Anda di halaman 1dari 9

Guidance Jurnal Bimbingan dan Konseling

Volume 17 Nomor 1 juni 2020. Halaman 20-28

https://uia.e-journal.id/guidance

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN


SPIRITUAL DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA
DI SMP NEGERI 278 JAKARTA

Anita Amaliah ¹, Thrisia Febrianti ², Dwi Endrasto Wibowo ³


Universitas Islam As-Syafi’iyah1,2,3
E-mail: anitaamaliah@gmail.com

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel; The purpose of this study was to determine the relationship between emotional
intelligence and spiritual intelligence with the aggressive behavior of adolescents in
Accepted: SMP Negeri 278 Jakarta. The method used is the correlational method and ex-post facto
Mei 2020 method. Population of 163 students, sampling using the Slovin formula of 114 students.
Published: The data collection technique used was a questionnaire. The data analysis technique
Juni 2020 used is the product moment correlation technique and multiple correlation analysis.
Based on the results of the product moment correlation with the SPSS 22v program
shows there is a significant relationship between emotional intelligence with aggressive
behavior of adolescents where r = 0.447 and Sig. 0.000 <0.05, there is no significant
relationship between spiritual intelligence with adolescent aggressive behavior where
r= 0.015 and Sig. 0.473> 0.05, but there is a significant relationship between emotional
intelligence and spiritual intelligence with the aggressive behavior of adolescents, where
Fcount is 14.438> Ftable 3.08.

Keywords: Emotional Intelligence, Spiritual Intelligence, Aggressive Behavior

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual dengan perilaku agresif remaja di SMP Negeri 278 Jakarta.
Metode yang digunakan adalah metode korelasional dan ex-post facto. Populasi
sebanyak 163 siswa, pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin sebanyak 114
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dan analisis korelasi ganda.
Berdasarkan hasil korelasi product moment dengan program SPSS 22v menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresif
remaja dimana r=0.447 dan Sig. 0.000 < 0.05, tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kecerdasan spiritual dengan perilaku agresif remaja dimana r=0.015 dan Sig.
0.473 > 0.05, namun terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual dengan perilaku agresif remaja, Fhitung 14.438 > Ftabel 3.08

Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Perilaku Agresif

©2020 Universitas Islam As-syafiiyah


Alamat korespondensi: p-ISSN1978-6794
Kampus FKIP UIA, Jalan Jatiwaringin No. 12 e-ISSN 2715-5307

20
PENDAHULUAN dimiliki individu ((Abdi, Sugiharto, &
Sutoyo, 2019).
Agresi sering diartikan sebagai suatu
Selama ini, kata “kecerdasan”
perilaku yang bertujuan untuk menyakiti
senantiasa diartikan dengan kecerdasan
orang lain baik secara fisik maupun verbal.
intelektual atau yang lazim dikenal sebagai
Pada dasarnya perilaku agresi merupakan
“Intellegence Quotient (IQ)” saja.
kecenderungan yang dimiliki oleh setiap
Anggapan bahwa kecerdasan manusia
orang hanya kadarnya saja yang berbeda-
hanya bertumpu pada dimensi intelektual
beda. Menurut Berkowitz (dalam Aziz,
saja sudah tidak berlaku lagi pada zaman
2006) agresi sebagai segala bentuk
sekarang ini. Selain IQ, manusia juga
perilaku yang dimaksudkan untuk
masih memiliki dimensi kecerdasan
menyakiti orang lain secara fisik maupun
lainnya, diantaranya yaitu kecerdasan
mental. Pendapat lain menyatakan bahwa
emosional atau Emotional Quotient (EQ)
menyakiti bukan satu-satunya tujuan
dan kecerdasan spiritual atau Spiritual
karena agresi dapat juga bertujuan untuk
Quotient (SQ). Agustian (2001)
melindungi diri sendiri sebagai cara untuk
menyatakan bahwa memasuki abad ke-21,
menunjukkan patriotisme ataupun alat
legenda IQ sebagai satu- satunya tolak
untuk mendapat dukungan sosial dan
ukur kecerdasan yang juga sering
perhatian dari orang lain.
dijadikan parameter keberhasilan manusia,
Kekerasan fisik dan verbal marak
digugurkan oleh munculnya konsep EQ
terjadi di lingkungan sekolah diantaranya
dan SQ.
bullying di kelas, kekerasan senior
Seseorang yang memiliki kecerdasan
terhadap juniornya, kekerasan dalam
emosional yang baik akan mampu untuk
pertemanan, body shaming, pembunuhan
mengetahui serta menangani perasaan
anak terhadap ayah kandung, cyber
mereka dengan baik, mampu untuk
bullying, terjadi penganiayaan antara
menghadapi perasaan orang lain dengan
murid dan guru. Peristiwa yang terjadi
efektif. Selain itu juga seorang remaja
pada akhir-akhir ini sangatlah
yang memiliki pemahaman atau
memprihatinkan, karena kecenderungan
kecerdasan emosi dan tingkat religiuitas
merosotnya moral bangsa hampir terasa di
yang tinggi akan mampu bertindak atau
semua strata kehidupan.
berperilaku sesuai dengan aturan dalam
Khusus di kalangan remaja problema
kehidupannya. Tanpa adanya pengendalian
sosial moral ini dicirikan dengan sikap
atau kematangan emosi (EQ) dan
arogansi, saling memfitnah sesama teman,
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
rendahnya kepeduliaan sosial,
(SQ), sangat sulit bagi siswa untuk
meningkatnya hubungan seks pra-nikah,
menghadapi benturan yang sudah menjadi
bahkan merosotnya penghargaan dan rasa
bagian atau resiko pelajar.
hormat terhadap orang tua dan guru
Goleman (2000) memopulerkan
sebagai sosok yang seharusnya disegani
suatu konsep baru dalam bidang psikologi
dan dihormati.
yang disebut dengan Emotional
Moralitas bangsa ini harus dijaga
Intelligence, kecerdasan intelektual (IQ)
dengan nilai-nilai budaya asli sehingga
bila tidak disertai dengan pengolahan
masuknya nilai budaya asing bukan
emosi yang baik tidak akan menghasilkan
menjadi masalah yang besar. invasi
seseorang sukses dalam hidupnya. Peranan
budaya yang terjadi adalah ancaman yang
IQ hanyalah sekitar 20% untuk menopang
menyebabkan masalah serius, berdasarkan
kesuksesan hidup seseorang, sedangkan
fakta bahwa keterbukaan terhadap konten
80% lainnya ditentukan oleh faktor yang
asing dapat mengikis nilai-nilai tradisional
lain. Selanjutnya ia mengatakan bahwa
dan identitas budaya asli termasuk di
pentingnya pengelolaan emosi bagi
dalamnya pengetahuan spiritual yang
manusia dalam pengambilan keputusan

