Anda di halaman 1dari 12

MEMBERIKAN CONTOH KONTEKS PRAGMATIK DAN MEMBERIKAN

CONTOH KONTEKS SITUASI

Disusun Oleh:

Kelompok IX

Nama : 1. Lesnawati Zendrato

2. Martha Oktaviani Waruwu

Semester/Kelas : III/B

Mata Kuliah : Wacana Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Trisman Harefa, S.S., M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul
“Memberikan Contoh Konteks Pragmatik dan Memberikan Contoh Konteks Situasi”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Wacana Bahasa Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Mata Kuliah Wacana Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan dan pengetahuan
kami dan juga pembaca.

Kami menyadari dalam makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaaan
makalah ini.

Gunungsitoli, November 2020

Kelompok IX

i
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Konteks......................................................................................2
B. Pengertian Pragmatik...................................................................................3
C. Pragmatik dan konteks.................................................................................4
D. Pengertian Konteks Situasi..........................................................................6

Bab III Penutup

A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8

Daftar Pustaka........................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya, wacana adalah wujud nyata komunikasi verbal manusia. Oleh
karena itu, wacana selalu mengandaikan adanya orang pertama atau yang biasa disebut
pembicara, penulis, penyapa, atau penutur (addressor), dan orang kedua sebagai pasangan
bicara atau pendengar, pembaca, penutur (addresse).

Pragmatik adalah ilmu yang berkaitan dengan penggunaan bahasa. Pragmatik


berkaitan erat dengan studi mengenai tindakan bahasa serta konteksnya pada saat
disampaikan. Namun kenyataannya meski telah mendapatkan pemahaman mengenai
pragmatik, tidak semua mahasiswa dapat menguasai kompetensi pragmatik dengan baik.
Sedangkan konteks situasi mengacu pada keadaan lingkungan, waktu dan tempat,
hubungan antarpartisipan dimana komunikasi terjadi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konteks?
2. Apa pengertian pragmatik?
3. Bagaimana pragmatik dan konteks?
4. Apa pengertian konteks situasi?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konteks.
2. Untuk mengetahui pengertian pragmatik.
3. Untuk mengetahui pragmatik dan konteks.
4. Untuk mengetahui pengertian konteks situasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KONTEKS

Analisis wacana mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi,


peristiwa, dan kondisi. Wacana disini dipandang diproduksi, dimengerti dan dianalisis
pada suatu konteks tertentu. Menurut Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks
dari komunikasi yaitu siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa, dalam
jenis khalayak dan situasi apa. melalui medium apa, bagaimana perbedaan tipe dari
perkembangan komunikasi dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak.
Menurut Brown dan Yule (1983), konteks adalah lingkungan (envirenment) atau
keadaan (circumstances) tempat bahasa digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks
adalah lingkungan teks. Di samping istilah konteks dalam khasanah istilah linguistik
Indonesia juga digunakan istilah lingkungan, lingkupan yang sama mempunyai makna
yang berbeda karena konteks yang berbeda.
Menurut Halliday dan Hassan (1985:5), yang dimaksud dengan konteks wacana
adalah teks yang menyertai teks lain. Menurut kedua penulis itu, pengertian hal yang
menyertai teks itu meliputi tidak hanya yang dilisankan dan dituliskan, tetapi termasuk
pula kejadian yang nonverbal lainnya yaitu keseluruhan lingkungan teks itu.
Menurut Guy cook, konteks memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar
teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi
dimana teks diproduksi, fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya.
Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi
wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana, jenis
kelamin, umur, pendidikan, kelas social, etnis, agama, dalam banyak hal yang
menggambarkan wacana (contohnya : seseorang berbicara dengan pandangan tertentu
karena ia berpendidikan atau sesorang yang sudah dewasa). Kedua, setting social tertentu
(tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar dan lingkungan fisik adalah konteks
yang berguna untuk mengerti suatu wacana), contohnya : berbicara di ruang kelas
berbeda dengan berbicara di pasar karena situasi social dan aturan yang melingkupinya
berbeda.

