Anda di halaman 1dari 15

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semantik dan Pragmatik

Kalimat Interogatif Dalam al-Quran : Kajian Tindak Tutur

DOSEN PENGAMPU

Dr. H. Mardjoko Idris, M. Ag

(19590105 198703 1 003)

DISUSUN OLEH :

Vania Cahyaningtyas
18201010035

MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 4
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
A. Definisi Kalimat ................................................................................................................................ 5
B. Kalimat Interogatif ............................................................................................................................ 5
C. Kalimat Interogatif (uslub istifham) dan Piranti Pembentukannya ................................................... 7
D. Kerangka Teori Makna Pertama dan Kedua ................................................................................... 10
BAB III....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP.................................................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teks ialah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan satu
kesatuan (Luxemburg dkk, 1989:86). Dari pengertian tersebut dapat diartikan teks adalah
suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk, baik lisan maupun tulisan yang
disampaikan oleh seorang pengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan tertentu.

Istilah teks sebenarnya berasal dari kata text yang berarti „tenunan‟. Teks dalam filologi
diartikan sebagai „tenunan kata-kata‟, yakni serangkaian kata-kata yang berinteraksi membentuk
satu kesatuan makna yang utuh. Teks dapat terdiri dari beberapa kata, namun dapat pula
terdiri dari milyaran kata yang tertulis dalam sebuah naskah berisi cerita yang panjang
(Sudardi, 2001:4-5).

Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Setiap kata termasuk kelas kata atau kategori kata, dan mempunyai fungsi dalam kalimat.
Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam
kalimat yang dihasilkan.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, kalimat dapat berupa kalimat tunggal atau kalimat
majemuk. Sedangkan jika dilihat dari segi maknanya kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat
deklaratif (kalimat berita), kalimat interogatif (kalimat tanya), kalimat imperatif (kalimat
perintah), kalimat eksklamatif (kalimat seruan), dan kalimat emfatik (kalimat penegas).

Dilihat dari namanya, sudah tampak makna macam-ragam kalimat itu : kalimat berita
menyampaikan berita pernyataan, kalimat tanya mengajukan pertanyaan, dan kalimat perintah
memberikan perintah kepada yang bersangkutan. Kalimat seruan mengungkapkan perasaan
keheranan atau kekaguman atas sesuatu, dan kalimat penegasan khusus kepada pokok
pembicaraan.

3|Page
Makalah ini akan membahas secara khusus tentang penggunaan kalimat interogatif dan
macam-macam bentuk penggunaan kalimat interogatif dalam Alqur‟an yang akan dibahas oleh
pemakalah sebagai berikut ini.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pemahaman tentang kalimat Interogatif ?
b. Apa macam kalimat interogatif (uslub istifham) dan Piranti Pembentukannya ?
c. Apa analisis kerangka Teori Makna Pertama dan Kedua ?

C. Tujuan
a. Untuk mendalami pemahaman tentang kalimat Interogatif.
b. Untuk mengetahui macam kalimat interogatif (uslub istifham) dan Piranti
Pembentukannya.
c. Untuk mengetahui analisis kerangka teori makna pertama dan kedua.

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat
(P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan
hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.1

B. Kalimat Interogatif
Kalimat interogatif berfungsi menanyakan sesuatu dan ditandai dengan tanda tanya. Menurut
Rahardi (2005:77-78) Kalimat interogatif dibagi menjadi dua, yaitu kalimat interogatif total dan
kalimat interogatif parsial. Kalimat interogatif total biasanya ditandai dengan adanya kata-kata
kah, apa, apakah, bukan, dan bukankah yang hanya memerlukan jawaban ya, sudah, tidak,
bukan, atau belum. Adapun kalimat interogatif parsial biasanya ditandai kata-kata tanya yang
memerlukan jawaban penjelasan seperti, apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, mana,
bilamana, kapan, bila, dan berapa.

Dalam bahasa arab, kalimat interogatif total ditandai dengan adanya kata tanya seperti ‫ هل‬dan
‫ أ‬yang memerlukan jawaban ‫ وعم‬dan ‫ال‬. Pada kata tanya ‫ أ‬, selain memerlukan jawaban ‫ وعم‬dan ‫ ال‬,
kadang dia juga memerlukan jawaban yang berbentuk pilihan. Adapun kalimat interogatif parsial
ditandai dengan kata-kata tanya yang memerlukan jawaban penjelasan seperti :

1
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V). Yagyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara,
2006), hlm. 84.

5|Page
.2‫ ما‬،‫ مه‬،‫ أ ي‬,‫ لماذ‬,‫ ماذ‬,‫ كيف‬,‫أيه‬

Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal.
Jawaban ini dapat berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau
pembaca (Chaer, 2009:189).

Tipe dasar dari sebuah kalimat interogatif yang paling luas distribusinya adalah
pertanyaan ya/tidak, yang telah di observasi oleh beberapa peneliti. Kalimat tanya tersebut
memiliki ciri intonasi akhir yang meninggi. Pola intonasi ini terdapat dalam beberapa kasus
menjadi sebuah fitur gramatikal penanda interogasi. Seperti pendapat (Jacaltec, dalam Craig
1977) yang menyatakan bahwa intonasi akhir yang meninggi adalah salah satu indikasi yang
frekuensi kemunculannya sangat sering ditemukan sebagai aturan interogasi dan satu-satunya
fitur yang membedakan kalimat interogatif dari kalimat deklaratif.

Kalimat tanya y/t mirip dengan pertanyaan yang berat setelah pada beberapa tingkatan,
yang memperlihatkan keinginan pembicara pada suatu keadaan adalah benar seperti apa yang
diharapkan, dimana pembicara tersebut lebih mengharapkan jawaban ya atau betul.3

Tipe kalimat tanya yang kedua yaitu pertanyaan yang mengharapkan informasi. Jumlah
dari kata tanya sangat bervariasi. Kebanyakan bahasa memiliki interogatif pronomina, ada juga
yang memiliki interogatif adverbial (when, where, how dalam bahasa Inggris). Sementara
mereka menginterogasi bagian suatu keadaan, pertanyaan informasi selalu memperlihatkan letak
suatu keadaan sebagai informasi pra anggapan. Informasi baru adalah permintaan identitas dari
suatu bagian kalimat yang di tanyakan. Bagian kalimat yang dipertanyakan bisa disebut juga
dengan „fokus‟ suatu kalimat, tapi juga merupakan menyangkut hal apakah suatu kalimat
tersebut. Maka istilah „topik‟ diperlukan.

Bentuk interogatif biasanya ditemukan dalam posisi dari fokus dan topik dimana
kebanyakan bahasa disebut posisi awal kalimat. Secara semantik, pertanyaan informasi sama
seperti pertanyaan alternatif dalam menspesifikasikan suatu batasan atau jangkauan dimana
jawabannya harus ditemukan. Kata interogatif mengindikasikan semuanya sendiri atau dengan

2
Tindak Tutur Perintah Dan Larangan Dalam Hadis Ahmad Jazuli Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/.
3
M. Anton Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. (Jakarta : Perum Balai Pustaka, 1993), hlm. 275.

6|Page
bantuan fitur sintaktik suatu pertanyaan tempat letaknya, ketertarikan seorang penanya pada
bagian keadaan tertentu yang ingin diketahui. Namun kata interogatif juga memiliki tipikal untuk
membatasi lahan seorang penanya dari suatu bagian hal yang belum diketahui tersebut. Dengan
demikian, kata tanya siapa mengindikasikan bahwa seorang penanya menginginkan yang tertuju
tersebut untuk menunjuk pada seseorang, kapan menunjuk pada waktu, dimana menunjuk pada
tempat, dan sebagainya.

