Anda di halaman 1dari 34

BAB III

HUBUNGAN LITERASI MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DI SEKOLAH

A. Literasi Matematika dan Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah

Salah satu mata pelajaran yang perlu diajarkan pada setiap jenjang

pendidikan dan sangat dibutuhkan adalah matematika. Anak didik memerlukan

matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat berhitung, dapat menghitung isi dan berat,

dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data, dapat

menggunakan kalkulator dan komputer. Selain itu, agar mampu mengikuti

pelajaran matematika lebih lanjut, membantu memahami bidang studi lain seperti

fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi, ekonomi, dan sebagainya, dan agar

para siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis, beserta bersikap positif dan

berjiwa kreatif.matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

rangka mengembangkan kemampuan siswa, karena matematika merupakan sarana

berpikir ilmiah yang memegang peranan penting dalam usaha mengembangkan

ilmu dan teknologi guna kesejahteraan manusia.

Litersi matematis juga perlu diperhatikan dalam memenuhi tujuan

pembeljarana matematika. Literasi matematis sendiri merupakan kemampuan

individu dalam merumuskan, mengerjakan, dan menginterpretasikan hal-hal

matematis ke berbagai konteks nyata. Termasuk di dalamnya penalaran secara


matematis dan penggunaan konsep, prosedur, fakta, dan perangkat matematis

untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena.

Pemahaman pelajar Indonesia terhadap konsep matematika sangat penting

dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya pada mata pelajaran

matematika itu sendiri.

B. Studi PISA dan TIMSS dalam Penilaian Kemampuan Matematika Peserta

Dididk

1. Studi PISA

PISA (the programme for international student assessment) merupakan

program untuk mengukur prestasi bagi anak usia 15 tahun pada bidang

kemampuan matematika, sains dan literasi membaca. Penilaian yang dilakukan

oleh PISA dilakukan tiap 3 (tiga) tahun sekali dengan fokus pada pendidikan

suatu negara. Adapun negara-negara yang berpartisipasi pada penilaian PISA

semenjak pertama kali dilakukan yaitu sejak tahun 2000 terus bertambah, tercatat

hingga 2018 dari 41 menjadi 79 negara sebagai partisipan dalam penilaian PISA

di bawah Organization for Economic Co-operation and Development (OECD,

2019) dalam (Hewi & Shaleh, 2020).

Penilaian PISA saat ini telah dijadikan sebagai referensi acuan dan

evaluasi terhadap kualitas pendidikan suatu negara partisipan dari PISA.

Indonesia ikut menjadi partisipan program penilaian ini PISA sebagai usaha dan

ikhtiar untuk menerawang sejauh mana program pendidikan dapat membantu anak

dalam memiliki kemampuan matematika, sains dan literasi membaca yang sesuai
dengan standar masyarakat internasional, juga sebagai pembanding program

pendidikan Indonesia dengan negara-negara di dunia yang ikut dalam penilaian

tersebut (Hewi & Shaleh, 2020).

Untuk keperluan penilaian, definisi literasi matematika PISA 2012 – juga

digunakan untuk siklus PISA 2015 dan 2018 dalam (OECD, 2019) – dapat

dianalisis dalam tiga aspek yang saling terkait:

a. Komponen Proses Matematika

Adalah yang menggambarkan apa yang dilakukan individu untuk

menghubungkan konteks masalah dengan matematika dan dengan demikian

memecahkan masalah, dan kemampuan yang mendasari proses tersebut.Item

dalam penilaian matematika PISA 2018 yaitu : Mampu merumuskan situasi secara

matematis; Menggunakan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran matematika;

Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil matematika.

1. Merumuskan Situasi Secara Matematis

Secara khusus, proses perumusan inisituasi matematis mencakup aktivitas

seperti berikut:

a) Mengidentifikasi aspek matematika dari masalah yang terletak dalam

konteks dunia nyata real dan mengidentifikasi variabel

b) Mengenali struktur matematika (termasuk keteraturan, hubungan dan

pola) dalam masalah atau situasi

c) Menyederhanakan situasi atau masalah agar sesuai dengan matematika

analisis
d) Mengidentifikasi kendala dan asumsi di balik setiap pemodelan

matematika dan penyederhanaan yang diperoleh dari konteksnya

e) Mewakili situasi secara matematis, menggunakan variabel, simbol,

diagram dan model standar

f) Mewakili masalah dengan cara yang berbeda, termasuk

mengorganisasikannya sesuai dengan konsep matematika dan

membuat asumsi yang tepat

g) Memahami dan menjelaskan hubungan antara konteks tertentu bahasa

masalah dan bahasa simbolik dan formal yang diperlukan untuk

mewakili itu secara matematis

h) Menerjemahkan masalah ke dalam bahasa matematika atau

representasi

i) Mengenali aspek masalah yang sesuai dengan masalah yang diketahui

atau konsep matematika, fakta atau prosedur

j) Menggunakan teknologi (seperti spreadsheet atau fasilitas daftar pada

kalkulator grafik untuk menggambarkan hubungan matematis yang

melekat dalam masalah kontekstual.

