Anda di halaman 1dari 18

Perkembangan Membaca Dan Dyslexia; Bukti Dari Gangguan Bahasa;

The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas

Mata kuliah : Development Cognitive In Early Years

Dosen Pengampu : Bu Neneng Tasuah, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh :

1. Rossa Amelia P (1601421037)


2. Jihan meylly Hasanah (1601421018)
3. Siti Sarofa (1601421008)
4. Salsabila Rizqi Ramadhanty Alisa (1601421057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2022
PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada
kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah tentang [Perkembangan Membaca
Dan Dyslexia; Bukti Dari Gangguan Bahasa; The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism]
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bu Neneng Pada mata kuliah Development Cognitive.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bu Neneng. selaku Dosen dalam mata kuliah
Development Cognitive, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai materi Perkembangan Membaca Dan Dyslexia; Bukti Dari Gangguan
Bahasa; The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism .

Dalam Penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih
jauh dari kata sempurna, mengingat kami yang masih tahap proses belajar. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk menjadikan makalah ini sempurna dan untuk menjadi
pembelajaran kami kedepannya. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,
menginspirasi, dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Aamiin
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan membaca pada anak usia dini memang ada tahapannya sesuai umur anak
tetapi ada juga permasalahan terbesar yang harus dihadapi seseorang dalam mengikuti
pendidikan adalah masalah kesulitan belajar (learning disability). Menurut Suryani (2010:34),
kesulitan belajar meliputi beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis,
dan berhitung. Salah satu kesulitan belajar yang banyak dialami adalah kesulitan dalam
membaca atau juga disebut dengan disleksia.
Salah satu ciri spesifik anak dengan gangguan autisme yaitu adanya gangguan dalam
berinteraksi sosial. Selain tidak mampu bersosialisasi, anak autisme juga mengalami gangguan
dalam berkomunikasi, kontak mata yang buruk dan menghindari tatapan, menunjukkan wajah
yang tidak berekspresi, lebih suka menyendiri, tidak suka bermain dengan anak-anak
sebayanya, dan juga tidak dapat mengendalikan emosinya. Jadi secara kesimpulan, anak
autisme memiliki gangguan pada bidang interaksi, komunikasi, dan perilaku.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Penjelasan Mengenai Perkembangan Membaca
1.2.2 Penjelasan Mengenai Diseleksia
1.2.3 Penjelasan Mengenai Bukti Dari Gangguan Bahasa
1.2.4 Penjelasan Mengenai The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang penjelasan Perkembangan Membaca
1.3.2 Untuk mengetahui tentang penjelasan Diseleksia
1.3.3 Untuk mengetahui tentang penjelasan Bukti Dari Gangguan Bahasa
1.3.4 Untuk mengetahui tentang penjelasan The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori
Autisme
BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1. Pengertian Perkembangan Membaca

Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah
dan merupakan usaha persiapan anak memasuki pendidikan berikutnya. Program ini menumpukan
perhatian pada perkataan-perkatan utuh dan bermakna dalam berbagai macam konteks pribadi
anak-anak

2.2. Pengertian Diseleksia

Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata
yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.

2.3. Pengertian Gangguan Bahasa

Gangguan bahasa merupakan salah satu bentuk kelainan atau gangguan dalam komunikasi
dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi.

2.4. Pengertian Autisme

Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku dan
interaksi sosial. Gejala penyakit ini lebih sering terdeteksi pada masa kanak-kanak, tetapi juga dapat
ditemukan ketika dewasa. Autisme saat ini disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism
spectrum disorder (ASD). Hal ini karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap
penderita.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1.1. Pengertian Perkembangan Membaca


Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah
dan merupakan usaha persiapan anak memasuki pendidikan berikutnya. Program ini menumpukan
perhatian pada perkataan-perkatan utuh dan bermakna dalam berbagai macam konteks pribadi
anak-anak. Membaca dini sebagai persiapan anak usia Taman Kanak-kanak, agar dapat membaca
kata-kata sederhana atau mengetahui dan memahami kata-kata bemakna untuk persiapannnya
memasuki tingkat pendidikan selanjutnya. Membaca juga dapat diartikan menterjemahkan simbol-
simbol atau gambar kedalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata, kata-kata disusun agar
orang lain dapat memahaminya.

