Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Gelombang Korea atau Korean Wave merupakan istilah untuk menggambarkan fenomena
menyebarnya budaya populer Korea berupa serial drama televisi, musik pop, dan film ke
seluruh dunia. Kebudayaan populer Korea hadir secara luas dengan dukungan kemajuan
teknologi saat ini sehingga dapat diproduksi, didistribusi, dan direproduksi cepat untuk
konsumsi secara besar.
Salah satu media massa yang memiliki pengaruh besar bagi pemirsanya adalah televisi.
Hasil riset Nielsen menunjukkan bahwa penetrasi televisi di Indonesia telah mencapai 94%
dari jumlah penduduk, lebih besar dibandingkan dengan penetrasi ponsel sebesar 48%, dan
internet sebesar 17%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia lebih banyak
menggunakan media televisi dibanding dengan media lainnya dan untuk digunakan sehari-
hari, dan masyarakat Indonesia mengkonsumsi televisi selama lebih dari tiga jam (Marketing,
Januari 2010).
Fenomena belakangan ini adalah televisi sering menyajikan berbagai produk-produk
Korea seperti K-Pop (musik Korea), K-Drama (drama Korea), dan film Korea. Data dari The
Korea Creative Content Agency yang dikutip dari majalah Marketeers (Juli, 2012),
menyebutkan ekspor konten kreatif Korea pada tahun 2011 meningkat 27,2% dari tahun
sebelumnya dengan angka penjualan sekitar US$ 2 triliun. Alhasil, keuntungan konten
broadcasting sendiri mengalami peningkatan 95,9%. Artinya pengiriman drama, film, dan
program Korea lainnya ke negara luar pun mengalami peningkatan. Hal tersebut diawali oleh
drama Korea Winter Sonata yang terkenal di Jepang pada tahun 2003, dan hingga sekarang
beberapa drama Korea disukai oleh Negara di dunia, mulai dari Jepang, Cina, Amerika Utara,
Eropa, Asia dan Afrika (Korean Culture and Information Service: 2011:13).
Gambar 1.1
Drama Korea Populer di Dunia

Sumber : Korean Culture and Information Service,


(K-Drama: A New Genre with Global Appeal, Korean Culture No.2, 2011: 32-33)

Berdasarkan gambar tersebut, drama Korea sudah sangat menjangkau dan disenangi oleh
masyarakat dunia. Di antaranya seperti drama Korea Boys Before Flowers yang terkenal di
Argentina, The Greatest Love dan 49 days yang terkenal di Taiwan, dan drama Autumn in My
Heart dan Full House yang terkenal di Indonesia (Korean Culture and Information Service,
2011:32) meluasnya budaya yang sedang popular Korea ini, tidak bisa lepas dari peran media
massa, baik media cetak seperti majalah atau koran, ataupun media elektronik sperti siaran di TV
dan juga internet (media online), yang secara sadar maupun tidak telah membantu terjadinya
aliran budaya ini. Bisa dikatakan bahwa karena media massa-lah Korean Wave dapat memasuki
semua sudut negara-negara dunia termasuk Indonesia.
Penayangan drama Korea di televisi pun semakin banyak di beberapa chanel televisi mulai dari
Trans TV , RTV, dan Indosiar dengan mudah masyarakat Indonesia menonton drama Korea
hingga berpuluh – puluh episode bisa dinikmati oleh banyak orang hal tersebut tidak bisa
dipungkiri bahwa banyak masyarakat Indonesia yang tidak disengaja maupun disengaja
mengikuti kebudayaan Korea dari Film drama Korea.
Berdasarkan permasalahna tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
mengenai pengaruh tayangan di televisi yang mengangkat tentang drama Korea terhadap
fenomena masyarakat yang menerapkan budaya-budaya dalam drama korea dalam kehidupan
sehari-hari sebagai gaya hidup. Maka , peneliti tertarik untuk mengambil judul “Prilaku
Menonton Film Drama Korea Di kalangan Remaja (Studi Deskriptif Kualitatif : Perilaku
menonton film korea di kalangan SMA Mardi Yuana Bogor)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini ialah :
1. Bagaimana prilaku remaja di SMA Mardi Yuana Bogor sesudah menonton Film
Drama Korea ?
2. Bagaimana gaya hidup para remaja SMA Mardi Yuana Bogor yang sudah lama menonton drama
Korea ?
1.3. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui prilaku remaja di SMA Mardi Yuana Bogor sesudah menonton film drama
Korea.
2. Untuk mengetahui gaya hidup remaja di SMA Mardi Yuana Bogor yang sudah lama menonton
film drama Korea.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi wawasan dibidang komunikasi
dan penyiaran khususnya tentang film Drama Korea untuk penelitian selanjutnya.
b. Dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat agar lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu
Komunikasi di Universitas Pakuan Bogor program Strata Satu (S-1).
b. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka,
lukisan, seni, dan teknologi. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari komunikator
kepada komunikan dengan niat yang didasari untuk mempengaruhi perilaku komunikan (Hakki,
2017). Komunikasi sebagai suatu proses gagasan dialihkan dari komunikator kepada satu
komunikan atau lebih. Proses komunikasi memiliki maksud dan tujuan untuk mengubah sikap
dan tingkah laku. (Yasir, 2020)

2.2. Komunikasi Massa


Komunikasi massa yaitu setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan
secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah kepada
publik yang tersebar. Istilah tersebar menunjukan bahwa komunikasi sebagai pihak penerima
pesan tidak berada di suatu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat. (Prof. Dr. Khomsahrial
Romli, 2017)
Komunikasi massa yaitu produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga
dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat Indonesia.
Tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan
komunikasi. (Prof. Dr. Khomsahrial Romli, 2017)

2.3. Media Massa


Istilah media massa memberikan gambaran mengenai alat komunikasi massa yang
bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas, hingga dapat mencapai dan melibatkan
siapa saja dalam skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada sejumlah media
yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar,
majalah, film, radio, televisi dan internet. (Morissan, 2015)
2.3.1. Karakteristik Media Massa
Karakteristik dari media massa sebagai berikut :
1. Bersifat melembaga, yaitu pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang,
yakni dari mulai pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dan penerima.
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena
ia memiliki kecepatan.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan
semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja
tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.

2.4. Film
Film sebagai bagian media massa yang sifatnya kompleks. Film yang terdiri atas audio
dan visual memiliki kemmapuan dalam mempengaruhi emosional penonton dari visual
gambar yang dihadirkan. Film yang sering diartikan sebagai potongan gambar yang
disatukan menjadi kesatuan tentu tidak luput dari sejarah panjang awal munculnya
film. Adanya kemunculan film tentu tidak lepas dari perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan sehingga mampu menghasilkan sebuah pencapaian yang besar dalam
bahasa visual dalam seni film. Dengan seni audio visual yang dimiliki oleh film dan
kemampuannya dalam menangkap realita sekitar, tentu membuat film menjadi wadah
alternatif untuk menyampaikan sebuah pesan kepada penonton. (Muhammad Ali
Mursid Alfathoni & Dani Manesah, 2020)
Adapun jenis-jenis film yaitu :
a. Drama
Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan mengajak
penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga penonton merasa
seakan-akan berada di dalam film tersebut. Tidak jarang penonton yang merasakan
sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah.
b. Action
Tema action mengetengahkan adegan-adegan perkelahian, pertempuran dengan
senjata, atau kebutkebutan kendaraan antara tokoh yang baik (protagonis) dengan
tokoh yang jahat (antagonis), sehingga penonton ikut merasakan ketegangan, was-
was, takut, bahkan bisa ikut bangga terhadap kemenangan si tokoh.
c. Komedi
Tema film komedi intinya adalah mengetengahkan tontonan yang membuat penonton
tersenyum, atau bahkan tertawa terbahak-bahak. Film komedi berbeda dengan
lawakan, karena film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi pemain
biasa pun bisa memerankan tokoh yang lucu.
d. Tragedi
Film yang bertemakan tragedi, umumnya mengetengahkan kondisi atau nasib yang
dialami oleh tokoh utama pada film tersebut. Nasib yang dialami biasanya membuat
penonton merasa kasihan / prihatin / iba.
e. Horor
Film bertemakan horor selalu menampilkan adegan-adegan yang menyeramkan
sehingga membuat penontonnya merinding karena perasaan takutnya. Hal ini karena
film horor selalu berkaitan dengan dunia gaib / magis, yang dibuat dengan special
affect, animasi, atau langsung dari tokoh tokoh dalam film tersebut.

2.5. Penelitian Terdahulu


Gracia Aninditya Sari, Universitas Telkom Bandung , dengan judul Pengaruh
Terpaan Tayangan Televisi Drama Korea Terhadap Gaya Hidup Masyarakat Bandung .
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis
Penelitian ini menggunakan beberapa teori yang relevan seperti komunikasi massa,
terpaan media, efek media, dan gaya hidup. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kausalita

2.6. Alur Berfikir

Film Korea

Prilaku Remaja

Taksonomi Bloom

Pengetahuan (knowledge) Sikap (attitude) Tindakan (practice)

Prilaku Menonton Film Drama Korea Di kalangan Remaja (Studi Deskriptif Kualitatif : Perilaku
menonton film korea di kalangan SMA Mardi Yuana Bogor)
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif.


Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang didasarkan pada filsafat
postpositivisme. Penelitian ini digunakan untuk meneliti keadaan objek
yang alamiah dengan peneliti sebagai instrument kunci nya. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan triangulasi
kemudian analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2017).

Pada dasarnya, penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan yaitu:


1). Menggambarkan dan mengungkapan (to describe and explore) dan 2).
Menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Menurut
Nasution dalam (Anggito & Setiawan, 2018) pengunaan pendekatan
kualitatif adalah untuk menghasilkan grounded theory. Grounded Theory
adalah pendekatan penelitian kualitatif yang pertama kali dikembangkan
oleh Glaser dan Strauss pada tahun 1960-an. Grounded theory untuk
mengembangkan teori yang menarik dalam fenomena.

Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan dalam bentuk


kata-kata, gambar dan bukan angka. Hal itu disebabkan karena adanya
penerapan metode kualitatif. Selain itu, apa pun yang dikumpulkan dapat
menjadi kunci dari apa yang telah diteliti. Oleh karena itu, penelitian
kualitatif berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran
penyajian laporan tersebut. Data tersebut diambil dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo,
dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2013).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teori Bloom dan bersifat deskriptif. Penelitian ini memberikan gambaran
secara deskriptif mengenai Prilaku Menonton Film Drama Korea Di
kalangan Remaja. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari tanda-tanda
dengan merujuk pada teori Bloom

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.


Metode penelitian kualitatif untuk memahami dan menafsirkan makna
suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tetentu. Kata
deskriptif menggambarkan atau menjelaskan sesuatu dalam arti yang
sebenarnya berupa gambar atau foto yang diperoleh dari data lapangan,
menjelaskan hasil penelitian dengan gambar dan dijelaskan dengan kata-
kata (Citra & Luckytasari, 2018).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat


deskriptif. Karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau gambar,
sehingga tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif berfokus pada
proses daripada produk atau outcome. Penelitian kualitatif secara induktif
menganalisis data dan menekankan makna (Harahap, 2020).

Jadi, dengan pendekatan semiotika ini peneliti dapat


mendeskripsikan prilaku remaja pada saat menonton drama korea dengan
menganalisis tanda-tanda menggunakan teori Bloom membedakan
perilaku dalam tiga domain perilaku yaitu kognitif (cognitive), afektif
(affective), dan psikomotor (psychomotor). Ada tiga ranah perilaku,
sehingga dapat meneliti prilaku remaja pada saat menonton drama korea.

3.3. Subjek dan Objek Penelitian


3.3.1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah drama Korea

3.3.2. Objek Penelitian


Objek penelitian dalam penelitian ini adalah simbol atau
tanda-tanda yang ada pada scene drama Korea baik audio ataupun
visual yang dapat mengubah prilaku remaja .

3.4. Unit Analisis


Unit analisis dalam penelitian ini menggunakan produk media
berupa Drama Korea. Pada drama ini bagian-bagian yang dianalisis berupa
audio dan visual berkaitan dengan tanda dan simbol mengenai representasi
kecantikan perempuan pada drama Korea True Beauty melalui berbagai
macam scene atau adegan pada drama tersebut.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian ini, hal yang perlu dilakukan yaitu
pengumpulan data yang lengkap dan akurat. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Dokumentasi
Menurut Prastomo, dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen. Dokumen adalah catatan suatu peristiwa yang
berbentuk tulisan, gambar dan lain sebagainya (Samiudin,
2018).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan drama
Korea berjudul True Beauty untuk mengumpulkan data-data
untuk melakukan penelitian. Data dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah scene atau adegan terpilih dari
drama Korea True Beauty mengenai representasikecantikan
perempuan.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan
pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut (Moleong, 2013).
Pada penelitian ini, peneliti memperoleh data lebih
lanjut melalui wawancara mendalam dengan narasumber
untuk mendapatkan informasi dan data yang akan diteliti
yaitu mengenai prilaku . Narasumber dalam penelitian ini
adalah narasumber perempuan yang gemar menonton
drama Korea, pengamat film, dan psikolog.

3.6. Sumber Data


3.6.1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
drama Korea. Penelitian ini menggunakan cuplikan-cuplikan scene
drama Korea yang sesuai dengan prilaku remaja.

3.6.2. Data Sekunder


Sumber data sekunder dalam penelitian ini berasal dari
buku- buku referensi tentang semiotika, artikel,jurnal, penelitian
terdahulu, situs internet, majalah dan surat kabar yang
berhubungan dengan objek penelitian ini.
3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengklasifikasikan data, menguraikan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan menarik kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2017).

Dalam tahap analisis data, penelitian ini dimulai dengan menonton


drama Korea sebagai objek penelitian. Kemudian peneliti melakukan
pengamatan pada adegan atau scene pada drama Korea tersebut. Penelitian
ini menggunakan model analisis semiotik. Dalam analisis drama Korea
True Beauty, peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes.
Peneliti mengklasifikasikan data dengan cara screenshot scene atau adegan
mengenai representasi kecantikan perempuan. Setelah itu ditentukan scene
mengenai representasi kecantikan wanita, peneliti menentukan penanda
(signifier), pertanda (signified), makna denotasi, makna konotasi dan mitos
seperti pada teori semiotika Roland Barthes.

Melalui analisis tanda semiotika Roland Barthes, peneliti akan


mengkaitkan makna denotasi, makna konotasi, dan mitos yang terdapat
dalam adegan atau scene dari drama Korea True Beauty yang menjelaskan
tentang representasi kecantikan perempuan.

3.8. Teknik Validasi Data


Keabsahan data dalah konsep penting yang telah diperbaharui dari
konsep kesahihan (validalitas) dan keandalan (realibitas) menurut versi
“positivism” dan disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri (Moleong, 2013).

Triangulasi adalah proses pembuktian kebenaran suatu bagian data


tertentu dengan membandingkannya dengan data dari sumber lain pada
berbagai fase penelitian yang berbeda di lapangan pada waktu yang
berlainan. Triangulasi juga dapat dilakukan dengan membandingkan hasil
dua peneliti atau lebih dengan menggunakan teknik yang berbeda
(Harahap, 2020).
Penelitian ini melakukan teknik validasi data menggunakan teknik
triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber menurut Palton
dalam (Moleong, 2013) digunakan untuk membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui berbagai
waktu dan alat dalam penelitian kualitatif. Paton berpendapat bahwa
keabsahan data mengunakan triangulasi sumber dapat dicapai dengan 1).
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, 2).
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang mereka katakan secara pribadi, 3). Membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu, 4). Membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, dan
5). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, V. N. (2020). 30th SBS Entertainment Awards, Cha Eun Woo “True
Beauty” Dapat Penghargaan. Sepasi Pikiran Rakyat.
https://sepasi.pikiran- rakyat.com/hiburan/pr-911136707/30th-sbs-
entertainment-awards-cha-eun- woo-true-beauty-dapat-penghargaan

Ambarini, A., & Umaya, N. M. (n.d.). SEMIOTIKA TEORI DAN


APLIKASI PADA KARYA SASTRA. IKIP PGRI Semarang Press.

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak.

Ardia, V. (2014). Drama Korea dan Budaya Popular. LONTAR: Jurnal


Ilmu Komunikasi, 2(3), 12–18. https://e-
jurnal.lppmunsera.org/index.php/LONTAR/article/view/337

Ariani, M. (2015). Representasi Kecantikan Wanita Dalam Film “200 Pounds


Beauty” Karya Kim Young Hwa. Jurnal Penelitian Pendidikan Ilmu
Komunikasi, 3(4), 320–332. https://ejournal.ilkom.fisip-
unmul.ac.id/site/wp- content/uploads/2015/11/Jurnal PDF (11-23-15-03-
37-49).pdf

Asianwiki. (2021). True Beauty. https://asianwiki.com/True_Beauty

Chairun Nisa, A., & Nugroho, C. (2019). Representasi Feminisme Dalam


Film Drama (Analisis Semiotika John Fiske Drama Korea My ID is
Gangnam Beauty) Representation of Feminism in Drama Film
(Semiotics Analysis of John Fiske Korean Drama My ID is Gangnam
Beauty). E-Proceeding of Management, 6(2), 5295–5302.

Citra, A., & Luckytasari, M. (2018). Representasi Kecantikan Wanita


Dalam Drama Seri Korea Oh My Venus (Analisis Semiotika Tentang
Kecantikan Wanita Dalam Drama Seri Korea Oh My Venus).
Communication Studies- School of Humanities, 49(5), 785.

Anda mungkin juga menyukai