DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH :
Vania Cahyaningtyas
18201010035
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................2
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 3
BAB II ............................................................................................................................................ 4
BAB III......................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 12
2|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia yang hidup merasakan denyutan didalam dirinya sendiri sebagai gerakan yang
timbul dari dalam dan yang memiliki tujuan. Manusia hidup berkembang dan mengembangkan
diri dengan mengubah apa yang dimakan dan cerna menjadi substansinya sendiri. Manusia juga
dapat memperbaiki dan memulihkan luka-lukanya. Ia mengerjakan itu dari substansinya sendiri
dari dalam dirinya sendiri, dan dari apa yang dibuat oleh organismenya sendiri.
Sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan pikiran tidak bisa berkembang tanpa
adanya ilmu yang mendasarinya untuk membuat berpikir sehingga sampai menjadi manusia yang
mulia dalam mempresentasikan ilmu ke kehidupan. Ilmu berusaha menempatkan dan
mengembalikan tujuan mulia dari ilmu sehingga ilmu yang diciptakan pada masyarakat tidak
menjadi bomerang membawa kehancuran umat manusia Ikatan kegiatan tertentu yang terlalu
kaku dan terstruktur dapat menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, namun kecerdasan
ilmu yang menjunjung kebebasan harus memperhatikan sistem hidup mulia, sehingga tidak
bertentangan. Tujuan pembahasan pemakalah ini menjelaskan peran kehidupan terhadap ilmu
guna mencapai menjadi manusia yang bermanfaat, serta menjelaskan kontribusi dan fungsi ilmu
bagi dalam diri manusia.
B. Rumusan Masalah
a. Mengapa harus dengan ilmu kehidupan menjadi lebih mulia ?
b. Bagaimana kerja ilmu dalam kehidupan ?
c. Apa relasi ilmu dengan lingkungan, sesama manusia, dan nilai/kehidupan ?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui kehidupan mulia dengan ilmu.
b. Untuk mengetahui kerja ilmu dalam kehidupan.
c. Untuk mengetahui relasi ilmu dengan lingkungan, sesama manusia, dan makna/nilai
kehidupan.
3|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
BAB II
A. Hakikat Kehidupan
Kehidupan manusia adalah bukan hanya data objektif otomatis pergerakan. Melainkan
merasa hidup, persepsi otomatis pergerakan. Manusia yang benar-benar hidup dalam
ketubuhannya, berangkat dari sensasi pertama perhatiannya/kesadarannya, kemudian dengan
pengantaraan segenap gerakan organ fisik yang merupakan pendasaran. Namun otomatisasi
persepsi tentang kehidupan juga mengarah kepada tingkat metafisiologis. Manusia yang merasa
dorongan dari dalam, dari pikirannya, dari kehendaknya, mengarah ke nilai-nilai, dari sosialitas,
bahasa, kebudayaan, keagamaan, cinta, pekerjaan, permainan pada setiap bentuk dinamisme
interior. Dengan kata lain, fenomenologi dalam arti ini adalah pengalaman kesadaran atau
pengalaman refleksi.1
Terdiri dari 3 konsep hakikat dasar yaitu : Menerima, memberi dan berbagi
a. Menerima
Manusia terlahir kemudian menggunakan seluruh potensi dirinya untuk menerima sesuatu
(ikhlas), itulah hal pertama yang didapatkan manusia, "manusia pada hakikatnya menerima"
(Anton, 2011).
b. Memberi
Manusia berkembang dengan mengikuti waktu, dimasa itu manusia mulai mengumpulkan
semua pengalaman yang diterima semasa perkembangannya, karena hakikat manusia yang selalu
menerima, di waktu yang sama manusia sadar bahwa dirinya tidak sendiri. Di saat aku
memberikan senyuman karena kebaikan (ikhlas), di waktu yang sama aku akan berjumpa dengan
banyak senyuman, "manusia pada hakikatnya memberi" (Anton, 2011).
1
Bdk. G. Kortian, Metacritique: The Philosophical Argument of Jurgen Habermas, Cambridge University Press,
Cambridge, 1980, hlm. 27.
4|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
c. Berbagi
Dengan kedua hakikat tersebut secara tidak langsung manusia selalu berbagi, kehidupan ada
karena ada yang menerima dan ada yang memberi, secara sadar (ikhlas), setiap waktu manusia
selalu menerima dan memberi, manusia menggunakan seluruh potensinya untuk menerima dan
disaat yang sama manusia memberikan seluruh potensinya untuk kelangsungan hidup, "manusia
pada hakikatnya berbagi" (Anton, 2011).
Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan menunjukkan sikap yang arif dan
bijaksana. Iman dan ilmu tersebut akan membuat orang mantap dan agung. Tentu saja yang
dimaksud dengan yang berilmu itu adalah yang diberi pengetahuan yang lebih dibandingkan
yang lainnya sehingga dengan ilmu tersebut dapat membuatnya berbeda dari orang lain baik
pemikiran, akhlak dan sebagainya. (Quraish Shihab 2002 : 79-80).
Deduktif : Suatu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis yang telah
ditetapkan sebelumnya,
Probabilistik : Ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif dari sejumlah
kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak mutlak) yang bersifat
kemungkinan besar atau hampir pasti,
Fungsional : Ilmu dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem secara
keseluruhan.
Genetik : Ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang sudah
sering terjadi sebelumnya
b. Meramalkan (Prediction), Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu
peristiwa atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.
Nilai logika disini, yaitu nilai mengenai benar atau salahnya tindakan/kejadian. Dalam hal ini
nilai logika berkaitan dengan tindakan/kejadian yang dilakukan oleh seseorang. Sebagai contoh
seorang siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, kemudian ia berhasil menjawab
dengan benar, maka secara logika jawaban tersebut dianggap benar bukan baik, dan ketika
jawabannya keliru maka secara logika jawaban tersebut dianggap salah bukan buruk.
2
Uhar Suharsaputra, Drs., M. Pd., Filsafat Ilmu, (Kuningan : Universitas Kuningan, 2004), hlm. 50-52.
6|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
b. Nilai Etika : Nilai tentang Baik - Buruk
Nilai etik/etika adalah nilai baik-buruk yang berkaitan dengan perilaku manusia. Jadi, kalau
kita mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti wajahnya buruk, tetapi menunjuk perilaku
orang itu buruk. Nilai etik adalah nilai moral. Jadi, moral yang di maksudkan disini adalah nilai
moral sebagai bagian dari nilai.
Estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan, penampilan fisik, bukan nilai
etik. Nilai estetika berkaitan dengan penampilan.3
D. Peranan Ilmu
Menghindari scientisme dan pendasaran terhadap akal sebagai satu-satunya sumber
kebenaran.
Meningkatkan integritas ilmuwan dan lembaga keilmuan, dan melaksanakan dengan
konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.
Pendidikan keilmuan sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Etika dalam kegiatan
keilmuan mempunyai kaidah imperatif (bersifat mengharuskan).
Pengembangan ilmu disertai pengembangan bidang filsafat. Filsafat ilmu hendaknya
diberikan di pendidikan tinggi. Walaupun kegiatan ilmiah tidak berarti lepas dari kontrol
pemerintah dan kontrol masyarakat.4
E. Mencari Kemuliaan
Cara Mendapatkan Kehidupan yang Mulia dengan Ilmu :
3
Frans Magnis Suseno,Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius,1989),hlm. 15.
4
Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 142-143.
7|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
bahwa kepribadian seseorang bagus, itu mungkin karena mereka menjadi diri sendiri dan
bahagia, bukan karena mereka berusaha untuk mempraktikkan kepribadian yang bagus.
b. Memantapkan rasionalitas : suatu pola pikir dimana seseorang bersikap dan bertindak
sesuai dengan logika dan nalar manusia. Dilakukan berdasarkan pertimbangan yang baik
dan untuk tujuan yang baik.
c. Melengkapi pengetahuan : seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali
benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya untuk
bisa melengkapi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.5
Dalam tujuan akhirnya (yaitu kebenaran) terletak pada kebesaran, kemuliaan, dan bahkan
kemuliaan filsafat diantara karya-karya manusia lainnya. Kebenaran dalam arti yang sedalam-
dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi
manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya senetral-netralnya dengan perasaan
tanggungjawab, yakni tanggungjawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya. Baik
Tuhan, alam, ataupun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy,
menyebutkan : Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup,
melainkan membimbingnya terus maju kedepannya.6
D. Relasi Ilmu
5
Mukhlisin Mustofa, “Mencari Kemuliaan dengan Ilmu”, diakses dari http ://mjscolombo.com/2019/01/14/mencari-
keilmuwan-dengan-filsafat/, pada tanggal 16 Mei 2019, pukul 00.18.
6
Dr. Ir. Soetyono Iskandar dan M.T., M. Pd., “Filsafat Pendidikan Vokasi”, (Yogyakarta : Deepublish, 2018), hlm.
79.
8|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
saat alam telah menunjukan fenomena-fenomannya yang merugikan kehidupan manusia.
Menurut Mujoyono Abdilah, variasi perilaku manusia ini disebabkan oleh tiga faktor. Pertama,
faktor supra stuktur yang meliputi nilai dan simbol (biasanya didapatkan dari sebuah masyarakat
baik yang bersumber dari sistem nilai, ideologi, agama dan lain-lain). Kedua, faktor struktur
(berupa pranata dan perilaku sosial). Ketiga, faktor infra stuktur. 7 Dilihat dari substansinya,
manusia memiliki kedudukan terhormat, itulah menjadi sebab Allah kemudian menciptakan alam
semesta sebagai fasilitas bagi manusia, sehingga fungsi hidup manusia.
Tiga macam hubungan manusia dengan lingkungan ini oleh Prof. Dr. Quraish Shihab
disebut konsep penundukan. Artinya Tuhan memberi konsesi kepada manusia bahwa semua
kekayaan alam dan sekitarnya dapat ditundukan dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Kemampuan untuk menundukkan (menguasaai, mengatur, memanfaatkan dan mengembangkan)
tentu tidak serta merta dapat dilakukan manusia secara mandiri tetapi, ia membutuhkan
lingkungan sebagai wahana pemrosesan diri menuju kedewasaan.89
7
Mujoyono Abdilalah. Antara Manusia, Lingkungan Hidup dan Perilakunya http://langitbiru89.multiply.com/
jurnal/ Download 10-04-2013.
8
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 272.
9
Moh. Yahya Obaid, “Religiusitas Lembaga Pendidikan yang Berwawasan Lingkungan”. Jurnal Al - Ta’dib. Vol. 6
No. 1, 2013, hlm. 139-140.
9|Filsafat Ilmu
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
jika masing-masing masih merasa memperoleh keuntungan akan bertahan. namum jika tidak
diperolehnya lagi maka akan segera putus.
Hubungan yang didasarkan atas kasih sayang atau hati nurani misalnya adalah antara orang
tua dan anak, suami dan isteri, kakek atau nenek dengan para cucu-cucunya, guru dengan murid,
kyai dan para santrinya, dan seterusnya, maka akan kokoh dan biasanya bertahan lebih lama.
Hubungan yang dijalin oleh kasih sayang, antara masing-masing pihak bukan saja dibangun atas
dasar suka rela atau tanpa memperhitungkan untung rugi, tetapi lebih dari itu, antar keduanya
juga bersedia berkorban. Kakek atau nenek mau berkorban berupa apapun demi untuk
kepentingan cucu-cucunya. Demikian pula seorang suami mau melakukan apa saja untuk
memenuhi keinginan isterinya. Hubungan yang diikat oleh tali kasih sayang juga tampak indah.
Hubungan antar orang harus bisa menguntungkan semua pihak. Selanjutnya, hubungan
dalam bidang apapun, pendidikan, sosial, organisasi, dan lain-lain, agar menjadi bertahan lama,
kokoh, dan produktif, maka harus diikat oleh jiwa kasih sayang. Sebagai contoh sederhana, di
kantor saja misalnya, tatkala antara atasan dan bawahan, ikatannya tidak bersifat formal dan
birokratis, melainkan terdapat nuansa kasih sayang, maka kantor dimaksud akan menjadi hidup,
menyenangkan, dan produktif.10
c. Makna/Nilai Kehidupan
Ilmu pengetahuan itu ialah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistem
mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ihwal
yang diselidiki atau obyek ilmu pengetahuan, yakni alam, manusia dan agama, sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran, yang dibantu pengindraan manusia itu yang kebenarannya diuji secara
empiris, riset, dan eksperimental.
Nilai merupakan tema yang selalu ramai dibicarakan dalam kajian para filosof akan tetapi
perbedaan pendapat di kalangan mereka belum dapat dipertemukan. Sekelompok ilmuwan ada
yang menganggap bahwa filsafat dan ilmu bebas nilai karena nilai dianggap tidak memadai
untuk menjadi obyek ilmu. Alasannya, nilai sulit diobservasi dan diuji coba melalui eksperimen.
10
Prof. Dr. Imam Suprayogo, “Agar Hubungan Antar Sesama Terjalin Kokoh”, (Malang : Gema Media Informasi &
Kebijakan Kampus, 2015).
Dr. Ir. Soetyono Iskandar dan M.T., M. Pd., “Filsafat Pendidikan Vokasi”, (Yogyakarta : Deepublish, 2018), hlm.
