia K-pop. Siswa menjadi kecanduan untuk menonton K-pop tentang biasnya dan jika tidak
melakukannya satu hari saja mampu menyebabkan adanya perubahan dari siswa seperti mood yang
menurun. Di dunia K-pop juga sering terjadi fanwar yaitu adanya perseteruan atau konflik antar
fandom.

Berkembangnya K-pop di Indonesia membawa pengaruh dalam dunia hiburan Indonesia, yang
sebelumnya didominasi oleh band menjadi didominasi oleh boyband dan girlband contohnya seperti
Sm*sh, Cherrybelle, 7icon, Coboy Junior dan sebagainya, selain itu banyak siswa yang melakukan
dance cover dari idol boyband atau girlband kesukaannya dan mengunggahnya di media sosial hal ini
dapat menyebabkn lunturnya budaya Indonesia, karena tarian daerah sudah jarang ditampilkan dan
siswa lebih menyukai dance cover Korea seperti idolnya. Bahkan saat ini, banyak munculnya audisi
dan perlombaan dance cover di Indonesia.

4. Simpulan
Budaya musik K-pop yang berkembang di Indonesia memiliki peran yang sangat besar di kalangan
pelajar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. K-pop membawa perubahan di masyarakat
khususnya bagi siswa, seperti perubahan pola pikir dan tingkah laku dan K-pop memiliki dampak
yang besar bagi siswa baik dari segi positif maupun negatif. Selain membawa dampak bagi siswa, K-
pop juga membawa dampak di lingkungan siswa seperti adanya restoran Korea dan tarian dance cover
K-pop yang mampu mengakibatkan lunturnya budaya Indonesia. Oleh karena itu, seharusnya kita
mencintai budaya Indonesia dengan cara mencintai produk dalam negeri, mencintai musik Indonesia,
dan melestarikan budaya Indonesia dengan mengeksistensikan dan mengaktualisasikan kebudayaan
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Jika suka dengan K-pop seharusnya tidak berlebihan dan tidak
bersikap fanatik yang berlebihan.

5. Daftar PustakaXAnwar, D. C. R. (2018). Mahasiswa dan K-POP. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(1).
https://doi.org/10.33005/jkom.v1i1.12
Egaliter, J. (2019). Jurnal Egaliter, Vol 3 No.5 Oktober 2019. 3(5).
Etikasari, Y., & Yogyakarta, U. N. (2018). KONTROL DIRI REMAJA PENGGEMAR K-POP (K-POPERS)
(Studi pada Penggemar K-pop di Yogyakarta) THE SELF-CONTROL AMONG TEENAGER OF K-POP
LOVERS (K-POPERS) (Study on K-pop Lovers in Yogyakarta). Maret, 4, 190.
Izzati, A., & Armando, A. (2014). Analisis Pengaruh Musik Korea Popular Terhadap Gaya Hidup di Kalangan
Remaja. Jurnal Ilmua Sosial Dan Ilmu Politik. Retrieved from http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368926-
MK-Amalia Izzati.pdf
Lathifah, I. N., Herman, A., & Yusaputra, M. I. (2018). Pengaruh Mengakses Korean Wave terhadap Perilaku
Imitasi Remaja di Kota. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6(2), 111–126.
Putri, K. A., & Purnomo, M. H. (2019). NUSA, Vol. 14 No. 1 Februari 2019 Karina Amaliantami Putri, Amirudin,
Mulyo Hadi Purnomo, Korean Wave dalam Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Generasi Z. 14(1), 125–
135.
Rahmatina, D. (2018). Pengaruh Menonton Siaran Langsung Saluran Bts Di Aplikasi V Live Terhadap Motivasi
Belajar Bahasa Korea Pada Komunitas Bts Fanbase Indonesia. Jom Fisip, 5, 1–14.
Ri’aeni, I. (2019). PENGARUH BUDAYA KOREA (K-POP) TERHADAP REMAJA DI KOTA CIREBON.
Communications, 1(1), 1-25. Retrieved from
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/communications/article/view/9460.
Sihombing, L. H. (2013). Pengaruh Kpop Bagi Penggemarnya: Analisis Kajian Blog. 3(1), 55–76.
Universitas, P., & Yogyakarta, N. (2018). Ni ’ matus Solihah dan Ajat Sudrajat Pendahuluan. 13(1), 37–49.

Anda mungkin juga menyukai