Respirasi merupakan suatu proses katabolisme atau penguraian senyawa organik

menjadi anorganik. Pada praktikum respirasi tumbuhan kecambah dibungkus kain kasa
dengan tujuan untuk mempermudah oksigen dan karbondioksida masuk melalui celah-celah
kain kasa saat proses transpirasi. Selain itu, kecambah dimasukkan ke dalam larutan basa
kuat yaitu KOH dan ditutup rapat supaya tidak terjadi penguapan dan gangguan dari luar.
Penggunaan larutan KOH ini karena larutan tersebut dapat berikatan dengan karbondioksida
hasil dari respirasi. Untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat dalam proses transpirasi
maka dilakukan titrasi asam basa. Senyawa asam yang digunakan yaitu HCL. Pada saat
titrasi, diambil sebanyak 30 ml larutan KOH dan ditambahan BaCl2 sebanyak 3 ml dan
indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes. Fungsi penambahan indikator fenolftalein pada titrasi
asam basa yaitu untuk menentukan titik ekuivalen. Kemudian dilakukan titrasi asam basa
dengan HCL hingga warna larutan berubah mejadi bening kembali. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua larutan tersebut telah mencapai netralisasi menjadi larutan netral (Suyitno,
2007).
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa kecambah yang diletakkan pada
lemari pendingin, volume HCL yang terpakai saat titrasi lebih banyak dari pada kecambah di
suhu ruang maupun suhu tinggi. Dapat disimpulkan bahwa laju respirasi kecambah pada suhu
rendah lebih lambat daripada kecambah pada suhu tinggi. Hal ini dikarenakan pada suhu
rendah enzim tidak bekerja secara optimal sehingga sifat katalis enzim menjadi terhambat.
Hal ini sesuai dengan penyataan Broto (2003) bahwa prinsip penyimpanan pada suhu rendah
dapat menekan peningkatan laju respirasi dan transpirasi sehingga laju respirasi akan bejalan
lambat. Hal ini berarti bahwa respirasi pada tumbuhan lebih cepat tejadi pada penyimpanan
suhu tinggi.

Suyitno. 2007. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar. Yogyakarta: Universtas

Negeri Yogyakarta.
Broto, W. 2003. Teknologi Penanganan Pasca Panen Buah Untuk Pasar. Jakarta :
Agromedia Pustaka.