2
B. PENGERTIAN PRAGMATIK
Pragmatik dapat dianggap sebagai salah satu bidang kajian linguistik yang akhir-
akhir ini berkembang pesat. Wujud tuturan yang dahulu dibuang di keranjang sampah
karena tidak dapat dianalisis secara linguistik sekarang merupakan lahan subur dalam
kajian pragmatik. Baik semantik ataupun pragmatik sama-sama mengkaji “arti” namun
dari sudut pandang yang berbeda. Semantik mengkaji arti lingual yang tidak terikat
konteks, sedangkan pragmatik mengkaji “arti” yang disebut “the speaker’s meaning” atau
arti menurut tafsiran menurut penutur yang disebut “maksud”. Arti menurut tafsiran
penutur atau maksud itu sangat bergantung konteks. Tanpa memperhitungkan konteks arti
itu tidak dapat dipahami.
Contoh: ada seorang mahasiswa yang datang ke sebuah warung sate terkenal di
Solo, namanya “Warung Sate mbok Galak” (karena penjualnya seorang wanita yang agak 
lanjut usia yang dipanggil “mbok”). Mahasiswa itu berkata: “Bu saya dibakar, dibungkus,
dibawa pulang.” Tuturan itu tidak dapat dikaji menurut ilmu linguistik (mana mungkin
penutur dibakar lalu dibungkus). Namun dengan memperhitungkan konteks di mana
tuturan itu terjadi, dengan siapa dia bertutur, pengetahuan latar yang dimiliki bersama,
komunikasi itu berjalan lancar tanpa salah paham. Pengetahuan latar yang dimiliki
bersama adalah bahwa sate itu ada yang dibakar ada yang direbus. Jadi penutur itu hendak
membeli sate yang dibakar, dibungkus (tidak dimakan disitu), dibawa pulang (dimakan di
rumah).
Pragmatik mengkaji kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan
oleh konteks kemasyarakatan. Penggunaan bahasa bersifat real atau nyata yang melibatkan
penutur dan mitra tutur dalam situasi pemakaian tertentu, mengenai hal tertentu. Kondisi
penggunaan bahasa itu ditentukan oleh konteks kemasyarakatan.
Pengertian pragmatik menurut para ahli yaitu:
a) Menurut Leech (1993: 1), pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin
dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa warsa yang silam,
ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa. Hal ini
dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk menguak hakikat
bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman
terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Leech
(1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situasions).

3
b) Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan
(utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan memperlakukan
bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan
konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi (Purwo, 1990: 31).
c) Menurut Verhaar (1996: 14), pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara
penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
“ekstralingual” yang dibicarakan.

C. PRAGMATIK DAN KONTEKS


Pragmatik tidak dapat dipisahkan dari konteks. Konteks dan pragmatik ibarat ikan
dengan air. Ikan tidak dapat hidup tanpa air, sebaliknya fungsi air tidak terlalu sempurna
jika tidak ada ikan-ikan berenang dan hidup di dalamnnya. Itu berarti jika yang
dibicarakan adalah pragmatik mau tak mau harus diicarakan pula konteks atau sebaliknya.
Pada dasarnya seorang peneliti bahasa dapat mengkaji bahasa dari bentuknya saja.
Misalnya, ia meneliti sebuah bahasa dari segi fonologinya saja; atau dari segi
morfologi, sintaksis, dan semantiknya; atau keempat aspek tersebut diteliti semua. Hasil
penelitian itu hanyalah berupa bentuk gramatikalnya. Jika penelitian itu diterapkan dalam
penggunaan bahasa sehari-hari, penjelasan atau pendeskripsian kurang memadai seperti
contoh berikut ini.
(1)   Ibu   : Airnya sudah masak, Mbak?
Anak : Kopi atau teh Bu?
(2)   Ali dimainkan bola
Contoh pada tuturan (1) di atas jika diteliti dari bentuk saja, hasilnya menjadi kurang
jelas atau taksa. Ketaksaan ini terjadi karena tuturan anak seharusnya berupa jawaban,
namun yang muncul adalah pertanyaan. Jawaban yang seharunya dikatakan si anak
misalnya Ya Bu, kompornya saya matikan. 
Contoh tuturan (2), Ali sebagai subjek kalimat tidak seharunya dimainkan bola.
Kalimat yang benar untuk memperbaiki itu adalah bola dimainkan oleh Ali. Dari kedua
contoh ini, pemakaian bahasa sehari-hari sangat dipengaruhi oleh konteks. Dengan
demikian konteks akan mempengaruhi bahasa yang digunakan oleh penutur.
Konteks dalam (sebuah wacana) pragmatik pada dasarnya merupakan ciri ekstralingual
yang tidak boleh dianggap remeh, karena ia dapat melengkapi makna sebuah wacana tutur,
maupun tulis.
4
Perhatikan wacana dialog berikut :
Profesor        : berapa semalam Mba’?
Mba’       : Rp350.000,00 Pak, tapi dijamin Bapak pasti puas.