2. Menggunakan Konsep, Fakta, Prosedur, dan Penalaran Matematika

Secara khusus, proses ini menggunakan matematika konsep, fakta,

prosedur dan penalaran meliputi kegiatan seperti:

a) Merancang dan mengimplementasikan strategi untuk menemukan

solusi matematis
b) Menggunakan alat matematika1, termasuk teknologi, untuk membantu

menemukan tepat atau perkiraan solusi

c) Menerapkan fakta, aturan, algoritma, dan struktur matematika saat

menemukan solusi

d) Memanipulasi angka, data dan informasi grafis dan statistik, aljabar

ekspresi dan persamaan, dan representasi geometris

e) Membuat diagram matematika, grafik dan konstruksi, dan

mengekstraksi informasi matematika dari mereka

f) Menggunakan dan beralih di antara representasi yang berbeda dalam

proses menemukan solusi

g) Membuat generalisasi berdasarkan hasil penerapan prosedur

matematika untuk menemukan solusi

h) Merefleksikan argumen matematika dan menjelaskan dan

membenarkan hasil matematika.

3. Menafsirkan, Menerapkan dan Mengevaluasi Hasil Matematika

Secara khusus, proses menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil

matematika ini meliputi kegiatan seperti:

a) Menafsirkan hasil matematika kembali ke dalam konteks dunia nyata

b) Mengevaluasi kewajaran solusi matematika dalam konteks dunia

nyata masalah

c) Memahami bagaimana dunia nyata berdampak pada hasil dan

perhitungan suatu prosedur atau model matematika untuk membuat


penilaian kontekstual tentang bagaimana hasilnya harus disesuaikan

atau diterapkan

d) Menjelaskan mengapa hasil atau kesimpulan matematika masuk akal,

atau tidak, diberikan konteks masalah

e) Memahami luas dan batas konsep matematika dan matematika solusi

f) Mengkritisi dan mengidentifikasi batasan model yang digunakan

untuk memecahkan masalah

Adapun, proporsi skor sub-sub komponen proses yang diuji dalam studi

PISA digambarkan dalam tabel dibawah ini:

Kategori Proses Persentasi


Merumuskan situasi secara matematis 25 %
Menggunakan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran 50 %

matematika
Menafsirkan, menerapkan dan mengevaluasi hasil matematika 25 %
Total 100

b. Konten matematika

Pemahaman tentang konten matematika dan kemampuan untuk

menerapkan pengetahuan itu ke solusi masalah kontekstual yang bermakna –

penting bagi warga negara di era modern dunia. Artinya, untuk memecahkan

masalah dan menafsirkan situasi dalam pribadi, pekerjaan, masyarakat dan

konteks ilmiah, ada kebutuhan untuk memanfaatkan pengetahuan matematika

tertentu dan pemahaman.

Oleh karena itu, daftar kategori konten berikut digunakan dalam PISA

2018 untuk memenuhi: persyaratan perkembangan sejarah, cakupan domain


matematika dan fenomena yang mendasari yang memotivasi perkembangannya,

dan refleksi dari untaian utama dari kurikulum sekolah. Keempat kategori ini

mencirikan rentang konten matematika yang merupakan pusat disiplin dan

menggambarkan area konten yang luas yang digunakan dalam item tes untuk

PISA 2018, yaitu: Perubahan dan hubungan; Ruang dan bentuk; Kuantitas;

Ketidakpastian dan data.

