Anda di halaman 1dari 16

Dampak Tingkat Fanatisme Fans JKT48 Terhadap

Perilaku Agresi Dalam Media Sosial

Oleh :

Aninditha Rahma Cahyadi

117106010

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS PARAMADINA

TAHUN AJARAN 2018/2019

FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN


BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan


manusia, komunikasi memainkan peran penting bagi manusia untuk dapat
berinteraksi dan berhubungan satu sama lainnya. Melalu komunikasi seseorang
dapat menyampaikan berbagai hal yang dipikirannya kepada orang lain sehingga
mencapai suatu pengertian makna pesan yang sama.

Dimanapun manusia melakukan proses komunikasi dengan lawan bicara


baik di lingkungan masyarakat, tempat bekerja, sekolah, keluarga maupun
kelompok. Namun, diantara lingkungan yang ada kelompok bisa mempengaruhi
komunikasi yang ada dengan manusia sering berkumpul dan berkomunikasi
dengan sekitarnya yang mempunyai kesamaan yang sama.

Contoh dari pengaruh proses komunikasi adalah seperti penggemar yang


menyukai idolanya, mereka sering kali meniru gaya bicara, penampilan ataupun
tindakan dari artis idolanya. Bahkan hal-hal yang disukai oleh sang idola tersebut
mereka pun turut menyukainya. JKT48 adalah group asal Indonesia yang
diproduseri oleh Yasushi Akimoto. Group ini adalah group pertama yang berada di
luar Jepang, dan berpusat di Jakarta. Group ini mengadopsi konsep dari sister
groupnya yaitu AKB48 “Idola yang dapat anda jumpai setiap hari” .

Dalam dunia fandom tidak bisa lepas dari berbagai macam interaksi yang
terjadi di dalamnya. Interaksi yang terjadi melibatkan sosok idola dengan
penggemar (fans), atau antar sesama penggemar. Fans menjadi sosok yang aktif
dalam memberikan tanggapan terhadap apa yang dilakukan idolanya. Mereka
adalah pihak yang selalu memberikan respon atas peristiwa yang menimpa sosok
idola, baik hal positif maupun negatif. Keterlibatan inilah yang mempengaruhi
perilaku fans dalam membangun interaksi dengan sosok idola yang saling
dipertemukan melalui konten media. Sosok idola digambarkan sebagai pusat
kehidupan yang dikelilingi oleh fans-nya. Semakin dalam dan jauh fans terlibat,
semakin sulit bagi mereka untuk melepaskan diri dari dunia fandom.

Keterlibatan fans dapat dilihat melaui kegiatan mereka dalam mengolah


konten media. Fans yang dikategorikan sebagai audiens aktif, membentuk
komunitas yang terdiri dari sesamanya untuk mengonsumsi dan memproduksi
konten media dalam kurun waktu yang lama. Hal ini memicu mereka untuk tidak
hanya memproduksi konten media yang disukai, namun juga mendistribusikan
kepada sesama fans dalam jangkauan wilayah yang lebih luas. Hubungan fans yang
semakin dekat dengan konten media inilah yang dapat menimbulkan fanatisme.

Fanatisme merupakan perilaku yang mencerminkan citra fans. Fans


dikategorikan sebagai kumpulan individu dengan obsesi berlebihan terhadap
sosok yang diidolakan. Obsesi yang berlebihan ini seringkali ditunjukan dengan
perilaku yang menyimpang. Mereka melibatkan diri secara mendalam dan
melakukan segala aktivitas untuk memenuhi hasrat mereka sebagai fans. Fans
juga terkenal sensitif dalam menanggapi berbagai isu yang menimpa idolanya.
Mereka tidak akan tinggal diam, bahkan cenderung memberi respon agresif.
Perilaku agresif sebagai perilaku atau kecenderungan perilaku yang niatnya untuk
menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis. Agresif
merupakan perilaku fisik atau verbal baik itu sengaja maupun tidak sengaja namun
memiliki maksud untuk menyakiti, menghancurkan, atau merugikan orang lain.
Penggemar fanatik akan cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan
idolanya dan mengganggap bahwa apapun yang dirasakan dan dialami oleh idola
mereka maka akan mereka rasakan pada diri mereka pula. Karena adanya proses
identifikasi tersebut membuat penggemar fanatik cenderung akan marah dan
membalas hinaan yang diberikan oleh kelompok lain terhadap idolanya sehingga
dapat menyebabkan terjadinya fanwar di jejaring sosial.