21
bertindak adalah sama pentingnya, bahkan sebayanya. Sedangkan menurut pendapat
seringkali lebih penting daripada nalar, siswa, mereka berperilaku agresif karena
karena menurutnya, kecerdasan intelektual iseng atau coba-coba dan siswa merasa
tidak berarti apa-apa bila emosi yang senang jika menjadi pusat perhatian
berkuasa. Pada saat proses pemberian layanan
Dari uraian diatas bisa diduga bahwa konseling kelompok yang kedua dan
selain kecerdasan intelektual, rendahnya ketiga dilakukan melalui tahapan yang
kecerdasan emosional juga bisa sama namun dengan topik yang berbeda.
berpengaruh terhadap perilaku agresif, hal Layanan konseling kedua membahas topik
ini disebabkan karena rendahnya tingkat masalah bertengkar dengan teman
kecerdasan emosional menjadikan mereka sebangku. Ada siswa yang mengemukakan
tidak mampu mengendalikan dorongan bahwa masalah ini terjadi karena awalnya
emosi dan tidak mampu menghargai atau siswa saling menghina dan mencaci-maki
berempati terhadap orang lain. Pada sehingga menyebabkan pertengkaran
pertengahan tahun 2000, dunia psikologi terjadi. Kemudian solusi yang diberikan
dikejutkan kembali oleh adanya penemuan oleh siswa lain yaitu agar siswa yang
baru yang dikemukakan oleh Zohar dan sering bertengkar bertukaran posisi duduk
Marshall (2007) tentang kecerdasan dan saling menghargai satu sama lainnya.
manusia yang berhubungan dengan Hasil ini bisa berbeda jika
spiritual, yang dikenal dengan sebutan dihubungkan dengan agresivitas, karena
kecerdasan spiritual. Selanjutnya Zohar rendahnya kecerdasan spiritual bisa
dan Marshal (2007) mengatakan bahwa menyebabkan mereka kehilangan makna
kecerdasan spiritual merupakan dari suatu perilaku yang ditampilkan
kecerdasan untuk menghadapi dan sehingga ketika berperilaku agresif mereka
memecahkan persoalan makna dan nilai tidak tahu makna terdalam dari perilaku
dalam kehidupan. tersebut. Selanjutnya menurut Agustian
Berdasarkan hasil wawancara (2003) bahwa ketiga bentuk kecerdasan
dengan Guru BK di SMP Negeri 278 tersebut diatas sangat penting dan harus
Jakarta, terdapat beberapa peristiwa dikembangkan dalam kehidupan seseorang
perilaku agresif misalnya, tawuran antar hal ini disebabkan karena kecerdasan
sekolah, verbal abussive, berbicara kasar intelektual diperlukan untuk mengatasi
dengan guru, siswa sering nongkrong masalah-masalah yang berhubungan
setelah pulang sekolah, kurangnya dengan aspek kognitif, kecerdasan
motivasi siswa di sekolah dalam mengikuti emosional diperlukan untuk mengatasi
kegiatan non akademik. kurangnya edukasi masalah afektif, dan kecerdasan spiritual
orangtua siswa tentang pola hidup sehat diperlukan untuk mengatasi masalah
dan asupan makanan 4 sehat 5 sempurna, kebermaknaan dalam menjalani
kurangnya komunikasi orangtua dengan kehidupan.
guru terkait perkembangan anak-anak di Berdasarkan uraian diatas, melihat
sekolah. pentingnya nilai dan perilaku sebagai
Berdasarkan penelitian yang siswa, maka peneliti tertarik untuk
dilakukan oleh Febrianti (2014) meneliti mengenai bagaimana keadaan
didapatkan hasil wawancara dengan guru perilaku agresif di sekolah tersebut dengan
BK bahwa perilaku agresif siswa di SMP judul “Hubungan Antara Kecerdasan
Negeri 3 Kota Bengkulu cukup tinggi. Hal Emosional dan Kecerdasan Spiritual
ini dapat dilihat dari adanya kasus seperti Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja di
siswa yang berkelahi, memukul, dan SMP Negeri 278 Jakarta”.
mengganggu temannya. Menurut wali
kelas VII 1 siswa cenderung berperilaku
agresif karena adanya pengaruh dari teman

22
METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini termasuk kategori Uji validitas dan uji reliabilitas alat
penelitian kuantitatif. Metode yang ukur instrumen kecerdasan emosional,
digunakan adalah metode survey jenis kecerdasan spiritual dan perilaku agresif
penelitian korelasional yang bertujuan remaja dengan hasil setiap butir
untuk mengetahui adanya korelasi atau pernyataan pada instrumen ini telah
keterkaitan antara dua atau lebih variabel, terbukti valid dalam mengukur masing-
menggunakan angka mulai dari masing variabel. Untuk instrumen
pengumpulan data, penafsiran terhadap kecerdasan emosional terdapat 22 butir
data tersebut, serta penampilan dari pernyataan yang valid dari 60 butir
hasilnya, mempunyai tujuan untuk pernyataan, untuk instrumen kecerdasan
mengetahui hubungan kecerdasan spiritual terdapat 24 butir pernyataan yang
emosional dan kecerdasan spiritual dengan valid dari 60 butir pernyataan, sedangkan
perilaku agresif remaja. Penelitian ini untuk instrumen perilaku agresif remaja
bersifat expost facto, yaitu melihat fakta terdapat 31 butir pernyataan yang valid
yang sudah berlangsung, tetapi tidak dari 45 butir pernyataan, dimana
melakukan suatu tindakan lanjutan. pernyataan dikatakan valid apabila
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah memiliki nilai rhitung lebih besar dari
penelitian korelasional. Sesuai dengan rtabel sebesar 0.323 dengan taraf
tujuannya, maka penelitian ini tergolong signifikansi 0.05 dan jumlah data (n)=31
penelitian analisis regresi ganda. siswa.
Populasi dalam penelitian ini Hasil uji reliabilitas dari variabel
sebanyak 163 siswa kelas IX (sembilan) kecerdasan emosional sebesar 0.768,
yang terdaftar di SMP Negeri 278 Jakarta. variabel kecerdasan spiritual sebesar
Teknik pengambilan sampel dalam 0.822, variabel perilaku agresif remaja
peneilitian menggunakan rumus slovin, sebesar 0.868, nilai Cronbach’s Alpha dari
sehingga didapatkan 114 siswa sebagai masing-masing variabel lebih dari 0.6
sampel. Teknik pengumpulan data dengan taraf signifikansi 5% dan jumlah
menggunakan kuesioner sebagai instrumen data (n)=31 siswa. Dengan demikian
untuk mengumpulkan data yang instrumen masing-masing variabel dapat
dibutuhkan oleh peneliti. dikatakan cukup konsisten untuk
Penelitian ini menggunakan alat ukur mengukur kecerdasan emosional,
berupa angket masing-masing variabel kecerdasan spiritual dan perilaku agresif
yaitu angket kecerdasan emosional sumber remaja.
dari Luthans dan Goleman, angket Berdasarkan hasil output uji
kecerdasan spiritual sumber dari Zohar dan normalitas nilai pada kolom signifikansi
Marshall (2007) dan angket perilaku untuk variabel kecerdasan emosional
agresif remaja sumber dari Krahe (2005). sebesar sebesar 0.023, variabel kecerdasan
Diperlukan uji validitas dan uji reliabilitas spiritual sebesar 0.020, variabel perilaku
pada setiap butir pernyataan angket. agesif remaja sebesar 0.049. Nilai ketiga
Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini, variabel lebih dari 0.05 pada taraf
persyaratan analisis data yang digunakan signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan
adalah uji normalitas, linearitas dan bahwa data dari ketiga variabel penelitian
multikolinearitas. Kemudian melakukan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil
uji hipotesis menggunakan bantuan output tabel Anova pada kolom
program SPSS 22 Version for Linearity sebesar 0.000 kurang dari 0.05
Windows yaitu uji korelasi product maka dapat disimpulkan bahwa garis
moment dan uji regresi ganda. regresi variabel X1 dengan variabel Y
adalah Linear. Berdasarkan hasil output
tabel Anova pada kolom Linearity

23
sebesar 0.865 lebih dari 0.05 maka dapat Spiritual Sig. (2-tailed) ,473
disimpulkan bahwa garis regresi vaiabel N 114 114
Perilaku Pearson ,015 1
X2 dengan variabel Y adalah Tidak Agresif Correlation
Linear. Remaja Sig. (2-tailed) ,473
Hasil uji multikolinearitas N 114 114
antarvariabel menunjukkan interkorelasi Berdasarkan hasil output Hasil
antarvariabel sebesar 0.755. Seluruh analisis menggunakan Korelasi Product
interkorelasi variabel bebas tidak ada yang Moment menunjukkan nilai Sig. sebesar
melebihi 0.800. Dengan demikian tidak 0.473 hal ini menyatakan bahwa tidak
terjadi multikolinearitas dan analisis terdapat hubungan yang signifikan antara
regresi ganda dapat dilanjutkan. Setelah uji kecerdasan spiritual dengan perilaku
prasyarat terpenuhi maka analisis data agresif remaja kelas IX di SMP Negeri
yang dilakukan selanjutnya adalah uji 278 Jakarta. Namun, Nilai Beta pada
hipotesis menggunakan analisis korelasi output Coefficient sebesar -0.33 Hal ini
product moment untuk uji hipotesis berarti terdapat hubungan negatif antara
pertama dan kedua, menggunakan analisis kecerdasan spiritual dengan perilaku
regresi berganda untuk uji hipotesis ketiga. agresif remaja kelas IX di SMP Negeri
278 Jakarta. Artinya semakin tinggi
Tabel 1. Hasil output Korelasi Antara kecerdasan spiritual maka semakin rendah
Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Agresif perilaku agresif remaja. Sebaliknya,
Remaja
semakin rendah kecerdasan spiritual maka
semakin tinggi perilaku agresif remaja.
Correlations
Kecerdasan Perilaku
Emosional Agresif Tabel 3. Hasil output Korelasi Antara
Remaja Kecerdasan Emosional dan Kceerdasan
Pearson 1 ,447** Spiritual dengan Perilaku Agresif Remaja
Kecerdasa Correlatio
n n Unstandardized standardized
Emosional Sig. (2-tailed) ,000 Coefficients Coefficients
N 114 114 Std.
Perilaku Pearson ,447** 1 Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 63,770 7,143 8,927 ,000
Agresif Correlation Kecerdasan
Remaja Sig. (2-tailed) ,000 Emosional ,546 ,102 ,465 5,371 ,000
N 114 114 (X1)
Kecerdasan -,033 ,035 -,083 -,959 ,340
Spiritual (X2)
Berdasarkan hasil output analisis
menggunakan Korelasi Product Moment
Berdasarkan Hasil output
menunjukkan nilai Sig. sebesar 0.000 hal
Coefficients X1 t value = 5.371 dan Sig.=
ini menyatakan bahwa terdapat hubungan
0.00 maka keduanya memenuhi
yang signifikan antara kecerdasan
persyaratan signifikansi di Tabel
emosional dengan perilaku agresif remaja
Koefisien Regresi. Artinya X 1 signifikan
kelas IX di SMP Negeri 278 Jakarta.
memengaruhi Y. Hasil output Cefficients
Tabel 2. Hasil output Korelasi Antara
X 2 t value = -0.959 dan Sig. 0.34 maka
Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Agresif keduanya tidak memenuhi persyaratan
Remaja signifikansi di Tabel Koefisien Regresi.
Artinya X 2 tidak signifikan memengaruhi
Correlations Y. Akan tetapi t value minus (-) 0,959
Kecerdasan Perilaku memiliki arti arah negatif yaitu semakin
Spiritual Agresif tinggi kecerdasan spiritual maka akan
Remaja
Pearson 1 ,015 semakin rendah perilaku agresif remaja,
Kecerdasan Correlation dan sebaliknya semakin rendah

24
kecerdasan spiritual maka semakin tinggi dengan kata lain kecerdasan emosional
perilaku agresif remaja. (X 1 ) dan kecerdasan spiritual (X 2 ) secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh
Tabel 4. Hasil output Korelasi Antara terhadap perilaku agresif remaja (Y)
Kecerdasan Emosional dan Kceerdasan Rumus F tabel = (k; n-k) dimana k= jumlah
Spiritual dengan Perilaku Agresif Remaja variabel independen (variabel bebas atau
X) sementara n jumlah responden. (2;
Model Summaryb
114-2) = (2; 112) (Safari, 2018 hal:794).
R Adjusted R Std. Error of
Model R Square Square the Estimate Berikut peneliti sajikan dalam gambar:
1 ,454a ,206 ,192 5,477

Berdasarkan hasil output Model


Summary pada kolom R Square sebesar
0.206 artinya kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual memengaruhi
variabel perilaku agresif remaja sebesar Gambar 4.1
20.6%. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel
Kecerdasan Emosional
Tabel 5. Hasil output Korelasi Antara
Kecerdasan Emosional dan Kceerdasan Berdasarkan gambar histogram
Spiritual dengan Perilaku Agresif Remaja distribusi frekuensi variabel kecerdasan
emosional dapat disimpulkan bahwa kelas A
ANOVAa yang memiliki tingkat kecerdasan emosional
Model F Sig. yang tinggi.
Regresi Residual
1 14,438 ,000b
Total

Berdasarkan hasil output ANOVA


pada kolom Sig. = 0.00 memiliki arti
keseluruhan variabel X memengaruhi
secara signifikan terhadap variabel Y.
Berdasarkan tabel output ANOVA diatas Gambar 4.2
diketahui nilai signifikansi (sig.) dalam uji Histogram Distribusi Frekuensi Variabel
F adalah sebasar 0.000. Karena sig. 0.000 Kecerdasan Spiritual
< 0.05, maka sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji F dapat Berdasarkan gambar histogram
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional distribusi frekuensi variabel kecerdasan
spiritual dapat disimpulkan bahwa kelas F
(X 1 ) dan kecerdasan spiritual (X 2 ) secara
yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual
simultan (bersama-sama) berpengaruh tinggi.
terhadap perilaku agresif remaja (Y) atau
signifikan. Dengan demikian, maka
persyaratan agar kita dapat memaknai
nilai koefisien determinasi dalam analisis
regresi linear berganda sudah terpenuhi.
Berdasarkan tabel output SPSS
diatas diketahui nilai F hitung adalah sebesar
14.438. Karena nilai F hitung 14.438 > F tabel Gambar 4.3
3.08, maka sebagaimana dasar Histogram Distribusi Frekuensi Variabel
pengambilan keputusan dalam Uji F dapat Perilaku Agresif Remaja
disimpulkan bahwa hipotesis diterima atau

25
Berdasarkan gambar histogram maka kelas F menempati tingkat tertinggi
distribusi frekuensi variabel kecerdasan kecerdasan spiritual diikuti oleh tingkat
spiritual dapat disimpulkan bahwa kelas F perilaku agresif remaja kelas F menempati
yang memiliki tingkat perilaku agresif angka terendah, hal ini sangat sesuai
tinggi. Pada dasarnya tujuan penelitian ini dengan kajian teori Emmons (dalam
adalah untuk mengetahui sejauh mana Darwis, 2004) menyatakan bahwa
hubungan antara kecerdasan emosional seseorang memiliki kecerdasan spiritual
dan kecerdasan spiritual dengan perilaku yang transenden yaitu memiliki kesadaran
agresif remaja. Peneliti telah melakukan yang tinggi, kemauan memaafkan,
observasi, wawancara dan menyebarkan mensyukuri, kerendahan hati dan belas
angket kepada sampel dari kelas IX di kasihan, namun jika dihubungkan dengan
SMP Negeri 278 Jakarta sebanyak 114 tabel coefficient pada kolom Beta
siswa. Bullying di kelas, kekerasan senior didapatkan hasil sebesar -0.33, hal ini
terhadap juniornya, kekerasan dalam berarti ada hubungan negatif atau arah
pertemanan, Body shaming, kekerasan negatif antara kecerdasan spiritual dengan
dalam pacaran serta kekerasan fisik perilaku agresif remaja, artinya semakin
maupun verbal lainnya marak terjadi di tinggi kecerdasan spiritual maka semakin
lingkungan sekolah, tak terkecuali terjadi rendah perilaku agresif remaja.
di SMP Negeri 278 Jakarta contohnya Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan
tawuran antar sekolah, verbal abussive, spiritual maka semakiin tinggi perilau
berbicara kasar dengan guru, kurangnya agresif remaja. Berdasarkan hasil output
motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ANOVA pada kolom Sig. = 0.00 memiliki
non akademik di sekolah. arti keseluruhan variabel X memengaruhi
Pada tabel 1 hubungan antara secara signifikan terhadap variabel Y.
kecerdasan emosional dengan perilaku Berdasarkan tabel output ANOVA
agresif remaja sangat signifikan, jika diatas diketahui nilai signifikansi (sig.)
dihubungkan dengan gambar 4.1 dalam uji F adalah sebasar 0.000. Karena
histogram distribusi frekuensi variabel sig. 0.000 < 0.05, maka sebagaimana dasar
perilaku agresif remaja maka kelas A pengambilan keputusan dalam uji F dapat
menempati tingkat tertinggi kecerdasan disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional
emosional akan tetapi tingkat perilaku (X1) dan Kecerdasan Spiritual (X2) secara
agresif kelas A pun menempati angka simultan (bersama-sama) berpengaruh
tertinggi, hal ini tidak sesuai dengan kajian terhadap Perilaku Agresif Remaja (Y) atau
teori Goleman dalam bukunya yang signifikan. Jika dikaitkan dengan landasan
berjudul Intelligence Quotient bahwa teoretik bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan intelektual (IQ) hanya kecerdasan emosional yang tinggi maka
menyumbang 20% bagi kesuksesan, perilaku agresif akan rendah, tetapi pada
sedangkan 80% nya adalah sumbangan gambar 4.1 dan 4.3 kecerdasan emosional
fakor-faktor lain diantaranya kecerdasan tinggi di kelas A dan perilaku agresif pun
emosional yakni memotivasi diri sendiri, tinggi di kelas A.
mengontrol desakan hati dan berempati, Menurut Goleman (2007)
namun faktanya di kelas 9A SMP Negeri kecerdasan intelektual (IQ) hanya
278 Jakarta tingkat kecerdasan emosional menyumbang 20% bagi kesuksesan,
tinggi diikuti oleh tingginya tingkat sedangkan 80% adalah sumbangan faktor-
perilaku agresif remaja. faktor lain diantaranya adalah kecerdasan
Pada tabel 2 tidak terdapat hubungan emosional atau Emotional Quotient (EQ),
antara kecerdasan spiritual dengan yakni kemampuan memotivasi diri sendiri,
perilaku agresif remaja, dihubungkan mengatasi frustasi, mengontrol desakan
dengan gambar 4.2 histogram distribusi hati, mengatur suasana hati, berempati
frekuensi variabel perilaku agresif remaja serta kemampuan bekerja sama. Dan

26
kemampuan memotivasi diri sendiri, SIMPULAN
mengatasi frustasi, mengontrol desakan Berdasarkan pengolahan dan analisis
hati adalah perilaku agresif reamaja. data yang dilakukan, dapat disimpulkan
perilaku agresif remaja adalah dorongan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
dari dalam diri untuk menyakiti, melukai antara variabel bebas kecerdasan
baik berupa verbal ataupun non verbal. emosional dengan variabel terikat perilaku
Penelitian ini membuktikan adanya agresif remaja, tidak terdapat hubungan
hubungan yang signifikan antara yang signifikan antara variabel bebas
kecerdasan emosional dengan perilaku kecerdasan spiritual dengan perilaku
agresif remaja. agresif remaja tetapi menghasilkan arah
Emmons (dalam Darwis, 2004) negatif dari variabel kecerdasan spiritual
menyatakan bahwa seseorang yang sebesar -0.33 terhadap variabel terikat
memiliki kecerdasan spiritual, memiliki perilaku agresif remaja dan ada hubungan
kesadaran yang tinggi, memiliki yang signifikan antara variabel bebas
kecakapan untuk menjalani kehidupan kecerdasan emosional dan kecerdasan
sehari-hari sebagai berkah yang suci, spiritual secara bersama-sama dengan
menggunakan sumber spiritual untuk variabel terikat perilaku agresif remaja.
memecahkan masalah-masalah praktis, Dengan demikian variabel kecerdasan
terlibat dalam pelaku berbudi luhur emosional bukan satu-satunya aspek yang
(kemauan memaafkan, mensyukuri, sangat mempengaruhi tingkat perilaku
kerendahan hati, belas kasihan dan agresif remaja remaja akan tetapi ada
kebijaksanaan). variabel lain yang ternyata ikut berperan
Agustian (2003) mendefinisikan SQ memengaruhi tingkat perilaku agresif
(Kecerdasan Spiritual) sebagai remaja.
kemampuan untuk memberi makna Agar hasil penelitian dapat lebih
spiritual terhadap pemikiran, perilaku, dan representatif sebaiknya lebih selektif
kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ dalam pengambilan sampel dengan
(Kecerdasan Intelektual), EQ (Kecerdasan menjadikan seluruh siswa kelas VII, VIII
Emosional), dan SQ (Kecerdasan dan IX sebagai populasi ataupun pada
Spiritual) secara komprehensif. Setelah tingkat kelas yang lebih tinggi, perihal
hasil penelitian ini diketahui, peneliti jenis kelamin, rentang usia sebagai kriteria
kemudian datang kembali ke lokasi dan menggunakan instrumen penelitian
penelitian untuk menyampaikan hasil masing-masing variabel agar lebih
penelitian, hasil penelitian ini sangat bervariasi dan menggunakan pernyataan
diterima oleh pihak sekolah karena dapat tanpa menyebutkan subjek.
menjadi sumber data terkait bagaimana Hasil penelitian ini dapat menjadi
keadaan tingkat kecerdasan emosional, referensi dan pembelajaran bagi seorang
kecerdasan spiritual dan perilaku agresif Konselor ataupun Guru BK di sekolah
remaja di sekolah tersebut. tentang pentingnya peran kecerdasan
Peneliti dan guru BK di sekolah akan emosional, kecerdasan spiritual dan
mengkaji variabel kecerdasan spiritual perilaku agresif remaja, sehingga dapat
yang menghasilkan arah negatif dimana dijadikan sumber informasi terkait dengan
memiliki arti semakin rendah tingkat meluasnya ranah bimbingan dan konseling
kecerdasan spiritual maka semakin tinggi di luar sekolah.
perilaku agresif remaja. Sebaliknya, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual referensi dalam penunjang pengetahuan
maka semakin rendah perilaku agresif program studi bimbingan dan konseling
remaja. dan dapat dijadikan bahan informasi bagi
mahasiswa dan universitas khususnya
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

27
program studi bimbingan dn konseling
dalam melakukan penelitian dengan
lingkup yang lebih luas selain di sekolah
seperti lingkungan keluarga dan
masyarakat..

DAFTAR PUSTAKA
Abdi, S., Sugiharto, Y.P & Sutoyo, A.
(2019). Group Guidance Based on
Gayo Ethnics’ Cultural Values to
Improve Students’ Islamic
Characters. Jurnal Bimbingan
Konseling. 8 (2).
Agustian, Ary Ginanjar. (2003). Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual. Jakarta: Arga.
Aziz, Rahmat dan Retno. (2006).
Pengaruh-Kecerdasan Intelektual
(IQ), Kecerdasan Emosiona (EI), dan
Kecerdasa Spiritual (SI) terhadap
Agresivitas Pada Mahasiswa UIN
Malang. El-Qudwah: Jurnal
Penelitian dan Pengembangan.
Darwis. (2004). Pengaruh Ideologi Etik
dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Hubungan Antara Partisipasi dan
Kesenjangan Anggaran. Tesis.
Malang: Universitas Brawijaya.
Febrianti, Thrisia. et. al.. (2014). Pengaruh
Layanan Konseling Kelompok
Terhadap Perilaku Agresif Siswa
Kelas VII 1 di SMP Negeri 3 Kota
Bengkulu. Undergraduated Thesis:
Universitas Bengkulu.
Goleman, Daniel. (2000). Emotional
Intelligence (terjemahan). Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Krahe B. (2005). Perilaku Agresif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zohar dan Marshall. (2007). SQ: Spiritual
Intelligence The Ultimate
Intelligence. Alih Bahasa Rahmani
Astuti dkk. Bandung: Penerbit
Mizan Media Utama

28

Anda mungkin juga menyukai