Disusun Oleh:
Anisah: 44220010026
Fithriyah: 44220010028
Tasya Putriana Nurhaliza: 44220010041
Indira Wahyu Isnaini: 44220010190
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan bagaimana perilaku konsumsi dan produksi fans K-Pop
2.1 Hiperrealitas
Hiperrealitas merupakan istilah yang digunakan oleh Jean Baudrillard untuk menjelaskan
bagaimana realitas dapat dibuat oleh individu secara luas dan terang-terangan. Bagi Baudrillard
simulasi merupakan proses ataupun strategi intelektual yang dilakukan oleh individu tertentu,
sedangkan hiperrealitas adalah efek dari tindakan individu tersebut, keadaan, atau pengalaman
kebendaan dan atau ruang yang dihasilkan dari proses tersebut. Menurut Baudrillard, awal era
hiperrealitas ditandai dengan lenyapnya petanda, dan metafisika representasi, runtuhnya ideologi,
dan bangkrutnya realitas itu sendiri, yang kemudian diambil alih oleh duplikasi dan dunia nostalgia
serta fantasi. Tanda tidak lagi merepresentasikan sesuatu hal, oleh karena itu petanda sudah mati
(Piliang, 2003).
Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku konsumtif sebuah kecenderungan seseorang yang berlebihan
dalam membeli suatu barang tidak terencana dan mereka lebih mengkedepankan keingannya
daripada kebutuhan yang pada akhirnya berakibat tidak rasional.
Mengutip buku Konsep Diri dan Konformitas Pada Perilaku Konsumtif Remaja, terdapat faktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumtif meliputi:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan kepuasan untuk memberi suatu barang dan dipengaruhi oleh:
a. Motivasi, yaitu pendorong perilaku seseorang dalam melakukan pembelian atau
penggunaan jasa.
b. Harga diri, hal ini berpengaruh pada perilaku membeli. Orang dengan harga diri rendah
lebih mudah dipengaruhi daripada orang dengan harga diri tinggi.
c. Observasi. Sebelum membeli barang, orang akan melakukan pengamatan terhadap diri
sendiri dan orang lain mengenai suatu produk.
d. Proses belajar. Pembelian oleh konsumen termasuk dalam rangkaian proses belajar.
Pengalaman seseorang berpengaruh dalam menentukan barang yang akan dibeli.
Kepribadian, yaitu pola perilaku seseorang.
e. Konsep diri memuat ide, persepsi, dan sikap yang dimiliki seseorang tentang dirinya
sendiri.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga.
a. Kebudayaan adalah hasil karya manusia, proses belajar, mempunyai aturan atau
berpola, bagian dari masyarakat, dan menunjukkan kesamaan tertentu tetapi
terdapat variasi dan terintegrasi secara keseluruhan.
b. Kelas sosial digolongkan menjadi tiga, yaitu golongan atas, menengah, dan bawah.
Penggolongan ini berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan ilmu
pengetahuan.
c. Kelompok referensi didefinisikan sebagai suatu kelompok orang yang
mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku konsumen. Pengaruh
kelompok referensi antara lain dalam menentukan produk dan merek yang
digunakan sesuai dengan aspirasi kelompok.
d. Keluarga, yaitu unit masyarakat terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi
dan menentukan keputusan seseorang dalam membeli barang.
Contoh perilaku konsumtif di kalangan remaja, misalnya Anak remaja masa kini ingin sekali
terlihat keren dengan menggunakan barang-barang mewah demi sebuah gengsi, padahal perilaku
tersebut bukan kebutuhan mereka.
Menurut Jannah (2014) fanatisme yang dimiliki penggemar K-pop akan membuat mereka
termotivasi untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan idola, dimulai dari harga
yang terbilang normal sampai mahal. Fanatisme merupakan keyakinan luar biasa yang dimiliki
penggemar terhadap idolanya yang dapat dilihat dari tingkat antusiasme dan adanya solidaritas.
Perilaku konsumtif adalah perilaku membeli yang bukan atas dasar pertimbangan rasional
melainkan keinginan. Penggemar K-pop dengan fanatisme tinggi akan membeli barang-barang
yang berkaitan dengan idol K-pop sebagai manifestasi dari kecintaan yang luar biasa terhadap
idola sehingga akan berhubungan pula dengan perilaku konsumtif yang dimiliki.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melihat bagaimana hubungan antara hiperrealitas penggemar K-Pop dengan
keputusan pembelian dapat ditarik kesimpulan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat post-
modern sekarang ini merupakan konsumsi tanda dan citra, Artinya, para penggemar K-Pop
membeli sebuah tanda atau simbol dari sebuah produk budaya yakni idola mereka, entah
merchandise K-Pop atau barang-barang yang sama dengan idola mereka tanpa memfungsikan
barang tersebut sesuai dengan nilai guna materialnya dan juga harga. Ketika kebutuhan dan nilai
guna suatu produk hilang dan hancur disaat semua orang mendefinisikan konsumsi hanya menuruti
hasrat dan juga fantasi yang mereka ciptakan.
Hiperrealitas penggemar K-Pop menunjukkan bahwa citra dan tanda yang berasal dari grup
idola mereka mendorong hasrat para penggemarnya untuk menjadi sama seperti idolanya. Bukan
hanya menjadi sama seperti idolanya, hiperrealitas juga membentuk sebuah realitas yang asli
menyatu dengan realitas palsu sehingga hal tersebut menjadi sulit dibedakan, penggemar terbiasa
dengan penampilan visual sempurna idola dan bentuk realitas semu tersebut pada akhirnya dapat
memunculkan perilaku konsumsi yang tidak wajar. Artinya, konsumsi yang dilakukan oleh
penggemar dalam membeli barang-barang K-Pop dan barang-barang yang sama dengan idolanya
hanya berdasarkan pada pemenuhan kepuasan untuk diri sendiri dan tidak disertai manfaat yang
jelas. Mereka hanya menginginkan kepuasan.
3.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat dibacakan kepada seseorang yang tertarik dengan topik
ini. Menumbuhkan kesadaran dalam diri pada fans K-pop tentang perilaku konsumtif. Fans K-
pop seharusnya menanamkan sikap disiplin seperti mengatur keuangan. Tidak terlalu
memfokuskan diri pada media sosial sehingga aktivitas serta tayangan yang dilihat oleh fans K-
pop tidak akan menimbulkan dampak yang terlalu merugikan di masa yang akan datang. Sehingga
fans K-pop tidak menjadi boros dalam membelanjakan uang sakunya untuk membeli barang-
barang yang sebenarnya kurang dibutuhkan dan hanya sebagai keinginan sesaat saja.
DAFTAR PUSTAKA
Hasby, F., & Budaya, F. I. P. (2013, June). Fanbase Boyband Korea: Identifikasi Aktivitas Penggemar
Indonesia. In Prosiding the 5th International Conference of Indonesian Studies:“Ethnicity and
Globalization”. 13—15 Juni 2013. Yogyakarta, Indonesia (pp. 155-164).
Sari, R. P. (2012). Fandom dan Konsumsi Media: Studi Etnografi Kelompok Penggemar Super Junior,
ELF Jogja. Jurnal Komunikasi, 6(2), 79-90.
Nursanti, M. I., & Lukmantoro, T. (2013). Analisis Deskriptif Penggemar K-pop sebagai Audiens Media
dalam Mengkonsumsi dan Memaknai Teks Budaya. Interaksi Online, 2(2).
GHAZWANI, S. A. (2019). Fanatisme Fandom ARMY (Adorable Representative MC For Youth)
Terhadap Boyband Korea Selatan, Bangtan Sonyeondan (BTS) Di Surabaya (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Apriliani, I., Muharsih, L., & Rohayati, N. (2021). FANATISME DAN PERILAKU KONSUMTIF PADA
KOMUNITAS PENGGEMAR K-POP DI KARAWANG. Empowerment Jurnal Mahasiswa
Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang, 1(1), 75-84.