Anda di halaman 1dari 10

Nama : Andi Nur Egidia Fahmi Ayu

NIM : 20700118010
Kelas : P. Matematika A

Tugas Final Bimbingan & Konseling


SISWA MENGALAMI KESULITAN MEMBACA

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara

mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu

keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengetahuan dan

sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Membaca dapat dikatakan unik

karena tidak semua manusia telah memiliki keterampilan membaca. Padahal,

membaca mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan

dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri.

Menurut Iskandarwassid Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

masyarakat negara maju ditandai oleh berkembangnya budaya membaca. Negara-

negara yang masyarakatnya sangat maju dan kuat seperti negara Amerika, Jepang,

Australia, dan Prancis. Dalam diri masyarakat di negara-negara tersebut sudah

tertanam kebiasaan membaca yang tinggi.

Keberadaan anak dengan kesulitan belajar terutama kesulitan belajar

membaca di sekolah negeri sering dijumpai. Mereka sering disebut oleh guru-guru

maupun teman-teman sebagai anak lamban belajar atau sulit belajar karena

prestasi akademik yang kurang. Berbagai profil anak dengan kesulitan belajar

membaca dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi ekternal maupun internal.


Adapun kondisi eksternal yang bisa mempengaruhi kesulitan belajar siswa seperti

lingkungan keluarga yang kurang melatih siswa, profil siswa yang mengalami

kesulitan belajar tidak terdeteksi oleh guru, guru yang kurang peka terhadap siswa

yang mengalami kesulitan belajar khususnya kesulitan membaca, sistem

pembelajaran yang belum memungkinkan adanya penyediaan layanan pendidikan

yang sesuai untuk siswa yang memiliki kesulitan belajar khususnya kesulitan

membaca, serta rendahnya budaya membaca. Sedangkan untuk factor internal itu

sendiri seperti faktor genetik dimana kesulitan membaca terjadi dalam keluarga

secara turun temurun dan ini merupakan factor utama penyebab kesulitan

membaca, faktor cedera otak yang terjadi setelah kelahiran, faktor pemrosesan

fonologi dimana terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam otak, serta kondisi

mata yang simetris.

Jika kesulitan membaca awal ini tidak segera ditangani akan semakin

bertambah dalam pelajaran bahasa yang lebih komplek, misalnya: membaca

pemahaman, pola kalimat, menulis karangan. Kesulitan yang lain adalah saat

berkomunikasi dengan orang, anak kesulitan mengungkap ide maupun

menangkap ide dari orang lain. Bukan karena tidak mendengar tetapi sulit

memproses informasi verbal, selain itu anak dengan masalah membaca permulaan

yang disertai kemampuan adaptasi sosial yang rendah mempunyai pengalaman

emosional yang negatif dan mengarah pada permasalahan antisosial yang

kompleks di kemudian hari.

B. Analisis Masalah

1. Pengertian Kesulitan Mebaca (dyslexia)


Berbicara tentang kesulitan membaca atau biasa juga dikenal dengan

istilah dyslexia merupakan hal yang tidak asing lagi, pasalnya ada banyak kasus

utamanya di Sekolah Dasar dimana siswa mengalami kesulitan membaca. Banyak

ahli yang membahas tetang kesulitan belajar atau dyslexia ini, Martini Jamaris,

(2014: 139) mendefinisikan dyslexia sebagai kondisi yang berkaitan dengan

kemampuan membaca yang sangat tidak memuaskan. Individu yang mengalami

dyslexia memiliki IQ normal, bahkan di atas normal, akan tetapi memiliki

kemampuan membaca satu atau satu setengah tingkat di bawah IQ-nya. Mulyadi,

(2010: 154) memberikan cakupan yang lebih luas mengenai dyslexia, yaitu

merupakan kesulitan membaca, mengeja, menulis, dan kesulitan dalam

mengartikan atau mengenali struktur kata-kata yang memberikan efek terhadap

proses belajar atau gangguan belajar.

Nini Subini, (2012: 54) memberikan pengertian tentang dyslexia

berdasarkan penyebab intern pada individu yang bersangkutan, dyslexia

merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi sepanjang

rentang hidup. Dyslexia dianggap suatu efek yang disebabkan karena gangguan

dalam asosiasi daya ingat (memori) dan pemrosesan sentral yang disebut kesulitan

membaca primer. Untuk dapat membaca secara otomatis anak harus melalui

pendidikan dan inteligensi yang normal tanpa adanya gangguan sensoris.

Biasanya kesulitan ini baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk

beberapa waktu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan

membaca atau dyslexia adalah kesulitan membaca yang tidak dipengaruhi oleh IQ
anak karena biasanya anak yang mengalami ksulitan membaca memiliki IQ yang

normal. Kesulitan membaca ini biasa disebabkan karena adanya gangguan dalam

daya ingat. Karena membaca merupakan keterampilan dasar bagi kemampuan

berbahasa lainnya, maka dapat dimengerti bahwa ada beberapa orang yang

mengaitkan kesulitan membaca dengan kesulitan menulis.

2. Karakteristik anak yang memiliki kesulitan membaca (dyslexia)

Martini Jamaris, (2014: 140) menyebutkan beberapa karakteristik siswa

yang mengalami dyslexia, yaitu:

a. Membaca secara terbalik tulisan yang dibaca, seperti: duku dibaca kudu, d

dibaca b, atau p dibaca q.

b. Menulis huruf secara terbalik.

c. Mengalami kesulitan dalam menyebutkan kembali informasi yang diberikan

secara lisan.

d. Kualitas tulisan buruk, karakter huruf yang ditulis tidak jelas.

e. Memiliki kemampuan menggambar yang kurang baik.

f. Sulit dalam mengikuti perintah yang diberikan secara lisan.

g. Mengalami kesulitan dalam menentukan arah kiri dan kanan.

h. Mengalami kesulitan dalam memahami dan mengingat cerita yang baru dibaca.

i. Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran secara tertulis.

j. Mengalami dyslexia bukan karena keadaan mata dan telinga yang tidak baik

atau karena disfungsi otak (brain dysfunction).

k. Mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk huruf dan mengucapkan bunyi

huruf.
l. Mengalami kesulitan dalam menggabungkan bunyi huruf menjadi kata yang

berarti.

m. Sangat lambat dalam membaca karena kesulitan dalam mengenal huruf,

mengingat bunyi huruf dan menggabungkan bunyi huruf menjadi kata yang

berarti.

Berbagai riset teori (Frith, 1997; Morton dan Frith, 1995 dalam Erskine,

2005) (Mulyadi, 2010: 169-171) menjelaskan beberapa penyebab dyslexia,

berikut penjelas-an ringkasnya:

a. Biologis

Di antara yang termasuk dalam kesulitan membaca yang disebabkan oleh

faktor biologis, yaitu riwayat keluarga yang pernah mengalami dyslexia,

kehamilan yang bermasalah, serta masalah kesehatan yang cukup relevan.

b. Kognitif

Faktor kognitif yang dijadikan sebagai penyebab dyslexia di antaranya,

yaitu pola artikulasi bahasa dan kurangnya kesadaran fonologi pada individu yang

bersangkutan.

c. Perilaku

Faktor perilaku yang dapat dijadikan sebagai faktor penyebab dyslexia

yaitu masalah dalam hubungan sosial, stress yang merupakan implikasi dari

kesulitan belajar, serta gangguan motorik.

Berdasarkan web hello sehat yang membahas tentang kesehatan anak,

gejalah diseleksia pada anak yaitu:


a. Kemampuan membaca yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan anak

seusianya.

b. Kesulitan memproses dan memahami apa yang didengarnya.

c. Sulit untuk menemukan kata atau kalimat yang tepat untuk menjawab

pertanyaan.

d. Sulit mengingat urutan kejadian.

e. Tidak bisa mengucapkan kata yang tidak dikenal.

f. Menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas

membaca atau menulis.

g. Sering menghindari kegiatan membaca.

3. Teori

Mulyadi, (2010: 164) menuliskan bahwa dyslexia merupakan gangguan

yang bersifat heterogen, dan masing-masing ahli memiliki pendapat yang

berbeda-beda dalam melakukan studi dyslexia. Pendekatan kognitif diajukan oleh

Piaget, yang memandang kemampuan bahasa sebagai salah satu kemampuan yang

berkembang dari proses pematangan kognitif.

Mulyadi, (2010: 169) juga menuliskan teori kognitif yang terbagi menjadi

dua teori, yaitu: (a) phonological deficit theory dan (b) double deficit theory.

Berikut adalah penjelasannya secara ringkas:

a. Teori defisit fonologi (phonological deficit theory)

Teori ini ditemukan oleh Pringle Morgan pada tahun 1896. Morgan

melihat membaca sebagai proses yang melibatkan pemisahan teks ke dalam


grapheme. Teori ini menganggap bahwa orang yang mengalami dyslexia

mempunyai kelemahan fonologi yang menyebabkan kesulitan dalam

menggambarkan fonem. Penyebab dyslexia bersifat tunggal, yaitu pada

kelemahan fonologi dan menganggap gejala lain tidak memengaruhi kesulitan

membaca. Keterampilan pemrosesan fonologis ini terdiri dari tiga macam

keterampilan yaitu: kesadaran fonologis, phonological recording in lexical acces

dan ingatan verbal jangka pendek

b. Double Deficit Theory

Wolf dan Blower (2002) mengajukna teori double deficit. Teori ini muncul

sebagai akibat bertambahnya jumlah anak-anak dyslexia yang tidak sempat

didiagnosa karena gejala-gejala yang muncul pada mereka hanya dianggap

sebagai bagian dari kelemahan fonologi.

Teori double deficit menunjukkan bahwa ada 2 jenis pembaca dyslexia

yaitu:

1) Dyslexia yang memiliki ke-lemahan tunggal (kecepatan menamai atau

kelemahan fonologi).

2) Dyslexia yang memiliki kelemahan ganda (kecepatan menamai dan

kelemahan fonologi).

C. Langkah-Langkah Penyelesaian

Kesulitan membaca akan sulit terdeteksi jika anak belum masuk pada

ranah sekolah. Berikut langkah-langkah penyelesaian yang dapat dilakukan oleh

guru ketika mendapati anak yang memiliki kesulitan membaca.

1. Kenali dahulu gejalah yang timbul dari anak atau siswa


2. Lihat profil anak atau siswa untuk mengetahui penyebab utama dari masalah

kesulitan membaca. Misalnya mencari tahu tentang keluarga dengan

menanyakan kepada orang tua siswa apakah ada yang memiliki masalah

yang sama dengan siswa, jika ada artinya kemungkinan besar penyebab

utamanya adalah genetik. Hal ini penting dilakukan agar seorang guru dapat

menentukan langkah selanjutnya yang harus diambil untuk menyelesaian

masalah siswa.

3. Lakukan pendekatan kepada siswa yang mengalami kesulitan membaca.

4. Gunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan siswa, misalnya untuk

siswa yang memiliki kesulitan membaca atau dyslexia metode yang dapat

digunakan adalah Fernald, Gillingham, atau analisis glass. Selain itu guru

juga bisa menggunakan metode Hegge-Kirk-Kirk dan metode neurogikal

impress. Namun perhatikan juga metode yang digunakan harus sesuai

dengan karakteristik siswa agar siswa lebih tertarik untuk belajar. Selain itu

guru juga bisa menggunakan alat peraga agar pembelajaran lebih menarik.

5. Berikan motivasi serta dukungan kepada siswa, hal ini berguna untuk

membantu siswa dalam mengontrol emosi yang timbul akibat kesulitan

membaca yang dihadapi.

6. Bicarakan dengan orang tua tentang kesulitan membaca anak agar orang tua

dapat lebih memperhatikan serta mendampingi anak belajar ketika di rumah.

Beri tahukan juga kepada orang tua anak untuk memeriksakan kesehatan

anak baik itu kesehatan mata ataupun psikologi anak secara berkala.

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara

mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu

keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengetahuan dan

sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Keberadaan anak dengan

kesulitan belajar terutama kesulitan belajar membaca di sekolah negeri sering

dijumpai. Kesulitan membaca biasa juga disebut dyslexia. kesulitan membaca atau

dyslexia adalah kesulitan membaca yang tidak dipengaruhi oleh IQ anak karena

biasanya anak yang mengalami ksulitan membaca memiliki IQ yang normal.

Kesulitan membaca ini biasa disebabkan karena adanya gangguan dalam daya

ingat. Karena membaca merupakan keterampilan dasar bagi kemampuan

berbahasa lainnya, maka dapat dimengerti bahwa ada beberapa orang yang

mengaitkan kesulitan membaca dengan kesulitan menulis.

Penyebab utama kesulitan membaca ini adalah factor genetic, namun tidak

dapat dipungkiri terdapat factor lain yang mempengaruhi cedera otak yang terjadi

setelah kelahiran, faktor pemrosesan fonologi dimana terjadi karena adanya

ketidakstabilan dalam otak, serta kondisi mata yang simetris.

Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mengetahui apa saja

gelajah yang ditimbulkan oleh kesulitan membaca, lebih mempehatikan siswa,

melekukan pendekatan, memilih metode yang sesuai, memberikan motivasi serta

dukungan, dan jangan lupa melbatkan orang tua siswa dalam penyelesaian

masalah.

2. Saran
Untuk orang tua seharusnya lebih memperhatikan dan mendampingi

disetiap perkembangan anak, memeriksakan kesehatan anak secara berkala, serta

menanyakan tentang pembelajaran yang didapatkan disekolah.

Untuk guru agar lebih memahami karakteristik siswanya masing-masing,

perhatikan metode pembelajaran yang digunakan, serta jika menemukan anak

dengan gejalah kesulitan membaca segera lakukan penanganan khusus terhadap

siswa tersebut karena jika diacuhkan akan berdampak pasa psikologi anak.

Untuk sekolah, sebaiknya diadakan bimbingan layanan membaca bagi

siswa yang terdeteksi mengalami kesulitan membaca atau dyspoxia

Anda mungkin juga menyukai