Disusun Oleh:
Kelompok IX
Semester/Kelas : III/B
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul
“Memberikan Contoh Konteks Pragmatik dan Memberikan Contoh Konteks Situasi”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Wacana Bahasa Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Mata Kuliah Wacana Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan dan pengetahuan
kami dan juga pembaca.
Kami menyadari dalam makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaaan
makalah ini.
Kelompok IX
i
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Konteks......................................................................................2
B. Pengertian Pragmatik...................................................................................3
C. Pragmatik dan konteks.................................................................................4
D. Pengertian Konteks Situasi..........................................................................6
A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8
Daftar Pustaka........................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya, wacana adalah wujud nyata komunikasi verbal manusia. Oleh
karena itu, wacana selalu mengandaikan adanya orang pertama atau yang biasa disebut
pembicara, penulis, penyapa, atau penutur (addressor), dan orang kedua sebagai pasangan
bicara atau pendengar, pembaca, penutur (addresse).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konteks?
2. Apa pengertian pragmatik?
3. Bagaimana pragmatik dan konteks?
4. Apa pengertian konteks situasi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konteks.
2. Untuk mengetahui pengertian pragmatik.
3. Untuk mengetahui pragmatik dan konteks.
4. Untuk mengetahui pengertian konteks situasi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONTEKS
2
B. PENGERTIAN PRAGMATIK
Pragmatik dapat dianggap sebagai salah satu bidang kajian linguistik yang akhir-
akhir ini berkembang pesat. Wujud tuturan yang dahulu dibuang di keranjang sampah
karena tidak dapat dianalisis secara linguistik sekarang merupakan lahan subur dalam
kajian pragmatik. Baik semantik ataupun pragmatik sama-sama mengkaji “arti” namun
dari sudut pandang yang berbeda. Semantik mengkaji arti lingual yang tidak terikat
konteks, sedangkan pragmatik mengkaji “arti” yang disebut “the speaker’s meaning” atau
arti menurut tafsiran menurut penutur yang disebut “maksud”. Arti menurut tafsiran
penutur atau maksud itu sangat bergantung konteks. Tanpa memperhitungkan konteks arti
itu tidak dapat dipahami.
Contoh: ada seorang mahasiswa yang datang ke sebuah warung sate terkenal di
Solo, namanya “Warung Sate mbok Galak” (karena penjualnya seorang wanita yang agak
lanjut usia yang dipanggil “mbok”). Mahasiswa itu berkata: “Bu saya dibakar, dibungkus,
dibawa pulang.” Tuturan itu tidak dapat dikaji menurut ilmu linguistik (mana mungkin
penutur dibakar lalu dibungkus). Namun dengan memperhitungkan konteks di mana
tuturan itu terjadi, dengan siapa dia bertutur, pengetahuan latar yang dimiliki bersama,
komunikasi itu berjalan lancar tanpa salah paham. Pengetahuan latar yang dimiliki
bersama adalah bahwa sate itu ada yang dibakar ada yang direbus. Jadi penutur itu hendak
membeli sate yang dibakar, dibungkus (tidak dimakan disitu), dibawa pulang (dimakan di
rumah).
Pragmatik mengkaji kondisi-kondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan
oleh konteks kemasyarakatan. Penggunaan bahasa bersifat real atau nyata yang melibatkan
penutur dan mitra tutur dalam situasi pemakaian tertentu, mengenai hal tertentu. Kondisi
penggunaan bahasa itu ditentukan oleh konteks kemasyarakatan.
Pengertian pragmatik menurut para ahli yaitu:
a) Menurut Leech (1993: 1), pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin
dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa warsa yang silam,
ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa. Hal ini
dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk menguak hakikat
bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman
terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi. Leech
(1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situasions).
3
b) Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna tuturan
(utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan memperlakukan
bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan mempertimbangkan
konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi (Purwo, 1990: 31).
c) Menurut Verhaar (1996: 14), pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara
penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
“ekstralingual” yang dibicarakan.
Dialog di atas konteks fisiknya tidak jelas di mana, karena itu dialog tersebut tidak
dapat memberikan informasi yang cukup bagi pembaca, tapi yang pasti keduanya telah
paham maksud pertanyaan dan jawaban yang ada. Kesalingpahaman di antara mereka,
disebabkan mereka berdua berada dalam konteks fisik yang sama. Karena itu baik
pertanyaan maupun jawaban tidak perlu berpanjang-panjang karena mereka sudah saling
paham, meskipun hanya dengan pertanyaan dan jawaban yang secara lingual dianggap
tidak memadai. Konteks fisiknya, sang Profesor akan mengikuti seminar, berada di depan
resepsionis sebuah hotel dan Mba’ itu adalah sang resepsionis.
Jadi, dapat dipastikan, bahwa sesuatu yang ditanyakan itu adalah kamar, dan
sesuatu yang berharga Rp.350.000,00 itu adalah harga kamar, tetapi seandainya yang
bertanya itu seorang anak muda, dan pertanyaan itu ditanyakan di tempat prostitusi
misalnya, maka dapat dipastikan makna dari dialog di atas akan menjadi lain. Itulah salah
satu penyebab konteks menjadi begitu penting untuk dilibatkan dalam sebuah tuturan,
Monica Crabtree dan Joice Powers (ed., 1991:223) pada salah satu tulisan yang berjudul :
Pragmatics : Meaning and Context dalam The Language Files menegaskan, to fully
understand the meaning of a sentence, we must also understand the context in which it
was uttered. “untuk memahami sepenuhnya arti dari sebuah kalimat, kita juga harus
memahami konteks di mana konteks itu diucapkan.
Subroto (2008:511) menyimpulkan pengertian konteks dalam pragmatik (khususnya
sosiopragmatik) sebagai berikut.
a) Konteks itu sesuatu yang bersifat dinamis, bukan sesuatu yang statis.
b) Konteks itu menyangkut benda-benda dan hal-hal yang terdapat di mana dan kapan
tuturan itu terjadi.
c) Konteks itu berkaitan dengan interaksi antara penutur dan mitra tutur menyangkut
variabel kekuasaan, status sosial, jarak sosial, umur, dan jenis kelamin.
d) Konteks juga berkaitan dengan kondisi psikologis penutur dan mitra tutur selama
proses interaksi terjadi dan motif tuturan.
e) Konteks juga menyangkut presuposisi, pengetahuan latar, skemata, implikatur (kaitan
dengan eksplikatur).
5
f) Termasuk dalam konteks yang bersifat fisik ialah warna suara dan nada suara para
peserta tutur.
D. KONTEKS SITUASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti konteks situasi adalah
lingkungan non linguistik ujaran yang merupakan alat untuk merinci ciri-ciri situasi yang
diperlukan untuk memahami makna ujaran. Sementara itu, konteks situasi merupakan
lingkungan langsung yang berada di dalam wacana. Menurut Halliday (1985a; 1994;
Halliday dan Hasan, 1985; Martin , 1992) konteks situasi terdiri atas tiga aspek yaitu
medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode) yang bekerja seara simultan membentuk
suatu konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna.
Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini
bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan
bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis
sepanjang wacana. Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika mereka menganalisis
wacan lisan, seperti dalam percakapan, seminar, atau debat.
Didalam wacana seperti ini aspek medan, pelibat, dan sarananya dapat berubah
sepajang wacana berjalan menuju tujuan yang dicapai (O’Donnell, 1999). Sementara itu,
model sinoptik atau statik mempunyai konfigurasi kontekstual yang lebih mapan
sepanjang wacana. Oleh karena itu, model ini sering digunakan di dalam menganalisis
wacana tulis, seperti editorial dan berita yang mempunyai konfigurasi kontekstual lebih
mapan dibanding dengan wacana lisan.
Konteks situasi merujuk kepada perihal keadaan. Konteks situasi juga boleh
didefinisikan sebagai apa-apa saja hal yang terlibat dalam pertuturan yang menyebabkan
makna kata yang berbeda. Terdapat beberapa unsur yang terlibat dalam konteks situasi,
seperti tempat, orang yang terlibat, tajuk perbincangan dan kesan pertuturan.
Penentuan makna mengikut konteks situasi tempat akan membawa makna yang
berbeda pada sesuatu kata. Dalam arti kata yang lebih mudah, situasi tempat yang berbeda
akan membawa makna yang berbeda pada sesuatu kata. Sebagai contoh kata ‘lemas’ di
kawasan sungai dan saat sakit. Contohnya sebagai berikut:
Anak-anak berumur 7 tahun itu hampir lemas karena terjatuh dalam sungai.
Vika merasa lemas karena ia sedang dalam keadaan sakit.
6
Bagi konteks situasi yang menyelitkan unsur orang yang terlibat pula, makna
sesuatu kata akan berubah mengikut kehadiran orang yang berlawan tutur.
Contohnya, makna konotasi dalam kata ‘aku’ sewaktu bertutur dengan rekan akan berbeda
apabila dituturkan kepada ibu dan bapak. Kata ‘aku’ yang dituturkan kepada rekan
menunjukkan keakraban yang terjalin antara penutur dan rekannya.
Konteks situasi yang seterusnya adalah melibatkan tajuk perbincangan. Konteks
situasi jenis ini adalah hampir sama dengan konteks situasi yang melibatkan tempat.
Sesuatu kata akan membawa makna yang berbeda dalam perbincangan tertentu.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen Pen-
Eriyanto. 2009. “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media”. Yogyakarta: LKiS.