Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MENGIDENTIFIKASI KONSEP SEKOLAH IDEAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

INOVASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM SEKOLAH

DOSEN PENGAMPU :

Dr. SUHAIMI, M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELAS 7 D PGSD

KELOMPOK 2

Ega Faiza Hilaliyah 1810125120047

Rina Rizki Wulandari 1810125220066

Jauhar Latifah 1810125320024

Lies Hardiati 1810125320068

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Mengidentifikasi Konsep Sekolah Ideal” ini. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr.
Suhaimi, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Inovasi dan Pengembangan Program Sekolah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai inovasi dan pengembangan program sekolah. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Banjarmasin, 19 Agustus 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan masalah...............................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................................5
A. Pengertian Konsep Sekolah Ideal......................................................................................5
B. Komponen Standar Sekolah Ideal......................................................................................9
C. Tujuan Mewujudkan Sekolah Ideal.................................................................................13
D. Kriteria Menuju Sekolah Ideal......................................................................................14
BAB III.......................................................................................................................................19
PENUTUP..................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mendukung transformasi menuju masyarakat Indonesia baru,
visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakankemandirian menuju
keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai
pancasila. Visi pendidikan nasional tersebut merupakanacuan dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional yang diwujudkan dalam berbagai kebijakan di sektor pendidikan.
Jika selama ini pendidikan bersifatsentralistik, maka dengan visi dan misi seperti yang
diungkapkan diatas, pendidikan nasional tidak lagi bersifat sentralistik, tetapi telah
berubahmenjadi disentralistik. Berbagai perubahan kebijakan nasional, termasuk
disektor pendidikan tidak terlepas dari bergulirnya reformasi total dalammasyarakat,
bernegara, dan berbangsa.
Oleh karena itu, diharapkan sektor pendidikan dapat menjadi agen perubahan dalam
rangka mendukung tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa
yang tidak sebatashanya dilakukan secara sepihak dari lembaga pendidikan saja,
namun jugamelibatkan peran serta dari lingkungan masyarakat agar menimbulkan
suatuumpan balik untuk menyelaraskan tujuan tiap-tiap pihak secara
dinamisdisesuaikan dengan analisis kebutuhan serta permasalahan dalam dunia
pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya penataan ulangdalam
bidang pendidikan demi tercapainya lembaga pendidikan yang ideal.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari konsep sekolah ideal?
b. Bagaimana komponen standar sekolah ideal?
c. Apa tujuan dari mewujudkan sekolah ideal?
d. Bagaimana kriteria menuju sekolah ideal?

C. Tujuan masalah
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari konsep sekolah ideal.
b. Untuk mengetahui dan memahami komponen standar sekolah ideal.
c. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari mewujudkan sekolah ideal.
d. Untuk mengetahui dan memahami kriteria menuju sekolah ideal.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Sekolah Ideal


Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadi tantangan tersendiri bagi
lembaga pendidikan dan para praktisi pendidikan untuk bisa mengimbanginya. Salah satunya
dengan pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang
berkualitas telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat
terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan berkualitas
merupakan satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Peningkatan mutu SDM dituangkan dalam bentuk pendirian sekolah-sekolah unggulan di
beberapa wilayah. Ketika mendengar nama sekolah ideal atau unggulan yang tergambar di
benak kita sekolah yang luar biasa, elit, mahal dan top. Memang dilihat dari fisiknya sangat
mewah, biayanya mahal, akan tetapi hal itu diimbangi dengan tenaga pendidik yang
profesional, kurikulum yang tepat, program yang bagus dan proses yang maksimal, sehingga
output yang dihasilkan sangat baik (unggul).

Pada awalnya Sekolah ideal merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah
keinginan untuk mampu berprestasi di tingkat regional, nasional dan internasional dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditunjang oleh pendidikan karakter. Akhir-khir
ini ketertarikan masyarakat terhadap sekolah unggulan semakin meningkat. Terbukti
meludaknya pendaftar seleksi siswa baru di sekolah-sekolah unggulan. Salah satu alasannya
disamping unggul dibidang akademiknya, pendidikan moralnya sangat diperhatikan,
walaupun hal itu tidak menjadi jaminan bagi siswa bermoralitas seratus persen, akan tetapi
lingkungan tercipta ke arah tersebut.

Istilah sekolah ideal pertama kali diperkenalkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro, tahun 1994. Istilah sekolah unggul lahir
dari satu visi yang jauh menjangkau ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman,
selain mengharapkan terjadinya distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah
unggul di tiap-tiap propinsi, peningkatan SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih lanjut,
Wardiman menambahkan bahwa kehadiran sekolah unggul bukan untuk diskriminasi, tetapi
untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan memiliki wawasan keunggulan. Pada dasarnya,
sekolah yang unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran, bukan

5
pada kualitas input siswanya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kualitas guru
yang bekerja di sekolah tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan
berperan sebagai agen pengubah siswanya, dan menekankan kepada kemandirian dan kreatif
sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses pendidikan.

Di samping itu ada juga yeng berpendapat bahwa Sekolah unggul adalah sekolah yang
dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang dihasilkan (output) dari pendidikannya.
Dengan demikian sekolah unggulan dapat didefinisikan sekolah yang dikembangkan dan
dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan semua komponennya untuk mencapai hasil
lulusan yang lebih baik dan cakap daripada lulusan sekolah lainnya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menggariskan bahwa sekolah


unggulan adalah sebuah institusi pendidikan yang memiliki ciri utama atau karakteristik
sebagai berikut:

1. Input diseleksi secara ketat dengan kriteria tertentu dan melalui prosedur yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kriteria yang dimaksudkan adalah: a) Prestasi belajar
superior dengan indikator anggka rapot, UPM Murni dan hasil tes prestasi akademik;
b) Skor psikotes yang meliputi intlegensi dan kreatifitas; c) Tes fisik jika diperlukan.
2. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa serta
menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler.
3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi keunggulan menjadi
keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik maupun sosial psikologis.
4. Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari segi
penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun komitmen dalam
melaksanakan tugas.
5. Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi secara maksimal
sesuai dengan tuntunan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta
motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa seusianya.
6. Kurun waktu lebih lama dibandingkan sekolah lain.
7. Proses belajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan, baik
kepada siswa, lembaga maupun masyarakat.
8. Sekolah ideal itu tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta didik di sekolah
tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial terhadap lingkungan sekitar.

6
9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam keseluruhan sistem
pendidikan siswa melalui praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari bukan
sebagai materi pelajaran.
10. Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar kurikulum,
program pengayaan dan perluasan, pengajaran remidial, pelayanan, bimbingan dan
konseling yang berkualitas, pembinaan kreatifitas dan disiplin.

Secara umum, sebuah sekolah dapat dikategorikan unggul harus meliputi tiga aspek
dalam manajerial. Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Input (masukan)

Input (masukan) sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk
terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input sekolah
merupakan bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai pembentukan manusia yang
disebut manusia seutuhnya. Input sekolah dapat diidentifikasikan mulai dari human
(manusia), money (uang), materials (material/ bahan-bahan), methods (metode-metode),
dan machines (mesin-mesin).

Pendidikan tidak boleh diartikan hanya sebagai proses transfer ilmu saja, namun juga
harus diartikan sebagai upaya membantu siswa untuk mampu mengenal diri dan
lingkungannya. Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan
mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara objektif atau
analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat, yang membutuhkan kecerdasan
otak (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Di samping itu, kecerdasan spiritual (SQ) calon
siswa hendaknya dapat terukur saat seleksi siswa baru. Dengan demikian, tes seleksi siswa
baru hendaknya dapat mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur
berbagai kecerdasan atau multy intellegence.

Oleh karena itu, tes seleksi siswa baru tujuannya tidak semata-mata untuk menerima
atau menolak siswa tersebut tetapi jauh ke depan untuk mengetahui tingkat kecerdasan
siswa. Dengan data tingkat kecerdasan siswa tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan proses pembinaannya dan bahkan dapat untuk menentukan target atau arah
pendidikan di masa depan.

7
2. Proses

Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan kemampuan


guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program ekstrakurikuler, dan
jaringan kerjasama.

a. Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul. Artinya, guru tersebut harus
profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun komptensi
guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga pendidikan
yang unggul adalah:
1) Kompetensi penguasaan mata pelajaran
2) Kompetensi dalam pembelajaran
3) Kompetensi dalam pembimbingan
4) Kompetensi komunikasi dengan peserta didik
5) Kompetensi dalam mengevaluasi

Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus menempuh empat tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, penilaian, dan refleksi/P3R.

b. Fasilitas belajar
c. Kurikulum
d. Metode pembelajaran. Sekolah yang unggul harus menggunakan metode
pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan
kebebasan dalam mengungkapkan pikirannya.
3. Output yang diharapkan
Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses
pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic,
achivement) dan ouput berupa prestasi non-akademik (non-academic achivement).
Output prestasi akademi misalnya, NEM, lomba karya ilmiah remaja, lomba
(Bahasa Inggris, Matematika, Fisika), cara-cara berfikir (kritis, kreatif/divergen,
nalar, rasional, induktif, deduktf, dan ilmiah).
Output non-akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri
kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama,
solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan prestasi olah raga, kesenian,
dan kepramukaan.

8
Menurut Moedjiarto, bahwa sekolah ideal ada beberapa tipe, antara lain:

1) Tipe 1 yang meliputi : input unggul (murid), proses belajar mengajar biasa saja
(normal), dan output (lulusan) tetap unggul karena faktor bawaan;
2) Tipe 2 yang meliputi: Fasilitas dan sarana prasarananya yang unggul karena serba
mewah dan tentunya amat mahal, seperti adanya berbagai lapangan olahraga, asrama
ber-AC, ruang kelas yang dilengkapi dengan multi audio, media pembelajaran dan
pengajaran yang canggih dan lain-lain. Dan fasilitas yang sangat mewah ini tentu
harus dibayar dengan biaya (SPP dan lainlain) yang mahal pula.
3) Tipe 3 yang meliputi: input rendah menjadi output yang tinggi, penekanan pada iklim
belajar yang positif dan efektif. Menurut tipe ini sekolah unggul adalah sekolah yang
iklim belajar yang positif di mana seluruh muridnya bisa dan mampu memenuhi
persyaratan ini; 1) menguasai keterampilan keterampilan dasar (membaca menulis
berhitung dan literasi), 2) meraih prestasi akademik dengan maksimal (pencapaian
pada tingkat maksimal untuk setiap individu), 3) menunjukkan keberhasilan melalui
evaluasi yang sistematis (gabungan dari; a. evaluasi yang dilakukan oleh guru, b.
penilaian acuan patokan untuk mengukur apakah tujuan instruksional telah tercapai, c.
dan evaluasi belajar tahap akhir nasional untuk mengetahui prestasi belajar murid
dibandingkan terhadap prestasi belajar murid pada tingkat nasional).

Kata kunci dari tipe ini adalah prestasi akademik peserta didik. Dan menurut tipe ini
sekolah unggul ialah sekolah yang proses belajar mengajar yang efektif. Dianggap
efektif jika memenuhi faktor-faktor berikut ini, yakni:1) dedikasi guru yang tinggi, 2)
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, 3) percaya diri pada murid dan guru yang
tinggi bahwa prestasi akademik bisa dicapai, 4) pemantauan yang rutin kepada murid,
5) kesempatan belajar yang cukup bagi murid, dan 5) pelibatan orang tua masyarakat
dan stakeholder lainnya.

B. Komponen Standar Sekolah Ideal


Di Indonesia standar minimal sekolah unggulan harus memenuhi: 1) Iklim sekolah
yang positif, 2) Proses perencanaan melibatkan seluruh warga sekolah, 3) Motivasi yang
tinggi terhadap prestasi akademik, 4) Pemantauan yang efektif terhadap kemajuan murid, 5)
Keefektifan guru, 6) Kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada prestasi akademik,
7) Pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah, 8) Kesempatan tanggung jawab dan
partisipasi yang tinggi di sekolah, 9) Ganjaran dan insentif yang berdasarkan pada

9
keberhasilan, 10) Tata tertib dan disiplin yang baik, dan 11) Pelaksanaan kurikulum yang
jelas.

Dalam dekdikbud (1994), disebutkan bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang
dikembangkan untuk mencapai keunggulan keluaran (output) pendidikan. Untuk mencapai
keunggulan tersebut, maka input, proses pendidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta
sarana penunjangnya harus diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Ibrahim
Bafadhal(1999) dengan merujuk pada bebrapa pendapat menyatakan sekolah yang baik yaitu
dengan melihat beberapa sudut pandang diantaranya: pertama perspektif tujuan, yaitu sekolah
yang efektif apabila ia mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kedua Perspektif proses.
Artinya bukan dilihat dari tingkat pencapaiannya tujuannya, melainkan konsistensi internal,
efisiensi penggunaan sumber daya yang ada, dan kesuksesan dalam mekanisme kerjanya. Jadi
baik tidaknya sekolah dilihat bukan dari tingkat pecapaian tujuan tetapi proses dan
karakteristik sekolah.

Beberapa faktor yang harus dicaapai bila sekolah tersebut dikategorikan sekolah unggul.

1. kepemimpinan kepala sekolah yang profesional.


2. guru-guru yang tangguh dan profesional.
3. memiliki tujuan pencapaian filosofis yang jelas.
4. lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran
5. jaringan organisasi yang baik
6. kurikulum yang jelas
7. evalasi belajar yang baik berdasarkan acuan patokan untuk mengetahui apakah tujuan
pembeajaran dari kurikulum sudah tercapai
8. partisipasi orang tua murid yang aktif dalam kegiatan sekolah.

Menurut Jamal Ma'ruf Asmani, bahwa sekolah unggulan harus dan wajib memiliki beberapa
spesifikasi, yaitu:

a. Muatan lokal spesifik.


Dengan mulok yang spesifik, target ideal yang ditetapkan bisa dikejar karena
tersedia waktu yang cukup. Misalnya bahasa asing, bisa berupa bahasa Inggris
dibuatlah kegiatan yang menunjang hal ini, yaitu speaking, writing, conversation,
listening, focus group discussion, debating English day, dan lain-lain juga dilakukan
setiap hari.

10
Program ini akan melekatkan pengetahuan anak didik dengan lebih permanen,
sehingga setiap saat bisa muncul secara refleks. Mulok spesifik ini berangkat dari
pemikiran bahwa tidak mungkin anak menguasai semua ilmu dalam satu waktu, lebih
baik menguasai suatu bidang ilmu secara mendalam daripada mengetahui sedikit
tentang banyak ilmu. “Be professional in one thing,then everybody will see you”,
Jadilah orang yang profesional dalam satu bidang, kemudian setiap orang akan
melihat kamu.Pepatah ini sangat tepat diterapkan di sekolah agar output sekolah
menjadi jelas dan seluruh energi dapat dipusatkan untuk merealisasikan output
tersebut.
b. Life skill Spesifik.
Pilihan life skill juga harus spesifik. Life skill adalah keahlian yang
menjadikan orang bisa mengembangkan dirinya secara maksimal sehingga eksistensi
dan aktualisasinya terjaga ditengah masyarakat. Pelatihan life skill biasanya dilakukan
pada waktu ekstrakurikuler, yaitu sore hari. Life skill bisa berupa entrepreneurship
(kewirausahaan), jurnalistik, komputer, menjahit, mengembangkan produk lokal yang
bisa dijual di supermarket mall dan lain-lain.Kalau yang dipilih entrepreneurship,
maka dapat dibuat kegiatan yang mengarah kesana, seperti khusus dan praktik.
Kemampuan menabung, investasi, menciptakan peluang, dan melakukan diversifikasi
usaha terus ditingkatkan.
Selain itu anak didik dilatih untuk berani menghadapi resiko menyelesaikan
masalah dan menjaga kepercayaan orang lain. Jika jurnalistik yang dipilih, dapat
dilakukan kegiatan yang mengarah ke sana secara reguler seperti, wawancara, menulis
berita, observasi, investigasi, dan lain-lain.
c. Kepemimpinan Berputar.
Kepemimpinan adalah usaha memimpin orang lain dengan pendekatan yang
variatif, seperti demokratis, otoriter, karismatik, dan lain-lain. Aktor utama dari
kepemimpinan adalah pemimpin (leader), sebagai sosok pengendali utama yang
menggerakkan roda organisasi, pengikut (follower), sebenarnya bisa memainkan
fungsi kritisisme dan penyeimbang. Namun dalam banyak kasus peran tersebut tidak
banyak dilakukan, mereka lebih nyaman menjadi pengikut pasif yang mengikuti
semua perintah pemimpin tanpa penilaian kritis hingga tak ada lagi aspek
pemberdayaan staf (staf empowering). Efek negatifnya, kaderisasi sulit dilakukan
secara kontinyu untuk memegang estafet kepemimpinan dimasa depan yang penuh
dengan tantangan.
11
d. Guru Super.
Perbincangan mengenai guru tidak pernah ada habisnya, sebab kemajuan
pendidikan memang tidak bisa dicapai tanpa guru sebagai edukator, motivator,
inspirator, fasilitator, dinamisator sekaligus inovator proses pembelajaran di dalam
maupun di luar kelas.
e. Supermarket Spesifik.
Keuangan yang tidak mapan menjadi salah satu faktor kemunduran sekolah.
Sebab, program dan kegiatan yang positif dan konstruktif tidak berjalan karena
persoalan financial ini, di sinilah urgensi penguatan sektor keuangan. Mendirikan
supermarket spesifik, menjadi salah satu alternatif yang dapat dicoba. Yang dimaksud
dengan supermarket spesifik adalah tokoh besar yang menyediakan hal-hal spesifik
seperti, alat sekolah, buku tulis, buku pelajaran, seragam, bolpen, peralatan pramuka
dan olahraga, fotocopy, rental komputer, dan lain-lain.
Supermarket spesifik ini harus dikelola dengan manajemen yang transparan,
akuntabel, dan partisipatif.Sehingga,pemasukan dan pengeluaran terbukukan dengan
rapi. Proses penjualan bisa diketahui dengan jelas dan terpantau. Hal ini memudahkan
pengelola dalam melakukan evaluasi, perbaikan, dan pengembangan produk sesuai
dengan permintaan konsumen yang berkisar tentang produk yang spesifik.
f. Perpustakaan Berjalan.
Perpustakaan adalah jantung pendidikan karena ia adalah sumber ilmu.
Sayangnya, perpustakaan di sekolah seringkali sepi pengunjung. Sebab, para siswa
hanya pergi ke perpustakaan pada waktu istirahat yang sangat pendek. Kebanyakan
siswa memanfaatkan waktu istirahatnya untuk jajan. Realitas negatif ini, terus
berlangsung tanpa ada pembenahan.
g. Diskusi Setiap Hari.
Diskusi adalah simbol dinamisasi pengetahuan. Diskusi menjadi arena adu
gagasan dan pemikiran. Semakin banyak seseorang memiliki teman diskusi yang
berkualitas, semakin banyak pula peluang penyerap pengetahuan. Sekolah dan yang
ingin melahirkan pemikir dan ilmuwan handal, seyogyanya mewarnai kegiatannya
dengan diskusi terbuka. Dengan demikian, anak didik dapat mengevaluasi
pengetahuannya, kekurangan, dan kelemahannya, kemudian memperbaikinya terus
menerus. Jadilah mereka seorang pemikir yang gigih mengembangkan pemikiran dan
mempertahankan gagasannya.
h. Menulis Setiap Hari.
12
Setelah diskusi berjalan dengan optimal, tradisi menulis harus dirintis dan
dikembangkan terus-menerus. Program menulis setiap hari dijadikan langkah awal
untuk menggerakkan semangat menulis anak didik. Sama halnya dengan diskusi,
alangkah baiknya jika dibentuk komunitas menulis yang fokus pada pengembangan
tradisi menulis, yang digawangi oleh mereka yang bertekad menjadi penulis hebat di
masa depan.

