Anda di halaman 1dari 19

Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik.

Kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya
sistem politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena
masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang
demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriter pun masih mengaku dirinya sebagai negara
demokrasi. Ini menunjukkan bahwa demokrasi itu penting dalam kehidupan bernegara dan
pemerintahan. Sejak merdeka, perjalanan kehidupan demokrasi di Indonesia telah mengalami
pasang surut. Dari Demokrasi Parlementer/Liberal (1950–1959), Demokrasi Terpimpin
(1959–1966) dan Demokrasi Pancasila (1967–1998). Tiga model demokrasi ini telah
memberi kekayaan pengalaman bangsa Indonesia dalam menerapkan kehidupan demokrasi.
Setelah reformasi demokrasi yang diterapkan di Indonesia semakin diakui oleh dunia luar.
Reformasi telah melahirkan empat orang presiden. Mulai dari BJ Habibie, Abdurrahman
Wahid, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Demokrasi yang diterapkan saat ini masih belum jelas setelah pada masa Presiden Soeharto
dikenal dengan Demokrasi Pancasila. Ir Soekarno dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi
(1965) pernah mengungkapkan pendapatnya tentang demokrasi bagi bangsa
Indonesia.“Apakah demokrasi itu? Demokrasi adalah ’pemerintahan rakyat’. Masyarakat
bebas berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih langsung atau memilih sendiri
pemimpinnya. Komisi negara dibentuk oleh negara. Diperbolehkannya jalur independen atau
calon perseorangan di luar jalur politik mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah
(pilkada) turut meramaikan kehidupan demokrasi di Indonesia. Perkembangan demokrasi
turut meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Masyarakat boleh mengorganisasikan diri
untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat atau rakyat kembali
merasakan kebebasan sipil dan politiknya. Rakyat menikmati kebebasan berpendapat serta
rakyat menikmati kebebasan berorganisasi. Kebebasan sipil bisa dinikmati meskipun di sisi
lain hak sekelompok masyarakat bisa dihilangkan oleh kelompok masyarakat lain. Dalam
kondisi seperti ini, beberapa kalangan menilai penerapan demokrasi di Indonesia harus
dijiwai dengan ideologi atau dasar negara RI yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar atau
ideologi negara harus diterapkan dalam kehidupan berdemokrasi.

Pancasila sebagai konsep diungkapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 saat
menyampaikan pidatonya yang berisikan konsepsi usul tentang dasar falsafah negara yang
diberi nama dengan Pancasila. Konsepsi usul ini berisi:

1. Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme.


2. Perikemanusiaan atau Internasionalisme.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang Maha Esa.

Selanjutnya pada tanggal 22 Juni 1945, sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) mencapai konsensus nasional dan gentlemen agreement
tentang dasar negara Republik Indonesia. Konsensus nasional yang mendasari dan menjiwai
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu dituangkan dalam suatu naskah yang oleh Mr
Muhammad Yamin disebut Piagam Jakarta. Piagam Jakarta merupakan hasil kompromi
tentang dasar negara Indonesia yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan, panitia kecil yang
dibentuk oleh BPUPKI, antara umat Islam dan kaum kebangsaan (nasionalis). Di dalam
Piagam Jakarta terdapat lima butir yang kelak menjadi Pancasila dari lima butir, sebagai
berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

    Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan ejaan Republik dan ditandatangani
oleh Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, A.A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdulkahar
Muzakir, H.A. Salim, Achmad Subardjo, Wahid Hasjim, dan Muhammad Yamin. Pada saat
penyusunan UUD pada Sidang Kedua BPUPKI, Piagam Jakarta dijadikan Muqaddimah
(preambule). Selanjutnya, saat pengesahan UUD ‘45 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah
Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan UUD setelah butir pertama diganti menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Perubahan butir pertama dilakukan oleh Drs. M. Hatta atas usul
A.A. Maramis setelah berkonsultasi dengan Teuku Muhammad Hassan, Kasman
Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo. Membaca sejarah pergerakan nasional di
Indonesia, perubahan ini nampak bukan suatu proses dari saat disahkannya Piagam Jakarta
hingga menjadi Pembukaan UUD 1945.

Para wakil rakyat Indonesia ketika itu terbagi atas dua kelompok aliran pemikiran. Di satu
pihak mereka yang mengajukan agar negara itu berdasarkan kebangsaan tanpa kaitan khas
pada ideologi keagamaan. Di pihak lain, mereka yang mengajukan Islam sebagai dasar
negara. Mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk , maka kata – kata “menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk – pemeluknya“ di ganti dengan kalimat “Ketuhanan Yang Maha
Esa“. Hal ini terjadi karena setelah ada protes dari perwakilan Indonesia bagian timur yang
mayoritas adalah non muslim. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang memiliki rasa tenggang rasa yang besar dan saling menghormati satu sama lain dan
mengutamakan kepentingan bersama/umum daripada kepentingan pribadi/golongan. Maka
itulah yang dinamakan Demokrasi Pancasila.

PEMBAHASAN

    A. Pengertian Demokrasi Pancasila

Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-
5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah
sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan
dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein
yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang
lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi
wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu
negara. Menurut Wikipedia Indonesia, demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Demokrasi yang dianut di Indonesia yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam
taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat berbagai tafsiran serta
pandangan. Tetapi yang tidak dapat disangkal ialah bahwa beberapa nilai pokok dari
demokrasi konstitusionil cukup jelas tersirat di dalam Undang Undang Dasar 1945. Selain
dari itu Undang-Undang Dasar kita menyebut secara eksplisit dua prinsip yang menjiwai
naskah itu dan yang dicantumkan dalam penjelasan mengenai Sistem Pemerintahan Negara,
yaitu:

1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat).

