Pengaruh temperature lingkungan terhadap laju respirasi

Hipotesis
Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin cepat laju reaksinya. Suhu tinggi
membutuhkan HCl lebih sedikit untuk proses titrasi. Volume HCl yang diperlukan
dalam proses titrasi tersebut digunakan untuk mengetahui KOH sisa (yang tidak
terikat CO2. Hal ini dikarenakan pada suhu tinggi, enzim katalase dan enzim lainnya
bekerja lebih optimal sehingga respirasi berlangsung lebih cepat. Semakin cepat
respirasi mengakibatkan pengikatan CO2 lebih besar, sehingga CO2 sisa yang tidak
terikat oleh KOH lebih sedikit. Hal tersebut mengakibatkan volume HCl pada saat
titrasi diperlukan volume HCl lebih sedikit yang ditandai dengan perubahan warna
larutan dari warna ungu menjadi bening kembali seperti semula sebelum ditambah
indicator PP.
Prosedur Praktikum
Biji kacang hijau yang sudah berkecambah ditimbang dengan berat masing-
masing 20 gram kemudian dimasukkan ke dalam botol selai yang sebelumnya diisi
masing-masing dengan 50 ml 0,5 N KOH. Tidak lupa untuk menggantung
kecambah kacang hijau dengan benang pada mulut botol. Lalu ditutup dengan
plastik secara rapat menggunakan karet dengan cepat sehingga larutan tidak
terpapar udara terlalu lama. Setelah ditutup dengan rapat, masing-masing perlakuan
diberi label agar mudah untuk dibedakan. Selanjutnya masing-masing botol selai
diberi perlakuan kembali dengan cara dipanaskan dengan suhu 50 oC, didinginkan
dengan suhu 4oC dan ditempatkan pada suhu ruang 25oC selama kurang lebih satu
hari dan mulai melakukan titrasi dengan mengambil larutan KOH yang sudah diberi
perlakuan sebanyak 30 ml dan ditaruh pada Erlenmeyer. Larutan tersebut kemudian
ditetesi dengan larutan indicator PP 2 tetes dan BaCl2. Lalu disiapkan larutan HCl 1
N untuk dititrasikan pada larutan yang telah diberi perlakuan sampai warna merah
pada larutan perlahan mulai menjadi bening lalu titrasi dihentikan dan dicatat
berapa volume HCl yang telah digunakan untuk titrasi. Titrasi dilakukan sampai 2
kali pengulangan.