Dialog di atas konteks fisiknya tidak jelas di mana, karena itu dialog tersebut tidak
dapat memberikan informasi yang cukup bagi pembaca, tapi yang pasti keduanya telah
paham maksud pertanyaan dan jawaban yang ada. Kesalingpahaman di antara mereka,
disebabkan mereka berdua berada dalam konteks fisik yang sama. Karena itu baik
pertanyaan maupun jawaban tidak perlu berpanjang-panjang karena mereka sudah saling
paham, meskipun hanya dengan pertanyaan dan jawaban yang secara lingual dianggap
tidak memadai. Konteks fisiknya, sang Profesor akan mengikuti seminar, berada di depan
resepsionis sebuah hotel dan Mba’ itu adalah sang resepsionis.
Jadi, dapat dipastikan, bahwa sesuatu yang ditanyakan itu adalah kamar, dan
sesuatu yang berharga Rp.350.000,00 itu adalah harga kamar, tetapi seandainya yang
bertanya itu seorang anak muda, dan pertanyaan itu ditanyakan di tempat prostitusi
misalnya, maka dapat dipastikan makna dari dialog di atas akan menjadi lain. Itulah salah
satu penyebab konteks menjadi begitu penting untuk dilibatkan dalam sebuah tuturan,
Monica Crabtree dan Joice Powers (ed., 1991:223) pada salah satu tulisan yang berjudul :
Pragmatics : Meaning and Context dalam The Language Files menegaskan, to fully
understand the meaning of a sentence, we must also understand the context in which it
was uttered. “untuk memahami sepenuhnya arti dari sebuah kalimat, kita juga harus
memahami konteks di mana konteks itu diucapkan.
Subroto (2008:511) menyimpulkan pengertian konteks dalam pragmatik (khususnya
sosiopragmatik) sebagai berikut.
a) Konteks itu sesuatu yang bersifat dinamis, bukan sesuatu yang statis.
b) Konteks itu menyangkut benda-benda dan hal-hal yang terdapat di mana dan kapan
tuturan itu terjadi.
c) Konteks itu berkaitan dengan interaksi antara penutur dan mitra tutur menyangkut
variabel kekuasaan, status sosial, jarak sosial, umur, dan jenis kelamin.
d) Konteks juga berkaitan dengan kondisi psikologis penutur dan mitra tutur selama
proses interaksi terjadi dan motif tuturan.
e) Konteks juga menyangkut presuposisi, pengetahuan latar, skemata, implikatur (kaitan
dengan eksplikatur).

5
f) Termasuk dalam konteks yang bersifat fisik ialah warna suara dan nada suara para
peserta tutur.