79.
10 | F i l s a f a t I l m u
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
Di sisi lain, ada juga ilmuwan yang menganggap bahwa ilmu terikat oleh nilai. Sebab jika
filsafat dan ilmu tidak dibingkai oleh nilai, maka hasil perenungan kefilsafatan dan hasil kajian
keilmuan akan bergerak ke arah yang membahayakan. Kelompok terakhir ini, bahkan ada yang
menyebut nilai sebagai ruhnya ilmu. Ilmu tanpa nilai dengan demikian diibaratkan seperti tubuh
tanpa ruh atau mati dan berarti tidak berguna.
Dengan demikian, setiap ilmu pengetahuan memperoleh nilai ilmiah, universal dari filsafat,
yaitu berupa wawasan atau pandangan yang menyeluruh, luas dan mendalam. Wawasan
demikian sangat berguna bagi ilmu pengetahuan untuk selalu bersikap kritis terhadap
lingkungannya.11
Ilmu itu dapat meningkatkan etos kerja mulai dalam ruang lingkup hubungan antara
lingkungan dengan manusia, sesama manusia, dan nilai kehidupan.
11
sariono sby, “Ilmu Pengetahuan dan Nilai”, diakses dari http://referensiagama.blogspot.com/2011/02/ilmu-
pengetahuan-dan-nilai.html, pada tanggal 25 Mei 2019 pukul 23.50.
11 | F i l s a f a t I l m u
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia yang benar-benar hidup dalam kebutuhannya, berangkat dari sensasi
perhatiannya/kesadarannya. Hakikat kehidupan manusia bergantung tiga konsep hakikat dasar
yaitu : menerima, memberi dan berbagi. Dicantumkan tujuan dan fungsi ilmu untuk mengetahui
lebih dalam arti mencapai kehidupan mulia. Di persoalan nilai ilmu pengetahuan kehidupan
berilmu ini perlu adanya etika yang bisa dipraktekkan manusia sebagai sifat dasar mendapatkan
ilmu secara muliadan bermanfaat.
Ilmu memberi spirit bagi proses mencapai kemuliaan dan memberikan nilai-nilai moral yang
terkandung didalamnya khususnya pada tatanan aksiologis. Peran, fungsi, dan tujuan ilmu
pengetahuan memberikan wawasan yang lebih luas bagi manusia agar bersikap peka terhadap
dalam sebuah disiplin ilmu dan efek dalam kehidupan berilmu yang mulia. Ilmu bagi kehidupan
disini tidak luput dari memanfaatkan ilmu dengan cara membentuk kepribadian, memantapkan
rasionalitas, dan melengkapi pengetahuan antara ilmu-ilmu yang lain.
Ilmu itu dapat meningkatkan etos kerja mulai dalam ruang lingkup hubungan antara
lingkungan dengan manusia, sesama manusia, dan nilai kehidupan.
12 | F i l s a f a t I l m u
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Dagun, Save M. 1990. Filsafat Eksistensialisme, Jakarta : Rineka Cipta.
G. Kortian. 1980. Metacritique: The Philosophical Argument of Jurgen Habermas,
Cambridge : Cambridge University Press.
Suharsaputra, Uhar. 2004. Filsafat Ilmu, Kuningan : Universitas Kuningan.
Suseno, Frans Magnis. 1989. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,
Yogyakarta : Kanisius.
Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta : Bumi Aksara).
Soetyono Iskandar dan Mardi Syahir. 2018. Filsafat Pendidikan Vokasi, (Yogyakarta :
Deepublish).
“Mencari Kemuliaan dengan Ilmu”. Mjs Colombo. 14 Mei 2019. Web. pukul 00.18.
<http ://mjscolombo.com/2019/01/14/mencari-keilmuwan-dengan-filsafat/>.
Obaid, Yahya. 2013. Religiusitas Lembaga Pendidikan yang Berwawasan Lingkungan.
Jurnal. Dalam : Jurnal Al – Ta’dib. 6 (1) : 139-140.
Suprayogo, Imam. 2015. “Agar Hubungan Antar Sesama Terjalin Kokoh”, (Malang :
Gema Media Informasi & Kebijakan Kampus.
Sarjono sby. 2019. Ilmu Pengetahuan dan Nilai.
http://referensiagama.blogspot.com/2011/02/ilmu-pengetahuan-dan-nilai.html, (diakses
25 Mei 2019).
13 | F i l s a f a t I l m u
Antara pemuliaan, kehidupan, dan ilmu