Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dewa Saputra Adi Pratama

NIM :20405244028
Prodi : Pendidikan Geografi (B)

Psikologi Penddikan

Dysleksia atau disleksia adalah salah satu jenis gangguan belajar yang membuat anak
kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja, atau berbicara dengan jelas. The International
Dyslexia Association menyatakan bahwa disleksia adalah salah satu penyakit saraf pada
anak. Hal ini ditandai ketika ia kesulitan mengenali huruf, kata, hingga kemampuan mengeja
yang buruk. Akibatnya, gangguan belajar ini bisa mengakibatkan masalah dalam memahami
kosakata, kalimat, membaca, dan memahami bahan bacaan. Contohnya saat membaca, indra
penglihatan akan mengirimkan sinyal dari gambar atau huruf yang mereka lihat dan dengar
ke sistem saraf pusat, yaitu otak. Kemudian, otak akan menghubungkan huruf atau gambar
dalam urutan yang benar hingga terbentuk menjadi kata, kalimat, atau paragraf yang dapat
dibaca. Namun, anak dengan disleksia mengalami kesulitan untuk mencocokkan huruf dan
gambar tersebut. Maka dari itu, hal ini akan membuat ia sulit mempelajari hal selanjutnya.
Walaupun menyebabkan gangguan belajar, kondisi ini nyatanya sama sekali tidak
memengaruhi atau berhubungan dengan tingkat kecerdasan anak.[ CITATION Apr21 \l 1033 ]
Mulyadi, (2010: 154) memberikan cakupan yang lebih luas mengenai dyslexia, yaitu
merupakan kesulitan membaca, mengeja, menulis, dan kesulitan dalam mengartikan atau
mengenali struktur kata-kata yang memberikan efek terhadap proses belajar atau gangguan
belajar. Nini Subini, (2012: 54) memberikan pengertian tentang dysleksia berdasarkan
penyebab intern pada individu yang bersangkutan, disleksia merupakan salah satu gangguan
perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang rentang hidup. Disleksia pada dasarnya
adalah kesulitan belajar membaca yang tidak ada hubungannya dengan IQ karena biasanya
penderita disleksia memiliki IQ yang normal. Disleksia lebih disebabkan karena gangguan
dalam asosiasi daya ingat (memori). Disleksia, merupakan sebuah kesulitan dalam belajar
membaca dengan pengajaran konvensional walaupun inteligensi dan lingkungan sosial
normal. Ini berkaitan dengan gangguan fungsi kognisi.

Martini Jamaris, (2014: 140) menyebutkan beberapa karakteristik siswa yang


mengalami dyslexia, yaitu:
a. Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d dibaca b, atau
p dibaca q.
b. Menulis huruf secara terbalik.
c. Mengalami kesulitan dalam menyebutkan kembali informasi yang diberikan secara lisan.
d. Mengalami dyslexia bukan karena keadaan mata dan telinga yang tidak baik atau karena
disfungsi otak (brain dysfunction).
e. Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran secara tertulis.
f. Mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk huruf dan mengucapkan bunyi huruf.
g. Mengalami kesulitan dalam menggabungkan bunyi huruf menjadi kata yang berarti.
h. Memiliki kemampuan menggambar yang kurang baik.
i. Mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat cerita yang baru dibaca

Ringkasan Dyslexia- Short Film Oleh TheGRIMFILM (Youtube)


(https://www.youtube.com/watch?v=SaQfuxODpog)
Brian merupakan seorang ayah berumur 35 tahun yang memiliki seorang anak
bernama Joe yang berusia 10 tahun. Joe anak Brian juga mengalami hal yang sama seperti
ayahnya. Brian dan Joe mengalami kesulitan fokus dalam menerima pelajaran, sulit membaca
dan nulis dengan baik dan benar. Sewaktu Brian mengajarkan Joe membaca dia kesulitan
dalam membedakan dan keliru memahami bunyi dari kata “appropriate” menjadi “a pro
rate”. Terkadang Joe juga kesulitan dalam mencari jalan pulang ke rumahnya selepas
sekolah. Joe merasa bahwa dirinya bodoh, tetapi dia pandai dalam mengambar hanya saja
adanya disfungsi otak dalam mengelola informasi yang diberikan mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.
Pendugaan fenomena dyslexia dalam Dyslexia-Short Film :
1. masalah fonologi yaitu di mana hubungan sistematik antara huruf dan
bunyi. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan
proses pengolahan input di dalam otak.Brian dengan nada tingginya seperti
membentak seorang anak yang tuli padahal dia paham bahwa anaknya sulit menerima
informasi, dan Brian akhirnya memhami bahwa anaknya perlu bimbingan yang baik
baik tidak dengan cara nada tingginya, karena itu bisa menggangu psikologis anak
tersebut dan merasa bahwa dirinya bodoh.
2. Joe terlihat sulit menerima pelajaran di sekolah, meski sudah berusaha namun
hassilnya tidak sesuai dengan orang lain inginkan.
3. Kemampuan menggambar joe cukup baik, namun dia meraasa bodoh karena tidak
mampu memahami materi di sekolah.
4. Joe terkadang kesulitan dalam menemukan jalan pulang ke rumah, dia sulit
memahami arah dan tanda jalan ke rumahnya.
5. Ketika guru Joe bercerita, Joe mengalami kesulitan dalam memahami karena
kehilangan fokus, Joe cenderung melakukan aktivitas lain seperti menciptakan
dunianya sendiri.[ CITATION The12 \l 1033 ]

Penyebab disleksia itu bisa dikelompokkan menjadi tiga kategori factor utama, yaitu faktor
pendidikan, psikologis, dan biologis, namun penyebab utamanya adalah otak (Dardjowidjojo,
2008). Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor Pendidikan
Disleksia disebabkan oleh metode yang digunakan dalam mengajarkan
membaca, terutama metode “whole-word” yang mengajarkan kata-kata sebagai satu kesatuan
daripada mengajarkan kata sebagai bentuk bunyi dari suatu tulisan. Mereka mengklaim
bahwa anak yang belajar membaca dengan metode fonetik akan lebih mudah dalam
mempelajari kata-kata baru. Dan untuk mengenali kata-kata asing secara tertulis sebagaimana
mereka mengeja tulisan kata itu setelah mendengar pelafalannya. Sementara ahli lain
meyakini bahwa dengan mengkombinasikan pendekatan “kata utuh” dan metode fonetik
merupakan cara paling efektif dalam pengajaran membaca. Dengan menggunakan kedua
metode tersebut, selain mengenali kata sebagai satu kesatuan anak pun akan belajar cara
menerapkan aturan fonetik pada kata- kata baru.
2. Faktor Psikologis
Beberapa periset memasukkan disleksia ke dalam gangguan psikologis atau emosional
sebagai akibat dari tindakan kurang disiplin, tidak memiliki orangtua, sering pindah sekolah,
kurangnya kerja sama dengan guru, atau penyebab lain. Memang, anak yang kurang ceria,
sedang marah-marah, atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan orangtua atau
dengan anak lain kemungkinan memiliki masalah belajar. Stress mungkin juga
mengakibatkan disleksia, namun yang jelas stress dapat memperburuk masalah belajar.
3. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti meyakini bahwa disleksia merupakan akibat dari penyimpangan fungsi
bagian-bagian tertentu dari otak. Diyakini bahwa area-area tertentu dari otak anak disleksia
perkembangannya lebih lambat dibanding anak-anak normal. Teori lainnya menyatakan
bahwa disleksia disebabkan oleh gangguan pada struktur otak. Beberapa peneliti menerima
bahwa teori ini masih diyakini sampai saat diadakan penelitian penelaahan otak manusia
disleksia yang meninggal. Faktor genetik juga diperkirakan turut berperan. Beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa 50 persen atau lebih anak disleksia memiliki riwayat
orangtua yang disleksia atau gangguan lain yang berkaitan. Ternyata, lebih banyak anak laki-
laki yang disleksia daripada anak perempuan.
4. Kecelakaan
Gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf akibat kerusakan
saraf otak atau selaput otak, sehingga otak kiri korteks oksipital (bagian belakang) terganggu.
Kerusakan ini disebabkan infeksi atau kecelakaan. Karena kerusakan ini, otak tidak berfungsi
mengenali semua citra (image) yang ditangkap indra penglihatan karena ada gangguan
sambungan otak kiri dan kanan. Ada yang berpendapat gangguan itu disebut disleksia, ada
juga yang berpendapat gangguan itu disebut aleksia.[ CITATION Soe12 \l 1033 ]

Secara khusus anak Disleksia memiliki masalah, seperti :


1. Masalah fonologi
Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan
bunyi. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses
pengolahan input di dalam otak.
Masalah penyusunan yang sistematis / sekuensial
Mereka sering «lupa» susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa
apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat
latihan sepak bola. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan
terhadap waktu. Kadang kala mereka pun «bingung» dengan perhitungan uang yang
sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue
atau tidak.
2. Masalah pemahaman sintaks
Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata
bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih
bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda.
3. Masalah mengingat perkataan
Kebanyakan anak disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal
namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit
menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah
“temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan
suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana
4. Masalah pemahaman sintaks
Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika
dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai
tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya
apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa
Indonesia dikenal susunan Diterangkan– Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam
bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan (contoh: red bag).

Strategi pembelajaran untuk anak Disleksia :


1. Metode Linguistik adalah mengajarkan anak mengenal kata secara utuh. Cara ini
menekankan pada kata-kata yg bermiripan. Penekanan ini diharapkan dapat membuat
anak mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara huruf dan bunyinya. Pada
dasarnya ada berbagai variasi tipe disleksia. Penemuan para ahli memperlihatkan
bahwa perbedaan variasi itu begitu nyata, hingga tidak ada satu pola baku atau kriteria
yang betul-betul cocok semuanya terhadap ciri-ciri seorang anak disleksia.
2. Metode multi-sensory anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang
didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori
visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Dalam prakteknya, mereka diminta
menuliskan hurufhuruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin
(plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan
dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
Disleksia menyerang kemampuan otak untuk menterjemahkan tulisan yang diterima
oleh mata menjadi bahasa yang bermakna, sehingga juga disebut ketidakmampuan
membaca. Disleksia dapat dialami oleh semua jenis umur, namun sering terjadi pada
anak-anak karena faktor keturunan. Metode Multisensori Yaitu memaksimalkan
kemampuan visual (kemampuan penglihatan), auditori (kemampuan pendengaran),
kinestetik (kesadaran pada gerak), serta taktil (perabaan) pada anak.
3. Metode Fonik memanfaatkan kemampuan auditori dan visual anak dengan cara
menamai huruf sesuai dengan bunyinya. Misalnya, huruf B dibunyikan eb, huruf C
dibunyikan dengan ec. Hal ini untuk mendukung cara berpikir anak yang jika mengeja
kata becak, maka terdiri dari b-c-a-k kurwng huruf e Metode Linguistik Mengajarkan
anak mengenal kata secara utuh. Cara ini menekankan pada kata-kata yang memiliki
kemiripan. Penekanan ini diharapkan dapat membuat anak mampu menyimpulkan
sendiri pola hubungan antara huruf dan bunyinya.
Akomodasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk anak disleksia diantaranya:
a. menggunakan pulpen atau pensil berwarna agar tulisan lebih terlihat. Tandai dengan
stabillo kata penting dalam satu kalimat atau paragraf yang panjang.
b. Hindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang.
c. Jika ada buku teks yang memiliki paragraf panjang, ringkaskan menjadi pokok
bahasan dalam format “bullet” atau urutan 123.
d. Padukan pembelajaran dengan video, agar anak mengerti lebih baik.
e. Jika anak terlihat jenuh atau pusing, berikan waktu untuk mereka beristirahat dengan
menggambar atau mendengarkan lagu atau berlari-lari bersama teman.
f. Anak disleksia suka eksplorasi. Berikan satu topik yang anak sukai, lalu biarkan anak
melakukan riset sesuka hati mengenai topik tersebut. [ CITATION Nur15 \l 1033 ]

Daftar Pustaka :
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Lidwina, S. (2012). Disleksia Berpengaruh Pada Kemampuan Membaca dan Menulis. JURNAL STIE
SEMARANG, VOL 4, NO 3, 9-17.

Martini, J. (2014). Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar. Yogyakarta:
Nuha Litera.

Puji, A. (2021, Februari 21). Disleksia, Gangguan Belajar yang Membuat Anak Kesulitan untuk
Membaca. Retrieved from Hello Sehat: https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-
anak/disleksia/

Rofiah, N. H. (2015). Metode Pembelajaran Untuk Anak Berkesulitan Belajar Spesifik Tipe Disleksia
Untuk Meningkatkan Keterampilan. 1-6.

TheGRIMFILM (Director). (2012). Dyslexia - Short Film [Motion Picture].


https://www.youtube.com/watch?v=SaQfuxODpog

Anda mungkin juga menyukai