D. KONTEKS SITUASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti konteks situasi adalah
lingkungan non linguistik ujaran yang merupakan alat untuk merinci ciri-ciri situasi yang
diperlukan untuk memahami makna ujaran. Sementara itu, konteks situasi merupakan
lingkungan langsung yang berada di dalam wacana. Menurut Halliday (1985a; 1994;
Halliday dan Hasan, 1985; Martin , 1992) konteks situasi terdiri atas tiga aspek yaitu
medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode) yang bekerja seara simultan membentuk
suatu konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna.
Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini
bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan
bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis
sepanjang wacana. Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika mereka menganalisis
wacan lisan, seperti dalam percakapan, seminar, atau debat.
Didalam wacana seperti ini aspek medan, pelibat, dan sarananya dapat berubah
sepajang wacana berjalan menuju tujuan yang dicapai (O’Donnell, 1999). Sementara itu,
model sinoptik atau statik mempunyai konfigurasi kontekstual yang lebih mapan
sepanjang wacana. Oleh karena itu, model ini sering digunakan di dalam menganalisis
wacana tulis, seperti editorial dan berita yang mempunyai konfigurasi kontekstual lebih
mapan dibanding dengan wacana lisan.
Konteks situasi merujuk kepada perihal keadaan. Konteks situasi juga boleh
didefinisikan sebagai apa-apa saja hal yang terlibat dalam pertuturan yang menyebabkan
makna kata yang berbeda. Terdapat beberapa unsur yang terlibat dalam konteks situasi,
seperti tempat, orang yang terlibat, tajuk perbincangan dan kesan pertuturan.
Penentuan makna mengikut konteks situasi tempat akan membawa makna yang
berbeda pada sesuatu kata. Dalam arti kata yang lebih mudah, situasi tempat yang berbeda
akan membawa makna yang berbeda pada sesuatu kata. Sebagai contoh kata ‘lemas’ di
kawasan sungai dan saat sakit. Contohnya sebagai berikut:
 Anak-anak berumur 7 tahun itu hampir lemas karena terjatuh dalam sungai.
 Vika merasa lemas karena ia sedang dalam keadaan sakit.

6
Bagi konteks situasi yang menyelitkan unsur orang yang terlibat pula, makna
sesuatu kata akan berubah mengikut kehadiran orang yang berlawan tutur.
Contohnya, makna konotasi dalam kata ‘aku’ sewaktu bertutur dengan rekan akan berbeda
apabila dituturkan kepada ibu dan bapak. Kata ‘aku’ yang dituturkan kepada rekan
menunjukkan keakraban yang terjalin antara penutur dan rekannya.
Konteks situasi yang seterusnya adalah melibatkan tajuk perbincangan. Konteks
situasi jenis ini adalah hampir sama dengan konteks situasi yang melibatkan tempat.
Sesuatu kata akan membawa makna yang berbeda dalam perbincangan tertentu.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konteks adalah lingkungan (envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat


bahasa digunakan. Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks.
Pragmatik tidak dapat dipisahkan dari konteks. Konteks dan pragmatik ibarat ikan dengan
air. Ikan tidak dapat hidup tanpa air, sebaliknya fungsi air tidak terlalu sempurna jika
tidak ada ikan-ikan berenang dan hidup di dalamnnya. Itu berarti jika yang dibicarakan
adalah pragmatik mau tak mau harus diicarakan pula konteks atau sebaliknya. Pada
dasarnya seorang peneliti bahasa dapat mengkaji bahasa dari bentuknya saja.
Arti konteks situasi adalah lingkungan non linguistik ujaran yang merupakan alat
untuk merinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran. Pengertian
konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini bersifat dinamis
atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan bahwa konfigurasi
kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis sepanjang wacana.
Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika mereka menganalisis wacan lisan, seperti
dalam percakapan, seminar, atau debat.

B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini dengan judul Memberikan Contoh Konteks


Pragmatik dan Memberikan Contoh Konteks Situasi, diharapkan pembaca mampu
mengetahui pengertian konteks, kaitan konteks dan prgmatik serta contohnya, dan
pengertian konteks situasi serta contohnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Parera, J.D. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen Pen-

didikan dan Kebudayaan.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia

Rustono. 1999. Pokok- Pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press

Leech, Geoffrey. 1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Eriyanto. 2009. “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”. Yogyakarta: LKiS.

Chaer, Abdul. 2003. Lingusitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai