Anda di halaman 1dari 14

Pengaruh Nilai Sosial Budaya Terhadap Keshatan

PENGARUH NILAI NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT TERHADAP PRILAKU


MASYARAKAT KAITANNYA DENGAN KESEHATAN

PENGERTIAN
1. NILAI NILAI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Nilai adalah suatu kadar, ukuran atau mutu
2. SOSIAL
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa social adalah berkenaan dengan masyarakat

3. BUDAYA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa budaya adalah Pikiran, akal budi atau hasil
4. MASYARAKAT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang
hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu.
5. NILAI NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
Jadi disimpulkan bahwa nilai nilai sosial budaya masyarakat adalah suatu ukuran atau
peraturan yang disepakati bersama sebagai buah pikir dalam sekumpulan orang yang hidup
bersama pada suatu tempat atau wilayah tertentu.
6. PRILAKU
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003
hal 114)
2.1 Hubungan Perkembangan Nilai Budaya Dengan Kesehatan Masyarakat
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai
warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan tentang suatu
kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku
anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya
mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta
memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan kesehatan.
Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya : Ikan)
karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak
berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi
karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas
kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut.
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk
melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama
seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu beraktivitas sehungga harus istirahat
di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa
dengan beraktivitas maka proses penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini
agar cepat pulih kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas
kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada
masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti kebudayaan
yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan.
Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala
rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan
tersebut. Sebagai contoh, ada kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau
agar rambut bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak mengandung
vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas kesehatan mendukung kebiasaan
minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan bahwa bukan membuat rambut bayi lebat
tetapi karena memang air kacang hujau banyak vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang
menganjurkan ibu menyusui untuk amakan jagung goring (di Jawa disebut marning) untuk
melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung
goring maka dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah
yang dapat melancarkan air susu.
Dalam makalah ini kita mempelajari tentang perkembanagn nilai budaya dan kaitannya
dengan kesehatan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pentingnya petugas kesehatan
mempelajari kebudayaan di suatu wilayah agar dapat memperbaiki status kesehatan masyarakat
di daerah tersebut.

2.2 Penetrasi Kebudayaan


Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1. Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya: masuknya penagruh kebudayaan
Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak
mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh
kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli udaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan akulturasi, asimilasi, atau sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangakan unsure kebudayaan asli. Contohnya:bentuk bangunana Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaaan India. Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis
adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan
baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2. Penetrasi kekerasan (Penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya:masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga
menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud
budaya dunia barat anatar lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun
lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada system
pemerintahan Indonesia.

2.3 Cara Pandang Terhadap Kebudayaan


1. Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan :budaya yang dikembangkan di Eropa
pada abad ke-18 dan awal abad Ke-19. Gagasan tentang budaya ini merefleksian adanya
ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka
menganggap kebudayaan sebagai peradaban sebagai lawan kata dari alam. Menurut cara
pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu
kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnnya. Pada praktiknya, kata kebudayaan
merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang elit seperti misalnya memakai baju yang
berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan
untuk menggambarkan orang yang mengetahui,dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di
atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendapat bahwa musik klasik adalah musik yanng
berkelas, elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang
kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah
berkebudayaan .
Orang yang amenggunakan kata kebudayaan dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi
tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki
kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang berkebudayaan disebut sebagai orang yang
tidak berkebudayaan ; bukan sebagai orang dari kebudayaan yang lain. Orang yang tidak
berkebudayaan dikatakan lebih alam , dan para pengamat sering kali mempertahankan
elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran manusia alami
(human nature).
Sejak abad ke-18,beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu, berkebudayaan dan tidak
berkebudayaan, dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai
perkembangan yang merusak dan tidak alami yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat
dasar dasar manusia. Dalam hal ini,musik tradisional ( yanng diciptakan oleh masyarakt kelas
pekerja) dianggap mengekspresikan jalan hidup yang alami (natural way of life), dan musik
klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyakan ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkanantara
kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa
kebudayaan yang sebelumnya dianggap tidak elit dan :kebudayaan adalah sama masing-
masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapar diperbandingkan. Pengamat sosial
membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultu, yang
berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
2. Kebudayaan sebagai Sudut Pandang Umum
Selama era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli
terhadap gerakan nasionalisme seperti misalnya, perjuangan nasionalis untuk menyatukan
Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria
mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam sudur pandang umum. Pemikiran ini
menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-
masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan.meskipun begitu, gagasan ini masih
mengakui adanya pemisahan antara berkebudayan dengan tidak berkebudayaan atau
kebudayaan primitif.
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan
definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, memreka mengamsumsikan bahwa setiap
manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan. Pada tahun
50-an, subkebudayaan-kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan
induknya-mulai dijasikan subyek penelitian oleh para sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi
popularisasi ide kebudayaan perusahaan-perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi
atau tempat bekerja.
3. Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah
produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran
bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

2.4 Perkembangan Nilai Budaya Individu dengan Kesehatan Masyarakat


1. Kebudayaan di antara Masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki kebudayaan (sub-kultur), yaitu sebuah
kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari
kebudayaan induknya. Munculnya subkultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena
perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, estetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung
pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa
banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi
antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.
a. Monokulturalisme : Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga
masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
b. Letikultur (kebudayaan inti) : Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman.
Dalam Letikultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaan sendiri,
tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat asli.
c. Melting pot : Kebudayaan imigran / asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli
tanpa campur tangan pemerintah.
d. Multikulturalisme : Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas
untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan
kebudayaan induk.
2. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

Untuk menganalisis secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosial budaya di
masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa
konsep. Konsep- konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat
dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik
sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi
(internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga
evolusi kebudayaan ( cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia
dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses lain
adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses
akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaharuan atau
inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).
3. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
a. Proses Internalisasi
Manusia mempunyai diri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagia macam perasaan,
hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan
budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang
individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam
kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
b. Proses Sosialisasi
Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sitem sosial.
Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola
tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki
beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
c. Proses Enkulturasi
Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat istiadat, sistem norma, serta peratuaran-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Kata enkulturasi dalam bahasa Indonesia juga berarti pembudayaan. Seorang individu dalam
hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan
nilai budaya yang meberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam
kepribadiannya.
d. Proses Evolusi Sosial
1) Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial
Proses sosial dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti
seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya
dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi
sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang penelitiuntuk berbagai
macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap
masyarakat di dunia.
2) Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya
Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana
aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang
menyimpang atau di luar kehendak perilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi
aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupannya sehari-hari disetiap masyarakat.
Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan
penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyarakat terpaksa memberi konsesinya, dan
adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari individu-individu di dalam
masyarakat.
3) Proses Mengarah daKebudayaan dalam Evokusi Kebudayaan
Dengan mengambil jangka perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah
(directional) dari sejarah perkembangan masuarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.
Sebagai contoh misalnya misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal dari Neolitik,
kemudian berubah menjadi Mesolitik dan akhirnya berubah menuju Paleolitik.
e. Proses Difusi
1) Penyebaran Manusia
Ilmu Paleontropologi memperkirakan bahwa manusia terjadu di daerah Sabana tropical di Afrika
Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hamper seluruh permukaan bumi ini. Hal ini
dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerakan penyebaran atau migrasi-
migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan social budaya.
2) Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut
pula tersebar unsure-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsure penyebaran
kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi
dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya migrasi, tetapi
karena ada individu-individu yang membawa unsure-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah
para pedagang dan pelaut.
f. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi
1) Akulturasi
Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga
unsure-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diteima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
2) Asimilasi
Proses social yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama,
sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan
juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsure-unsur kebudayaan yang
campuran.
g. Pembaruan (Innovasi)
1) Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal,
pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat
erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Daam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan
invention. Discovery atau penemuan adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang
baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian
dari beberapa individu dalam masyarakat bersangkuta. Discovery baru menjadi invention apabila
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
2) Pendorong Penemuan Baru
Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan
mengembangkan penemuan-penemuan baru antara lain:
a) Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
b) Mutu dan keahlian dalam suatu kebudayaan.
c) Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, anatara wujud kebudayaan yang satu tidak bias
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur
dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
2.5 Komponen Kebudayaan
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televise, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
kegenerasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
2.6 Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan
Komponen-komponen atau unsure-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
1. Peralatan dan Perlengakapan Hidup (Teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara
atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan .
teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga system peralatan dan
unsur kebudayaan fisik), yaitu:
a. Alat-lata produktif
b. Senjata
c. Wadah
d. Alat-alat menyalakan api
e. Makanan
f. Pakaian
g. Tempat berlindung dan perumahan
h. Alat-alat transportasi.
2. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Perhatikan para ilmuan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional aja, di anataranya:
a. Berburu dan meramu
b. Berternak
c. Bercocok tanam di ladang
d. Menangkap ikan
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem Kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur
sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat
dipergunakan untuk menggambarkan sturktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari bebrapa keluarga yang memiliki hubungan
darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu,
cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi antropologi,
ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar
seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga
mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan
keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hokum maupun yang tidak berbadan hokum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan Negara. Sebagai makhluk
yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
4. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa
isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku,
tata karma masyrakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk
masyrakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan
fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi
dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi soaial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus
adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra),
mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk
yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari
yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

6. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagat raya ini, yang
juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik
secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau
sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya sering kali terintegrasi dengan
kebudayaan. Agama (bahasa inggris:Religion, yang berasal dari bahasa latin religare, yang
berarti menambatkan), adalah sebuah unsur kebidanan yang penting dalam sejarah umat
manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (kamus filosopi dan agama) mendefinisikan
Agama sebagai berikut :
Sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan bisa berkumpul bersama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan
sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagian sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti10 Firman dalam agama
keristen 5 rukun Islam dalam Agama islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan , seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.

2.7 Berbagai Agama dan Kepercayaan di Di dunia Kaitannya dengan Kebudayaan


1. Agama samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Keristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama samawi
atau agama Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki tradisi yang sama namun juga
perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah memberika pengaruh
yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagi yang pertama, adalah agama
monotheistic. Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam
agama Abrahamik lainnya, seperti Keristen dan Islam.Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari
13 juta jiwa.
Keristen (protestan dan katolik) adalah agama yang, banyak merubah wajah kebudayaan
Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh
para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat
antara 1,5 s.d. 2,1 miliyar pemuluk agama Kristen diseluruh dunia.
Islam memiliki nilai-nlilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi Kebudayaan
Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari
1,5 miliyar pemeluk agama islam di dunia.
2. Agama dan Filosofi dari Timur
Agama dan Filosofi sering kali saling terkait satu sama lain pada kebudayan Asia. Agama
dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan sepanjang benua Asia melalui
difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahayana yang menyebar di sepanjang
utara dan timur india sampai Tibet, China, Mangolia, Jepang dan China selatan sampai Vetnam.
Theravada buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri langka, bagian barat laut
China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah
pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencarai kenikmatan dunia .
Khonghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari china, mempengaruhi baik religi,
seni, politik, maupun tradiisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad ke-20, dikedua Negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi
politik tercipta. Mahatma Gandha memberikan pengertian baru tentang Ahmisa, inti dari
kepercayaan hindu maupun Jaina, dan membrikan difinisi baru tentang konsep antikekerasan
dan anti perang. Pada priode yang sama, filosofi komonisme Mao Zadong menjadi sistem
kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China.
3. Agama Tradisional
Agama tradisional atau terkadang disebut sebagai agama nenek moyang,dianut oleh
sebagian suku pedalaman di Asia,Afrika,dan Amerika. Pengaruh mereka cukup besar,mungkin
bias dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan menjadi agama Negara,seperti
misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama lainya,agama lainnya,agama tradisional
menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di saat bermasalah,tertimpa
musibah,dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
4. American Dream
American Dream atau mimpi orang Amerika dalam bahasa Indonesia adalah sebuah
kepercayaan yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika Serikat. Mereka percaya melalui
kerja keras,pengorbanan dan kebulatan tekad tanpa memperdulikan status social,seseorang dapat
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Gagasan ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa
Amerika Serikat adalah sebuah kota di atas bukit(atau city upon a hill) cahaya untuk nega-
negara( a light unto the nations),yang memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak
kedatangan para penjajah Eropa sampai generasi berikutnya.
5. Pernikahan
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja
Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah,gereja biasanya memasukkan
acara pengucapan janji pernikahan dihadapan tamu,sebagai bukti bahwa komunitas tersebut
menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dangan
gerejanya. Gereja katolik Roma mempercayai bahwa sebuah perceraian adalah salah dan orang
yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali di gereja. Sementara agama Islam memandang
pernikahan sebagai suatu kewajiban. Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian
namun memperbolehkannya.
2.8. Ilmu Pengetahuan dan Perubahan Sosial Budaya
1. Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Secara sederhana pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda,sifat,keadaan,dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di
dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,intuisi,wahyu,dan berpikir
menurut logika atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi ;
a. Pengetahuan tentang alam
b. Penagetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan disekitarnya

2.9. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional


Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan anggota
masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa penyebab
penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan
kuman penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan
oleh penyebab biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib,
sihir, roh jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat guna-guna. Orang
yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta pertolongan. Masing-masing
suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai penyembuh orang yang terkena guna-
guna tersebut. Cara yang digunakan juga berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-
suku di dunia, mereka menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk
menyembuhkan anggota sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota sukunya jari
kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia terkena penyakit
tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu disebabkan oleh serangan
tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan itu berhenti.
Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari pertolongan ke
dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu upacara penyembuhan maka Shaman
akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh pasien.

Anda mungkin juga menyukai