3.1.2. Tahap Perkembangan Membaca

Menurut Jeanne S. Chall, seorang psikolog, pendidik, dan ahli literasi anak usia dini dalam
bukunya yang berjudul Stages of Reading Development telah mengidentifikasi 6 tahap
perkembangan membaca ini beserta karakteristik di setiap tahapnya

1. Pre-Reading (6 bulan-6 tahun)


Kemampuan dasar membaca anak masih dalam tahap belajar. Sehingga, dikatakan
bahwa anak masih ‘berpura-pura’ membaca saat ia membuka-buka buku. Namun,
setelah ia dibacakan buku cerita oleh orang lain, ia dapat mulai mengenal kata, huruf,
dan simbol yang ada pada bacaan. Ia juga dapat memahami menceritakan ulang cerita
yang telah ia dengar. Peran orang tua untuk mengembangkan kemampuan dan minat
membaca anak sangat penting pada tahap ini. Orang tua harus sering membacakannya
buku cerita anak yang sebaiknya lebih banyak memuat gambar daripada tulisan. Saat
membacakannya buku, lakukanlah dengan gaya yang interaktif dan ajak anak berdialog
untuk menumbuhkan rasa penasarannya.
2. Initial Reading and Decoding (6-7 tahun)

Tahap membaca yang sesungguhnya, karena anak sudah mulai dapat mengenali
hubungan antara huruf dan bunyinya (fonologi) dan juga bisa membaca teks singkat
yang mengandung kata-kata sederhana. Pada akhir tahap ini, anak biasanya sudah dapat
memahami 4.000 kata yang didengarnya dan 600 kata yang dibacanya. Untuk
mengoptimalkan kemampuannya, sediakan banyak buku cerita sederhana pada anak
untuk ia coba baca secara mandiri. Namun selain itu, sebaiknya orang tua juga masih
sering membacakannya cerita.

3. Confirmation & Fluency (7-8 tahun)

Kemampuan membaca mandirinya pada tahap ketiga ini sudah semakin fasih
dan ia pun dapat memahami konteks cerita lebih dalam lagi. Tak hanya itu, ia juga
mulai bisa mengaitkan apa yang ia baca dengan apa yang dengan yang ia alami dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya cerita dengan tema pertemanan di sekolah, kegiatan
harian di rumah, dan tema-tema lainnya yang dekat dengannya. Di akhir tahap ini,
biasanya anak sudah mampu memahami 9.000 kata yang didengarnya dan 3.000 kata
yang dibacanya.

4. Reading for Learning the New (9-14 tahun)

Anak sudah mulai membaca dengan tujuan untuk mempelajari pengetahuan dan
ide baru. Di tahap ini, Anda dapat memberikannya berbagai jenis bacaan untuk ia baca,
mulai dari buku cerita yang lebih panjang, koran, majalah, dan sebagainya. Lalu,
kemampuan yang lebih ditekankan untuk diasah adalah kemampuannya memahami
suatu bacaan. Misalnya apa yang menjadi argumen atau ide utama yang ingin
disampaikan oleh penulis.Kemampuan ini dapat ditingkatkan melalui berbagai cara,
seperti meminta anak untuk membuat ringkasan bacaannya atau bertanya padanya apa
yang ia dapat dari buku yang dibaca.
5. Multiple Viewpoints (15-17 tahun)

Anak sejatinya sudah mampu membaca tulisan yang lebih abstrak, kompleks,
dan mengandung banyak berbagai perspektif berbeda. Ia juga diharapkan sudah mulai
dapat menganalisis dan bersikap kritis terhadap yang ia baca. Ajak anak remaja Anda
untuk membaca buku dengan bidang ilmu dan tema yang beraneka ragam, agar
pengetahuannya semakin bertambah. Kemudian, Anda juga dapat menjadi teman
diskusi baginya mengenai buku yang ia baca.