Fanwar dalam jejaring sosial tersebut merujuk pada perilaku agresi,


khususnya agresi verbal. Menurut Berkowitz (dalam Sarwono, Meinarno, dkk,
2009:148), agresi merupakan suatu tindakan melukai yang dilakukan oleh
seseorang atau institusi terhadap orang atau institusi lain yang sejatinya disengaja.
Tingginya tingkat penggunaan jejaring sosial oleh remaja saat ini menjadi salah
satu penyebab agresi verbal lebih sering terjadi daripada agresi fisik di kalangan
penggemar Idol Group JKT48. Selain terjadi di jejaring sosial, fanwar juga biasa
terjadi di dalam fan-page anti-fans dan situs berita online.

Fans JKT48 adalah salah satu kelompok fandom dengan fanatisme yang tinggi.
Sejak tahun 2015, dating scandal yang melibatkan para idol menjadi isu yang
sering muncul di pemberitaan. Beberapa member tertangkap kamera sedang
menjalin hubungan secara terang-terangan dengan seseorang. Namun, berita
tersebut tidak mendapat tanggapan baik dari para penggemar. Fans justru
menentang hubungan tersebut dengan sikap yang ditunjukkan melaui internet,
khususnya di media sosial. Media sosial menjadi arena pertarungan bagi fans
untuk menyerang idolanya dengan berbagai hujatan.
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Dampak
fanatisme penggemar Idol Group JKT48 selagi pelaku agresi di media sosial”

1.2. Tujuan Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai dampak
fanatisme penggemar Idol Group JKT48 selagi pelaku agresi di media sosial.
Fanatisme diartikan sebagai sebuah bentuk loyalitas unik yang
dikarakteristikkan melalui komitmen, kesetiaan, pengabdian, semangat,
keterikatan emosional, antusiasme dan keterlibatan yang kuat, intens dan
cenderung ekstrim (Chunget al., 2008).
1.3. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan gambaran mengenai fanatisme penggemar Idol
Group JKT48 selagi pelaku agresi verbal maupun non-verbal.

Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori utama yang digunakan di dalam
penelitian. Pendeskripsian teori ini dirancang sebagai dasar pijakan utama dalam
melaksanakan penelitian serta mengananlisis hasil penelitianyang diperoleh.
Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini terkait dengan fanatisme.

A. Fans sebagai Audiens Aktif

Istilah “fan” muncul pertama kali pada akhir abad ke-19 untuk menyebut
sekelompok individu yang menggemari olahraga (pada saat itu baseball) namun
kemudian terus berkembang hingga ke ranah hiburan (Jenkins, 1992: 12). Fans
juga didefinisikan sebagai sebuah komunitas yang membangun pemujaan kolektif
atas seorang “bintang” selebriti.

Menjadi seorang fans berarti tidak hanya menjadi penonton, melainkan juga
menerjemahkan ke dalam aktivitas budaya dengan cara berbagi pendapat dan
pandangan dengan sesama, serta ikut ke dalam komunitas fans yang memiliki
ketertarikan yang sama (Jenkins, 2006: 40). Artinya, fans adalah sosok yang aktif,
yakni mereka memiliki kegiatan dengan sesamanya. Mereka berdiskusi, sharing,
dan bergabung dalam komunitas untuk membahas minat mereka. Kebiasaan ini
dimulai dari sekedar berbagi informasi, hingga pada akhirnya membuat kelompok
khusus yang juga dapat memproduksi konten fans. Aktivitas-aktivitas penggemar
JKT48 lebih sering dilakukan di dunia maya. Internet sebagai media utama
tersebarnya budaya J-POP menjadi penghubung antara semua penggemar yang
berasal dari berbagai negara. Internet berperan sebagai penguat fondasi fandom
karena menjadi media interaksi penggemar tanpa mengenal batas wilayah.

Penggemar menciptakan budaya mereka sendiri yang ditunjukkan melalui bahasa


dan aktivitas yang dilakukan. Dalam budaya penggemar, dikenal istilah fangirling,
yaitu sebutan yang digunakan untuk mendeskripsikan kegembiraan berlebihatau
bahkan ekstrim terhadap fandom tertentu. Penggemar memiliki beberapa macam
karakteristik, dari penggemar yang hanya sekedar suka hingga penggemar fanatik
yang tak segan melakukan hal-hal ekstrem demi idolanya. Biasanya penggemar
juga melakukan aktivitas produksi kreatif dengan membuat karya seni di bidang
sains dan seni yang dikenal dengan istilah fanfiction dan fan art. Adapun aktivitas-
aktivitas yang biasa dilakukan penggemar dalam fandom, antara lain:

a) Fan-site, yaitu situs dan akun online yang dibuat oleh para penggemar.
b) Fan meeting, yaitu acara berkumpul atau tatap muka antar penggemar
yang berasal dari suatu wilayah tertentu. Biasanya penggemar yang
tinggal di daerah berdekatan.
c) Fan-project, yaitu proyek bersama yang melibatkan banyak penggemar
dan diakomodir oleh fan base. Biasanya project ini sering dilakukan
pada saat idolanya sedang mendekati hari ulang tahunnya.
d) Fan-fiction. Dalam Oxford Dictionary, fan fiction diartikan sebagai
sebuah bentuk karya sastra yang biasanya ditulis di internet oleh
seseorang yang menggemari novel, film dan lainnya, dimana karakter
yang digunakan diambil dari cerita dalam novel atau film tersebut.
e) Fancam. Fancam (fan camera) adalah rekaman yang diambil
penggemar ketika bertemu dengan idola, baik itu ketika mereka
menghadiri sebuah konser, event handshake dan sebagainya.
f) Fan chant, yaitu teriakan serempak yang dilakukan dalam theater
ataupun konser penggemar mengucapkan kata atau frasa tertentu di
sela-sela lagu.
g) Cover dance, yaitu aktivitas penggemar di mana penggemar menirukan
tarian JKT48.
h) Cover song, yaitu menyanyikan ulang sebuah lagu baik sama seperti
penyanyi sebenarnya maupun dengan mengubah genre lagu.

B. Keterlibatan dan Fanatisme Fans

Keterlibatan adalah tentang sejauh mana konsumen memandang objek yang


mereka senangi sebagai pusat dari kehidupan mereka, dan melihat objek
tersebut sebagaimana bermakna, menarik, dan penting bagi mereka
(Zaichowsky, 1985). Sedangkan Fanatisme itu sendiri ialah sebagai sebuah
kecenderungan yang ada di dalam diri manusia dapat terjadi di dalam berbagai
macam aspek kehidupan.

Fanatisme juga bisa diartikan sebagai keyakinan atau suatu pandangan


tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki
sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga
susah diluruskan atau diubah. Menurut definisinya, fanatisme biasanya tidak
rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang
menggunakanakal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan
untuk mengejar sesuatu. Adanya fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresi
dan sekaligus memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi
untuk lebih tidak terkontrol perilakunya.

Pengertian Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen


yangmempengaruhi seseorang dalam :

a) Berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,


b) Dalam berfikir dan memutuskan,
c) Dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
d) Dalam merasa secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak
mampu memahamiapa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham
terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau
filsafat selain yang mereka yakini.

Fanatisme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku kelompok yang


tidak jarangdapat menimbulkan perilaku agresi. Individu yang fanatik akan
cenderung kurangmemperhatikan kesadaran sehingga seringkali perilakunya
kurang terkontrol dan tidak rasional.

