Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANTROPOLOGI BUDAYA DAN KESEHATAN


PENGARUH KEBUDAYAAN DAN PERAN PERAWAT DI
RUMAH SAKIT

KELOMPOK 3 :

KHOLEL

WERI SURIADI

RAHMAT SUDIRMAN

ANDIKA SAPUTRA

FITRIANI

USWATUN KHASANAH

NOVITA DEWI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BATAM

TA 2012-2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa . atas rahmat dan karunianya sehingga kami
dapat menyalesaikan makalah antropologi budaya dan kesehatan dengan tema pengaruh
kebudayaan dan peran perawat di rumah sakit.

Pada dasarnya makalah ini di susun dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman kepada mahasiswa tentang pengaruh kebudayaan dan peran perawat di rumah sakit.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan . oleh karena itu
kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran dari pembaca. Untuk
menyempurnakan makalah ini.

Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususya pembaca.

Penyusun klp 3

18 maret 2013
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........i
DAFTAR ISI.ii
BAB I. PENDAHULUAN............1
BAB II. PEMBAHASAN .................2
PERAN SEBAGAI ADVOKAD...
....3
.........4
C. Perkembangan Psikoneuroimunologi....3

BAB III.

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN.......


A. Kesimpulan ....15
B. Saran...............15

DAFTAR PUSTAKA.........16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan
dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani
pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang
dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang
perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual,
teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku perawat.
Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara komprehensif. Perawat
menjalankan fungsi dalam kaitannya dengan berbagai peran pemberi perawatan, pembuat
keputusan klinik dan etika, pelindung dan advokat bagi klien, manajer kasus, rehabilitator,
komunikator dan pendidik.

1.2 Tujuan Makalah


Untuk memahami peran dan fungsi perawat dalam rumah sakit, dan bagai mana cara
penerapan budaya ,serta penaruh kebudayaan terhadap kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995:21).
Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi
dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat
atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang
karena sakit, injury dan proses penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang
bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan
atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes
RI,2002).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam
praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan
oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional.
Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana
segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan Kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara untuk
mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang
terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,
Implementasi dan Evaluasi.
2.2 Peran Perawat
Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan
kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat
maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

1 Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.


Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memeperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan
diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Sepuluh faktor Asuhan dalam Keperawatan :
1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.
2. Memberi harapan dengan :
- Mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien
- Memfasilitasi untuk optimis
- Percaya dan penuh harapan
3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan hangat.
5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang perasaan.
6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif
7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar
8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan spiritual
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia
10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.
Kekuatan dalam Asuhan :
1. Aspek Transformasi
Perawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi aktif dalaM
asuhan.
2. Integrasi asuhan
Mengintegrasikan individu ke dalam sosialnya.
3. Aspek Pembelaan
Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.4. Aspek penyembuhan
5. Aspek Partisipasi.
6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.

2. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) Klien


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit
dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah
anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat
harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien .

Hak-Hak Klien antara lain :


- Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
- Hak atas informasi tentang penyakitnya
- Hak atas privacy
- Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
- Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan

3. Peran Sebagai Edukator

Peran ini dilakukan untuk :


1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.
2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien

4. Peran Sebagai Koordinator


Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah
serta sesuai dengan kebutuhan klien.
Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :
a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :
- Merencanakan
- Mengorganisasikan
- Mengarahkan
- Mengontrol

5. Peran Sebagai Kolaborator


Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.

6. Peran Sebagai Konsultan


Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Sebagai Pembeharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :
- Kemajuan teknologi
- Perubahan lisensi-regulasi
- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan
- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
2.3 Fungsi Perawat
Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya.
Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan perannya,
perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko
sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti
menggunakan kiat kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien.
Kiat kiat itu adalah :
1. Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur unsur karatif yaitu : nilai
nilai humanistic altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan
terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan
menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan
mandiri dalam pengambilan keputusan, prinsip belajar mengajar, mendorong melindungi dan
memperbaiki kondisi baik fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr
manusia, dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2. Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan
kliennya.
3. Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa
nyaman klien.
4. Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5. Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
6. Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
7. Believing in other artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan
untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
8. Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
9. Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan
menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
10. Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
11. Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.
13. Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik
keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan.
Pengertian kebudayaan

Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara
belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan itu ada tiga
wujudnya, yaitu:

Komunitas

Adalah sekelompok orang yang tinggal dalam wilayah yang sama terikat pada norma-norma
yang sama, berinterkasi secara terus menerus dan memiliki sentimen kebersamaan (merasa
tempat mengabdi, berkarya, rasa kebersamaan, berusaha meringankan beban.

Contoh:

Rumah sakit, Universitas Indonesia, komunitas Depok, komunitas wilayah (aturan ronda,
kebersihan, norma sopan santun) dll.

Masyarakat

Mastarakat Islam, masyarakat Jawa, sunda dsb. Walaupun saya disini, teman saya disana, yang
beragama Islam ada dimana-mana tetap disebit masyarakat Islam

Sosialisasi

Proses belajar memainkan peranan seorang individu di dalam masyarakat sesuai dengan peranan
yang diharapkan. Sosialisasi sifatnya seumur hidup.

Profesi perawat memainkan peranan sebagai perawat, berbeda dengan tukang nyuntik ayam tiren
........., berbeda dengan peragawati khan.

Enkulturasi

Tahapan-tahapan kehidupan yang hasus disosialisasikan atau pembudayaan ( penanaman nilai-


nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya seumur hidup

Contoh:

Tidak hanya berupa kata-kata, ucapan-ucapan , nasehat-nasehat, permainan anak (


menunjukkan suportivitas, disiplin diri, menghargai prestasi, perilaku, dan bisa berupa cerita-
cerita rakyat seperti: Malin Kundang, Ande-ande lumut, Sangkuriang

Menikah juga disosialisasikan

Budaya barat berbeda dengan budaya Indonesia, budaya barat: tangan kiri dan tangan kanan
sama, tidak ada dikotomi, budaya Indonesia: pakai tangan kanan nak, nah baru anak manis

Buat contoh-contoh yang lain

Contoh Sosialisasi: praktek di laboratorium

Contoh Enkulturasi: penanaman nilai-nilai budaya dari generasi yang satu ke generasi
berikutnya: pengajaran teori-teori di kelas, pengalaman-pengalaman dosen

Kebudayaan Rumah Sakit

Mempunyai premis budaya rumah sakit, Kesehatan itu sangat penting, nyawa sangat berharga,
perlu berbagai upaya yang harus dilakukan oleh Rumah sakit untuk

menyelamatkan nyawa pasien, Contoh: rumah sakit berbau karbol, pakaian putih-putih , bersih

Sub kebudayaan

tidak enak menjadi pasien, harus bayar, tidak gratis sama sekali

Etiologi penyakit:

naturalistik, memerangi penyakit ke dokter ke rumah sakit

personalistik, disebabkan oleh roh-roh jahat, ke dukun dulu

Di luar negeri:

Lebih enak menjadi pasien, sambil dirawat dapat makan teratur, tempat rekreasi, dibayar asuransi

Persepsi tentang sehat dan sakit

Public pain/ menyatakan sakit dan Private pain/menyembunyikan sakit


Profesional

Tenga kesehatan yang profesional, sekolah mahal

Perspektif transkultural dalam keperawatan

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,

termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin

besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara

(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan

asuhan keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat
dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.

Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu

metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah

Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan
dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep

keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang
melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan

asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negara

diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak

atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan
meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia
mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap
telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan

budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan.

Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang

dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan

mengambil keputusan.

Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral,
hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai anggota
kemunitas setempat.

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan
kegiatan tertentu (Leininger, 1991).

Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai
berikut : (1) Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya
yang sama persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut
diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan
ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang

optimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan

variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan

budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan

termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan

individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap

bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki

oleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang
dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan
individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya ke generasi
berikutnya (Handerson, 1981).

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik fisik
pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kepala. Ada tiga jenis ras
yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.Budaya adalah keyakinan dan
perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989).

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi

pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan


kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan

dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling

memberikan timbal balik diantara keduanya.

8 . Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,

dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian

untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan

kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,

mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan

yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan

manusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan
dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung

atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk

mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup

dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain

karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada

kelompok lain.
Factor factor yang mempengaruhi kesehatan

a. Faktor teknologi ( tecnological factors)

Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau

mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan

kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan

berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan

kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien

tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi

permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors) Agama adalah suatu
simbol yang mengakibatkan pandangan yang

amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang

sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di

atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat

adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien

terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang

berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap ini
harus mengkaji faktor-faktor : nama

lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan

hubungan klien dengan kepala keluarga.


d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan

oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma

budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas

pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :

posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang

digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi

sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan

membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku ( political and legal factors) Kebijakan dan
peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala

sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji

pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan

jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara

pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi ( economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber

material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.

Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan


klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,

biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor

atau patungan antar anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan ( educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam

menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi

pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti

ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi

terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang

perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis

pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri

tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

Prinsip-prinsip pengkajian budaya:

- jangan menggunakan asumsi

- jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misal: orang padang pelit, orang jawa halus

- menerima dan memahami metode komunikasi

- menghargai perbedaan individual

- mengahargai kebutuhan personal dari setiap individu

- tidak beleh membeda-bedakan keyakinan klien

- menyediakn ptivacy terkait kebutuhan pribadi


2 . Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang

budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi

keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa

keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural

yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,

gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan

ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang

diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah

suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah

suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah

melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien

and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam

keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan

budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan

kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang

menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang

dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.


a. Cultural care preservation/maintenance/ Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan

dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan

sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga

klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,

misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang

proses melahirkan dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation /Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk

membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien

agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang

berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang

lain.

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan


3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana

kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien

dan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction /Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki

merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya

hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana

hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan

keyakinan yang dianut.

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang

diberikan dan melaksanakannya

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya

kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan

yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya

masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.

Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan

terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan

menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan ketenangan
dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani
pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang
dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang
perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual,
teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku perawat.
3.2 Saran

Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan berkerja dengan
memperhatikan fungsi dan perannya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and Intervention, 2nd
Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Gunawijaya, J ( 2010), Kuliah umum tentang budaya dan perspektif transkultural dalam
keperawatan Mata ajar KDK II 2010, semester genap FIK-UI

Anda mungkin juga menyukai