Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, teknologi informasipun semakin meningkat dimana hal


tersebut berdampak langsung pada berubahnya aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek tersebut meliputi aspek sosial, politik serta kebudayaan. Berfokus pada aspek
kebudayaan yang mana akhir-akhir ini dikenal dengan budaya populer. Budaya populer atau
yang biasa disebut dengan budaya pop/kultur populer adalah suatu budaya yang cenderung
digemari oleh masyarakat pada umumnya yang relavan dengan keadaan masa kini. Budaya
populer tersebut terjadi akibat efek dari proses globalisasi. Budaya yang akan masuk dunia
hiburan pada umumnya akan menempatkan unsur populer, dan budaya tersebut akan
memperoleh kekuatannya melalui media massa yang kemudian oleh masyarakat digunakan
pada kehidupan sehari-hari (Hong, 2014:91 dalam Sari, 2018: 2). Globalisasi sendiri
memiliki pengertian sebagai proses penyebaran unsur-unsur budaya tanpa perlu terjadinya
kontak fisik saat proses terjadinya penyebaran. Adapun beberapa ahli yang memaparkan
pengertian globalisasi sebagai berikut :

Menurut Waters (1995)

“Globalisasi merupakan sebuah proses sosial, dimana batas geografis tidak penting
terhadap kondisi sosial budaya, yang akhirnya menjelma ke dalam kesadaran
seseorang.”

Menurut Giddens (1990)

“Globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara satu bangsa dengan bangsa
lain, antara satu manusia dengan manusia lain melalui perdagangan, perjalanaan,
pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi yang luas sehingga batas-batas negara
menjadi semakin sempit.”

Menurut Beerkens (2006)

“Globalisasi adalah proses individu, kelompok, masyarakat dan negara yang saling
berinteraksi, terkait, tergantung, dan saling mempengaruhi antara satu sama lain, yang
melintasi batas negara.”

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa cakupan
globalisasi sangat luas. Definisi globalisasi secara luas adalah suatu himpunan dari proses
pengaliran global dari berbagai jenis objek yang melibatkan setiap bidang aktifitas manusia
baik bentuk fisik, maupun non-fisik, informasi, ide, institusi dan sistem. Hal tersebut tidak
terkecuali dengan budaya populer yang dengan mudah menyebar di kalangan masyarakat.
Piliang (1999) dalam jurnalnya menyatakan bahwa budaya populer tidak dapat dilepaskan
dari peran sebuah media massa. Media massa tersebut berfungsi sebagai penghubung seluruh
unsur masyarakat satu dengan yang lainnya yang menyebabkan objek yang dibawa oleh
media massa tersebut dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Salah satu dampak dari globalisasi adalah masuk nya kebudayaan luar ke dalam
Indonesia. Salah satu kebudayaan luar yang saat ini sedang digandrungi oleh banyak orang,
terutama para remaja di Indonesia adalah kebudayaan yang berasal dari Korea Selatan.
Kebudayaan Korea Selatan ini dikenal juga dengan nama Korean Wave atau Hallyu atau
Hanryu yang kemunculannya menjadi salah satu gelombang budaya yang berkembang
selama beberapa waktu. Tidak bisa dihindari, hampir dari semua kalangan menyukai budaya
dari Korea Selatan ini. Korean Wave adalah sebutan untuk kumpulan kebudayaan korea yang
berupa musik (K-Pop), drama (K-drama), film, fashion (K-fashion), make up (K-beauty),
makanan-makanan korea, serta semua kegiatan berbau Korea yang kemudian menyebar dan
digandrungi oleh para penggemarnya.