Fans adalah contoh nyata perilaku melibatkan diri ke dalam objek yang
disenangi yaitu fandom. Mereka tidak hanya berperilaku secara fisik yang
digambarkan melalui kegiatan, namun juga secara emosional dengan objek yang
mereka gemari. Semakin tinggi tingkat keterlibatan fans ke dalam objek yang
mereka gemari, semakin besar pula usaha mereka dalam proses pengumpulan
informasi yang relevan. Segala indikator keterlibatan ada pada tahapan sejauh
mana mereka berusaha menemukan informasi terkait dengan apa yang
dibutuhkan dan inginkan.
Berikut kategori yang digunakan dalam memahami konsep ini:

 Primary loyalty behaviour

Perilaku loyal terhadap suatu brand untuk memenuhi kepuasan pribadi. Loyalitas
primer diukur dari banyaknya frekuensi dan volume dalam mengakses media
sosial, meliputi:
a) Frekuensi dalam mengakses media sosial

b) Intensitas berhubungan dengan orang lain di media sosial

c) Mencari konten media melalui media sosial

d) Pengorbanan yang dilakukan berkaitan dengan keperluan media sosial

e) Keinginan untuk sharing di media sosial

 Secondary loyalty behaviour

Loyalitas dalam memberikan dukungan atas brand tertentu yang digambarkan


dari perilaku di media sosial, meliputi:
a) Kesenangan untuk memberi rekomendasi melalui media sosial

b) Memproduksi atau posting konten media melalui media sosial

c) Selektif dalam memilih paparan media terkait dengan informasi di media


sosial

d) Berperilaku hostile yang bertujuan untuk membela di media sosial


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Jurnal

2.1.1 Ilmu Komunikasi

1. Komunikasi berasal dari bahasa latin Communis yang artinya


kebersamaan. Menurut (Cherry,1983) yang dikutip oleh (Cangara, 2016 :
21) komunikasi juga berasal dari pengakaran bahasa latin Cummunico
yang artinya membagi. Definisi singkat dibuat oleh Lasswell bahwa cara
yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan “siaa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”
2. Menurut sudut pandang etimologi, kata komunikasi dalam bahasa
Indonesia merupakan serapan dari kata communication dalam bahasa
inggris yang berasal dari kata communis dalam bahasa Latin yang berarti
“sama” (Gorfon, dalam Mulyana, 2008)

2.1.2 Perilaku Agresi


1. Agresi menurut Bordens & Horowitz (2008) agresi adlaah segala perilaku
yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian baik secara fisik
maupun psikologis pada makhluk hidup maupun objek lain.
2. Agresi merupakan sebuah reaksi primitive dalam bentuk kemarahan
hebat dan ledakan emosi tanpa kendali (Lutfi, 2009)
2.1.3 Media Sosial
1. Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Sosial
media menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah
komunikasimenjadi dialog interaktif. Beberapa situs media sosial yang
populer sekarang ini antara lain : Blog, Twitter, Facebook, Instagram,
Path, dan Wikipedia. Definisi lain dari sosial media juga di jelaskan oleh
Van Dijk media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada
eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas
maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai
fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus

sebagai sebuah ikatan sosial.

2. Media Sosial adalah alat bantu dalam menyampaikan informasi dari


seseorang kepada seseorang atau kelompok orang, untuk mencapai
tujuan individu maupun tujuan kelompok. Media sosial dapat dilihat dari
perkembangan bagaimana hubungan individu dengan perangkat media.
Nasrulla ( 2016 ; 8 )
BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metodologi dan Metode penelitian

3.1.1 Metodologi penelitian

Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian


kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Marzuki (2003:7) adalah, “Penelitian
yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dan prosedur
statisitik.”

Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan pendekatan


kuantitatif korelasi. Menurut (Azwar, 2010, pp. 8-9) penelitian korelasional
bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan
dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi.
Dari Penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang
terjadi, bukan mengenai ada-tidaknya efek variabel satu terhadap variabel yang
lain. Penelitian korelasional kuantitatif merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel
(Arikunto.S., 2005, p. 247).

3.1.2 Metode penelitian

Pengertian metode , berasal dasri kata methodos (Yunani) yang dimaksud


adalah cara atau menuju suatu jalan.
Metode menurut Rusla (2003:24) adalah, “Kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatusubjek atau objek
penelitian, sebagai upaya untu menemukan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian survei.


Metode penelitian survei menurut Singarimbun dan Effendy (115:3) adalah,
“penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.”

Cara mendapatkan infromasi dengan menggunakan metode survei


menurut Marzuki (2003:58) adalah, “Melalui permintaan keterangan terhadap
pihak-pihak yang bersangkutan dan dapat memberikan keterangan (responden).
Bentuknya berupa pertanyaan-pertanyaan yang anantinya jawaban-jawaban dari
pertanyaan tersebut yang akan digunakan sebagai data.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk memberikan pertanyaan


tertutup. Hal ini selain memudahkan peneliti dalam melakukan penilaian jawaban
responden dan menganalisis data, tapi juga memudahkan responden dalam
menjawab karena pilihan jawaban telah disediakan.

Adapun subjek dalam penelitian ini merupakan penggemar Idol Group


yang berjumlah 100 orang yang diidentifikasi melalui proses screening yang akan
disesuaikan oleh karakteristik dari penggemar yang seperti, (1) mengikuti atau
membuat akun fan site di media sosial, (2) mengikuti fan-gathering, (3) Membuat
atau mengikuti Fan Project, (4) Membaca atau membuat Fan-Fiction, (5)
Melakukan FanCam, (6) Mengikuti Fan Meeting, (7) Fan chant, (8) Membuat Fan
Art (9) Mencari tahu informasi idola, (11) Menonton konser JKT48, (12) Membeli
marchendise yang berhubungan dengan JKT48.
3.1.3 Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian survei yang


bersifat deskriptif. Menurut Rachmat Kriyantono (2006:67) Jenis riset ini bertujuan
membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah mempunyai konsep
(biasanya satu konsep) dan kerangka konseptual. Melalui kerangka konseptual
(landasan teori), peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan
menghasilkan variabel beserta indikatornya. Riset ini untuk menggambarkan
realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubunga antar variabel.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek


penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat
menjadi sumber data penelitian. (Bungin, 2005:99)

Berdasarkan pengertisn tersebut, populasi dalam penelitian ini termasuk


ke dalam populasi terbatas. Yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas
batas-batasnya secara kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah fans-fans
JKT48, sebanyak 100 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel didefinisikan oleh Sugiyono (2007:73) sebagai, “Bagian dari jumlah


dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Berdasarkan definisi di atas peneliti berkesimpulan bahwa pada penelitian
ini sampel digunakan adalah seluruh populasi yaitu fans JKT48 sebanyak 100
orang. Teknik pengumpulan sampel yang peneliti gunakan adalah kuesioner.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Fx Sudirman Mall, Jl. Jend. Sudirman,


RT.1/RW.3, Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 10270

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunkaan oleh peneliti adalah


melalui penggunaan data primer dan data sekunder.

Data primer menurut Bungin (2005:122) adalah, “Data yang langsung


diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.”
Data primer didapatkan dari menyebarkan kuesioner yang jawabannya dijadikan
bahan utama dalam penelitian ini.

Data sekunder didefinisikan oleh Bungin (2005:122) adalah, “data dan


sumber data sekundr adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita butuhkan.”

3.5 Operasional Variabel

Variabel berasal dari kata bahasa inggris yaitu variable yang berarti faktor
tak tetap atau berubah-ubah. Menurut Bungin (2005:59) variabel adalah,
“Fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standard dan
sebagainya.”

Operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable).
Variabel bebas adalah “Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbul variabel yang terikat atau disebut juga sebagai
“stimulus, predictor antecendent”. Dalam peneliti ini variabel bebasnya adalah
Masih menurut Sugioyo (2004:33) “Variabel yang terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang akan menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”

Daftar pustaka

Kriyantono, Rachmat. 2006. Riset Komunikasi. Prenada Media Group: Jakarta.

Rulli Nasrullah, Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi,


(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2017), hal. 11

https://www.academia.edu/37898545/ILMU_KOMUNIKASI

https://www.academia.edu/12723837/UTS_Pengantar_Ilmu_Komunikasi_Penge
rtian_Komunikasi_Pengetahuan_Sejarah_Ilmu_Komunikasi_Prinsip_Komunikasi_
Model_Komunikasi

https://www.academia.edu/37656187/Makalah_Psikologi_Sosial_Perilaku_Agres
i

https://www.academia.edu/34963211/Kecerdasan_Emosi_dan_Perilaku_Agresi_
di_Social_Media_Pada_Remaja

Anda mungkin juga menyukai