C. Kalimat Interogatif (uslub istifham) dan Piranti Pembentukannya


Dalam bahasa Arab kalimat interogatif (tanya) ini dikenal dengan nama uslub istifham atau
gaya bahasa istifham. Definisi yang dikemukakan oleh para linguist Arab adalah sebagai berikut:

Ali Jarim mengatakan istifham adalah ‫ طية اىعيٌ تشٍئ ىٌ ٌنِ ٍعيٍ٘ا ٍِ قثو‬menuntut suatu
pengetahuan tentang sesuatu yang belum diketahui. Ali Jarim mengemukakan sepuluh piranti
pembentukan istifham : ‫( الهمزة‬apakah ? ), ‫( هل‬apakah ? ), ‫( ما‬apa ? ), ‫( متى‬kapan ? ), ‫( أيان‬kapan ?
), ‫( كيف‬bagaimana ? ), ‫( أيه‬dimana ? ), ‫( أوى‬dari mana ? ), ‫( كم‬berapa ? ), dan ‫( أي‬yang mana ? ).

a) ‫ ( اىَٖشج‬apakah ? )

Digunakan untuk ‫ اىرصذٌق‬dan ‫ اىرص٘ر‬, yang dimaksud dengan at-tashawwur adalah


mengetahui sesuatu hal yang tunggal.

Yaitu gambaran tentang mufrad atau jawaban yang bersifat mufrad. Dalam hal ini huruf
hamzah langsung diiringi dengan sesuatu yang ditanyakan, dimana pada umumnya sesuatu yang
ditanyakan tersebut mempunyai bandingan (qarinah) yang disebutkan setelah lafazh “‟am”.4

Contoh : ‫( أ فائش ٍظافز أً صاىح‬Ibrahimkah yang bepergian atau Ismail ?)

Dari pertanyaan tersebut, kita mengetahui bahwa perjalanan telah terjadi dari salah seorang
diantara Faiz dan Sholeh, tapi kita belum mengetahui secara pasti siapa yang pergi. Oleh karena
itu, jawabannya adalah ‫ فائش ٍظافز‬Faiz telah pergi atau ‫ صاىح ٍظافز‬Sholeh telah pergi.

Sedang yang dimaksud ‫ اىرصذٌق‬adalah mengetahui tentang hubungan (nisbat).

Contoh : ‫( أٍٍز ٍظافز‬Apakah Amir bepergian ?)

4
Ade Nurdiyanto, “Istifham Dalam Al-Qur’an: Studi Analisa Balaghah”, El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama
Vol. 4, No. 1, Juni 2016, p-ISSN 2338-9648, e-IS, 41-42.

7|Page
Dalam kalimat tersebut dibutuhkan penjelasan tentang tetap dan tidaknya sesuatu. Dan
dengan pertanyaan itu, kita menanyakan terjadikah bepergian itu pada diri Amir. Oleh karenanya
jawabannya bisa ‫( ّعٌ أٍٍز ٍظافز‬ya Amir bepergian) atau ‫( ال أٍٍز ىٍض ٍظافزا‬Tidak, Amir tidak
bepergian).

b) ‫ ( ٕو‬adakah ? )

Hal adalah piranti pertanyaan yang digunakan hanya untuk tashdiq saja. Sedang pengertian
tashdiq adalah ٍٔ‫ إدراك ٗق٘ع ّظثح ذاٍح تٍِ اىَظْذ ٗ ٍظْذ إى‬mengetahui tentang hubungan antara
musnad dan musnad ilaihi.

Contoh : ‫( ٕو جاء صاحثل ؟‬adakah telah datang temanmu ?)

Dalam hal ini yang ditanyakan adalah datang atau tidak datang. Apabila datang maka
jawabannya adalah ً‫( ّعٌ جاء صاحث‬ya telah datang temanku). Bila tidak datang, maka jawabannya
adalah ً‫( ال ٍاجاء صاحث‬Tidak, temanku tidak datang).

c) ‫ ( ٍا‬apakah ? )

Piranti tanya ini digunakan untuk menanyakan tentang benda. Seperti ‫( ٍا اىَظجذ ؟‬apakah
masjid itu ? ). Jawabannya adalah ‫( اىَظجذ ٍناُ اىظج٘د‬masjid adalah tempat untuk bersujud).

d) ٍِ ( siapakah ? )

Piranti tanya ini digunakan untuk menanyakan manusia.

