Disusun oleh :
TAHUN 2022
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada
kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah tentang [Perkembangan Membaca
Dan Dyslexia; Bukti Dari Gangguan Bahasa; The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism]
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bu Neneng Pada mata kuliah Development Cognitive.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bu Neneng. selaku Dosen dalam mata kuliah
Development Cognitive, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai materi Perkembangan Membaca Dan Dyslexia; Bukti Dari Gangguan
Bahasa; The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori Autism .
Dalam Penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis masih
jauh dari kata sempurna, mengingat kami yang masih tahap proses belajar. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk menjadikan makalah ini sempurna dan untuk menjadi
pembelajaran kami kedepannya. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat,
menginspirasi, dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca. Aamiin
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui tentang penjelasan Perkembangan Membaca
1.3.2 Untuk mengetahui tentang penjelasan Diseleksia
1.3.3 Untuk mengetahui tentang penjelasan Bukti Dari Gangguan Bahasa
1.3.4 Untuk mengetahui tentang penjelasan The Empathizing-Systematizing (E-S) Teori
Autisme
BAB II
KERANGKA TEORETIS
Membaca dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah
dan merupakan usaha persiapan anak memasuki pendidikan berikutnya. Program ini menumpukan
perhatian pada perkataan-perkatan utuh dan bermakna dalam berbagai macam konteks pribadi
anak-anak
Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan
membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata
yang diucapkan dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.
Gangguan bahasa merupakan salah satu bentuk kelainan atau gangguan dalam komunikasi
dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi.
Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku dan
interaksi sosial. Gejala penyakit ini lebih sering terdeteksi pada masa kanak-kanak, tetapi juga dapat
ditemukan ketika dewasa. Autisme saat ini disebut sebagai gangguan spektrum autisme atau autism
spectrum disorder (ASD). Hal ini karena gejala dan tingkat keparahannya bervariasi pada tiap
penderita.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut Jeanne S. Chall, seorang psikolog, pendidik, dan ahli literasi anak usia dini dalam
bukunya yang berjudul Stages of Reading Development telah mengidentifikasi 6 tahap
perkembangan membaca ini beserta karakteristik di setiap tahapnya
Tahap membaca yang sesungguhnya, karena anak sudah mulai dapat mengenali
hubungan antara huruf dan bunyinya (fonologi) dan juga bisa membaca teks singkat
yang mengandung kata-kata sederhana. Pada akhir tahap ini, anak biasanya sudah dapat
memahami 4.000 kata yang didengarnya dan 600 kata yang dibacanya. Untuk
mengoptimalkan kemampuannya, sediakan banyak buku cerita sederhana pada anak
untuk ia coba baca secara mandiri. Namun selain itu, sebaiknya orang tua juga masih
sering membacakannya cerita.
Kemampuan membaca mandirinya pada tahap ketiga ini sudah semakin fasih
dan ia pun dapat memahami konteks cerita lebih dalam lagi. Tak hanya itu, ia juga
mulai bisa mengaitkan apa yang ia baca dengan apa yang dengan yang ia alami dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya cerita dengan tema pertemanan di sekolah, kegiatan
harian di rumah, dan tema-tema lainnya yang dekat dengannya. Di akhir tahap ini,
biasanya anak sudah mampu memahami 9.000 kata yang didengarnya dan 3.000 kata
yang dibacanya.
Anak sudah mulai membaca dengan tujuan untuk mempelajari pengetahuan dan
ide baru. Di tahap ini, Anda dapat memberikannya berbagai jenis bacaan untuk ia baca,
mulai dari buku cerita yang lebih panjang, koran, majalah, dan sebagainya. Lalu,
kemampuan yang lebih ditekankan untuk diasah adalah kemampuannya memahami
suatu bacaan. Misalnya apa yang menjadi argumen atau ide utama yang ingin
disampaikan oleh penulis.Kemampuan ini dapat ditingkatkan melalui berbagai cara,
seperti meminta anak untuk membuat ringkasan bacaannya atau bertanya padanya apa
yang ia dapat dari buku yang dibaca.
5. Multiple Viewpoints (15-17 tahun)
Anak sejatinya sudah mampu membaca tulisan yang lebih abstrak, kompleks,
dan mengandung banyak berbagai perspektif berbeda. Ia juga diharapkan sudah mulai
dapat menganalisis dan bersikap kritis terhadap yang ia baca. Ajak anak remaja Anda
untuk membaca buku dengan bidang ilmu dan tema yang beraneka ragam, agar
pengetahuannya semakin bertambah. Kemudian, Anda juga dapat menjadi teman
diskusi baginya mengenai buku yang ia baca.
Seseorang yang berada di tahap ini sebetulnya sudah beranjak menjadi dewasa.
Oleh karenanya, ia diharapkan sudah dapat memahami bacaan dengan baik dan
bersikap kritis dengan apa yang dibaca. Membaca juga dapat berfungsi untuk
mengintegrasikan pengetahuannya dengan pengetahuan orang lain. Namun,
kemampuan membaca ini memang harus terus diasah, misalnya dengan membaca
aneka macam bacaan yang kompleks yang selanjutnya diikuti dengan membuat tulisan
seperti esai dan makalah.
Tahapan perkembangan membaca dini yaitu anak sudah mulai belajar menggunakan
buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak balik buku dan terkadang
anak membawa buku-buku kesukaannya. Beberapa tahapan dalam perkembangan membaca anak
yakni:
Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam
kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau
pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak
cocok dengan tulisannya.
3. Tahap Membaca Gambar (Bridging reading stage)
Anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang
sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memilki makna dengan dirinya,
dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi
atau lagu yang dikenalnya serta sudah mengenal abjad.
a) Rasa ingin tahu tentang benda-benda dalam lingkungan, manusia, proses dan
sebagainya.
b) Mampu untuk menterjemahkan atau membaca gambar dengan
mengidentifikasikannya dan menggambarkannya.
c) Menyeluruh dalam pembelajaran anak.
d) Melalui kemampuan berkomunikasi dengan bahasa percakapan khususnya dengan
kalimat.
e) Memiliki kemampuan untuk membedakan persamaan dan perbedaan dalam suara
secara cukup baik untuk mencocokkan satu suara dengan yang lainnya.
f) Keinginan untuk belajar membaca.
g) Memiliki kematangan emosional yang cukup untuk dapat berkonsentrasi dan terus
menerus dalam tugas.
h) Memiliki kepercaan diri dan stabilitas emosi.
3.1.4. Manfaat Membaca Bagi Anak Usia Dini
a) Mengembangkan kemampuan otak dan kecerdasan,
b) Meningkatkan kemampuan anak,
c) Mempersiapkan pendidikan anak,
d) Mencegah kerusakan saraf otak,
e) Melatih daya ingat,
f) Memperbanyak kosakata dan meningkatkan kemampuan menyusun kalimat.
a. Orang tua
Orang tua berperan aktif untuk membantu anak mereka yang masih kecil untuk
menguasai yang masih kecil untuk menguasai kemampuan membaca agar mereka
terhindar dari dari masalah dikemudian hari dalam pendidikan disekolah. langkah yang
dapat dilakukan oleh lingkungan sekitar agar dapat menimbulkan minat baca pada anak:
Anak adalah peniru ulung. Apa yang dilihat dan didengarnya akan mudah diserap
dan ditiru. Orang tua tidak perlu memaksa anak untuk membaca. Karena pada dasarnya
anak adalah suka meniru, maka dengan sendirinya mereka akan mengikuti apa yang
dilakukan orang tua atau orang-orang yang ada disekitarnya.
2. Jadilah orang tua pendongeng
Orang tua dapat memperkenalkan anaknya yang masih balita dengan buku-buku
yang terdapat gambar berwarna-warni. Dengan memperkenalkan anak-anak pada nuku
sejak dini untuk mencintai buku dan rajin membaca.
Langkah awal yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan minat baca
pada anak selain orang tua harus menjadi teladan adalah dengan memberikan bacaan-
bacaan ringan tetapi menarik. Bacaan yang ringan tapi disukai anak adalah buku cerita
yang bergambar tetapi sedikit teks.
Membuatkan tempat khusus untuk buku-buku yang dimiliki anak. Ini adalah salah
satu motivasi yang besar bagi orang tua untuk menumbuhkan dan membiasakan anak
membaca.
Keinginan orang tua yang begitu kuat untuk membiasakan anaknya membaca maka
banyak orang tua yang memaksakan anaknya rajin belajar dan membaca. Hal ini bukan
memberi motivasi akan tetapi mematikan motivasi. Bila anak dipaksa yang terjadi adalah
keinginan anak untuk membaca adalah karena paksaan bukan karena keinginanya sendiri,
jadi anak akan mau membaca jika disuruh atau dipaksa.
Faktor sekolah dan lingkungan juga mempengaruhi kemampuan membaca anak. Factor
lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman dirumah, dan sosial ekonomi
keluarga anak.
Istilah disleksia digunakan untuk menunjukkan anak yang mengalami kesulitan membaca
dan bahasa di awali oleh Vernon, Morgan dan Hinshelwood (dalam Russel, 1978). Disleksia
sangat erat kaitannya dengan adanya gangguan neurologis pada masa perkembangan usia
prasekolah. Anak yang mengalami gangguan komunikasi meliputi anak-anak yang kesulitan
menggunakan bahasa oral maupun tulisan. Perkembangan bahasa anak sebenarnya mengikuti
rangkaian tahapan yang spesifik meskipun kecepatan tahapan yang dicapai setiap anak berbeda-
beda.
Kesulitan atau hambatan perkembangan akan mengakibatkan adanya gangguan pada bidang
akademik (kirk & gallagher (1986), gangguan perkembangan meliputi:
Jika pada fisiologis neurologis otak mengalami gangguan baik adanya disfungsi, luka,
bahkan kerusakan otak pada area tersebut dapat dipastikan anak akan mengalami gangguan
perkembangan bahasa.
Selain keluhan di atas, anak dengan disleksia dapat mengalami kesulitan dalam sejumlah
aktivitas berikut:
Program treatment sebagai langkah intervensi pada anak-anak yang mengalami gangguan
perkembangan bahasa dan disleksia perlu diperhatikan variabilitas, psikologis, neurologis dan
pedagogis jika akan dilakukan secara kelompok. Program penanganan anak pada prasekolah
meliputi semua aspek perkembangan yang menjadi prasyarat belajar akademik meliputi persepsi,
sensori-motor, komunikasi, dan kognisi.
➢ Tahap Perkembangan Bahasa pada Anak Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode
besar, yaitu: periode Pralinguistik (0--1 tahun) dan Linguistik (1—5 tahun). Periode
linguistik inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang pertama, yang
merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
➢ Menurut Fatmawati (2015:70—71) stadia perkembangan awal ujaran pada anak terbagi
atas 3 tahap, yaitu:
• stadia penamaan atau fase satu kata (Holofrase)
• stadia telegrafis/fase lebih dari satu kata
• stadia transformasional dan morfemis/fase diferensiasi.
Russel G. S.. 1978. Prevention of Reading Disabilities. USA: Harper & Row Publisher, diakses
melalui https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/12839/9004 pada tanggal
11 April 2022 pukul 20.49 WIB
Dunlap, L.L. Linda L. Dunlap. 2009. An Introduction To Early Childhood Special Education
Birth To Age Five. United States of America PEARSON, diakses melalui
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/12839/9004 pada tanggal 11 April
2022 Pukul 21.36 WIB
Flafell, J.H; Miller, P.M.; & Miller, S.A. 1993. Cognitive Development, third edition. New
Jersey: Prentice Hall Inc. diakses melalui
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/12839/9004 pada tanggal 11 April
2022 pukul 21. 45 WIB
Sudjana (1996), Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, hal.31,
diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-
usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Salehuddin (2000), Upaya Guru dalam Menumbuhkan Minat Baca pada Anak, Bandung: Asa
Mandiri, hal.23, diakses melalui
https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-dini.html
pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Depdiknas. 2007. Persiapan Membaca dan Menulis Melalui Permainan. Jakarta: Depdiknas,
hal.4-6, diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Jasni Herlani (2008), Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Gema Insani, hal. 24, diakses
melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-
dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Taufik Adi Susilo (2011), Calistung,Jogjakarta: Hak cipta, hal. 11-13 , diakses melalui
https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-usia-dini.html
pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Jordan E. Ayan dalam Taufik Adi Susilo (2011), Calistung,Jogjakarta: Hak cipta, hal. 12-13 ,
diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-membaca-anak-
usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Slameto (2010), Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, cet. V, Jakarta: Rineka Cipta,
hl.61 , diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Maimunah Hasan (2010), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), cet. II, Jogjakarta: DIVA Press,
hal.318, diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
Ummu Hayya Nida (2009), Melejitkan Talenta Sang Buah Hati, Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
hal.216 , diakses melalui https://alaksamana.blogspot.com/2017/02/perkembangan-
membaca-anak-usia-dini.html pada tanggal 12 April 2022 pukul 7.00 WIB
https://jurnal.umko.ac.id/index.php/elsa/article/download/105/84#:~:text=Gangguan%20
bahasa%20merupakan%20salah%20satu,atau%20kehilangan%20dalam%20proses%20simbolisa
si.
https://nyaspubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-6632.2009.04467.x
file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/105-Article%20Text-168-1-10-20200210.pdf