6. Construction & Reconstruction (18 tahun ke atas)

Seseorang yang berada di tahap ini sebetulnya sudah beranjak menjadi dewasa.
Oleh karenanya, ia diharapkan sudah dapat memahami bacaan dengan baik dan
bersikap kritis dengan apa yang dibaca. Membaca juga dapat berfungsi untuk
mengintegrasikan pengetahuannya dengan pengetahuan orang lain. Namun,
kemampuan membaca ini memang harus terus diasah, misalnya dengan membaca
aneka macam bacaan yang kompleks yang selanjutnya diikuti dengan membuat tulisan
seperti esai dan makalah.
Tahapan perkembangan membaca dini yaitu anak sudah mulai belajar menggunakan
buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balik buku dan terkadang
anak membawa buku-buku kesukaannya. Beberapa tahapan dalam perkembangan membaca anak
yakni:

1. Tahap Fantasi (magical stage)


Anak mulai belajar menggunakan buku dan kadang-kadang anak membawa buku
kesukannya.
2. Tahap Pembentukan Konsep Diri (self concept stage)

Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam
kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau
pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak
cocok dengan tulisannya.
3. Tahap Membaca Gambar (Bridging reading stage)

Anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang
sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memilki makna dengan dirinya,
dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi
atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad.

4. Tahap Pengenalan Bacaan(Take-off reader stage)


Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic, dan
syntatic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali
cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta
membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.

5. Tahap Membaca Lancar (Independent reader stage)


Anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas.

3.1.3. Perilaku kesiapan membaca dini dapat diperlihatkan anak

a) Rasa ingin tahu tentang benda-benda dalam lingkungan, manusia, proses dan
sebagainya.
b) Mampu untuk menterjemahkan atau membaca gambar dengan
mengidentifikasikannya dan menggambarkannya.
c) Menyeluruh dalam pembelajaran anak.
d) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dengan
kalimat.
e) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara
secara cukup baik untuk mencocokkan satu suara dengan yang lainnya.
f) Keinginan untuk belajar membaca.
g) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat berkonsentrasi dan terus
menerus dalam tugas.
h) Memiliki kepercaan diri dan stabilitas emosi.
3.1.4. Manfaat Membaca Bagi Anak Usia Dini
a) Mengembangkan kemampuan otak dan kecerdasan,
b) Meningkatkan kemampuan anak,
c) Mempersiapkan pendidikan anak,
d) Mencegah kerusakan saraf otak,
e) Melatih daya ingat,
f) Memperbanyak kosakata dan meningkatkan kemampuan menyusun kalimat.

3.1.5. Dampak Positif Bagi Kecerdasan

a) Mempertinggi kecerdasan verbal/linguistik karena banyak membaca akan


memperkaya kosakata,
b) Meningkatkan kecerdasan matematis-logis dengan memaksa untuk menalar serta
mengurutkan secara teraturdan berpikir logis untuk mengurutkan jalan cerita atau
memecahkan suatu misteri,
c) Mengembangkan kecerdasan interpersonal dengan mendesak untuk akan cita-cita
hidup,

3.1.6. Meningkatkan Minat Membaca Anak Usia Dini

a. Orang tua

Orang tua berperan aktif untuk membantu anak mereka yang masih kecil untuk
menguasai yang masih kecil untuk menguasai kemampuan membaca agar mereka
terhindar dari dari masalah dikemudian hari dalam pendidikan disekolah. langkah yang
dapat dilakukan oleh lingkungan sekitar agar dapat menimbulkan minat baca pada anak:

