Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PENULISAN KREATIIF

MEMBACA MENULIS PERMULAAN DAN LANJUTAN

OLEH :

NAMA : ANNISAA LESTARI

NIM : A1G120037

KELAS : V.A

DOSEN PENGAMPU :
MANSYUR M, S.Pd., M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022

MEMBACA PERMULAAN DAN MEMBACA LANJUT


Membaca permulaan merupakan suatu proses ketrampilan dan kognitif.
Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang
fonem,Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I . Tujuannya adalah
agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.. Sedangkan membaca
lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan
yang terkandung dalam sebuah tulisan.Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk
belajar

Pengertian Membaca Permulaan dan membaca lanjutan menurut Para Ahli :


 Menurut Tarigan, dkk. (2007:5.5) pembelajaran Membaca Menulis Permulaan
(MMP) merupakan pembelajaran yang utama bagi siswa kelas 1 SD, Membaca
Menulis Permulaan biasa disebut paket MMP. Melalui paket MMP, untuk
pertama kalinya para murid baru diperkenalkan dengan lambang-lambang tulisan
yang biasa digunakan untuk berkomunikasi.
 Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011: 83) membaca permulaan adalah
membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini
merupakan perhatian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks
pribadi anak-anak dan bahan – bahan yang diberikan melalui permainan dan
kegiatan yang menarik sebagai perantara pembelajaran.
 Menurut Jamaris (2015:136) “membaca permulaan secara umum dimulaidari
kelas awal sekolah dasar dan ditaman kanak-kanak, paling lambat pada waktu
anak duduk dikelas dua sekolah dasar, anak mulai mempelajari kosa kata,
kemudian belajar membaca dan menulis kosa kata tersebut.
A. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan yang sering dialami dalam membaca permulaan :
1) masalah pengejaan. Siswa masih dengan mengeja saat mem- baca, misalnya
saat membaca sebuah kalimat belum lancar, masih mengeja perkata bahkan
ada juga yang perhuruf.
2) siswa masih susah membedakan huruf b, d, p. misalnya saat membaca dan
sebuah kata atau menuliskan sebuah kata kalau ada huruf “b” siswa
mengucap- kan dan menuliskannya “d/p”
3) siswa yang ada pada kelas II dalam menulis huruf pada kata atau kalimat
masih banyak kurang huruf, contohnya kata “bersih” men- jadi “bersi”,
minggu menjadi “miggu”, karena menjadi “Karna” “membersihkan lantai”
akan tetapi siswa menilis “member- sihkanrantai” lantai dan rantai memiliki
makna yang berbeda.
4) Siswa kesulitan membedakan huruf yang mirip, baik bentuk hurufnya atau
kemiripan bunyi pengucapannya. Misalnya huruf “b” dengan “d” dan huruf
“f” dengan “v”.
2. Permasalahan yang dialami pada siswa membaca lanjut :
1) Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti: suku dibaca kusu, d
dibaca b, atau p dibaca q.
2) Menggerakkan kepala, bukan matanya yang bergerak.
3) Menampilkan buku dengan cara yang aneh.
4) Menampilkan buku terlalu dekat dengan mata.
5) Sering melihat pada gambar, jika ada.
6) Membaca demi kata.
7) Melakukan analisis tetapi tidak menistensiskan.
8) Adanya nada suara yang aneh atau yang menandakan keputusan.

B. Analisis Permasalahan
Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan membaca siswa, baik membaca
permulaan maupun membaca lanjut atau membaca pemahaman. Adapaun faktornya
sebagai berikut :
1. Faktor fisiologis
Faktor ini mencakup kesehatan fisik. Kelelahan bisa juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, apalagi membaca.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan dapat
memperlambat kemajuan membaca anak. Faktor Intelektual

2. Faktor intelektual atau istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu
kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi
yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum, intelegensi anak
tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca.
Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan juga turut
mempengaruhi kemampuan membaca anak.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi peningkatan kemampuan membaca
siswa. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di
rumah serta social ekonomi keluarga siswa.
4. Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan kemampuan membaca anak
adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, kematangan
social, emosi, dan penyesuaian diri.

5. Faktor Penyelenggaraan
Pendidikan yang Kurang Tepat Faktor ini berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut :
 Harapan guru yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan anak,
 Pengelolaan kelas yang kurang efektif,
 Guru yang terlalu banyak mengeritik anak,
 Kurikulum yang terlalu padat, sehingga hanya dapat dicapai oleh anak
yang berkemampuan tinggi.

C. Solusi
Dengan menggunakan metode yang tepat
1) Membaca permulaan :
 Metode Abjad (Alphabet)
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis.

