I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah:
1. Memahami prinsip dasar proses hidrolisis.
2. Menentukan kadar pati (karbohidrat) dalam suatu bahan makanan.
3. Analisis konsentrasi glukosa dengan metode Lane dan Eynon.
(1)
(Groggins,)
2. Gelatinasi adalah proses masuknya air ke dalam pati, lalu molekul pati mengambang
dan ikatannya menjadi rapuh sehingga molekulnya mudah diserang. Proses ini terjadi
dalam air atau larutan yang panas dan pada kisaran suhu 58,5o-70oC (Kirk and
Othmer, 1978).
3. Hidrolisis, reaksinya secara berturut-turut sebagai berikut:
(C6H10O5)n + H2O n(C6H12O6) dekstrin
(2)
(3)
(4)
dipasang. Fungsinya adalah untuk mengembunkan uap yang terbentuk selama proses
hidrolisis sehingga volum larutan yang dihidrolisis jumlahnya tetap.
Setelah proses hidrolisis, larutan didinginkan. Pendinginan ini perlu dilakukan karena
larutan tersebut akan dinetralkan dengan larutan NaOH sehingga akan terjadi reaksi
antara HCl dan NaOH yang bersifat eksotermis. Adanya kalor saat penetralan akan
membuat larutan terhidrolisis kembali jika tidak didinginkan dan memungkinan
terjadinya degradasi larutan akibat adanya asam pada suhu tinggi yang dapat membentuk
senyawa non karbohidrat.
Hasil hidrolisis yang sudah didinginkan selanjutnya disaring dengan kertas saring.
Penyaringan ini bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada pada larutan. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan analisis dan terjadinya penyimpangan.
Setelah itu dilakukan proses penetralan dengan NaOH. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan sifat asam dari HCl agar tidak mengganggu kerja indikator metil biru
pada saat titrasi karena indikator ini sensitif terhadap perubahan pH. Selain itu, larutan
fehling yang mengandung CuO bisa bereaksi dengan HCl membentuk CuCl 2 sehingga
mengurangi jumlah CuO yang seharusnya bereaksi dengan glukosa. Dengan adanya
penetralan, maka kemungkinan tersebut bisa dikurangi. Larutan yang sudah dinetralkan
kemudian diencerkan terlebih dahulu untuk mengurangi kesalahan pada saat titrasi. Jika
larutan terlalu pekat, maka kesalahan titrasi akan lebih besar karena sulit menentukan
titik ekivalen.
Pada saat penetralan, larutan hasil hidrolisis digunakan indikator kertas lakmus karena
kertas lakmus tidak merubah warna larutan, dapat diambil kembali setelah proses
penetralan selesai, tidak mengganggu reaksi dan tidak akan menambah fraksi volum.
Pada saat pengambilan fehling A dan fehling B harus digunakan pipet volum yang
berbeda agar tidak terbentuk endapan pada pipet volum. Reaksi antara larutan fehling A
dan fehling B adalah:
CuSO4 (aq) + 2 NaOH (aq) Cu(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq)
(5)
C-OK
C-O-K
H-C-O-H
H-C-O
+ Cu (OH)2 (aq)
H-C-OH
(6)
+ 2 Cu2O
(6)
H-C-O
C - O Na
O
+ 2 H2O (l)
Fehling A
C - O - Na
O
(aq)
K-Na Tartiat
(aq)
CuO
C - OH
C - OH
H - C - OH
H - C - OH
+ 2 CuO
H-C-H
H - C - OH
HO - C - H
Fehling
H - C OH
H - C - OH
H - C - OH
H - C OH
H - C - OH
H
Glukosa
H
Asam glukomat
Endapan
Merah Bata
Titrasi dilakukan saat mendidih karena yang dititrasi adalah zat yang membutuhkan
suhu tinggi untuk bereaksi, yaitu untuk mengaktifkan molekul-molekulnya. Indikator
metil biru tidak ditambahkan pada saat awal titrasi karena metil biru tidak tahan terhadap
suhu tinggi. Metil biru mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada titik didih
fehling A, fehling B serta larutan hasil hidrolisis sehingga jika ditambahkan pada awal
titrasi, metil biru akan menguap dahulu.
Perubahan warna yang terjadi pada saat hidrolisisi adalah dari keruh menjadi bening
kekuningan. Warna bening kekuningan merupakan warna glukosa dari hasil hidrolisis
pati. Penyebab perubahan warna ini karena selama pemanasan, pati terhidrolisis menjadi
glukosa. Pada tahap titrasi, warna larutan sebelum titrasi adalah biru tua. Proses titrasi
diakhiri jika larutan berubah warna menjadi bening dan menghasilkan endapan merah
bata. Kenapa bisa ada endapan merah bata? Setelah proses titrasi warna larutan akan
kembali menjadi warna biru. Hal ini terjadi karena ion Cu2+ yang terkandung di dalam
larutan (juga dalam endapan) akan teroksidasi kembali oleh udara.
Aplikasi hidrolisis pati dalam industri:
1. Industri pangan.
2. Industri farmasi dan obat-obatan.
3. Industri kertas dan lem.
4. Industri tekstil.
5. Industri kosmetik.
A. Bahan
1. Pati kanji
2. Larutan Fehling A
3. Larutan Fehling B
4. NaOH pellets
5. Larutan HCl 1 N
6. Glukosa standar
7. Aquadest
8. Indikator metil biru
9. Kertas lakmus merah
10. Kertas saring
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Keterangan :
1
1. Statif
2. Klem
3. Kompor listrik
4. Erlenmeyer 500 mL
5. Pendingin bola
6. Steker
7. Batu didih
C. Cara Percobaan
1. Pembuatan Larutan HCl 1 N
Gelas beker 250 ml diisi dengan 50 ml aquadest. Larutan HCl pekat dari lemari
asam ditambhakan sebanyak 20,8 ml menggunakan pipet ukur 10 ml ke dalam
gelas beker berisi aquadest. Larutan HCl dipindahkan ke dalam labu ukur 250 ml
dengan corong gelas. Aquadest ditambahkan hingga tanda batas dan digojog
hingga homogen.
3. Hidrolisis Pati
Pati kanji ditimbang sebanyak 5,0755 gram pada gelas arloji dengan neraca
analitis digital. Pati, 250 ml larutan HCl 1 N, dan batu didih dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer 500 ml, lalu alat dirangkai dan air dialirkan pada pendingin bola.
Kompor listrik dihidupkan dan ditunggu larutan mulai mendidih, kemudian
hidrolisisi dilakukan selama 1 jam dihitung sejak larutan mulai mendidih. Kompor
listrik dimatikan setelah 1 jam mendidih, kompor listrik diganti dengan batako dan
larutan yang telah dihidrolisis didinginkan dengan tetap menggunakan pendingin
bola. Larutan hasil hidrolisis disaring ke dalam erlenmeyer 500 ml dengan kertas
saring kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan ditambahkan
aquadest hingga tanda batas. Filtrat cairan hasil hidrolisis diambil sebanyak 25 ml
dengan pipet volum 25 ml dan dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml. Kertas
lakmus merah dimasukkan ke filtrat dalam gelas beker 250 ml dan filtrat
dinetralkan dengan larutan NaOH 1 N dengan menggunakan pipet tetes hingga
kertas lakmus merah berubah menjadi kebiruan. Filtrat yang sudah dinetralkan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan aquadest hingga tanda
batas, lalu digojog hingga homogen.
endapan merah bata. Tiga tetes metil biru ditambahkan ke dalam larutan tersebut
dan titrasi diteruskan hingga cairan berubah warna menjadi bening dan terbentuk
endapan merah bata, kemudian volum larutan glukosa standar yang diperlukan
untuk titrasi dicatat. Langkah percobaan diulangi untuk 2 sampel campuran fehling
A dan fehling B lainnya.
D. Analisis Data
1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar
(8)
dengan, Cs
Wmonohidrat
Vlarutan
BMglukosa
dengan, Vn = selisih volume larutan glukosa standar yang digunakan untuk titrasi
larutan Fehling A + Fehling B (Vb n) dengan yang digunakan untuk
larutan Fehling A + Fehling B + hasil hidrolisis pati (Vh n), mL
Vb
Vh
= 1, 2, 3
(12)
= kadar pati, %
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Metode Lane dan Eynon dapat digunakan untuk analisis konsentrasi glukosa.
2. Kadar pati yang diperoleh adalah 81,6328% untuk sampel 1, 82, 2859% untuk sampel
2, dan 82,2859% untuk sampel 3.
