A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penulis untuk mendapatkan
referensi dan rujukan untuk mengkaji teori yang digunakan dalam penelitian. Peneliti
mengangkat judul dari referensi lain yang berkaitan erat dengan judul yang peneliti
bahas sehingga hasil dari referensi dapat dijadikan bahan perbandingan dalam
a. Dalam jurnal Al Amroshy( 2014 ) Hegemoni Budaya Pop Korea pada Komunitas
fanatisme dari anggota KLOSS akan budaya pop Korea tidak dapat lepas dari
adanya hegemoni media yang dilakukan oleh pihak- pihak yang lebih dominan di
balik media, yaitu melalui ideologi image positif Korea dan juga konsumerisme
yang disebarkan dalam budaya pop Korea yang kemudian dapat menciptakan
kesadaran palsu yaitu munculnya anggapan bahwa budaya pop Korea adalah suatu
kebenaran dimana tidak ada yang salah dengannya sehingga banyak hal - hal yang
bisa didapatkan dari mengkonsumsi tayangan dari Korea serta munculnya perasaan
bahwa budaya pop Korea merupakan suatu hal yang sangat mereka inginkan dan
butuhkan sehingga segala hal yang berkaitan dengan budaya pop Korea menjadi
jam lamanya untuk stalking idolanya, dan sampai berperilaku anarkis di sosial
c. Dalam jurnal Olivia (2013) Analisis Gaya Hidup Remaja Mengimitasi Budaya Pop
Korea Melalui Media Massa ( studi pada siswaSMA Negeri 9 Manado ) Olivia
membahas mengenai budaya pop Korea yang sangat terlihat mulai mendominasi
remaja SMA Negeri 9 Manado dan tampak jelas mereka mulai meninggalkan
bahkan tidak peduli dengan budaya Indonesia sebagai pegangan hidup keseharian.
mengenai budaya ini daripada untuk mempelajari dan memahami budaya sendiri.
Hal ini temtunya membuktikan bahwa adanya pergeseran budaya dan hal tersebut
perlu ditindaklanjuti dari sekarang. Selain itu musik yang trendi dan mengandung
candu yang menyenangkan dengan tarian – tarian yang energik dan menampilkan
lekuk tubuh membuat remaja SMA Negeri 9 Manado banyak yang menyukainya.
d. Dalam jurnal Tiara Putri Ayunita, Fizi Andriani (2018) Fanatisme remaja
Pop melalui internet, menghadiri konser musik K-Pop , membeli merchindes yang
berkaitan dengan musik K-Pop. Ekspresi sebagai penggemar dilakukan dengan cara
mendukung grup idolanya dengan cara membeli album nya. Penggemar musik K-
Pop cenderung mengoleksi album yang berkaitan dengan idola mereka, bahkan saat
idol mereka baru debut hingga sekarang, tidak hanya membeli album grup saja
melainkan juga album solois dari salah satu member boyband atauidol gruptersebut.
penggemar yang dilakukan secara berlebihan karena kekaguman akan artis idolanya
sesuai dengan pengertian fanatisme sendiri yaitu keyakinan atau juga paradigma
tentang sesuatu dapat bersifat positif maupun negatif yang tidak berdasar pada teori
atau realitas yang nampak dan kemudian diyakini secara mendalam sehingga sangat
sulit untuk diluruskan atau diubah. Diluar dari perilaku maupun aktivitas seseorang,
sebagai fans yang biasa dan bukan fans yang fanatik atau fans yang rela melakukan
apapun untuk idolanya. Fans biasanya akan melakukan Fanwar apabila idolanya
baudrillard
5. Pintani Linta Netizen yang merasaidolanya Relevansinya yaitu
Tartila ( di jelek – jelekan tidak segan ketika idola dari fandom
2015)Fanatisme – segan untuk melakukan tersebut mengalami
Fans Kpop Dalam fanwar di media sosial atau pemberitaan yang
Blog Netizenbuzz bahkan di dunia nyata. negatif maka fans
dariidola tersebut akan
menyerang portal berita
yang memberitakan
idolanya dengan negatid
bahkan fans tersebut
tidak segan – segan
untuk memboikot portal
berita yang tersebut.
Selain itu jika di ketahui
fandom lain menghina
atau menjelek – jelekan
idolanyamaka fans tidak
segan – segan untuk
fanwar baik di dunia
maya maupun di dunia
nyata.
Perbedaan : tidak
menggunakan teori
hiperrealitas jean
baudrillard
B. Tinjauan Pustaka
contoh media sudah tidak lagi menjadi cermin realitas akan tetapi sudah menjadi
realitas atau bahkan lebih rill daripada realitas. Jean Baudrillard menegaskan bahwa
semua yang nyata kini telah menjadi simulasi “All that is real becomes simulation”
dapat dilepaskan dari produksi dan permainan tanda – tanda yang melampaui dari
dimana representasi (gambaran) atas dasar tanda – tanda realitas (sign of reality)
dimana tanda – tanda tersebut justru malah menggantikan objek itu sendiri(Kellner,
1989d:118).
kebutuhan masyarakat kontemporer akan sebuah tanda yang pada akhirnya memiliki
arti bahwa suatu realitas sengaja untuk diciptakan guna menggambarkan suatu
realitas, namun realitas sesungguhnya mungkin justru tidak ada. Sehingga realitas
sesungguhnya(Ritzer,Goodman 2016:678).