Nama/ NIM :
Dinda Aulina Sinaga/ 1232413006
Fakhira Azzahra Syarefi / 1233113002
Fitri Romasi Sitanggang 1233113058
Lisda Sinaga/ 1233113031
Karina Dinda/1231113035
Menulis
Menulis adalah bagian integral dari perkembangan bahasa anak. Kemampuan ini tidak hanya
penting untuk mengekspresikan ide dan gagasan, tetapi juga untuk berkomunikasi secara efektif
dalam berbagai konteks kehidupan.
Permasalahan Keterampilan Menulis pada Anak dengan Aud:
1. Kesulitan dalam qmemahami instruksi menulis: Anak dengan Aud mungkin menghadapi
kesulitan dalam memahami instruksi menulis yang disampaikan secara verbal. Hal ini dapat
menghambat mereka dalam memulai atau menyelesaikan tugas menulis.
2. Keterbatasan dalam memahami struktur kalimat dan tata bahasa: Karena kurangnya akses
terhadap bahasa lisan yang memadai, anak dengan Aud mungkin kesulitan dalam memahami dan
menerapkan tata bahasa yang benar dalam tulisan mereka.
3. Tantangan dalam mengorganisir ide dan mengembangkan narasi: Proses menyusun ide
menjadi tulisan yang terstruktur dan koheren bisa menjadi sulit bagi anak dengan Aud yang
mungkin mengalami kesulitan dalam merangkai ide secara berurutan.
4. Kurangnya pengalaman dengan bahasa tulisan: Fokus pada bahasa isyarat atau komunikasi
alternatif mungkin (membuat anak dengan Aud memiliki pengalaman yang terbatas dengan
bahasa tulisan, seperti membaca dan menulis cerita, artikel, atau puisi.
Strategi Mengatasi Permasalahan:
1. Penggunaan visual dan demonstrasi langsung: Menggunakan visual seperti gambar, diagram,
atau model tulisan yang ditunjukkan secara langsung dapat membantu anak dengan Aud
memahami instruksi menulis dengan lebih baik.
2. Pendekatan multiseluler: Menggabungkan berbagai modalitas pembelajaran seperti
penggunaan gambar, model kalimat, dan cerita berseri untuk membantu anak memahami struktur
kalimat dan tata bahasa dengan lebih efektif.
3. Latihan mengorganisir ide: Melakukan latihan rutin dalam mengorganisir ide melalui aktivitas
seperti peta pikiran atau outline dapat membantu anak mengembangkan kemampuan mereka
dalam merencanakan tulisan mereka sebelum mulai menulis.
4. Menghadirkan beragam teks tulisan: Memperkenalkan anak dengan berbagai jenis teks tulisan,
termasuk cerita, artikel, dan puisi, serta memberikan dukungan dalam memahaminya, dapat
membantu mereka memperluas pengetahuan dan keterampilan menulis mereka
Membaca
Kesulitan membaca dapat dianalisis, salah satunya, dengan melihat kesiapan anak dalam
membaca. Kesiapan membaca sering kali disebut juga dengan istilah reading readiness (Arijani,
2013; Akubuilo et al.,2015; and Rizkiana, 2016).
Reading readiness, atau kesiapan membaca, ditandai dengan anak memiliki kesiapan mental
dan psikologis dalam mengenali kemampuan untuk dapat tumbuh kedewasaannya, sehingga
dapat melakukan aktivitas yang berkaitan dengan minat dan bakatnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat A.J. Harris & E.R. Sipay (1980), dan sarjana lainnya, yang menyatakan bahwa reading
readiness, atau kesiapan membaca, dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan umum tentang
kedewasaan, yaitu bakat, kemampuan belajar, dan keterampilan seorang anak, yang
memungkinkan belajar membaca pada situasi pengajaran tertentu.
Peneliti melihat bahwa ada beberapa anak yang sudah bisa dalam penyebutan huruf-huruf
seperti b dan d namun hanya 4 anak yang belum bisa dalam penyebutan huruf, untuk kedepannya
guru atau orang tua harus banyak memiliki ide agar supaya anak bisa menyebut huruf-huruf yang
ditunjukkan oleh guru dan orangtua nya, hal ini tidak lain dan tidak bukan dikarenakan masih
banyaknya kelalaian dari guru dalam mendidik atau mengajari tata cara penyebutan huruf-huruf
dan bisa membedakan huruf, maka dari ituguru dan orangtua harus selalu melihat situasi dari
anak setiap harinya, ada perubahan atau tidaknya kedepan.Sebagai guru harus mengetahui betapa
pentingnya seorang guru dalam menyikapi sebuah masalah yang dialami oleh siswa.Maka dari
itu ada beberapa tahapan perkembangan membaca menurut Cochrane (Brewer, 1995: 218), yaitu:
1. Tahap Magic (Magical Stage), pada tahapan ini anak belajar tentang kegunaan buku, dan
menganggap buku itu adalah suatu hal yang dibutuhkan dalam kegiatannya sehari-hari.
2. Tahap Konsep Diri (Self Concept Stage), tahapan ini menunjukkan bahwa anak menganggap
bahwa dirinya adalah seorang pembaca, mulai terlihat seperti sedang melakukan kegiatan “pura-
pura membaca”,
3. Tahap Pembaca Antara atau Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage),
dalam tahapan ini menunjukkan bahwa anak memiliki ketertarikan terhadap benda ataupun
bahan cetak (print) yang mempunyai beberapa gambar.
4. Tahap Lepas Landas atau Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage),
dalam tahapan ini menunjukkan bahwa anak mulai menggunakan tiga sistem tanda atau ciri khas
dalam pengenalan bacaan yang biasa disebut dengan grafofonik , semantik, dan sintaksis. Anak
akan mulai membaca semua hal yang dilihatnya dan mengenal huruf secara konteks
5. Tahap Independen atau Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage),
pada tahapan ini menunjukkan bahwa anak sudah membaca semua buku secara mandiri, dan
memaknai isinya dari pengalaman sebelumnya. Anak juga sudah bisa memperkirakan sebuah
materi bacaan yang akan dibacanya.Pemahanman konsep suatu kata pada anak akan ditunjukkan
saat ia mencocokan setiap perkataan dengan yang dituliskannya. Keterampilan dalam
mempelajari tentang huruf dan kata harus dengan bantuan Guru dan Orang tua.
Bercerita
Permasalahan kemampuan bercerita dalam anak usia dini Menurut KBBI cerita adalah
penjelasan yang berasal dari suatu peristiwa atau kejadian. Secaraumum, cerita juga dapat
dikatakan sebagai suatu rangkaian kejadian yang disampaikanbaikkejadian/peristiwa tersebut
merupakan cerita yang nyata (non fiksi) atau cerita yang tidak nyata(fiksi). Bercerita merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalamberceritaseseorang melibatkan
pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehinggadapat dipahami oleh orang
lain. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 278), ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara
yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa,
yaitu: (1) bercerita berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercakap-cakap, (4) berpidato, (5)
berdiskusi. Dan jika pada anak usia dini bercerita dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak.
Permasalahan atau faktor - faktor penghambat kemampuan bercerita pada anak usia dini adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan pada fisik.
Berbicara merupakan aktifitas motorik yang mengandung modalitas fisikis.
2. Gangguan berbahasa
Bercerita berarti adanya' interaksi yang menggunakan suatu bahasa.
3. Gangguan berpikir
- pikun, depresi, Sisofrenik
4. Faktor social
Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan keterampilan bahasa yang termasuk dalam bahasa
reseptif, artinya keterampilan yang harus dikuasai oleh anak sebagai dasar keterampilan
berbahasa yang lain. Dalam Permendiknas No.58 keterampilan menyimak yang seharusnya
sudah dikuasai anak usia 4-5 tahun meliputi menyimak perkataan orang, memahami cerita yang
dibacakan, dan menceritakan kembali cerita yang pernah didengar. Ketika anak menyimak,
mereka memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka.
keterampilan bahasa ini diperoleh dan diproses melalui simbol visual dan verbal. Istilah
menyimak berbeda dari istilah mendengar. Meskipun samasama menggunakan alat pendengaran.
Pada kegiatan mendengar tidak tercakup unsur kesengajaan, konsentrasi, atau bahkan
pemahaman. Sementara pada kegiatan mendengarkan terdapat unsur-unsur kesengajaan,
dilakukan dengan penuh perhatian dan konsentrasi untuk memperoleh pemahaman yang
memadai. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak
merupakan proses mendengarkan lambang-lambang lisan untuk memperoleh pemahaman
informasi, komunikasi dan pesan yang disampaikan oleh pembicara. Menyimak merupakan
proses mendengarkan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk menangkap
isi atau pesan serta memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Keterampilan menyimak sangat penting bagi perkembangan anak, hal ini sesuai menurit
pendapat Dhienie (2008) bahwa menyimak berperan sebagai dasar belajar bahasa, penunjang
keterampilan berbicara, membaca dan menulis, menunjang komunikasi lisan, dan menambah
informasi/pengetahuan. Dalam proses pembelajaran keterampilan menyimak diperlukan metode
yang tepat dan yang menarik perhatian. Dalam penelitian Susanne M Jannes yang berjudul
“Supportive Listening” mengatakan bahwa menyimak adalah konstruksi multidimensi yang
terdiri dari 3 proses, pertama proses kognitif seperti memperhatikan, memahami, menerima dan
menafsirkan pesan, kedua proses afektif seperti termotivasi dan distimulus untuk memahami
pesan orang lain, dan yang ketiga proses perilaku seperti menanggapi umpan balik verbal dan
non verbal, misal menceritakan kembali dan mengajukan pertanyaan.
Sangat banyak sekali kegunaan dari kemampuan menyimak, jika kemampuan
menyimaknya baik maka beberapa pencapaian perkembangannya pun dapat tercapai dengan
baik. Contohnya dalam Permendikbud (2014) tentang Standar Nasional PAUD,telah diatur
tingkat pencapaian perkembangan bahasa anak usia 5-6 tahun pada kemampuan menerima
bahasa yaitu:
1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks.
2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama.
3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki pembendaharaan kata, serta mengenal simbol-
simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung.
4. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimatpredikat-
keterampilan)
5. Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain.
6. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan.
7. Menunjukkan pemahaman konsep-konsep dalam buku cerita.
Untuk dapat menyimak dengan baik terhadap bahan simakan diperlukan beberapa
kemampuan yaitu, memusatkan perhatian, menangkap bunyi, mengingat, linguistik dan non-
linguistik, menilai dan menanggapi (Ismawati & Umaya, 2012). Menurut Bromley (1988),
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak, yaitu faktor penyimak, faktor situasi,
dan faktor pembicara. Sedangkan menurut Logan dalam Tarigan (1986), ada empat faktor yang
dapat mempengaruhi menyimak, yaitu, faktor lingkungan, faktor fisik, faktor psikologis dan
faktor pengalaman