 Metode Eja  (Spelling Method)


Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi
huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah.
Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf.
 Metode Suku Kata (Syllabic Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo,
ca.ci,cu,ce,co, da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku – suku kata
tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata yang bermakna.
 Metode Kata (Whole Word Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan
kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata
terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca
kata secara perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata

. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)

Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:

1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa
membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini Nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i – ni - na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
 Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
.Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah
berlandaskan operasional dengan urutan :

 Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat


pada anak
 Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep
kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata
dan suku kata menjadi huruf.
 Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural
semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.
 Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)\
Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam pembelajaran
membaca permulaan, yaitu :
a. Mengenal kata dan maknanya (membaca kata dengan gambar)
b. Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)
c. Membaca frase atau kalimat
d. Membaca teks atau wacana
2) Membaca lanjut
Ada beberapa metode pengajaran membaca bagi anakyang berkesulitan belajar
yang dibicarakan pada bagian ini, yaitu metode
a. Metode Fernald Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran
membaca multisensoris yang dikenal pula sebagai metode VAKT (visual,
auditory, kinesthetic, dan tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan
yang dipilih dari kata kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata yang
diajarkan secara utuh.
b. Metode Gillingham Metode Gillingham ini merupakan pendekatan terstruktur
taraf tinggi yang memerlukan lima jam pelajaran selama dua tahun. Aktifitas
pertama diarahkan pada belajar berbagai huruf dan perpaduan huruf-huruf
tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak atau mencontoh untuk
mempelajari berbagi huruf. Bunyi-bunyi tunggal huruf selanjutnya
dikombinasikan ke dalam kelompokkelompok yang lebih besar dan kemudian
diselesaikan.
c. Metode Aalisis Glass Abdurrahmann Metode ini merupakan suatu metode
pengajaran melalui pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata. Metode ini
bertolak dari asumsi yang mendasari membaca sebagai pemecahan sandi atau
kode tulisan. Ada dua asumsi yang mendasari asumsi ini (1) proses
pemecahan sandi dan membaca merupakan kegiatan yang berbeda. (2)
pemecahan sandi mendahului membaca

 Metode pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam membaca lanjutan:


 Pendekatan  Komunikatif , yaitu membaca bacaan dan menyatakan pendapat/
perasaannya.
 Pendekatan Integratif  yaitu membaca dialog antara dua orang atau lebih secara
perorangan, berpasangan atau kelompok.
 Pendekatan keterampilan proses yaitu membaca teks bacaan, menemukan
gagasan utama dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
 Pendekatan tematis, yaitu membaca novel anak-anak dan membicarakan isinya

MENULIS PERMULAAN DAN LANJUTAN

Pengertiaan Menulis Permulaan dan Lanjutan Menurut Para Ahli :


 Menurut pendapat Nurgiyantoro (2001: 273), menulis adalah aktivitas
mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Menulis merupakankegiatan
Page 2 8 produktif dan ekspresif sehingga penulis harus memiliki
kemampuandalam menggunakan kosakata, tata tulis,dan struktur bahasa.
 Pengertian menulis menurut The Liang Gie merupakan kegiatan menulis yang
memasukan beberapa unsur penting dalam menulis. Jadi tidak sekedar
menuangkan gagasan saja, tetapi juga harus mengikuti unsur lain seperti
meninjau dari segi tuturan, wahana dan tatanan.
 menulis permulaan menurut Sabarti Akhadiah (1992:75) adalah mampu
menulis dengan terang, jelas, teliti dan mudah dibaca. Selain itu Soemarno yang
dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:224) mengemukakan bahwa menulis
adalah “mengungkapkan bahasa ke dalam bentuk simbol gambar.
A. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan Dalam Menulis Permulaan
1) Ukuran bentuk dan huruf yang tidak seimbang dan berubah-ubah ada yang
besar, kecil dan tulisan miring,
2) Tulisan keluar dari alur garis buku karena siswa kurang teliti ketika
menulis atapun siswa terburu-buru dalam menulis,
3) Ada huruf yang tertinggal pada sebuah kata. Siswa yang mengalami hal ini
dikarenakan tidak fokus dan terburu-buru sehingga ada salah satu huruf
yang tidak dituliskan,
4) Menuliskan huruf terbalik. Kesalahan ini bisa saja terjadi karena siswa
tidak memperhatikan dengan seksama bentuk huruf yang benar saat
menulisnya
5) Tidak ada spasi dalam menulis. Ketidakpahaman siswa tentang fungsi
spasi menjadikan tulisan mereka bersambung saja dan acak-acakan
6) siswa belum memahami bentuk huruf secara utuh sehingga ketika ia
menuliskan suatu kata, huruf-huruf yang terdapat di kata tersebut menjadi
kurang jelas.
2. Permasalahan Dalam Menulis Lanjutan
Kesulitan atau permasalahan yang biasa ditemukan saat membelajarkan menulis
lanjutan pada siswa ialah siswa malas dan kurang tertarik pada kegiatan
menulis ini sehingga ide yang dipunyai tidak dapat tersalurkan dalam bentuk
tulisan.
B. Analisis Masalah
1. Faktor fisiologis
Faktor ini mencakup kesehatan fisik. Kelelahan bisa juga merupakan kondisi
yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, apalagi menulis Gangguan
pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan dapat memperlambat
kemajuan membaca anak. Faktor Intelektual

2. Faktor intelektual atau istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu
kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi
yang diberikan dan meresponnya secara tepat
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi peningkatan kemampuan membaca
siswa. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di
rumah serta social ekonomi keluarga siswa.
4. Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi peningkatan kemampuan membaca anak
adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, kematangan
social, emosi, dan penyesuaian diri.

C. Solusi
Menulis permulaan
a. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
.Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah
berlandaskan operasional dengan urutan :
• Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat
pada anak
• Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal
konsep kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata dan suku kata menjadi huruf.
• Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural
semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.

b. Metode Abjad (Alphabet) Pembelajaran menulis permulaan dengan metode abjad


dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut
dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Untuk
beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk
itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara member
warna yang berbeda.Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah dikenalnya

Anda mungkin juga menyukai