Contoh : ‫( ٍِ فى اىثٍد ؟‬siapakah yang ada didalam rumah ? ) jawabannya adalah ‫األخ فى اىفصو‬
(kakak (lk) didalam kelas).

e) ‫ ( ٍرى‬kapan ? )

Piranti tanya ini digunakan untuk menanyakan ketentuan waktu, baik masa lampau atau masa
yang akan datang.

Contoh : ‫ ٍرى رجعد اىى جامزذا ؟‬boleh juga ‫ٍرى ذزجع اىى جامزذا ؟‬

Contoh yang pertama menunjukkan masa lampau dan yang kedua untuk masa yang akan datang.

8|Page
f) ُ‫ ( أٌا‬kapan ? )

Piranti tanya ini hanya digunakan untuk waktu yang akan datang saja, dan berfungsi untuk
‫ اىرٌٖ٘و‬membuat takut saja. Seperti ‫( أٌاُ ًٌ٘ اىقٍاٍح ؟‬kapan datangnya hari kiamat ? ).

g) ‫ ( مٍف‬bagaimana ? )

Piranti tanya ini digunakan untuk menanyakan keadaan.

Contoh : ‫( مٍف حاىل ؟‬bagaimana keadaanmu ? ). Jawabannya adalah ‫( أّا فى صحح ٗ عافٍح‬saya dalam
keadaan sehat-sehat saja). Juga ‫( مٍف حاه أ ٍّل ؟‬bagaimana keadaan ibumu ? ). Jawabannya adalah
‫( أ ٍّى فى طعادج‬ibuku dalam keadaan bahagia).

h) ٌِ‫ ( أ‬dimana ? )

Piranti ini digunakan untuk menannyakan tempat.

Contoh : ُ‫( أٌِ ذقزأ اىقزآ‬dimana engkau membaca AlQur‟an ? ). Jawabannya adalah ‫أّا أقزأ اىقزآُ فى‬
‫( اىَظجذ‬saya membaca al-Quran didalam masjid).

i) ‫ ( أّى‬bagaimana, dari mana, kapan ? )


 Piranti tanya ini digunakan untuk menanyakan bagaimana.

Contoh : ‫ ( أّى ٌحً هللا تعذ ٍ٘ذٖا ؟‬bagaimana Allah menghidupkan ini setelah mati ? ).

 Juga digunakan untuk menanyakan dari mana.

Contoh : ‫ ( ٌا سٌْة أّى ىل ٕذا ؟‬Hai Maryam, dari mana engkau dapatkan ini ? ) jawabannya adalah
‫( ٕذا ٍِ عْذ هللا‬ini datang dari Allah).

 Juga digunakan untuk menanyakan waktu.

Contoh : ‫ ( أّى ذنُ٘ سٌادج اىٍْو ؟‬kapankah akan bertambah sungai Nil ? ).

j) ٌ‫ ( م‬berapa ? )

Piranti tanya ini digunakan untuk mrnanyakan jumlah atau bilangan.

9|Page
Contoh : ‫ ( مٌ ٍظجذا فى ٕذٓ اىَذٌْح ؟‬berapa masjid di kota ini ? ) jawabannya adalah ‫فى ٕذٓ اىَذٌْح‬
‫( طثعح ٍظاجذ‬di kota ini ada tujuh masjid).

k) ‫ ( أي‬yang mana ? )

piranti ini digunakan untuk meminta penentuan salah satu dari dua hal yang yang sama dalam
satu urusan.

Contoh : ‫ ( أي اىفزٌقٍِ خٍز ٍقاٍا ؟‬yang mana dari dua pasukan/golongan yang terbaik kedudukannya
? ).

Selain untuk menanyakan tersebut diatas, piranti tanya ‫ أي‬juga digunakan untuk menanyakan
tentang waktu, tempat, keadaan, dan juga bilangan.

D. Kerangka Teori Makna Pertama dan Kedua


Pengertian dan kerangka berpikir tentang makna pertama dan makna kedua dalam kajian
gaya bahasa kalimat interogatif ini merujuk pada buku jawahir al-Balaghah yag ditulis oleh
Ahmad al-Hasyimi. Juga pada buku ‫ اىَعاّى اىثاٍّح فى األطي٘ب اىقزآّى‬yang ditulis oleh sarjana muslim
Doktor Fatkhi Ahmad Amir, seorang linguis dari Fakultas Adab Universitas Cairo.

Dalam pandangan Al-Hasyimi serta Ahmad Amir, sebuah tuturan mengandung makna
pertama dan makna kedua, menurutnya pada makna makna pertama adalah makna yang
dinyatakan dalam konstruksi bahasa yang dituturkan berdasarkan hubungan antara kata dalam
konstruksi tersebut. Al-Hasyimi juga Amir menyebutnya dengan ‫فاىَعاّى األٗه ًٕ ٍذى٘الخ اىرزمٍة‬
makna yang pertama adalah makna yang ditunjuk oleh konstruksi bahasa itu sendiri. Adapun
makna kedua adalah maksud yang hendak dituju oleh penutur sesuai dengan konteks
komunikasinya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini :

(1) QS. Al-Baqarah : 44

َُُ٘‫اب ۚ أَفَ َل ذ َ ْع ِقي‬


َ َ‫ظ ُن ٌْ َٗأ َ ّْر ُ ٌْ ذَرْيَُُ٘ ا ْى ِنر‬
َ ُ‫ظ َُْ٘ أَ ّْف‬ َ َّْ‫أَذَأ ْ ٍُ ُزَُٗ اى‬
َ ْْ َ ‫اص ِتا ْى ِث ِ ّز َٗذ‬

Artinya : Mengapa kamu seru orang lain mengerjakan kebaikan, sedang kamu melupakan dari
kewajubanmu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab, maka tidakkah kamu berfikir ?.

10 | P a g e
Kalimat interogatif pada ayat tersebut adalah ٌ‫( أذأٍزُٗ اىْاص تاىثز ٗذْظُ٘ أّفظن‬mengapa kamu
suruh orang lain untuk mengerjakan kebaikan, sedang kamu sendiri melupakan kebaikan) adalah
mempunyai dua makna : makna pertama yaitu makna yang dikehendaki oleh takrib kalimat itu
sendiri, yaitu sebuah pertanyaan yang menggunakan piranti yang dimaksud oleh penuturnya.

Tuturan yang bermodus kalimat interogatif tersebut bila dilihat dari konteks yang melatar
belakanginya, akan ditemukan makna yang kedua. Tuturan tersebut penuturnya adalah Allah,
sedang lawan tuturnya adalah Bani Israil. Tuturan tersebut diujarkan dalam konteks kebiasaan
Bani Israil yang suka mengajak orang berbuat kebaikan sedangkan mereka sendiri tidak pernah
melakukan kebaikan tersebut. Dilihat dari konteks kelahirannya, maka dapat dipahami bahwa
ujaran yang bermodus interogatif tersebut bukanlah yang dimaksud untuk makna pertama,
melainkan yang dituju adalah makna yang kedua, yaitu ‫( اىرقزٌع‬peringatan keras) kepada Bani
Israil, yang disebabkan oleh kesukaan mereka menyuruh orang lain berbuat baik, namum mereka
sendiri tidak melakukannya.

(2) QS. Al-Baqarah : 75

َ ‫َّللاِ ث ُ ٌَّ ٌُح ِ َّزفَُُّ٘ٔ ٍِ ِْ تَ ْع ِذ ٍَا‬


ََُُ٘ َ‫عقَيُُ٘ٓ َٗ ُٕ ٌْ ٌَ ْعي‬ ٌ ٌ‫أَفَر َ ْط ََعَُُ٘ أ َ ُْ ٌُؤْ ٍُِْ٘ا ىَ ُن ٌْ َٗقَ ْذ مَاَُ فَ ِز‬
ْ ٌَ ٌْ ُٖ ْْ ٍِ ‫ق‬
َّ ًَ ‫ظ ََعَُُ٘ م ََل‬

Artinya : Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal
segolongan dari mereka mendengar firman dari Allah, lalu mereka mengubahnya setelah
mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.

Kalimat interogatif dalam ayat tersebut adalah ٌ‫( أفرطَعُ٘ أُ ٌؤٍْ٘ا ىن‬apakah kamu masih
mengharapkan mereka) ayat ini meletarbelakangi oleh besarnya harapan Nabi Muhammad dan
para sahabatnya kepada orang-orang Yahudi untuk memeluk islam. Keinginan Nabi ini berdasar
pada masih adanya unsur kesamaan antara agama islam dengan agama Yahudi, baik dari sisi
dasarnya maupun visinya. Ayat ini sebagai peringatan kepada Nabi dan para sahabat untuk tidak
terlalu berharap kepada orang Yahudi memeluk islam, hal ini disebabkan oleh kebiasaan mereka
yang mengubah-ubah ayat dengan cara menambah, menguranginya, atau menafsirkannya dengan
sesuka hati mereka.

Berdasar kepada konteks tersebut, kiranya dapat diketahui bahwa yang dituju oleh kalimat
interogatif tersebut bukanlah makna pertama, yaitu sebuah pertanyaan dari penutur (Allah)

11 | P a g e
kepada petutur (Nabi dan para sahabatnya), melainkan makna kedua yaitu ‫( اىْٖى‬larangan) dari
Allah kepada Nabi dan para sahabat untuk tidak terlalu berharap akan keimanan orang-orang
Yahudi.

(3) QS. Al-Baqarah : 13

ُّ ‫أَُّؤْ ٍُِِ َم ََا آ ٍََِ اى‬


‫ظفََٖا ُء ؟‬

Artinya : Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang yang bodoh itu ?

Kalimat interogatif tersebut menggunakan piranti tanya al-Hamzah, tuturan ini diujarkan
oleh orang-orang munafiq (sebagai penutur) kepada Rasul dan para sahabat (sebagai petutur)
sebagai jawaban terhadap ajakan Nabi dan para sahabat untuk memeluk islam. Oleh penuturnya,
ujaran yang bermodus kalimat interogatif tersebut bukanlah dimaksud makna pertama,
melainkan makna yang kedua, yaitu ‫( االطرٖشاء‬menghina Nabi dan para sahabatnya). Dalam hal
ini, Ali ash-Shabuni mengatakan ‫ اىَٖشج ىألّنار ٍع اىظخزٌح ٗاالطرٖشاء‬al-Hamzah adalah untuk
penolakan serta pengejekan kepada lawan tutur. Sedang yang dimaksud dengan kata ‫اىظفٖاء‬
adalah sahabat Nabi yang bernama Shuhaib, Umar, dan Bilal.

(4) QS. Hud : 24

َُٗ‫اُ ٍَث َ ال ۚ أَفَ َل ذَذَم َُّز‬


ِ ٌَِ٘ َ‫ظر‬
ْ ٌَ ‫ٍع ۚ َٕ ْو‬
ِ َِ ‫ظ‬
َّ ‫ٍز َٗاى‬ َ َ‫ٍَث َ ُو ا ْىفَ ِزٌقٍَ ِِْ م َْاألَ ْع ََ ٰى َٗ ْاأل‬
ِ ‫ص ِ ٌّ َٗا ْىثَ ِص‬

Artinya : perbandingan dua golongan itu (orang-orang yang kafir dan orang-orang yang
mukmin) seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar.
Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya ? maka tidakkah kamu mengambil
pelajaran dari perbandingan itu ?

Kalimat interogatif pada ayat tersebut adalah ‫( ٕو ٌظرٌ٘اُ ٍثل‬apakah kedua golongan itu
sama keadaan dan sifatnya ?). Kalimat tersebut secara konvensional meminta jawaban dari lawan
tutur mengenai apa yang ditanyakan oleh penutur. Namun bukan makna konvensional tersebut

12 | P a g e
yang dikehendaki oleh penutur, bila itu yang dikehendaki, maka penutur sebenarnya sudah
mengetahuinya.5

(5) QS. al-Hadīd: 11

‫ضا ِعفَهُ لَهُ َولَهُ أَجْ ٌر ك َِري ٌم‬ َ ‫َّللاَ قَ ْرضًا َح‬
َ ُ‫سىًا فَي‬ َّ ‫ض‬ ُ ‫َم ْه ذَا الَّذِي يُ ْق ِر‬

Artinya : “Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan
melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang
banyak.”