Menurut para ahli, Korean Wave diartikan sebagai berikut :

Menurut Ariffin (2013)

“Istilah Korean Wave, atau yang juga dikenal sebagai Hallyu atau Hanryu adalah
popularitas dari kebudayaan Korea Selatan di seluruh penjuru Asia. Mulai dari film, drama,
hingga musik dan drama-drama adalah ikon dalam Korean Wave ini”

Menurut Yecies (2014)

“Hallyu merupakan sebuah aliran yang kental serta ekspansif dari budaya yang mahsyur
di Korea Selatan”

Menurut Han & Lee (2013)

“Pada dasarnya, Korean Wave atau Hallyu didefinisikan menjadi fenomena budaya pop
Korea seperti drama series, film, musik, fashion, hingga game online yang telah populer dan
tersebar luas di kalangan masyarakat Jepang, China, Hong Kong, dan Taiwan serta negara-
negara Asia lainnya.”
Seperti slogan politik yang dimiliki Presiden Kim Dae Jung pada masa pemerintahannya
tahun 1993 hingga 1998 yaitu “Creation of the New Korea”, Korean Wave memang sudah
direncanakan untuk terjun ke pasar internasional. Kemudian, setelah krisis keuangan yang
melanda kawasan Asia pada tahun 1997, tepatnya pada awal tahun 2000-an, pemerintah
Korea Selatan menargetkan ekspor budaya populer Korea sebagai inisiatif untuk
memperkenalkan sektor ekonomi yang baru. Lalu pada 1999 dibangunlah Basic Law for the
Cultural Industry Promotion oleh mantan Presiden Kim yang memberikan $148,5 juta untuk
menyalurkan budaya Korea Selatan dengan cara yang kreatif, yaitu dengan menyatukan
budaya kovensional dengan budaya modern.

Penyebaran Korean-pop di Indonesia berawal pada tahun 2002, tepatnya setelah Piala
Dunia antara Korea Selatan dan Jepang. Hal itu disiarkan di stasiun TV Indonesia yang
kemudian menjadi sarana memperkenalkan drama seri dari Korea Selatan, atau yang biasa
kita kenal K-Drama. K-Drama pertama yang ditayangkan di stasiun televisi Indonesia
berjudul Mother’s Sea yang tayang pada 26 Maret 2002 di stasiun Trans TV. Lalu dilanjutkan
dengan penayangan drama korea berjudul Endless Love di stasiun Indosiar. Sejak itulah
budaya korea menyebar di Indonesia melalui seri drama nya.

Tidak hanya melalu drama, Korean wave juga menyebar cepat melalu musik. Hampir
semua orang pasti mengetahui musik dari Korea, atau yang biasa disebut K-pop. Pada tahun
2020, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia yang
menjadi rumah bagi jutaan pecinta Korean-pop. Di tahun 2019, Indonesia menjadi negara
ketiga setelah Thailand dan Korea Selatan dalam hal paling banyak men-tweet tentang
Korean-pop. Lalu menurut Won So pada 2020, Indonesia menempati posisi ke-2 teratas
dengan persentase 9.9% sebagai pemutar video K-pop terbanyak di dunia setelah Korea
Selatan itu sendiri.
DAPUS

Beerkens dalam Beerkens, E., 2006. Globalisation: Definitions and Perspectives, h. 9.


Palmer, T.G., 2003. Globalization, Cosmopolitanism, and Personal Identity.

Giddens, A. 1990. The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press.

Piliang, Y. A. 1999. Sebuah Dunia yang Dilipat. Mizan. Bandung.

Sari, Desma Rani Mulia. 2018. Pengaruh Budaya K-Wave (KOREAN Wave) Terhadap
Perubahan Perilaku Remaja Penyuka Budaya Korean Di Bandar Lampung [Skripsi].
Bandarlampung [ID]: Universitas Lampung.

Waters, M. 1995. Globalization. 2nd Edition. Taylor and Francis Group. London.

Won So. 2020. Distribution of K-pop views on YouTube Worldwide as of June 2019, by
country. Statista. Diakses dari https://www.statista.com/statistics/1106704/south-
korea-kpop-youtube-views-by-country.

Putri, Idola Perdini, Farah Dhiba Putri Liany and Reni Nuraeni. "K-Drama dan Penyebaran
Korean Wave di Indonesia." (2019).

Astari, Puspa Syarida. 2019. PENGARUH PENERAPAN TREN BUDAYA KOREA


(KOREAN WAVE) DAN PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA TERHADAP
KEBERHASILAN USAHA [Skripsi]. Bandung. Universitas Komputer Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai