Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Teori Budaya Populer

Oleh

Riri Aisyah Andini/180110180057/Sastra Indonesia

A. Pengertian
Menurut Williams (1983: 237) kata “populer” memiliki empat makna yaitu,
sesuatu yang banyak disukai orang, suatu jenis kegiatan yang bersifat rendah, suatu karya
yang dibuat untuk menyenangkan orang, dan budaya dibuat oleh seseorang untuk dirinya
sendiri.
Maka, berdasarkan makna kata “populer” di atas, arti budaya populer yang
pertama ialah suatu budaya yang disukai oleh banyak orang karena dianggap cocok untuk
dinikmati, digunakan, dan diterapkan oleh masyarakat umum. Misalnya jenis genre musik
yang paling banyak didengarkan oleh masyarakat adalah musik pop.
Kemudian, berdasarkan makna kedua, budaya populer dapat didefinisikan sebagai
budaya “substandar” alias praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya
tinggi yang sudah ada. Praktik budaya populer biasanya memproduksi sesuatu secara
massal sehingga dapat diakses melalui segala segi oleh masyarakat umum, akibatnya
tidak ada keeksklusivan dari produk atau karya budaya tersebut baik dari sisi karya
maupun audiens atau penikmatnya. Produksi yang dilakukan oleh praktik budaya populer
dibuat untuk kepentingan komersil. Menurut Bourdieu (1984: 5) perbedaan budaya dapat
terlihat dari perbedaan selera dari anggota di dalam tiap kelas-kelas sosial. Bagi
Bourdieu, selera adalah kategori ideologis yang didasarkan atas ciri dari suatu “kelas”
baik yang berkategori sosial ekonomi maupun tingkat kualitas suatu produk atau hasil
praktik budaya tertentu. Namun, sebenarnya batasan antara budaya populer dengan
budaya tinggi tidaklah jelas dan masih bersifat relatif bergantung pada kondisi dari suatu
jaman yang mempengaruhi pandangan dari para audiens dan pengkaji.
Yang ketiga, budaya populer berisi karya-karya yang dibuat untuk menyenangkan
orang atau “budaya massa”, menegaskan bahwa produk yang dihasilkan oleh praktik
budaya populer diproduksi untuk dikonsumsi massa dengan mengikuti kemauan atau
model tertinggi yang sedang diinginkan oleh pasar. Kembali lagi, budaya populer dibuat
untuk dapat diakses oleh masyarakat umum dan awam tanpa adanya keeksklusivan dari
segala segi.
Definisi keempat, budaya pop adalah budaya yang dibuat dan untuk dirinya
sendiri. Dalam hal ini dapat diasumsikan budaya yang berasal dari “rakyat” untuk rakyat.
Definisi pop yang berkaitan dengan rakyat ini sering pula dikaitkan dengan konsep
romantisme budaya kelas buruh yang bermakna sebagai protes terhadap budaya
kapitalisme kontemporer secara simbolik. Jadi, definisi keempat ini menggambarkan
budaya populer sebagai budaya yang dibuat oleh “rakyat” sesuai dengan “selera” rakyat
sehingga bisa dinikmati oleh tiap lapisan masyarakat. Namun, definisi “rakyat” dalam hal
ini pun tidak serta merta jelas, saya rasa masih ada hubungannya dengan kelas sosial
seperti yang dipaparkan di definisi kedua.

B. Karakterisik
1. Relativisme
Seperti yang sudah tersirat dari keempat definisi menurut Raymond Williams di
atas, di dalam budaya populer tidak ada yang mutlak benar atau salah, tidak ada
batasan mutlak atas tinggi rendahnya suatu budaya, segalanya relative.
2. Pragmatisme
Bagi budaya populer, segala hal diterima jika bermanfaat, diukur berdasarkan
manfaatnya, bukan dari benar atau salahnya. Dampaknya, budaya populer
mendorong orang-orang untuk kurang berpikir kritis.
3. Sekulerisme
Budaya populer membuat agama seakan tidak lagi relevan karena pikiran hidup
hanya untuk saat ini, tidak perlu memikirkan masa lalu dan masa depan. Agama yang
biasanya dijadikan pedoman untuk kebutuhan hidup manusia menjadi tidak lagi
dipentingkan karena ditepikan oleh sekularisme yang disebarluaskan oleh budaya
populer.
4. Hedonisme dan materialisme yang mendorong sifat konsumerisme
5. Popularitas
6. Kedangkalan dari keinstanan yang disuguhkan oleh budaya populer
7. Sifat produk yang kontemporer sehingga menimbulkan produk hybrid dan
penyeragaman rasa

C. Hubungannya dengan Gaya Hidup dan Identitas Diri


Gaya hidup tidak bisa dilepaskan hubungannya dengan budaya. Gaya hidup
adalah perwujudan bagaimana manusia berpikir dan bertindak untuk menjalani
kehidupannya dari hasil kreasi, adopsi, dan adaptasi. Gaya hidup sifatnya relatif dan
dapat berubah-ubah, maka gaya hidup juga adalah sebuah pilihan. Seseorang dapat
mengubah dan mengadaptasi suatu gaya hidup sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya biasanya jika “bermanfaat” untuk dirinya sehingga inilah yang
menunjukkan gaya hidup erat hubungannya dengan budaya terutama budaya populer,
sesuai dengan karakteristik budaya populer yaitu bersifat pragmatis. Gaya hidup dapat
menunjukkan profil atau jati diri seseorang, maka gaya hidup juga erat hubungannya
dengan perwujudan identitas diri. Identitas seseorang dapat terlihat dari bagaimana ia
menjalani, beraktivitas, dan berpikir untuk menjalani hidupnya. Namun, identitas ini
dapat berubah-ubah tergantung kondisi dan situasi

Daftar Pustaka

Bourdieu, Pierre (1984) Distintion: A Social Critique of the Judgment of Taste, terjemahan
Richard Nice, Cambridge, MA: Harvard University Press.

Etheses.uin-malang.ac.id (2013) Bab 2 Kajian Teori Budaya Populer. Diakses pada 6 Oktober
2020, dari http://etheses.uin-malang.ac.id/2621/3/09410151_Bab_2.pdf

Williams, Raymond, (1983) Keyword, London: Fontana.

Anda mungkin juga menyukai