Ayat tersebut membicarakan tentang kewajiban kaum muslimin untuk berjihad dan
mengeluarkan harta di jalan Allah. Tuturan pada ayat tersebut menggunakan ragam bahasa
ْ yaitu „siapa‟. Secara konvensional, istifhām tersebut menuntut jawaban dari lawan
istifhām, ‫مه‬
tutur mengenai yang berakal, tetapi bukan itu yang dikehendaki oleh penuturnya. Dalam konteks
“masa-masa perjuangan menyebarkan Islam”, Istifhām tersebut difungsikan secara tidak
langsung, yaitu sebagai perintah kepada lawan tutur (kaum muslimin) untuk berjihad dan
mengeluarkan sebagian hartanya di jalan Allah Swt..

Demikian juga pada ayat yang kedua, istifhām ‫ „مه‬siapa‟ tidak difungsikan secara
langsung, melainkan difungsikan secara tidak langsung, yaitu perintah untuk berjihad dan
mengeluarkan hartanya di jalan Allah.6

(6) QS. An-Nazi’at : 42

َ ‫يَ ْسأَلُىوَكَ َع ِه السَّا َع ِت أَيَّانَ ُم ْر‬


‫ساهَا‬

Artinya : “(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan,


kapankah terjadinya?.”

Dalam ayat ini istifham tidak dimaksudkan untuk meminta jawaban, namun berfungsi
untuk mengagungkan adanya hari kebangkitan atau kiamat.7

5
Dr. H. Mardjoko Idris, M. Ag, Unsur-Unsur Pragmatik Dalam Gaya Bahasa Al-Qur’an (Pati : Maghza Pustaka,
2019), hlm. 144 – 155.
6
Dr. H. Mardjoko Idris, “Tuturan Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Al-Qur`an”. Adabiyyāt. Vol. 7, No. 1,
Juni 2008, 12.
7
Ade Nurdiyanto, op.cit., p. 50.

13 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ali Jarim mengatakan istifham adalah ‫ طلب العلم بشيئ لم يكه معلىما مه قبل‬menuntut suatu
pengetahuan tentang sesuatu yang belum diketahui. Ali Jarim mengemukakan sepuluh piranti
pembentukan istifham : ‫( الهمزة‬apakah ? ), ‫( هل‬apakah ? ), ‫( ما‬apa ? ), ‫( متى‬kapan ? ), ‫( أيان‬kapan ?
), ‫( كيف‬bagaimana ? ), ‫( أيه‬dimana ? ), ‫( أوى‬dari mana ? ), ‫( كم‬berapa ? ), dan ‫( أي‬yang mana ? ).

Dalam pandangan Al-Hasyimi serta Ahmad Amir, sebuah tuturan mengandung makna
pertama dan makna kedua, menurutnya pada makna makna pertama adalah makna yang
dinyatakan dalam konstruksi bahasa yang dituturkan berdasarkan hubungan antara kata dalam
konstruksi tersebut.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 Idris, Mardjoko. 2019. Unsur-Unsur Pragmatik Dalam Gaya Bahasa Al-Qur’an. Pati :
Maghza Pustaka, 2019.
 Moeliono, Anton M. (Penyunting Penyelia). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Jakarta: Perum Balai Pustaka.
 Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
 Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. (Cetakan V).
Yagyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara.
 Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya dan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
 Tindak Tutur Perintah Dan Larangan Dalam Hadis Ahmad Jazuli Universitas Gadjah
Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/. 11 Desember 2019 21.21.
 Mardjoko Idris. 2008. Tuturan Langsung Dan Tidak Langsung Dalam Al-Qur`an.
Adabiyyāt, 7 (1), 12.
 Ade Nurdiyanto. 2016.Istifham Dalam Al-Qur‟an: Studi Analisa Balaghah. El-
Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 4 (1), 41-42.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai