Jawaban: 351
Setuju
Korea, tidak dengan instan memperoleh kesuksesan dalam industri budaya pop.
Sekitar 1990-an, secara sangat rahasia, pemerintah Korea memberi beasiswa
NURINTAN MAGRIANDINI_071811233104_UAS SHKD 2022
besar-besaran kepada artis dari berbagai bidang seni untuk belajar di AS dan
Eropa. Dari sinilah kemudian muncul deretan artis Korea yang populer saat ini.
Namun industri budaya Korea tidak parsial. Ia terintegrasi dari berbagai lini
kehidupan, mulai seni sampai lini makanan dan kosmetik bahkan industri
operasi plastik.
Globalisasi sebagai sebuah konsep yang mendominasi di era saat ini telah
menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia dan dalam berbagai bidang. Tak
terkecuali aspek budaya dan identitas yang pada dasarnya bersifat dinamis dan
mengkuti perkembangan zaman. Salah satu dampak nyata globalisasi terhadap
budaya yaitu munculnya budaya global yang menjadi trend negara-negara di
seluruh dunia seperti westernisasi. Westernisasi merupakan budaya global yang
berisikan nilai-nilai budaya barat yang banyak di adopsi, di adaptasi, di tiru, dan
di anut oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Pada
perkembangannya, westernisasi mendapatkan rival sebagai budaya global yang
di tandai dengan munculnya Hallyu (Korean-Wave) yang dapat di katakan
sebagai westernisasi versi Asia. Korea-Wave sendiri merupakan trend budaya
yang sarat akan nilai-nilai budaya Korea Selatan. Kedua budaya global ini pun
memberikan pengaruh terhadap masyarakat Indonesia yang bertindak sebagai
konsumen budaya.
Referensi:
Jawaban: 462
Setuju
Dalam paragraf di atas, telah disebutkan beberapa aspek utama yang, jika
dikembangkan dengan benar, dapat memastikan suksesnya eksportasi kultural.
Diplomasi publik, yang berperan sangat penting sebagai cara untuk membentuk
national branding, sangat diperlukan terutama oleh negara-negara kecil, untuk
membedakan dirinya dengan yang lain (Sacker, 2014). Dalam membentuk suatu
citra negara yang baru, diperlukan penggabungan antara persepsi lama, persepsi
asing, dan citra baru yang resmi, yang dikembangkan oleh pemerintah negara
tersebut. Pun, slogan yang dihasilkan juga tidak boleh memperlihatkan
kemiripan dengan negara lain. Akan tetapi, karakteristik negatif juga tidak boleh
sepenuhnya dihilangkan, melainkan harus diakui dan digunakan untuk
membentuk slogan itu sendiri. Misal, pembangunan infrastruktur yang masih
terbelakang dapat digunakan untuk membuat slogan seperti “negara yang
berkembang menjadi lebih baik” (Sacker, 2014).
Referensi:
NURINTAN MAGRIANDINI_071811233104_UAS SHKD 2022
yang berfokus terhadap kultur Asia dalam sisi sosietal Singapura, sehingga
membuat masyarakat Singapura dapat mengenal asal-usul leluhur mereka
dengan moralitas yang implementatif kepada setiap individu di era globalisasi
yang melunturkan nilai-nilai tradisional dengan menggantinya dengan nilai-nilai
ala Barat (Subramaniam, 2000).
Referensi:
Subramaniam, Surain. 2000. “the Asian Values Debates Implications for the Spread
of Liberal Democracy”, dalam Asian Affairs. 27 (1), pp. 19-35.
Tidak Setuju
Budaya menjadi salah satu hal yang dapat mendorong atau memperlambat
perkembangan bangsa. Salah satu contoh pergerakan atau 'revolusi' budaya
yang menjadi era historis dalam sejarah adalah Renaissance atau kelahiran
NURINTAN MAGRIANDINI_071811233104_UAS SHKD 2022
kembali budaya barat yang pada saat itu mulai di Italia (Litell, 2019). Renaisans
menjadi sebuah era yang unik dalam sejarah karena menjadi periode
perkembangan pesat di peradaban barat yang berpusat pada kesenian, literatur,
dan pendidikan. Renaisans menandakan sebuah titik pada waktu dimana
manusia mulai memandang bahwa intelek manusia merupakan hal yang harus
dikembangkan juga alih-alih hanya fokus pada spiritualitas.
Dari masa renaisans, lahir hal-hal yang luar biasa berpengaruh pada sejarah,
contohnya adalah studi humanisme. Karena karakteristiknya unik, renaisans
merupakan sebuah periode yang hampir tidak bisa dibandingkan dengan
fenomena manapun. Renaisans dianggap sebagai kebangkitan kultural yang
unik dan one-of-a-kind. Ini menjadi fakta yang penting karena terdapat beberapa
fenomena dimana sebuah negara mengklaim telah melalui kebangkitan kultural
atau Renasainsya sendiri, yaitu Cina (Maissen, 2018).
NURINTAN MAGRIANDINI_071811233104_UAS SHKD 2022
Referensi:
Litell, McDougall. 2009. European Renaissance and Reformation, 1300-1600, World History;
Pattern of Interactions, Atlas by Rand McNally, pp. 467-503.pdf
Maissen, T. B. Mittler. 2018. The Renaissance and the Rise of the West, in Why China did not Have
a Renaissance, Boston DeGruyter Oldenbrough, pp. 123-132.pdf