1. Jadilah orang tua yang suka membaca

Anak adalah peniru ulung. Apa yang dilihat dan didengarnya akan mudah diserap
dan ditiru. Orang tua tidak perlu memaksa anak untuk membaca. Karena pada dasarnya
anak adalah suka meniru, maka dengan sendirinya mereka akan mengikuti apa yang
dilakukan orang tua atau orang-orang yang ada disekitarnya.
2. Jadilah orang tua pendongeng

Orang tua dapat memperkenalkan anaknya yang masih balita dengan buku-buku
yang terdapat gambar berwarna-warni. Dengan memperkenalkan anak-anak pada nuku
sejak dini untuk mencintai buku dan rajin membaca.

3. Berawal dari bacaan ringan

Langkah awal yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan minat baca
pada anak selain orang tua harus menjadi teladan adalah dengan memberikan bacaan-
bacaan ringan tetapi menarik. Bacaan yang ringan tapi disukai anak adalah buku cerita
yang bergambar tetapi sedikit teks.

4. Membuat perpustakaan mini

Membuatkan tempat khusus untuk buku-buku yang dimiliki anak. Ini adalah salah
satu motivasi yang besar bagi orang tua untuk menumbuhkan dan membiasakan anak
membaca.

5. Motivasi bukan paksaan

Keinginan orang tua yang begitu kuat untuk membiasakan anaknya membaca maka
banyak orang tua yang memaksakan anaknya rajin belajar dan membaca. Hal ini bukan
memberi motivasi akan tetapi mematikan motivasi. Bila anak dipaksa yang terjadi adalah
keinginan anak untuk membaca adalah karena paksaan bukan karena keinginanya sendiri,
jadi anak akan mau membaca jika disuruh atau dipaksa.

6. Hindari kebiasaan menonton TV /VCD/play station secara berlebihan.

Berbagai penelitaian diungkapkan bahwa menonton televise bisa berpengaruh pada


daya konsentrasi anak. Gambar yang berwarna-warni dengan gerak yang begitu cepat
bisa menganggu konsentrasi belajar anak. Tayangan yang hanya memperlihatkan bacaaan
dengan durasi waktu yang begitu cepat sehingga susah untuk dibaca dan diikuti mambuat
anak malas membaca. Padahal untuk menikmati dan memahami bacaan dibutuhkan
konsentrasi dan waktu yang lama bagi anak-anak. Orang tua yang gemar membaca dan
suka membacakan dongeng untuk anak, tidak membiasakan anak menonton televisi
secara berlebihan dan tanpa pengawasan, serta selalu memberikan motivasi agar anak
menjadi anak yang percaya diri dan tertarik dengan kegiatan membaca.

b. Sekolah dan lingkungan

Faktor sekolah dan lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Factor
lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman dirumah, dan sosial ekonomi
keluarga anak.

3.2.1. Pengertian Diseleksia

Istilah disleksia digunakan untuk menunjukkan anak yang mengalami kesulitan membaca
dan bahasa di awali oleh Vernon, Morgan dan Hinshelwood (dalam Russel, 1978). Disleksia
sangat erat kaitannya dengan adanya gangguan neurologis pada masa perkembangan usia
prasekolah. Anak yang mengalami gangguan komunikasi meliputi anak-anak yang kesulitan
menggunakan bahasa oral maupun tulisan. Perkembangan bahasa anak sebenarnya mengikuti
rangkaian tahapan yang spesifik meskipun kecepatan tahapan yang dicapai setiap anak berbeda-
beda.

3.2.2. Kesulitan atau Hambatan Perkembangan

Kesulitan atau hambatan perkembangan akan mengakibatkan adanya gangguan pada bidang
akademik (kirk & gallagher (1986), gangguan perkembangan meliputi:

1. Gangguan perhatian (attention disorder)


Anak dengan gangguan perhatian akan merespon pada berbagai stimulus yang banyak.
Anak ini selalu bergerak, sering teralih perhatiannya, tidak dapat mempertahankan
perhatian yang cukup lama untuk belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara
utuh pada sesuatu hal.
2. Gangguan memori (memory disorder)
Gangguan pada memori adalah ketidakmampuan untuk mengingat apa yang telah dilihat
atau didengar ataupun dialami. Anak dengan masalah memori visual dapat memiliki
kesulitan dalam me-recall kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga
dialami oleh anak dengan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi
perkembangan bahasa lisannya.
3. Gangguan persepsi visual dan motorik anak-anak dengan gangguan persepsi visual tidak
dapat memahami rambu-rambu lalu lintas, tanda panah, kata-kata yang tertulis, dan symbol
visual yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti dari sebuah gambar atau angka atau
memiliki pemahaman akan dirinya. Contohnya seorang anak yang memiliki penglihatan
normal namun tidak dapat mengenali teman sekelasnya. Dia hanya mampu mengenal saat
orang ybs berbicara atau menyebutkan namanya. Pada anak dengan gangguan persepsi
motorik, mereka tidak dapat memahami orientasi kanan-kiri, bahasa tubuh, visual closure
dan orientasi spasial serta pembelajaran secara motorik.
4. Gangguan berpikir (thinking disorder) gangguan berpikir adalah kesulitan dalam operasi
kognitif pada pemecahan masalah pembentukan konsep dan asosiasi. Gangguan berfikir
berhubungan dengan gangguan dalam berbahasa verbal. Dalam penelitian oleh luick
terhadap 237 siswa dengan gangguan dalam berbahasa verbal yang parah, menemukan
bahwa mereka memperlihatkan kemampuan yang normal dalam tes visual dan motorik
namun berada di bawah rata-rata pada tes persepsi auditori, ekspresi verbal, memori
auditori sekuensial, dan grammatic closure.
5. Gangguan bahasa (language disorder), gangguan bahasa merupakan kesulitan belajar yang
paling umum dialami pada anak pra-sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak berbicara atau
berespon dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal. Kemampuan bicara dan
bahasa yang dipengaruhi oleh fisiologis otak (dunlap, 2009: 127). Hal tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh chilosi, dkk. (2001), menemukan hambatan
perkembangan kemampuan berbahasa dan kognitif pada anak yang mengalami luka otak,
hal ini akan menjadikan anak kesulitan dalam mengolah simbol, menyimpan, me-recall
dan merangkai melalui auditori.
3.2.3. Faktor penyebab diseleksia

Faktor yang diperkirakan berkontribusi terhadap munculnya gangguan berbahasa termasuk


disleksia pada tingkat akdemik. Adapun faktor tersebut meliputi genetik, dimana setiap orangtua
akan menurunkan struktur biologis yang relatif sama kepada anakanaknya. Kemampuan
komunikasi meliputi bicara dan bahasa yang dipengaruhi oleh fisiologis otak (dunlap, 2009: 127).

Jika pada fisiologis neurologis otak mengalami gangguan baik adanya disfungsi, luka,
bahkan kerusakan otak pada area tersebut dapat dipastikan anak akan mengalami gangguan
perkembangan bahasa.

3.2.4. Gejala Disleksia Pada Anak

• Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad


• Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak seusianya
• Sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip’
• Sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘p’
dengan ‘q’

Selain keluhan di atas, anak dengan disleksia dapat mengalami kesulitan dalam sejumlah
aktivitas berikut:

• Memproses dan memahami apa yang didengar


• Menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan
• Mengeja, membaca, menulis, dan berhitung
• Mengingat huruf, angka, dan warna
• Mengucapkan kata yang tidak umum
• Memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata

3.2.5. Treatment Diseleksia

Program treatment sebagai langkah intervensi pada anak-anak yang mengalami gangguan
perkembangan bahasa dan disleksia perlu diperhatikan variabilitas, psikologis, neurologis dan
pedagogis jika akan dilakukan secara kelompok. Program penanganan anak pada prasekolah
meliputi semua aspek perkembangan yang menjadi prasyarat belajar akademik meliputi persepsi,
sensori-motor, komunikasi, dan kognisi.

• Pengembangan persepsi auditory, dapat diprogramkan untuk mengidentifikasi (persamaan


dan perbedaan) suara-suara alami seperti burung, kucing, kambing dan seterusnya, serta
suara-suara jadia (artificial) seperti suara mobil, motor, klakson dan seterusnya.
• Mengembangkan kemampuan motorik halus terutama pada organ wicara berikan makanan
yang harus dikunyah sesuai dengan pertumbuhan gigi anak, dengan mengunyah makanan
maka otot mulut akan semakin kuat dan berkembang, serta semakin matangnya organ
artikulasi dan mendorong anak tidak segan belajar wicara
• Pengembangan persepsi visual dapat dilatihkan dengan mensortir dan menjodohkan benda-
benda sejenis dalam bentuk dan warna.
• Pengembangan sensori-motor dimulai dari motorik kasar dan keseimbangan (gross
motorik dan balance) dengan latihan melompat, meloncat, jalan, lari (lokomosi dan
nonlokomosi) dilanjutkan dengan koorninasi sensori-motor yaitu melempar, menangkap,
menendang bola, dan seterusnya.
• Pengembangan komunikasi, bagi anak bayi sebelum 1 tahun anak harus sering diajak
bicara walaupun anak belum paham apa yang dibicarakan, yaitu yang dia dengar atau dia
lihat tetapi hal ini akan tersimpan secara engran (neurobiotaksis) pada saatnya nanti pada
tugas perkembangan berikutnya anak akan memahami berdasarkan referensi memori yang
telah tersimpan. Pada anak yang lebih besar sering diberikan atau didengarkan ceritera dan
tugas atau perintah secara verbal,
• Pengembangan kognisi dapat dilakukan dengan bermain dan permainan dengan bermain
anak akan mengembangkan imajinasinya terhadap benda yang diidentifikasi sebagai
mahkluk hidup sehingga anak akan sering bergumam dan berimajinasi sambil bicara.

3.2.6. Gangguan Bahasa Dalam perkembangan Bahasa anak


proses berbahasa dimulai dengan enkode semantik, enkode gramatikal, dan
enkode fonologi. Enkode semantik dan enkode gramatikal berlangsung di dalam otak,
sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak lalu dilanjutkan pelaksanannya oleh alat-
alat bicara yang melibatkan sistem saraf otak (neuromiskuler). Oleh karena itu dapat
dikatakan berbahasa adalah proses mengeluarkan pikiran dan perasaan (dari otak) secara
lisan dalam bentuk kata-kata atau kalimat-kalimat (Chaer, 2009:146).

➢ Tahap Perkembangan Bahasa pada Anak Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode
besar, yaitu: periode Pralinguistik (0--1 tahun) dan Linguistik (1—5 tahun). Periode
linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang pertama, yang
merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
➢ Menurut Fatmawati (2015:70—71) stadia perkembangan awal ujaran pada anak terbagi
atas 3 tahap, yaitu:
• stadia penamaan atau fase satu kata (Holofrase)
• stadia telegrafis/fase lebih dari satu kata
• stadia transformasional dan morfemis/fase diferensiasi.

3.2.7 Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan Bahasa anak


Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan
bahasa yang baik. Yusuf (2014:153—158) mengatakan bahwa perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, status sosial ekonomi,
jenis kelamin, dan hubungan keluarga. Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor
yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah sebagai berikut.
• Kognisi (Proses Memeroleh Pengetahuan) Tinggi rendahnya kemampuan kognisi
individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan
dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran
dengan bahasa seseorang.
• Pola Komunikasi dalam Keluarga. Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya
banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
• Jumlah Anak atau Jumlah Keluarga. Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota
keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat karena terjadi komunikasi yang
bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota
lain selain keluarga inti.
• Posisi Urutan Kelahiran. Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah
akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak
sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah
komunikasi ke atas saja.
• Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa) Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan
bahasanya dari pada yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa
menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan
bahasa daerah dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.

3.2.8. Penjelasan Mengenai The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism

Teori buta-pikiran tentang kondisi spektrum autisme telah berhasil menjelaskan


kesulitan sosial dan komunikasi yang menjadi ciri kondisi ini tetapi tidak dapat
menjelaskan fitur nonsosial (minat yang sempit, kebutuhan akan kesamaan, dan perhatian
terhadap detail). Sebuah teori baru, teori empathizing-systemizing (E-S), dirangkum,
yang berpendapat bahwa dua faktor diperlukan untuk menjelaskan fitur sosial dan
nonsosial dari kondisi tersebut. Hal ini terkait dengan teori kognitif lain seperti teori
koherensi sentral yang lemah dan teori disfungsi eksekutif. Teori E-S juga diperluas ke
teori otak pria yang ekstrem sebagai cara untuk memahami rasio jenis kelamin yang bias
pada autisme. Prediksi etiologi dibahas, seperti aplikasi klinis yang muncul dari teori ES.
DAFTAR PUSTAKA

Russel G. S.. 1978. Prevention of Reading Disabilities. USA: Harper & Row Publisher, diakses
melalui https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/12839/9004 pada tanggal
11 April 2022 pukul 20.49 WIB

Dunlap, L.L. Linda L. Dunlap. 2009. An Introduction To Early Childhood Special Education
Birth To Age Five. United States of America PEARSON, diakses melalui
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/12839/9004 pada tanggal 11 April
2022 Pukul 21.36 WIB

Flafell, J.H; Miller, P.M.; & Miller, S.A. 1993. Cognitive Development, third edition. New
Jersey: Prentice Hall Inc. diakses melalui
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/12839/9004 pada tanggal 11 April
2022 pukul 21. 45 WIB

Sudjana (1996), Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal.31,
diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-
usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Salehuddin (2000), Upaya Guru dalam Menumbuhkan Minat Baca pada Anak, Bandung: Asa
Mandiri, hal.23, diakses melalui
https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-dini.html
pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Depdiknas. 2007. Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan. Jakarta: Depdiknas,
hal.4-6, diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Jasni Herlani (2008), Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Gema Insani, hal. 24, diakses
melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-
dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Taufik Adi Susilo (2011), Calistung,Jogjakarta: Hak cipta, hal. 11-13 , diakses melalui
https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-dini.html
pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Jordan E. Ayan dalam Taufik Adi Susilo (2011), Calistung,Jogjakarta: Hak cipta, hal. 12-13 ,
diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-
usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Slameto (2010), Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, cet. V, Jakarta: Rineka Cipta,
hl.61 , diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Maimunah Hasan (2010), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), cet. II, Jogjakarta: DIVA Press,
hal.318, diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Ummu Hayya Nida (2009), Melejitkan Talenta Sang Buah Hati, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
hal.216 , diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB

Suryani, Y. E. (2010). Kesulitan Belajar. Magistra, 22(73), 33–47. Retrieved from


https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/39303495/KESULITAN_BELAJAR
.pdf?response-content-disposition=inline%3B filename%3Dkesulitan_ belajar.pdf&X-
Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-Credential=
AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20191216%2Fus-east-1%2Fs3%2Faws

https://jurnal.umko.ac.id/index.php/elsa/article/download/105/84#:~:text=Gangguan%20
bahasa%20merupakan%20salah%20satu,atau%20kehilangan%20dalam%20proses%20simbolisa
si.

Diakses pada Rabu, 13 April 2022, pukul 11.34

https://nyaspubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-6632.2009.04467.x

Diakses pada Rabu, 13 April 2022, pukul 12.15

file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/105-Article%20Text-168-1-10-20200210.pdf

Anda mungkin juga menyukai