i. Lomba Setiap Hari.


Lomba adalah ajang kompetensi yang sangat bermanfaat untuk dinamisasi
potensi anak didik.Inilah spirit luar biasa yang ada di lomba. Ia menjadi sumber
energi dan motivasi besar bagi mereka untuk mengasah kemampuannya secara
maksimal agar menjadi pemenang. Namun lomba biasanya diadakan secara
insidental. Bisa 3 bulan sekali, setiap hari besar, maupun pada momentum lain.
j. Praktek Setiap Hari.
Praktik adalah kunci kesuksesan, sebab setiap kemampuan besar lahir dari
praktik yang insentif. Praktik menjadi ajang panggilan dan pengembangan
kemampuan yang efektif. Spirit praktik inilah yang harus ada pada sekolah. Siswa
menjadi teratur karena dipraktikkan secara kontinyu setiap hari misalnya, pada shalat
berjamaah. Sehingga alam bawah sadar anak didik meyakini bahwa salat berjamaah
lebih utama daripada shalat sendirian. Begitu juga dengan potensi yang lain, jika
dipraktikkan setiap hari kemampuan anak didik lebih melekat dalam dirinya.
k. Refreshing Setiap Hari.
Sekolah yang maju mempunyai suasana menyenangkan yang mendorong
anak didik untuk nyaman belajar tanpa merasa jenuh dalam menjalani rutinitas
kegiatan. Jika ingin maju, suasana lingkungan sekolah harus sejuk, indah, dan
nyaman. Taman dikelola dengan baik, tempat duduk dan bermain tersedia, kebersihan
dijaga, tempat olahraga terawat dengan baik, furniturenya indah dan inspiratif, serta
koperasi dan kantin bisa melayani kebutuhan siswa secara maksimal. Intinya sebisa
mungkin anak didik merasa nyaman berada di sekolah sehingga tidak berpikir ingin
pulang ke rumah sebab, sekolahnya terasa seperti rumah sendiri. Inilah salah satu
indikator kesuksesan sekolah.

13
C. Tujuan Mewujudkan Sekolah Ideal
Tujuan mewujudkan sekolah ideal meliputi:

1. Kualitas, Tujuan utama dari sekolah unggulan adalah untuk meningkatkan kualitas
sekolah. Ini adalah sebuah metodologi,
2. Eksistensi, Mendirikan sekolah bukan untuk beberapa tahun saja, tetapi untuk
selamanya. Untuk bisa eksis tersebut dibutuhkan blueprint yang jelas, aplikatif, dan
duplicatif.
3. Reputasi, Sekolah unggulan atau di barat disebut dengan Effective School, di
Indonesia diperkirakan mulai familiar sekitar tahun 90-an. Sekolah unggul didirikan
dalam upaya mengejar ketertinggalan HDI di tingkat Asia Tenggara dan kekeringan
motivasi di tingkat local,
4. Kompetisi, Di tengah menjamurnya lembaga pendidikan, baik negeri ataupun swasta
maka kompetisi semakin dinamis dan kita tidak menampik itu. Jika kompetisi ini bisa
kita menangkan, maka otomatis kompetensi dapat kita raih karena sekolah unggulan
mengarah pada prestasi yang tinggi,
5. Percaya Diri, Dengan meningkatkan kepercayaan masyarakat akan menambah
percaya diri dari sekolah. Menurut Miller (1980), prestasi murid akan naik dan
partisipasi masyarakat bertambah jika kepala sekolah saling berkonsultasi dan
berorientasi secara geologis,
6. Inovasi, semi dan Full day school adalah salah satu lompatan inovasi yang dilakukan
oleh sekolah unggulan dalam rangka menciptakan iklim yang positif,
7. Moralitas, Pendidikan karakter HOTS dan 4 pilar adalah ruh kurikulum tematis untuk
mencerdaskan murid dalam semua aspek, termasuk aspek afektif. Dan tujuan
moralitas ini yang terus memompa cita-cita luhur para guru untuk membentuk murid
yang punya daya saing global, punya ketahanan mental, dan punya semangat,
8. Bisnis, salah satu tugas penting kepala sekolah adalah supervise dan mensejahterakan
para guru. Oleh sebab itu, sekolah unggul bukan hanya rutin dan wajib melaksanakan
kegiatan nasional, keagamaan, dan lain-lain. Tapi juga kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk membantu mensejahterakan semua komponen di sekolah, guru, staf,
wali murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Di samping juga untuk mandirikan
sekolah dari sisi finansial.

14
D. Kriteria Menuju Sekolah Ideal
1. Standar Nasional Pendidikan
Di Indonesia, standar pendidikan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP inidisebutkan
bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar dimaksud meliputi:
a. Standar kompetensis lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yangmencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam cerita tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi bahan pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah SNP yang berkaitan langsung dan tidak langsung
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapaistandar kompetensi lulusan.
d. Standar guru dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik dan mental, serta pendidik dalam jabatan.Standar dan
kualifikasi guru disajikan dalam peraturan menteri pendidikannasional 16
tahun 2007 .
e. Standar sarana dan prasarana adalah SNP yang berkaitan langsung dantidak
langsung dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerjatempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,yang perlu untuk
menunjang proses pembelajaran , termasuk pengunaanteknologi informasi dan
komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah SNP yang berkaitan langsung atau tidaklangsung
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
satuan tingkat pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, ataunasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelengaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.Kedelapan standar itu
merupakan acuan manajer atau kepala sekolah dalam menyelenggarakan
15
pendidikan. Selain itu, standar pendidikan nasional dibuat untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya
saing dalam kehidupan global dalam rangka mengaktualisasikan visi, misi,
fungsi, dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan
nasional. Penyelengaraan pendidikan bukanlahsekedar efisiensi manajerial,
melainkan juga mencakup pengelolaan kekuasaan, peningkatan substruktur
melalui dan di luar proses parlementer. Pihak-pihak yang berkompeten
menguji peraturan-peraturan kerjasama antara kelompok-
kelompokkepentingan partisipasi dengan cara merumuskan hirarki dan aturan
prosedural. Pada dasarnya, reformasi otonomi manajemen akademik sekolah
dimaksudkan untuk membangun satu sistem organisasional yang baru di
tingkatmikro, tanpa mengubah makna dan filosofi pendidikan persekolah.
2. Sekolah yang nyaman
Di banyak daerah masih ditemukan kekuatan eksekutif yang memaksa kepala
Sekolah dan guru agar tingkat kelulusan ujian akhir nasional pada masing-masing
Sekolah mencapai persentase tertentu. Target persentase lulusan ini menjadi sah
jika mengunakan pendekatan pemberdayaan dan fasilitatif. Realitasnya masih
ditemukan banyak Sekolah dengan fasilitas seadanya, namun komunitasnya
dituntut mencapai prestasi besar dalam hal jumlah dan mutu lulusan. Lalu,
munculah aneka rekayasa yang membawa institusi persekolahan ke dunia seakan-
akan, tidak menjadi institusi akademik yang sesungguhnya. Praktik manajemen
Sekolah dimaksudkan untuk mencerdaskan bangsa demi menungkatkan harkat
dan martabat manusia, serta produktivitasnya. potensi produktivitas bangsa yang
meningkat diangap berhubungan secara langsung dengan kemajuan pendidikan
dan hasil pembelajaran yang dicapai. Perbaikan mutu pendidikan menjadi obsesi
sekaligus isu universal di Negara manapun. Tidak ada satu bangsapun yang akan
berhenti bekerja karena memandang mutu pendidikannya sudah baik dan
kompetitif.
Format manajerial baru yang dikembangkan dan dipola pada lembaga atau
perusahaan komersial,diadopsi atau setidaknya mewarnai proses manajemen di
lingkungan sekolah. Lingkungan Sekolah merupakan pemandangan langsung
yang dapat diamati oleh masyarakat sekitar dan dapat dirasakan langsung oleh
warga sekolah. Oleh karena itu, limgkungan Sekolah perlu ditata dan dikelola

16
dengan baik sehingga masyarakat penguna merasa nyaman, aman, dan merasa
betah berada di dalamnya.
Secara umum lingkungan Sekolah yang menjadi pokok perhatian
masyarakatantara lain:
a. Keamanan
Aman terhadap pencurian, aman terhadap bahaya kebakaran, aman terhadap
barang/alat yang tertinggal di sekolah.
b. Ketertiban
Ketertiban di Sekolah yang yang perlu mendapat perhatian antara lain: adanya
tata tertib sekolah, diterapkannya tata tertib dengan sistem hadiah dan
ganjaran, dan laporan catatan persentasekehadiran.
c. Kebersihan
Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan dambaan semua warga sekolah.
Untuk itu, perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah:
 jalan masuk, halaman, dan taman
 saluran air bersih dan kotor termasuk WC/toilet
 ruang kelas, kantin, laboratoriun, dan kantor
 tersedianya tempat sampah yang cukup
 terlibatnya semua unsur warga Sekolahdalam menjagakebersihan
lingkungan.
 Adanya sistem pengelolaan limbah sederhana.

d. Keindahan
Keindahan yang menjadi perhatian warga Sekolah secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu dalam ruangan (interior) dan luarruangan (eksterior)
e. Kekeluargaan
Kekeluargaan merupakan ikatan batin antar manusia dalamlingkungan
sekolah/ .
f. Kerindangan
Untuk membuat lingkungan menjadi asri maka harus ada program
penghijauan, pelaksanaan penanaman pohon pelindung dan hasil yang
dapatdirasakan warga sekolah.
g. Kesehatan Perlu adanya jaminan kesehatan bagi seluruh wargasekolah .
3. Fasilitas Ideal Sekolah
17
Dalam pengadaan fasilitas atau sarana dan prasarana harus dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah disusun dengan memerhatikan skala prioritas yang
dibutuhkan oleh Sekolah dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan proses
pembelajaran.
Alokasi sumber daya Sekolah sangat menentukan proses pelaksanaan
pendidikan di sekolah, disamping lingkungan Sekolah yang menyenangkan,
serta komitmen semua komunitas Sekolah untuk menampilkan kinerja
terbaiknya. Desentralisasi pengelolan pendidikan dan manajemen pendidikan
di tingkat satuan pendidikan akan mempromosikan efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas yang lebih besar pada pemerintah pusat dan masyarakat. Hanya
saja apakah semua ini akanmenghasilkan keadilan, kualitas, dan efektivitas
lebih besar, serta dapat meningkatkan kualitas para lulusannya, sangat
tergantung pada prakondisi dan kondisi yang harus dipenuhi. Berikut ini
merupakan indikator dalam upaya penyediaan fasilitas berdasarkan analisis
kebutuhan:
a. Salah satu bentuk sember daya Sekolah adalah fasilitas yang
tersedia. Fasilitas dan peralatan merupakan faktor penentu
keberhasilandari sebuah sekolah/ .
b. Data analisis kebutuhan fasilitas meliputi: gedung, ruang,
perabotan, danalat.
c. Ketersediaan infrastruktur meliputi: lahan, air bersih, listrik,
jalan, alatkomunikasi,pagar batas lahan.
d. Ketersediaan gedung/ruangan: kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru, pertemuan, kelas yang cukup memadai,
perpustakaan, uks, kantin, laboratorium, gudang, dan pos jaga.
e. Ketersediaan perabot dan peralatan pada gedung/ruangan sesuai
dengan analisis kebutuhan.
f. Kelengkapan perpustakaan meliputi: perabotan, buku,
administrasi,katalog, dan kartu peminjaman.
g. Penataan faslitas sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
h. Keterlaksanaan perawatan dan perbaikan terhadap infastruktur ,
gedung, perabot dan peralatan.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sekolah Ideal/ unggulan merupakan kebutuhan pendidikan di era kekinian. Munculnya


sekolah unggulan menunjukkan bahwa masyarakat kita membutuhkan lembaga pendidikan
yang lebih berkualitas, profesional dan modern. Sekolah unggul adalah sekolah yang luar
biasa, punyak nilai lebih dari sekolah-sekolah lain, baik dari segi fisik ataupun non-fisik.
Sekolah unggulan di buat sebagai suatu solusi terhadap kemajuan pendidikan yang ada,
terutama dalam pembentukan SDM yang unggul. Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi
orang tua apabila anaknya bisa masuk ke sekolah unggulan.

Karena mereka percaya bahwa di sekolah unggulan siswa bisa berproses secara
maksimal. Dengan fasilitas yang serba lengkap, proses pembelajaran yang maksimal dan
didukung oleh tenaga-tenaga yang professional, sekolah unggulan akan menjadi agen
perubahan untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada. sekolah unggul dalam arti
sekolah efektif sangat diperlukan tetapi juga harus betul-betul mampu menciptakan output
yang tidak hanya unggul dalam bidang akademis saja melainkan juga mempertimbangkan
aspek psikis, etik, moral, religi, emosi, spirit, kreativitas dan intelegensi.

Pada akhirnya sekolah unggulan adalah program bersama seluruh masyarakat, yang tidak
hanya dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan orang tua secara perorangan, namun
menjadi tanggung jawab bersama dalam peningkatan SDM Indonesia dalam rangka
mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik.

B. Saran

Sebaiknya sarana dan prasarana yang dimiliki masih terbatas serta jumlah guru
kurang sehingga perlu ditambah. Kemudian peningkatan kualitas guru juga perlu
ditingkatkan secara merata pada semua sekolah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Makmun. Kiat Melahirkan Sekolah Unggulan. Yogyakarta: Diva Press, 2013.

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA


Bertaraf Internasional.

Daniel O’Hare, 2010, Internasional Jurnal of Applied Manajemen Pendidikan dan


Pengembangan (ISSN: 1742-2639) Volume 1 Issue 1, Sheffield Hallam University.

Hamdani, Hamid. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Pustaka Setia, 2012.

Jerome S. Arcaro. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata
Langkah Penerpanan. Terjemahan oleh Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Moedjiarto, Sekolah Unggul. Jakarta: Duta Graha Pustaka, 2002.

Mulyoto. Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi Pustaka


Publisher, 2013.

Muhaimin & Suti’ah. 2010. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan


Rencana Pengembangan Sekolah/ . Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Umiarso & Gojali Imam. 2010. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan.
Yogyakarta : IRCiSoD

Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan nasional

https://www.google.com/search?
q=strategi+mewujudkan+sekolah+ideal&oq=strategi+mewujudkan+sekolah+ideal&aqs=chro
me..69i57l2j0i512l8.16432j1j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8 (diakses pada Rabu, 18
Agustus 2021)

https://www.academia.edu/9699396/Menuju_Sekolah_ _Ideal (Diakses Rabu, 18 Agustus


2021)

20

Anda mungkin juga menyukai