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(Machstaat).

2. Sistem Konstitusionil

Pemerintahan berdasarkan atas Sistem Konstitusi (Hukum Dasar), tidak bersifat Absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas).

Berdasarkan dua istilah Rechstaat dan sistem konstitusi, maka jelaslah bahwa demokrasi yang
menjadi dasar dari Undang-Undang Dasar 1945, ialah demokrasi konstitusionil. Di samping
itu corak khas demokrasi Indonesia, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dimuat dalam Pembukaan UUD. Dengan
demikian demokrasi Indonesia mengandung arti di samping nilai umum, dituntut nilai-nilai
khusus seperti nilai-nilai yang memberikan pedoman tingkah laku manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, tanah air dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, pemerintah dan masyarakat, usaha dan krida manusia dalam
mengolah lingkungan hidup. Pengertian lain dari demokrasi Indonesia adalah kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia dan bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (demokrasi pancasila). Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan
Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat yang menyatakan bahwa demokrasi
suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Menurut konsep demokrasi, kekuasaan menyiratkan arti politik dan pemerintahan, sedangkan
rakyat beserta warga masyarakat didefinisikan sebagai warga negara. Kenyataannya, baik
dari segi konsep maupun praktik, demos menyiratkan makna diskriminatif. Demos bukan
untuk rakyat keseluruhan, tetapi populus tertentu, yaitu mereka yang berdasarkan tradisi atau
kesepakatan formal memiliki hak preogratif forarytif dalam proses pengambilan/pembuatan
keputusan menyangkut urusan publik atau menjadi wakil terpilih, wakil terpilih juga tidak
mampu mewakili aspirasi yang memilihnya. (Idris Israil, 2005:51)

Secara ringkas, demokrasi Pancasila memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan kekeluargaan dan gotong-


royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang mengandung unsur-unsur
berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan dan budi pekerti luhur,
berkepribadian Indonesia dan berkesinambungan.
2. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian negara dilakukan oleh rakyat
sendiri atau dengan persetujuan rakyat.
3. Dalam demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial.
4. Dalam demokrasi Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan
cita-cita hidup bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga
tidak ada dominasi mayoritas atau minoritas.

3. Pancasila sebagai Ideologi

1. Pengertian tentang ideology

Istilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” (cita-cita) dan “logy” (pengetahuan, ilmu faham).

Menurut W. White definisi Ideologi ialah sebagai berikut :

“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of people” (ideologi
ialah soal cita-cita politik atau dotrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakatatau sekelompok
manusia yang dapat dibeda-bedakan). Sedangkan menurut pendapat Harold H Titus definisi
ideologi ialah sebagai berikut : “A term used for any group of ideas concerning various
politicaland economic issues and social philosophies often appliedto a systematic schema of
ideas held by group classes” (suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita
mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematik tentang cita-cita yang dijalanakan oleh
sekelompok atau lapisan masyarakat). (Drs Ismaun, pancasila sebagai dasar filsafat atau
ideologi negara republik Indonesia dalam Heri Anwari Ais, Bunga Rampai filsafat pancasila,
1985 : 37).  “The term “isme” something used for these system of thought” (istilah
isme/aliran kadang-kadang dipakai untuk system pemikiran ini.   Dalam pengertian ideologi
negara itu termasuk dalam golongan ilmu pengetahuan sosial, dan tepatnya pada digolongkan
kedalam ilmu politik (political sciences) sebagai anak cabangnya. Untuk memahami tentang
ideologi ini, maka kita menjamin disiplin ilmu politik.

Didalam ilmu politik, pengertian ideologi dikenal dua pengertian, yaitu :


Pertama, pengertian secara fungsional dan Kedua, pengertian secara structural Ideologi dalam
pengertian secara fungsional adalah ideologi diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Sedangkan
pengertian ideologi secara structural adalah ideologi diartikan sebagai system pembenaran,
seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh
penguasa. Lebih lanjut ideologi dalam arti fungsional secara tipologi dapat dibagi dua tipe,
yaitu ideologi yang bertipe doktriner dan ideologi yang bertipe pragmatis.
Suatu ideologi digolongkan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi
itu dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas, diindotrinasikan kepada warga
masyarakat, dan pelaksanaanya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat
pemerintah, komunisme merupakan salah satu contohnya:

Suatu ideology digolongkan pada tipe pragmatis, ketika ajaran – ajaran yag terkandung dalam
ideology tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, melainkan dirumuskan
secara umum (prinsup-prinsipnya saja). Dalam hal ini, ideology itu tidak diindoktrinasikan,
tetapi disosisalisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan,
sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. Individualisme (liberalisme)
merupakan salah satu contoh ideology pragmatis.
Untuk memahami lebih dalam lagi contoh-contoh ideology, maka berikut ini kita mencoba
mengenal pijakan pemahaman terhadap empat ideology yang kita kenal dalam wacana
politik, yaitu :

Pertama,liberalisme
Kedua,konservatisme
Ketiga,sosialismedankomunisme
Keempat, fasisme

2.Ideologi – ideologi Dunia

2.1. Liberalisme

Liberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad pertengahan feudal, dimana
sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristrokasi feodal dan menindas hak-hak individu.
Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh
golongan intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu da keinginan
untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistic umum pada zaman itu.
Ciri-ciri ideology libertalisme sebagai berikut :

Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik,

Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan


berbicara

Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk
diri sendiri.

Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh
karena itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan
dapat dicegah.

Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar
individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan sebagian
besar individu belum tentu maksimal.

2.2 Konservatisme

Ketika liberalisme menggoncang struktur masyarakat feudal yang mapan, golongan feudal
berusaha mencari ideology tandingan untuk menghadapi kekuasaan persuasive liberalisme.
Dari sinilah muncul ideology konservatisme sebagai reaksi atas paham liberalisme.

Paham konservatisme itu ditanda dengan gejala-gejala sebagai berikut :

Pertama, masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata. Masyarakat harus
memiliki struktur (tata) yang stabil sehingga setiap orang mengetahui bagaimana ia harus
berhubungan dengan orang lain.seseorang akan lebih memperoleh kebahagiaansebagai
anggota suatu keluarga anggota gereja daan anggota masyarakat daripada yang dapat
diperoleh secara individual.
Kedua, untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu pemerintah
yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung jawab. Paam konservatif
berpandangan pengatura yang tepat atas kekuasaan akan menjamin perlakuan yang
samaterhadap setiap orang.

Ketiga, paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat
untuk membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan dengan pahamliberal yang
berpandangan pihak yang lemah harus bertanggung jawab atas urusan dan hidupnya. Sisi
konservatif inilah yang menimbulkan untuk pertama kali negara keseahteraan (welfare state)
dengan program-program jaminan sosial bagi yang berpenghasilan rendah.

Ciri lain yang membedakan antara liberalisme dan konservatisme adalah menyangkut
hubungan ekonomi dengan negara lain. Paham konservatif tidak menghendaki pengaturan
ekonomi (proteksi), melainkan menganut paham ekonomi internasional yang bebas
(persaingan bebas), sedangkan paham liberal cenderung mendukung pengaturan ekonomi
internasional sepanjang hal itu membantu buruh, konsumen dan golongan menengah
domestik.

2.3 Sosialisme dan komunisme

Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya. Awal


sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sosialis utopia. Sosialisme
ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini
kesempurnaan watak manusia. Penganut paham ini berharap dapat menciptakan masyarakat
sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-
cara kekerasan dan revolusi. Sedang paham komunisme berkeyakinan perubahan system
kapitalis harus dicapai dengan revolusi, dan pemerintahan oleh dictator proletariat sangat
diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara dibawah dictator
proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil untuk selanjutnya berada pada
kontrol negara.

Perbedaan sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan untuk mengubah
kapitalisme menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan
seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis.

2.4 Fasisme

Fasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan
symbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran negara.  Hal itu akan dapat
dicapai apabila terdapat seorang pemimpin kharismatis sebagai symbol kebesaran negara
yang didukung oleh massa rakyat.. dukungan massa yang fanatik ini tercipta berkat
indoktrinasi, slogan-slogan dan symbol-simbol yang ditanamkan sang pemimpin besar dan
aparatnya. Fasisme ini pernah diterapkan di Jerman (Hitler), Jepang, Italia (Mossolini), dan
Spanyol. Dewasa ini pemikiran fasisme cenderung muncul sebagai kekuatan reaksioner (right
wing) dinegara-negara maju, seperti skin ilead dan kluk-kluk klan di Amerika Serikat yang
berusaha mencapai dan mempertahankan supremasi kulit putih.

      B. Prinsip Pokok Demokrasi Pancasila


Prinsip merupakan kebenaran yang pokok/dasar orang berfikir, bertindak dan lain
sebagainya. Dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi secara umum, terdapat dua
landasan pokok yang menjadi dasar yang merupakan syarat mutlak untuk harus diketahui
oleh setiap orang yang menjadi pemimpin negara / rakyat / masyarakat / organisasi / partai /
keluarga, yaitu:

1. Suatu negara itu adalah milik seluruh rakyatnya, jadi bukan milik perorangan atau
milik suatu keluarga/kelompok/golongan/partai, dan bukan pula milik penguasa
negara.
2. Siapapun yang menjadi pemegang kekuasaan negara, prinsipnya adalah selaku
pengurusa rakyat, yaitu harus bisa bersikap dan bertindak adil terhadap seluruh
rakyatnya, dan sekaligus selaku pelayanan rakyat, yaitu tidak boleh/bisa bertindak
zalim terhadap tuannyaa, yakni rakyat.

Adapun prinsip pokok demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Pemerintahan berdasarkan hukum: dalam penjelasan UUD 1945 dikatakan:


2. Indonesia ialah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan
kekuasaan belaka (machtstaat)
3. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan tidak terbatas),
4. Kekuasaan yang tertinggi berada di tangan MPR.
5. Perlindungan terhadap hak asasi manusia,
6. Pengambilan keputusan atas dasar musyawarah,
7. Peradilan yang merdeka berarti badan peradilan (kehakiman) merupakan badan
yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan
lain contoh Presiden, BPK, DPR, DPA atau lainnya.
8. Adanya partai politik dan organisasi sosial politik karena berfungsi untuk
menyalurkan aspirasi rakyat.
9. Pelaksanaan Pemilihan Umum.
10. Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR (pasal 1
ayat 2 UUD 1945), yang berbunyai Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
11. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
12. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan YME,
diri sendiri, masyarakat, dan negara ataupun orang lain.
13. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita Nasional.

      C. Ciri-Ciri Demokrasi Pancasila

Dalam bukunya, Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan, Idris Israil


(2005:52-53) menyebutkan ciri-ciri demokrasi Indonesia sebagai berikut:

1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.


2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan
melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya demonstrasi dan pemogokan
karena merugikan semua pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
10. Mengandung sistem mengambang.
11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

      D. Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila

Landasan formil dari periode Republik Indonesia III ialah Pancasila, UUD 45 serta
Ketetapan-ketetapan MPR. Sedangkan sistem pemerintahan demokrasi Pancasila menurut
prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Batang Tubuh UUD 1945 berdasarkan tujuh sendi
pokok, yaitu sebagai berikut:

1. Indonesia Ialah Negara yang Berdasarkan Hukum

Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan


belaka (Machsstaat). Hal ini mengandung arti bahwa baik pemerintah maupun lembaga-
lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum
dan tindakannya bagi rakyat harus ada landasan hukumnya. Persamaan kedudukan dalam
hukum bagi semua warga negara harus tercermin di dalamnya.

2. Indonesia Menganut Sistem Konstitusional

Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak bersifat


absolutisme(kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem konstitusional ini lebih
menegaskan bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi
oleh ketentuan konstitusi, di samping oleh ketentuan-ketentuan hukum lainnya yang
merupakan pokok konstitusional, seperti TAP MPR dan Undang-undang.

3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

MPR sebagai pemegang kekuasaan negara yang tertinggi seperti telah disebutkan dalam pasal
1 ayat 2 UUD 1945 pada halaman terdahulu, bahwa (kekuasaan negara tertinggi) ada di
tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, MPR adalah lembaga
negara tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai pemegang kekuasaan
negara yang tertinggi, MPR mempunyai:
Tugas pokok, yaitu:

1. Menetapkan UUD
2. Menetapkan GBHN
3. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden

Wewenang MPR, yaitu:

1. Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga negara lain,
seperti penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Presiden
2. Meminta pertanggungjawaban presiden/mandataris mengenai pelaksanaan GBHN
3. Melaksanakan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden dan Wakil Presiden
4. Mencabut mandat dan memberhentikan presiden dalam masa jabatannya apabila
presiden/mandataris sungguh-sungguh melanggar haluan negara dan UUD 1945
5. Mengubah undang-undang.

4. Presiden

Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di bawah Majelis


Permusyawaratan Rakyat (MPR). Di bawah MPR, presiden ialah penyelenggara pemerintah
negara tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk dan bertanggung
jawab kepada majelis. Presiden adalah Mandataris MPR yang wajib menjalankan putusan-
putusan MPR.

5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR mengawasi pelaksanaan mandat
(kekuasaan pemerintah) yang dipegang oleh presiden dan DPR harus saling bekerja sama
dalam pembentukan undang-undang termasuk APBN. Untuk mengesahkan undang-undang,
presiden harus mendapat persetujuan dari DPR. Hak DPR di bidang legislative ialah hak
inisiatif, hak amandemen, dan hak budget.

Hak DPR di bidang pengawasan meliputi:

 Hak tanya/bertanya kepada pemerintah


 Hak interpelasi, yaitu meminta penjelasan atau keterangan kepada pemerintah
 Hak Mosi (percaya/tidak percaya) kepada pemerintah
 Hak Angket, yaitu hak untuk menyelidiki sesuatu hal
 Hak Petisi, yaitu hak mengajukan usul/saran kepada pemerintah.

6. Menteri Negara

Menteri Negara adalah pembantu presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR. Presiden memiliki wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan menteri negara.
Menteri ini tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi kepada presiden. Berdasarkan hal
tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kabinet kepresidenan/presidensil. Kedudukan
Menteri Negara bertanggung jawab kepada presiden, tetapi mereka bukan pegawai tinggi
biasa, menteri ini menjalankan kekuasaan pemerintah dalam prakteknya berada di bawah
koordinasi presiden.

7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas

Kepala Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi ia bukan diktator, artinya
kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
Kedudukan DPR kuat karena tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan semua anggota DPR
merangkap menjadi anggota MPR. DPR sejajar dengan presiden.

     E. Fungsi Demokrasi Pancasila

Adapun fungsi demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut:


1. Menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara

Contohnya: Ikut menyukseskan Pemilu, ikut menyukseskan Pembangunan, ikut duduk dalam
badan perwakilan/permusyawaratan, dll.

2. Menjamin tetap tegaknya negara RI.


3. Menjamin tetap tegaknya negara kesatuan RI yang mempergunakan sistem
konstitusional
4. Menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila
5. Menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara lembaga
negara
6. Menjamin adanya pemerintahan yang bertanggung jawab

Contohnya: Presiden adalah Mandataris MPR dan Presiden bertanggung jawab kepada
MPR.

KESIMPULAN

Dengan demikian telah kita lihat bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dari waktu ke
waktu. Namun kita harus mengetahui bahwa pengertian Demokrasi Pancasila adalah
demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan
oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Adapun aspek dari Demokrasi Pancasila antara lain di bidang
aspek Aspek Material (Segi Isi/Subsrtansi), Aspek Formal, Aspek Normatif, Aspek Optatif,
Aspek Organisasi, Aspek Kejiwaan. Namun hal tersebut juga harus didasari dengan prinsip
pancasila dan dengan tujuan nilai yang terkandung di dalamnya.  Oleh karena itu, kita dapat
merasakan demokrasi dalam istilah yang sebenarnya.

Demokrasi Pancasila adalah sebuah sistem demokrasi pemerintahan, yang keduanya bisa
dipakai di negara manapun, dengan cara masing masing di indonesia sendiri demokrasi
pancasila sudah mendarah daging disetiap warga nya, karena demokrasi itu mencerminkan
kehidupan bermasyarakat, sistem demokrasi / pemerintahan liberal tidak akan cocok untuk
diterapkan di indonesia karena adat dan budaya negara indonesia bertolak belakang dengan
negara barat, NKRI harga mati, demokrasi pancasila harus dibudayakan kepada anak cucu
kita.

SISTEM POLITIK DEMOKRASI


PANCASILA

System demokrasi secara ideal adalah system politik yang memelihara keseimbangan antara
konflik dan konsensus. Artinya, demokrasi memungkinkan adanya perbedaan pendapat,
persaingan, dan pertentangan antar individu. Namun demokrasi hanya akan mentolelir
konflik yang tidak merusak dan menghancurkan system.
Dalam system politik demokrasi pancasila, setiap hak-hak dan kewajiban warga Negara
pelaksanaan hak asasinya bersifat horizontal maupun vertical. Bagi lembaga-lembaga yang
bersifat infrastruktur dan suprastruktur diakui keberadaanya dan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip keterbukaan dan ketaatan pada hukum yang berlaku.

SISTEM POLITIK DEMOKRASI PANCASILA

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang mengutamakan musyawarah mufakat daripada


suara terbanyak dalam setiap usaha pemecahan masalah atau pengambilan keputusan,
terutama dalam lembaga-lembaga Negara.

1.      Sistem Politik di Indonesia

System politik Indonesia berdasar pada ketentuan dalam UUD 1945. UUD 1945 merupakan
konstitusi Negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara
Negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga Negara dan juga
mengatur hak dan kewajiban waega Negara. System politik Indonesia telah mengalami
banyak perubahan setelah adanya amandemen terhadap UUD1945, berikut perbandingan
system politik Indonesia sebelum amandeman dan setelah amandemen.

a.       System politik Indonesia sebelum amandemen UUD 1945

Pokok-pokok system politik Indonesia sebelum amandemen UUD 1945

 Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk republic. Kedaulatan berada


ditangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh MPR. Presiden sebagai kepala
Negara dan kepala pemerintahan.
 Rakyat berasal beragam suku bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan
pulau besar dan kecil dan masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Kelembagaan Negara yang meliputi

–          Lembaga legislatif terdiri atas MPR sebagai lembaga tertinggi dan DPR

–          Lembaga eksekutif terdiri atas presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan cabinet.

–          Lembaga yudikatif yang menjalankan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh


Mahkamah Agung (MA)

 Fungsi dari kelembagaan Negara yang meliputi

–          Fungsi MPR selaku lembaga tertinggi Negara adalah menyusun konstitusi Negara,
mengangkat dan memberhentikan presiden/wakil presiden dan menyusun Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Anggota MPR adalah 700 orang yaitu 500 anggota DPR dan 200
Utusan Golongan dan Utusan Daerah. Fungsi DPR adalah mengawasi jalannya
pemerintahaan dan bersama-sama dangan pemerintah menyusun undang-undang. Anggota
DPR adalah 500 orang yang diplih melalui pemilu setiap 5 tahun sekali.
–          Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan yang berkedudukan sama
dengan lembaga tinggi  negara lainnya. Presiden juga berkedudukan sebagai mandataris MPR
yang berkewajiban menjalankan GBHN yang ditetapkan MPR. Presiden mengangkat menteri
dan kepala nondepartemen setingkat menteri. Menurut UUD 1945 presiden dan wakil
presiden dipilh oleh MPR dengan suara terbanyak, menjabat selama 5 tahun dan dapat diplih
kembali.

–          MA berfungsi melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan, member nasihat dan


administrasi. MA bersifat independen dari intervensi pemerintah.

 Lembaga tinggi lainnya adalah Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan


DewanPertimbangan Agung (DPA). Fungsi BPK adalah melakukan pemeriksaan
keuangan pemerintah. DPA berfungsi untuk member jawaban terhadap pertanyaan
presiden yang berkaitan dengan penyelenggaran Negara, termasuk masalah politik,
ekonomi, social budaya dan militer. Jumlah anggota DPA adalah 45 orang yang
diusulkan DPR dan diangkat presiden.
 Daerah provinsi dikepalai oleh seorang gubernur dan daerah kabupaten/kota dikepalai
seorang bupati/walikota. Sejak diberlakukannya UU no 22/1999 tentang Pemerintah
Daerah pada tanggal 1 Januari 2001, kewenangan pengelolaan daerah dititikberatkan
di tingkat kabupaten/kota

b.      System politik Indonesia setelah amandemen UUD 1945

Pokok-pokok system politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945

 Bentuk Negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik


 Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden. Presiden/wakil presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam satu paket. Presiden tidak bertanggung jawab paa
parlemen tapi juga tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan selama 5 tahun
dan dapat diplih kembali sekali dalam jabatan yang sama.
 Presiden membentuk cabinet yang bertanggung jawab kepadanya.
 Parlemen terdiri atas 2 badan (bikamerl), yaitu DPR dan DPD dengan masa jabatan 5
tahun. DPD adalah perwakilan dari daerah provinsi.
 MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi Negara. MPR berwenang mengubah dan
menetapkan UUD, melantik presiden dan wakil presiden serta dapat memberhentikan
presiden/wakil presiden. Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD.
 Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara, yang ada adalah lembaga-
lembaga Negara
 Lembaga DPA ditiadakan dan dibentuk sebuah Dewan Pertimbangan yang berada
langsung di bawah presiden.
 Kekuasan membentuk UU berada pada DPR. DPR menetapkan anggaran belanja
Negara dan mengwasi jalannya pemerintahan. DPR tidak dapat membubarkan
presiden dan kabinetnya tapi dapat mengajukan usul pemberhentian presiden pada
MPR
 Kekuasaan yudukatif berada pada MA dan MKdan terdapat Komisi Yudisial yang
mengusulkan pengangkatan hakim agung
 System kepartaian adalah multipartai
 Pemilu diadakan untuk memilih presiden dan wakil presiden dalam satu paket,
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten kota
 Pemerintah daerah terdapat di daerah provinsi dan daerah kabupaten kota. Kekuasaan
legislative berada pada DPRD dan kekuasaan eksekutif berada pada gubernur untuk
daerah provinsi dan bupati/walikota untuk kabupaten/kota. Kekuasaan yudikatif
berada pada pengadilan tinggi pada tingkat daerah provinsi dan pengadilan negeri
pada tingkat daerah kabupaten/kota. Sebutan daerah tingkat I dan daerah tingkat II
sudah tidak ada.
 Indonesia menjalankan otonomi daerah dengan prinsip desentralisasi (kewenangan
pemerintah daerah kabupaten/kota  sangat besar dan pemerintah pusat hanya
mengurusi 5 bidang yaitu hankam, politik luar negeri, peradilan, moneter dan fiscal
serta agama) dan dekonsentrasi.
 Adanya jaminan HAM sebagaimana tertuang dalam pasal 28 A-J UUD 1945 dan UU
yang berkaitan dengan HAM, seperti UU no 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU no
26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.

2.      Prinsip-Prinsip Demokrasi Pancasila

a.       Pancasila sebagai Landasan Demokrasi di Indonesia

Pancasila merupakan dasar falsafah bangsa dan negara yang mendasari segenap aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, UUD 1945 sebagai dasar konstitusional
negara Republik Indonesia juga berdasarkan pada Pancasila.

Setiap sila Pancasila merupakan suatu ajaran demokrasi, yaitu :

 Sila “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Berarti memberi kebebasan untuk menganut agama lain dan menghargai keyakinan orang
lain.

 Sila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”

Mengajak orang untuk memperlakukan semua orang sama berdasar harkat dan martabatnya.

 Sila “Persatuan Indonesia”

Bermakna bahwa persatuan lebih utama daripada perpecahan dan pertentangan.

 Sila “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan”

Menyatakan bahwa rakyatlah yang berdaulat dalam suatu negara.

 Sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

Ini adalah suatu bentuk tujuan dari semokrasi di indonesia.


Maka nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila adalah sebagai berikut:

1)        kebebasan yang harus disertai tanggung jawab, baik kepada masyarakat maupun
bangsa secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa

2)        Pengakuan tinggi terhadap harkat dan martabat seseorang

3)        Peningkatan persatuan dalam hidup bersama

4)         Pengakuan perbedaan atas idividu, kelompok, ras, suku, budaya, agama karena
perbedaan bawaan kodrat manusia

5)        Pengakuan adanya hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras dan suku.

6)        Perbedaan dalam suatu kerja sama ke arah kemanusiaan yang adil dan beradab.

7)        Musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang adil dan beradab

8)        Keadilan sosial sebagai cita-cita bersama

b.      Prinsip Demokrasi Berdasar Pancasila

Menurut Ahmad Sanusi, prinsip-prinsip yang berdasar Pancasila adalah sebagai berikut :

 Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa


 Demokrasi berdasarkan hak asasi manusia
 Demokrasi berdasarkan kedaulatan rakyat
 Demokrasi berdasarkan kecerdasan rakyat
 Demokrasi berdasarkan pemisahan kekuasaan negara
 Demokrasi berdasarkan otonomi daerah
 Demokrasi berdasarkan supremasi hukum (rule of Law)
o Demokrasi berdasarkan peradilan yang bebas
 Demokrasi berdasarkan kesejahteraan rakyat
 Demokrasi berdasarkan keadilan sosial

Delapan prinsip dasar mekanisme demokrasi adalah sebagai berikut :

1)      Kedaulatan Rakyat

Menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara berada pada rakyat.

2)      Negara Berdasarkan atas Hukum

Negara Indonesia menganut hukum dalam arti materiil (luas) untuk mencapai tujuan nasional

3)      Pemerintahan Berdasarkan Konstitusi (Menganut Paham Konstitusionalisme)


Kekuasaan pemerintahan adalah terbatas bukan absolut (tidak terbatas). Konstitusi juga
menjamin hak-hak dasar warga negara

4)      Pemerintahan yang Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab dalam artian kepada rakyat dan ke atas yaitu pertanggungjawaban moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa

5)      Bentuk Kesatuan Republik

Bentuk organisasi negara yang memperjuangkan kepentingan umum dibakukan dalam bentuk
republik.

6)      Sistem Perwakilan

Pemerintah pada dasarnya menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan negara


adalah suatu bentuk demokrasi tidak langsung (perwakilan). Rakyat melalui para wakilnya
ikut serta dan mengawasi jalannya pemerintahan

7)      Sistem Pemerintahan Presidensial

Presiden adalah penyelenggaraan negara tertinggi dan juga sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan

8)      Tidak Mengenal Adanya Golongan Oposisi

Oposisi adalah istilah teknis dalam sistem pemerintahan parlementer dan merupakan
golongan yang tidak ikut dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Jadi demokrasi Indonesia dilaksanakan berdasarkan Pancasila.prinsip dasar mekanisme


demokrasi Pancasila sekaligus dapat menjadi alat ukur apakah pasal-pasal yang telah tertuang
dalam UUD 1945 sudah sesuai atau belum bahkan apakah bertentangan dengan prinsip-
prinsip dasar tersebut.

3.      Pelaksanaan Demokrasi Pancasila dalam Pengambilan Keputusan

a.       Berdasar atas makna dari sila keempat pada pancasila, yaitu:

“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyahwaratan


perwakilan”. Jadi dalam demokrasi yang artinya dipersempit maknanya adalah sebagai
pengambilan keputusan yang dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk mencapai
mufakat. Contohnya seperti voting atau pengambilan suara. Dalam voting biasanya terdapat
perbedaan pendapat, perbedaan itu ada 2 bentuk: oposisi dan kritik. Sebagaimana dalam
sistim demokrasi pancasila menerima adanya kritik, sedangkan oposisi tidak dikenal dalam
sistem presidensial.

b.      Berdasarkan ketetapan MPR No.I/MPR/1993 pasal 87 dan 92 Jo. Tap.MPR


No.II/MPR/1999 pasal 79, dijelaskan bahwa pengambilan keputusan sejauh mungkin
diusahakan melalui musyawarah, apabila hal ini tidak berhasil maka ditempuh dengan jalan
voting. Adapun syarat-syarat pengambilan keputusan berdasarkan voting yang diatur dalam
Tap.MPR No.II/MPR/1999 pasal 85 adalah:

Ø  Diambil dalam suatu rapat yang daftar hadirnya telah ditandatangani

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota.

Ø  Disetujui lebih daripada 1/2 dari anggota yang hadir.

Berdasarkan pedoman diatas maka pengambilan keputusan mempunyai 2 prinsip yaitu:

v  Musyawarah untuk mufakat ini harus Berdasarkan bunyi sila keempat.

v  Setiap putusan yang dihasilkan harus sesuai dengan UUD 1945.

4.      Sikap Terhadap Sistem Politik Demokrasi Pancasila

Pancasila merupakan kekhasan pandangan hidup atau falsafah yang menjadi dasar demokrasi
di Indonesia. Demokrasi Indonesia tentu berbeda dengan demokrasi lain berdasar pada
falsafah Negara yang mendasarinya. Berikut adalah perbedaan demokrasi Indonesia dan
demokrasi liberal :

a.       Demokrasi Pancasila berpaham pada kerakyatan (nonsekuler), sedangkan demokrasi


liberal berpaham individualitas (sekuler)

b.      Demokrasi Pancasila bersifat social atau komunal, sedangkan demokrasi liberal bersifat
individual

c.       Negara dalam demokrasi Pancasila adalah sosialis religus (tidak semata-mata
didasarkan pada suara rakyat banyak, tapi harus dapat dipertanggungjawabkan menurut nilai-
nilai ketuhanan), sedangkan negara dalam demokrasi liberal adalah negara sekuler.

d.      Demokrasi Pancasila meliputi demokrasi politik, ekonomi dan social, sedangkan
demokrasi liberal menekankan pada demokrasi politik.

Demokrasi Pancasila menekankan pentingnya musyawarah untuk mencapai mufakat yang


merupakan demokrasi asli dari masyarakat Indonesia. Seandainya musyawarah tidak berhasil
maka ditempuh dengan suara terbanyak, jadi tidak semata-mata melihat dari segi jumlah, tapi
mementingkan proses keikutsertaan segenap kelompok masyarakat. Misalnya pemilihan 
presiden Indonesia secara langsung oleh rakyat, hal ini disebabkan Pancasila bersifat terbuka
dan memberi kebebasan masuknya prinsip-prinsip demokrasi lain sepanjang prinsip tersebut
memperkuat demokrasi dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi.
Judul : Pengertian Sistem Politik Indonesia dalam Demokrasi Pancasila
Deskripsi : Pengertian Sistem Politik Indonesia dapat dimulai dengan memahami sistem,
politik, dan sistem politik. Dengan demikian, pada akhirnya dapat memahami demokrasi
Pancasila.
Keywords : Pengertian Sistem Politik Indonesia
LSI : Definisi sistem politik Indonesia, pengertian sistem pemerintahan Indonesia

Pengertian Sistem Politik Indonesia dalam Demokrasi Pancasila


Indonesia merupakan negara yang menganut sistem yang memperbolehkan banyak partai
politik yang berpartisipasi dalam pemilihan umum, sehingga diperlukan pemahaman tentang
pengertian sistem politik Indonesia. Untuk memahami hal tersebut, hal ini dapat dimulai
dengan pengertian dari dasar-dasarnya. Dengan demikian, sistem merupakan sebuah
kebulatan atau keseluruhan yang kompleks untuk membentuk suatu yang dapat terorganisir
dengan baik. Dengan kata lain, adanya kerjasama dari berbagai pihak yang berkaitan satu
sama lain. Sebagai contohnya, pemerintah pusat yang membentuk sinergis yang baik dengan
pemerintah daerah akan membentuk sistem pemerintahan yang solid.
Selain itu, politik dalam pengertian sistem politik Indonesia dapat diartikan dengan hubungan
yang terjalin antara orang-orang yang nantinya membentuk aturan, kewenangan, dan
kemudian kekuasaan. Namun demikian, politik dapat pula diartikan menjadi kebijakan,
kewenangan, dan kekuatan pemerintah dalam mengatur negaranya. Dengan begitu, politik
akan bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Lebih lanjut lagi, politik
dalam kaitannya dengan berbangsa dan bernegara adalah suatu interaksi yang terjalin antara
masyarakat dan pemerintah untuk menjalakan suatu proses penciptaan kebijakan di wilayah
tertentu.
Pengertian Sistem Politik Indonesia dari Beberapa Sumber
Dari penjelasan sistem dan politik di atas, pengertian sistem politik Indonesia dapat ditelaah
sebagai berikut. Definisi sistem politik Indonesia adalah kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan berdasarkan fungsi dan struktur untuk menjalankan suatu proses di dalam
suatu masyarakat atau negara. Dari beberapa tokoh menyebutkan bahwa sistem politik di
Indonesia adalah bagaimana cara pemimpin pemerintahan mengatur negara.
Pengertian sistem politik Indonesia yang lain menyebutkan bahwa mekanisme yang
menunjukkan hubungan antara masyarakat dengan pemerintahan. Dengan demikian, sistem
politik Indonesia dipandang seluruh kegiatan dalam kontek negara Indonesia dengan
mengutamakan membentuk, mewujudkan tujuan, mengambil keputusan, menyeleksi, dan
memutuskan skala prioritasnya.
Pengertian Sistem Politik Indonesia: Demokrasi Pancasila
Dengan pengertian sistem politik Indonesia seperti di atas, maka sistem demokrasi Pancasila
merupakan sistem yang dianut Indonesia pada masa sekarang ini. Sistem politik ini pada
dasarnya menjungjung nilai-nilai luhur yang berada dalam artian Pancasila. Sistem ini juga
merujuk pada prosedur, prinsip, dan kelembagaan yang dinilai secara demokratis. Adapun
prinsip-prinsipnya antara lain kekuasaan leglislatif, eksekutif, dan yudikatif, negara yang
berdasarkan hukum, serta jaminan kebebasan individu dengan batas-batas tertentu.
Demokrasi memang dinilai sebagai sistem pemerintahan yang paling sering dianut oleh
negara di dunia. Namun demikian, demokrasi memiliki cabang-cabang yang lebih spesifik.
Hal ini pun dinilai sama dengan pengertian sistem pemerintahan Indonesia. Ada baiknya jika
pengertiannya dimulai dari sistem, lalu kemudian politik, dan sistem politik. Dengan
demikian, sistem politik Indonesia merupakan suatu kesatuan yang dibentuk untuk
menjalankan suatu negara. Lebih jauh lagi, Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila
yang berpegang pada nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar pengertian sistem politik
Indonesia.

Demokrasi Pancasila adalah suatu paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan
filsafat bangsa Indonesia yang terdapat dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945.

Dasar dari demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat. Hal ini terdapat dalam Pasal 1 Ayat
(2) yang berbunyi, “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar. Dalam demokrasi Pancasila, rakyat adalah subjek demokrasi.

Artinya, rakyat secara aktif menentukan dan melaksanakan keinginankeinginan itu.

Adapun isi pokok dari demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan atas Pancasila seperti yang tercantum dalam


Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945, penjabarannya dalam batang tubuh UUD Negara RI
Tahun 1945 dan Penjelasan UUD Negara RI Tahun 1945.
2. Demokrasi itu harus menghargai hak-hak asasi manusia serta menjamin adanya hak-hak
minoritas, baik berdasarkan kelompok atau kekuatan sosial.
3. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan kelembagaan atau institusional.
4. Demokrasi ini bersendi atas hukum seperti yang dijelaskan dalam Penjelasan UUD Negara RI
Tahun 1945.

Dengan demikian, demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang berdasarkan


kedaulatan rakyat. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945
dan bersendikan atas hukum yang bersumber pada Pancasila, serta dilaksanakan melalui
lembaga-lembaga negara.
Demokrasi Pancasila bertujuan untuk menetapkan cara bangsa Indonesia dalam mengatur
hidup dan sikap berdemokrasi yang seharusnya. Bangsa Indonesia mengatur kehidupan
demokrasi berdasarkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, yang
perwujudannya adalah Undang-Undang Dasar 1845 dan Surat Perintah Sebelas Maret 1966.

Fungsi dari demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut.

1. Demokrasi Pancasila menjamin adanya keikutsertaan rakyat dalam kehidupan bernegara.


2. Demokrasi Pancasila menjamin tetap tegaknya Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
3. Demokrasi Pancasila menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
mempergunakan sistem konstitusional.
4. Demokrasi Pancasila menjamin tetap tegaknya hukum yang bersumber pada Pancasila.
5. Demokrasi Pancasila menjamin adanya hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antara
lembaga-lembaga negara.

Anda mungkin juga menyukai