VII.LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
Hazard yang mungkin terjadi pada proses percobaan ini adalah luka bakar di kulit,
terutama pada saat proses hidrolisis pati dan proses titrasi untuk analisis kadar glukosa
karena menggunakan suhu tinggi. Kedua proses ini menggunakan kompor listik
sehingga alat-alat yang digunakan menjadi panas. Luka bakar dapat terjadi saat
memegang erlenmeyer yang berisi larutan yang dipanaskan, statif dan klem yang juga
panas atau ujung buret yang dekat dengan kompor. Sehingga harus digunakan sarung
tangan tahan panas dan penjepit besi.
Bahan-bahan kimia yang harus diidentifikasi hazard-nya adalah:
1. Aquadest
Bahan kimia ini tidak berbahaya bagi manusia dan tidak perlu penanganan khusus
untuk penyimpanan dan pertolongan jika terpapar.
2. Glukosa Standar
Glukosa yang dipakai sebagai glukosa standar adalah glukosa monohidrat. Bahan
ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata. Jika sudah terkena,
basuh dengan air selama kurang lebih 15 menit.
3. Larutan Fehling A (CuSO4)
Bahan ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata. Berbahaya juga
ketika dihirup dan ditelan. Penanganannya jika sidah terkena mata sama dengan
penanganan pada glukosa standar.
4. Larutan Fehling B (K-Na-Tartrat)
Larutan ini bersifat corrosive dan irritant. Jika berkontak dengan mata, maka cara
penanganannya seperti yang sudah disebutkan. Jangan lupa untuk melepas contact
lenses dan jangan menggunakan obat mata. Jika terkena pakaian, maka pakaian
dilepas dan dicuci sebelum akan digunakan kembali. Jika sudah terkena kulit, maka
cuci dengan air yang mengalir. Bila sudah semakin parah, maka gunakan krim anti
bakteri dan cuci dengan sabun desinfektan. Jika terhirup, maka cari udara segar.
Bila semakin parah, maka lepaskan ikat pinggang, gelang, dan renggangkan celana.
Gunakan oksigen bila penderita sudah bernafas. Jika dibutuhkan, bantu dengan
pernafasan mulut. Bahan ini perlu disimpan pada tempat yang tidak korosif dan
aman.
5. Larutan HCl 1 N
Larutan ini bersifat beracun, korosif, iritan, dan bersifat karsinogenik. Penanganan
terhadap bahan ini hampir sama dengan penanganan larutan fehling B. Dalam
penyimpanannya, larutan ini harus benar-benar tertutup dan diletakkan pada
ruangan yang memiliki ventilasi yang baik.
6. Indikator metil biru
Indikator ini bersifat irritant, terutama jika berkontak dengan mata, combustible
pada suhu yang sangat tinggi. Penanganannya sama seperti yang sudah disebutkan.
7. NaOH pellets
Bahan ini bersifat korosif dan iritan. Penanganan bahan sama seperti penanganan
larutan fehling B. Dalam penyimpanannya, jangan disimpan diatas suhu 23oC.
Tempat penyimpanan juga harus dijaga kering karena bahan ini bersifat
higroskopis.
8. Pati kanji
Bahan ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan khusus, tetapi
bersifat iritan bila terkena mata.
C. Manajemen Limbah
Limbah yang dihasilkan dari percobaan ini adalah limbah sisa hidrolisis pati,
limbah hasil titrasi, dan limbah sisa larutan glukosa standar. Limbah sisa hidrolisis
pati berupa glukosa yang terlarut HCl, sehingga dibuang pada limbah halogenik
karena mengandung zat klor yang termasuk dalam golongan halogen. Limbah hasil
titrasi dibuang pada limbah logam berat karena mengandung ion Cu2+. Sedangkan
limbah sisa larutan glukosa standar dibuang pada limbah non halogenik karena tidak
mengandung zat yang bersifat asam, basa, maupun logam berat.
D. Data Percobaan
Massa glukosa monohidrat
: 1,0128 gram
Massa NaOH
: 0,9975 gram
: 250,00 ml
: 250,00 ml
Massa pati
: 5,0755 gram
Lama hidrolisis
: 1 jam
: keruh
: bening kekuningan
: 25,00 ml
: 100,00 ml
Fehling A, ml
Fehling B, ml
1.
10,00
10,00
25,70
2.
10,00
10,00
25,90
3.
10,00
10,00
26,10
Fehling A, ml
Fehling B, ml
1.
10,00
10,00
Larutan Hasil
Volum Larutan
Hidrolisis, ml
Glukosa Standar, ml
10,00
13,20
2.
10,00
10,00
10,00
13,30
3.
10,00
10,00
10,00
13,50
E. Perhitungan
1. Penentuan konsentrasi glukosa dalam larutan glukosa standar