1. Perubahan dan hubungan

Perubahan dan hubungan terbukti dalam pengaturan yang beragam seperti

pertumbuhan organisme, musik, dan siklus musim, pola cuaca, tingkat pekerjaan

dan kondisi ekonomi. Aspek konten matematika tradisional fungsi dan aljabar,

termasuk ekspresi aljabar, persamaan dan pertidaksamaan, representasi tabel dan

grafik, adalah sentral dalam menggambarkan, memodelkan dan menafsirkan

fenomena perubahan. Representasi dari data dan hubungan yang dijelaskan

menggunakan statistik juga sering digunakan untuk menggambarkan dan

menafsirkan perubahan dan hubungan, dan landasan yang kuat dalam dasar-dasar

angka dan satuan juga penting untuk mendefinisikan dan menafsirkan perubahan

dan hubungan. Beberapa hubungan menarik muncul dari pengukuran geometris,

seperti cara perubahan keliling dari keluarga bentuk mungkin berhubungan

dengan perubahan luas, atau hubungan antara panjang sisi-sisi segitiga.

2. Ruang dan bentuk

Ruang dan bentuk mencakup berbagai fenomena yang ditemui di mana-

mana di dunia visual dan fisik kita: pola, sifat objek, posisi dan orientasi,
representasi objek, informasi visual, navigasi dan interaksi dinamis dengan bentuk

nyata serta dengan representasi.

Literasi matematika di bidang ruang dan bentuk melibatkan berbagai

kegiatan seperti pemahaman perspektif (untuk contoh dalam lukisan), membuat

dan membaca peta, mengubah bentuk dengan dan tanpa teknologi, menafsirkan

pemandangan pemandangan tiga dimensi dari berbagai perspektif dan

membangun representasi bentuk.

3. Kuantitas

Gagasan kuantitas mungkin merupakan aspek matematika yang paling

meresap dan esensial, dan berfungsi dalamdunia kita. Ini menggabungkan

kuantifikasi atribut objek, hubungan, situasi dan entitas di dunia, memahami

berbagai representasi dari kuantifikasi tersebut, dan menilai interpretasi dan

argumen berdasarkan pada kuantitas. Untuk terlibat dengan kuantifikasi dunia

melibatkan pemahaman pengukuran, penghitungan, besaran, satuan, indikator,

ukuran relatif, dan tren numerik dan pola. Aspek penalaran kuantitatif – seperti

representasi angka, keanggunan dalam komputasi, perhitungan mental, estimasi

dan penilaian kewajaran hasil – adalah inti dari literasi matematika relatif untuk

kuantitas.

Kuantifikasi adalah metode utama untuk menggambarkan dan mengukur

sekumpulan atribut yang luas aspek dunia. Hal ini memungkinkan untuk

pemodelan situasi, untuk pemeriksaan perubahandan hubungan, untuk deskripsi

dan manipulasi ruang dan bentuk, untuk pengorganisasian dan menafsirkan data,

dan untuk pengukuran dan penilaian. Jadi literasi matematika di bidang kuantitas
menerapkan pengetahuan tentang angka dan operasi angka dalam berbagai

pengaturan.

4. Ketidakpastian dan data

Dalam sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari, ketidakpastian adalah

hal yang pasti. Oleh karena itu ketidakpastian adalah fenomena di jantung analisis

matematis dari banyak situasi masalah, dan teori probabilitas dan statistik serta

teknik representasi data dan deskripsi telah ditetapkan untuk menghadapinya.

Kategori ketidakpastian dan konten data termasuk mengenali tempat variasi dalam

proses, memiliki rasa kuantifikasi variasi itu, mengakui ketidakpastian dan

kesalahan dalam pengukuran, dan mengetahui tentang kesempatan.

Ada ketidakpastian dalam prediksi ilmiah, hasil jajak pendapat, prakiraan

cuaca, dan model ekonomi. Ada variasi dalam proses manufaktur, skor tes dan

temuan survei, dan kesempatan adalah dasar bagi banyak kegiatan rekreasi yang

dinikmati oleh individu. Selain itu, pengetahuan tentang bilangan dan aspek

aljabar, seperti grafik dan representasi simbolis, berkontribusi pada fasilitas yang

terlibat dalam masalah dalam kategori konten ini. Fokus pada interpretasi dan

penyajian data merupakan aspek penting dari kategori ketidakpastian dan data.

Studi tiga (3) tahunan PISA, yang diselenggarakan oleh Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD) sebuah badan PBB yang

berkedudukan di Paris, bertujuan untuk mengetahui literasi matematika siswa.

Fokus studi PISA adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan

memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari (Masjaya; Wardono, 2018).


2. Studi TIMSS

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)

merupakan evaluasi berskala internasional yang paling mutakhir yang

diselenggarakan di 50 negara untuk mengukur kemajuan dalam pembelajaran

matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). TIMSS adalah studi internasional

tentang kecenderungan atau arah dan perkembangan matematika dan sains. Studi

ini diselenggarakan oleh International Association for the Evaluation of

Educational Achievement (IEA) yaitu suatu badan asosiasi internasional untuk

menilai prestasi dalam pendidikan. TIMSS berpusat di Lynch School of

Education, Boston College, USA. (Herman, 2014) dalam (Hadi & Novaliyosi,

2019).

TIMSS bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran matematika

dan sains. TIMSS diselenggarakan setiap 4 tahun sekali. Pertama kali

diselengarakan pada tahun 1995, kemudian berturut-turut pada tahun 1999, 2003

dan 2007, 2011, 2015, 2019. Salah satu kegiatan TIMSS adalah menguji

kemampuan matematika siswa kelas 4 SD (Sekolah Dasar) dan kelas 8 SMP

(Sekolah Menengah Pertama) (Wardani & Rumiati, 2011).

Berbeda dengan studi PISA yang menggunakan istilah komponen untuk

menunjukkan kerangka penilaian kemampuan yang diuji, dalam TIMSS kerangka

penilaian kemampuan bidang matematika yang diuji menggunakan istilah dimensi

dan domain. Ada dua penilaian matematika TIMSS 2019, yaitu: Matematika

TIMSS-Kelas Empat dan Matematika TIMSS-Kelas Delapan. Masing-masing

dari dua kerangka penilaian untuk TIMSS 2019 disusun berdasarkan dua dimensi:
Dimensi konten, menentukan materi pelajaran yang akan dinilai dan Dimensi

kognitif, menentukan proses berpikir yang akan dinilai (Mullis & Martin, 2020).

(Mullis & Martin, 2020) menuliskan bahwa target persentase penilaian

matematika TIMSS 2019 ditujukan untuk konten dan domain kognitif di kelas

empat dan delapan sebagai berikut:

Kelas Empat

Domain Konten Persentasi


Bilangan 50 %
Pengukuran dan Geometri 30 %
Data 20 %

Kelas Delapan

Domain Konten Persentasi


Bilangan 30 %
Aljabar 30 %
Geometri 20 %
Data dan Peluang 20 %

Domain konten berbeda untuk kelas empat dan delapan, mencerminkan

matematika secara luas diajarkan di setiap kelas. Ada lebih banyak penekanan

pada angka di kelas empat daripada di kelas delapan. Di kelas delapan, dua dari

empat domain konten adalah aljabar dan geometri. Karena ini umumnya tidak

diajarkan sebagai area yang dapat dipisahkan di sekolah dasar, topik pengantar

atau praaljabar dinilai di kelas empat dimasukkan sebagai bagian dari bilangan.

Domain data kelas empat berfokus pada pengumpulan, membaca, dan


merepresentasikan data, sedangkan di kelas delapan lebih menekankan pada

interpretasi data, statistik dasar, dan dasar-dasar probabilitas.

Penting untuk digarisbawahi bahwa TIMSS menilai berbagai situasi

pemecahan masalah di dalam matematika, dengan sekitar dua pertiga dari item

yang mengharuskan siswa untuk menggunakan penerapan dan penalaran

keterampilan.

Domain Kognitif Persentasi


Kelas Empat Kelas Delapan
Pengetahuan 40 % 35 %
Penerapan 40 % 40 %
Penalaran 20 % 25 %

Domain kognitif itu sama untuk kedua kelas, tetapi dengan pergeseran

penekanan. Dibandingkan dengan kelas empat, kelas delapan kurang menekankan

pada domain mengetahui dan lebih menekankan pada domain penalaran.

Adapun domain konten kelas empat, mengidentifikasi tiga domain konten

utama dan topik penilaian dalam setiap domain, dilanjutkan dengan domain

konten kelas delapan dan, kemudian, deskripsi domain kognitif untuk kelas empat

dan delapan.

a. Domain Konten Kelas Empat

Domain konten kelas empat dan persentase target dari penilaian skor poin

dikhususkan untuk masing-masing. Setiap domain konten terdiri dari area topik,

dan setiap topik daerah pada gilirannya mencakup beberapa topik. Di seluruh
penilaian matematika kelas empat, setiap topik menerima bobot yang kurang lebih

sama.

Domain Konten Persentasi Topik Persentasi


Bilangan Bilangan bulat 25 %
Ekspresi, persamaan 15 %

sederhana, dan relasi


50 % Pecahan dan desimal 10 %
Pengukuran dan 30 % Pengukuran 15 %
Geometri 15 %
Geometri
Data 20 % Membaca, menafsirkan, 15 %

dan merepresentasikan

data
Menggunakan data untuk 5 %

memecahkan masalah

1. Bilangan

Merupakan dasar matematika di sekolah dasar. Domain konten terdiri dari

tiga bidang topik, yaitu : Bilangan bulat; Ekspresi, persamaan sederhana, dan

relasi; serta Pecahan dan desimal.

2. Pengukuran dan Geometri

Kita dikelilingi oleh objek dengan berbagai bentuk dan ukuran, dan

geometri membantu kita memvisualisasikan dan memahami hubungan antara

bentuk dan ukuran. Pengukuran adalah proses kuantifikasi atribut objek dan

fenomena (misalnya, panjang dan waktu). Dua bidang topik dalam pengukuran

dan geometri adalah sebagai berikut: Pengukuran dan Geometri


3. Data

Ledakan data dalam masyarakat informasi saat ini telah mengakibatkan

pemboman visual setiap hari menampilkan informasi kuantitatif. Seringkali

internet, surat kabar, majalah, buku teks, referensi buku, dan artikel memiliki data

yang direpresentasikan dalam bagan, tabel, dan grafik. Siswa perlu memahami

bahwa grafik dan bagan membantu mengatur informasi atau kategori dan

menyediakan cara untuk membandingkan data. Domain konten data terdiri dari

dua area topik: Membaca, menafsirkan, dan merepresentasikan data; serta

Menggunakan data untuk menyelesaikan masalah

b. Domain Konten Kelas Delapan

Domain Konten Persentasi Topik Persentasi


Bilangan 30 % Bilangan bulat 10 %
Pecahan dan 10 %

desimal
Rasio, 10 %

proporsi, dan

persen
Aljabar 30 % Ekspresi 20 %

aljabar dan

persamaan
Relasi dan 10 %

Fungsi
Geometri 20 % Bentuk dan 20 %

pengukuran

geometri
Data dan Peluang 20 % Data 15 %
Peluang 5 %
c. Domain Kognitif Kelas Empat dan Delapan

Agar dapat menjawab soal tes TIMSS dengan benar, siswa harus

terbiasa dengan matematika konten yang dinilai, tetapi mereka juga perlu

memanfaatkan berbagai keterampilan kognitif. Keterampilan ini berperan

penting dalam pengembangan penilaian seperti TIMSS 2019, karena mereka

sangat penting dalam memastikan bahwa survei mencakup rentang

keterampilan kognitif yang sesuai di seluruh domain konten sudah digariskan.

Ranah pertama, pengetahuan, meliputi fakta, konsep, dan prosedur

yang perlu diketahui siswa, sedangkan kedua, penerapan, berfokus pada

kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman

konseptual untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan. Domain

ketiga, penalaran, melampaui solusi rutinitas masalah untuk mencakup situasi

asing, konteks kompleks, dan masalah multi-langkah.

Pengetahuan, penerapan, dan penalaran dilakukan dalam berbagai

tingkat ketika siswa menampilkan kompetensi matematika, yang melampaui

pengetahuan konten. Domain kognitif TIMSS ini mencakup kompetensi

pemecahan masalah, memberikan argumen matematis untuk mendukung

strategi atau solusi, mewakili situasi secara matematis (misalnya,

menggunakan simbol dan grafik), menciptakan model matematika dari situasi

masalah, dan menggunakan alat seperti penggaris atau kalkulator untuk

membantu memecahkan masalah.

Tiga domain kognitif digunakan untuk kedua kelas, tetapi

keseimbangan waktu pengujian berbeda, mencerminkan perbedaan usia dan


pengalaman siswa di dua kelas. Untuk yang kelas keempat dan kedelapan,

setiap domain konten akan mencakup item yang dikembangkan untuk

mengatasi masing-masing dari tiga domain kognitif. Misalnya, domain

bilangan akan mencakup item pengetahuan, penerapan, dan penalaran seperti

domain konten yang lainnya.

Domain Kognitif Persentasi


Kelas Empat Kelas Delapan
Pengetahuan 40 % 35 %
Penerapan 40 % 40 %
Penalaran 20 % 25

1. Pengetahuan

Kemudahan dalam penerapan matematika, atau penalaran tentang situasi

matematika, tergantung pada keakraban dengan konsep matematika dan

kelancaran dalam keterampilan matematika. Semakin relevan pengetahuan

seorang siswa mampu mengingat dan semakin luas jangkauan konsep yang dia

pahami, semakin besar potensinya terlibat dalam berbagai situasi pemecahan

masalah.

Tanpa akses ke basis pengetahuan yang memungkinkan ingatan bahasa

dan fakta dasar dengan mudah dan konvensi nomor, representasi simbolis, dan

hubungan spasial, siswa akan menemukan tujuan berpikir matematis tidak

mungkin. Fakta mencakup pengetahuan yang menyediakan bahasa dasar

matematika, serta konsep dan sifat matematika esensial yang membentuk fondasi

untuk pemikiran matematika.

Mengingat Mengingat definisi, terminologi, sifat bilangan, satuan

pengukuran, geometris properti, dan notasi (misalnya, a x b =


ab, a + a + a = 3a).
Mengenali Mengenal bilangan, ekspresi, besaran, dan bentuk. Kenali

entitas yang ekuivalen secara matematis (mis., pecahan biasa

yang setara, desimal, dan persen; orientasi yang berbeda dari

angka geometris sederhana).


Mengklasifikas Mengklasifikasikan bilangan, ekspresi, besaran, dan bentuk

i berdasarkan sifat-sifat umum


Menghitung Melakukan prosedur algoritmik untuk +, –, ×, , atau

kombinasinya dengan keseluruhan bilangan, pecahan,

desimal, dan bilangan bulat.


Mengurutkan Mengambil lalu mengurutkan informasi dari grafik, tabel,

teks, atau sumber lain.


Mengukur Gunakan alat ukur; dan memilih unit pengukuran yang

sesuai.

2. Penerapan

Domain penerapan melibatkan penerapan matematika dalam berbagai

konteks. Dalam domain ini, fakta, konsep, dan prosedur serta masalah harus

diketahui siswa. Dalam beberapa item selaras dengan domain ini, siswa perlu

menerapkan pengetahuan matematika tentang fakta, keterampilan, dan prosedur

atau pemahaman konsep matematika untuk membuat representasi. Perwakilan dari

ide membentuk inti pemikiran dan komunikasi matematis, dan kemampuan untuk

menciptakan persamaan representasi adalah dasar untuk sukses dalam subjek.

Pemecahan masalah adalah pusat dari domain penerapan, dengan

penekanan pada yang lebih akrab dan rutin tugas. Masalah dapat diatur dalam

situasi kehidupan nyata, atau mungkin berkaitan dengan matematika murni


pertanyaan yang melibatkan, misalnya, ekspresi numerik atau aljabar, fungsi,

persamaan, geometrik angka, atau kumpulan data statistik.

Menentukan Menentukan operasi, strategi, dan alat yang

efisien/tepat untuk memecahkan masalah

yang ada metode penyelesaian yang umum digunakan.


Merepresentasikan Menampilkan data dalam tabel atau grafik; membuat

/memodelkan persamaan, pertidaksamaan, bangun geometris, atau

diagram yang memodelkan situasi masalah; dan

menghasilkan representasi yang setara untuk

entitas matematika tertentu atau hubungan.


Mengimplementasika Menerapkan strategi dan operasi untuk memecahkan

n masalah yang melibatkan familiar

konsep dan prosedur matematika.

3. Penalaran

Penalaran secara matematis melibatkan pemikiran logis dan sistematis. Ini

termasuk intuitif dan induktif penalaran berdasarkan pola dan keteraturan yang

dapat digunakan untuk sampai pada solusi untuk masalah yang ditetapkan situasi

baru atau asing. Masalah seperti itu mungkin murni matematis atau mungkin

memiliki pengaturan kehidupan nyata. Kedua jenis item melibatkan transfer

pengetahuan dan keterampilan ke situasi baru; dan interaksi antar keterampilan

penalaran biasanya merupakan fitur dari item tersebut.

Menganalisa Menentukan, mendeskripsikan, atau menggunakan

hubungan antara bilangan, ekspresi, besaran, dan

bentuk.
Mengintegrasika Menghubungkan berbagai elemen pengetahuan,

n representasi terkait, dan prosedur untuk

menyelesaikan masalah.
Mengevaluasi Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah strategi dan

solusi.
Menggambarkan Membuat kesimpulan yang valid berdasarkan informasi dan

kesimpulan bukti.
Menggeneralisasi Buat pernyataan yang mewakili hubungan dalam istilah

yang lebih umum dan lebih luas.


Memberi alasan Memberikan argumen matematis untuk mendukung strategi

atau solusi.

Survei TIMSS yang dilakukan oleh The International Association for the

Evaluation and Educational Achievement (IAE) berkedudukan di Amsterdam,

mengambil fokus pada domain isi matematika dan kognitif siswa. Domain isi

meliputi Bilangan, Aljabar, Geometri, Data dan Peluang, sedangkan domain

kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, dan penalaran (Masjaya; Wardono,

2018).

BAB IV

PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA MODEL


PISA DAN TIMSS

A. Contoh Soal dan Pembahasan

1. Sebagai tugas rumah dengan topik lingkungan, siswa mengumpulkan informasi

tentang waktu urai jenis-jenis sampah, Nama Benda dan Waktu Urai :

Kulit pisang , Waktu Urai 1-3 tahun

Kulit jeruk , Waktu Urai 1-3 tahun

Kotak kardus, Waktu Urai 0,5 tahun

Permen karet, Waktu Urai 20-25 tahun

Koran, Waktu Urai Beberapa hari

Mangkok plastik, Waktu Urai Lebih dari 100 tahun

Seorang siswa berpikir untuk menyajikan data tersebut dalam diagram batang. Berikan

alasan mengapa diagram batang tidak cocok untuk menyajikan data tersebut.

Komentar

Banyaknya siswa yang menjawab benar kira-kira 51% dari seluruh siswa, sehingga

soal ini termasuk kategori sedang. Soal ini membutuhkan penalaran dari data-data

yang disajikan. Ada dua jawaban benar yang diberikan siswa yaitu: (1) menggambar

diagram batang dengan data itu sangat sulit, karena datanya 1-3, 1-3, 0,5, beberapa

hari, dan lebih dari 100 tahun, dan (2) ada perbedaan yang sangat besar antara

beberapa hari dan lebih dari 100 tahun. Siswa usia 15 tahun (SMP) di Indonesia

sebenarnya telah mempelajari kemampuan dasar yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal tersebut sejak di SD. Di Kelas VI SD Semester 2 siswa telah

belajar kompetensi dasar “menyajikan data ke bentuk tabel dan diagram gambar,

batang dan lingkaran” (KD 7.1). Sementara saat di kelas IX SMP Semester 1, siswa

telah mempelajarinya kembali dan memperdalam melalui kompetensi dasar

“menyajikan data dalam bentuk tabel, diagram batang, garis dan lingkaran” (KD 3.2).
Namun demikian, siswa yang belum berhasil menjawab dengan benar soal tersebut

kemungkinan disebabkan dalam proses belajar sehari-hari siswa yang kurang

dibiasakan untuk menyelesaikan soal dengan cara memberi argumentasi.

2. Joe mengetahui bahwa harga sebuah pena 1 zed lebih mahal dari harga sebuah pensil.

Temannya membeli 2 buah pena dan 3 buah pensil seharga 17 zed. Berapa zed yang

dibutuhkan Joe untuk membeli 1 pena and 2 pensil?

Komentar

Soal ini berada dalam domain konten aljabar dan domain kognitif penalaran. Dalam

soal ini siswa diminta untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan persaman

linear dengan dua peubah. Kompetensi dasar yang dibutuhkan untuk menjawab soal ini

telah dipelajari siswa di kelas VIII SMP Semester 1, yaitu “membuat model matematika

dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel” (KD 2.2) dan

“menyelesaikan model matematika dari masalah matematika yang berkaitan dengan

sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya” (KD 2.3). Soal tersebut cukup

sulit, karena secara internasional hanya 18% siswa yang menjawab benar, dan bagi

siswa Indonesia soal ini sangat sulit karena hanya 8% yang menjawab benar. Alasan

bahwa soal ini sulit disebabkan soal ini menguji domain kognitif penalaran dengan

kemampuan memecahkan masalah non rutin, bukan sekedar pengetahuan atau

penerapan. Tampak bahwa mengubah kalimat biasa menjadi kalimat matematika, dan

kemudian menafsirkannya kembali merupakan salah satu kerikil tajam dalam

pembelajaran matematika

3. A pizzeria serves two round pizzas of the same thickness in different sizes.

The smaller one has a diameter of 30 cm and costs 30 zeds. The larger one

has a diameter of 40 cm and costs 40 zeds. Which pizza is better value for

money? Show your reasoning.


Sebuah kedai pizza menyajikan dua pilihan pizza dengan ketebalan yang

sama namun berbeda dalam ukuran. Pizza yang kecil memiliki diameter 30

cm dan harganya 30 zed dan pizza yang besar memiliki diameter 40 cm

dengan harga 40 zed. Pizza manakah yang lebih murah. Berikan alasannya.

Catatan: Bilangan satuan harga dalam ‘zed’ pada soal tersebut dapat
(PISA 2003)

diasosiasikandengan bilangan satuan harga dalamrupiah sesuai konteks di

Indonesia.

Komentar: Pada soal tersebut, siswa dituntut untuk mampu memahami maksud

soal, kemudianmampu menghitung luas atau besarnya satu pizza, besarnya pizza

yang diperolehdengan harga 1 zed atau harga setiap cm 2 pizza dalam zed, dan

menyimpulkan pizzamana yang harganya lebih murah.Untuk pizza yang kecil

30 30
(diameter 30 cm) luasnya adalah π × × =225 π cm2dan harganya 30 zed,
2 2

sehingga untuk setiap 1 zed didapatkan pizza seluas225π: 30 = 7,5π atau seluas

23.6 cm2. Untuk pizza yang besar (diameter 40 cm),luasnya adalah

40 40
π× × =400 π cm 2 cm2 dan harganya 40 zed, sehingga untuksetiap 1 zed
2 2

didapatkan pizza seluas 400 atau seluas 31,4 cm2.

Sehingga pada pizza yang kecil, dengan uang 1 zed dapat dimiliki pizza

seluas23,6 cm2. Sedangkan untuk pizza yang besar, dengan uang 1 zed dapat
dimiliki pizza seluas 31,4cm2. Oleh karena itu pizza yang besar lebih murah

daripada pizza yang kecil.

Tujuan pertanyaan tersebut untuk menerapkan pemahaman tentang luas

dan nilaiuang melalui suatu masalah. Dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti

tes, hanya11% yang menjawab benar. Oleh karenanya soal ini dinilai sebagai

salah satudiantara soal yang sulit. Kemungkinan penyebab hal itu adalah

banyaknya kontenmatematika yang termuat di dalamnya, antara lain: kemampuan

menghitung luaslingkaran, melakukan operasi hitung perkalian dan pembagian

bilangan bulat, danmembandingkan dua bilangan pecahan. Kemungkinan

penyebab lain adalah siswakurang terbiasa melakukan proses pemecahan masalah

dengan benar, yaitu dengantahapan memahami masalah, merencanakan

pemecahan masalah, melaksanakanpemecahan masalah dan mengecek hasil

pemecahan masalah. Pada soal tersebutsebenarnya konteks masalah tampak

sederhana dan tidak membutuhkan kemampuanmembaca yang tinggi, namun bila

siswa tidak dibiasakan untuk memecahkan masalahdengan tahapan proses yang

benar maka siswa akan cenderung mengalami kesulitandalam menyelesaikan soal

tersebut.

Kemungkinan penyebab lain adalah siswa kurang terbiasa menyelesaikan

soal yangmelatih munculnya kreativitas dalam rangka membuat kesimpulan. Pada

soal ini,untuk menyimpulkan pizza mana yang lebih murah dibutuhkan kreativitas

agardiperoleh data (bilangan) yang mudah untuk dibandingkan sehingga

kesimpulandapat diambil dengan mudah. Dalam hal ini kreativitas tersebut terjadi
dalam bentukide mencari luas pizza untuk setiap harga 1 zed pada pizza yang

besar dan kecil.

Siswa umur 15 tahun di Indonesia seharusnya mampu menyelesaikan soal

tersebutkarena kemampuan yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut

semestinya telahdibelajarkan. Untuk menjawab soal tersebut diperlukan

kemampuan menghitung luaslingkaran, dan hal itu telah dipelajari siswa sejak

belajar di SD. Pada saat siswa diKelas VI SD Semester 1 telah belajar

“menghitung luas lingkaran” (KD 3.2) dankemudian dipelajari kembali dan

diperdalam di kelas VIII SMP Semester dua melaluikompetensi dasar

“menghitung keliling dan luas lingkaran” (KD 4.2). Untukmenyelesaikan soal

tersebut juga diperlukan kemampuan mengalikan dan membagi bilangan bulat dan

membandingkan bilangan yang sudah dipelajari sejak SD,kemudian dipelajari dan

diperdalam lagi di Kelas VII semester 1 dengan kompetensidasar “melakukan

operasi hitung bilangan bulat dan pecahan” (KD 1.1). Namun,sekali lagi agar

dapat menyelesaikan soal tersebut diperlukan kemampuanmemecahkan masalah

yang terdiri atas empat tahap, yaitu memahami masalah,merencanakan pemecahan

masalah, melaksanakan pemecahan masalah, danmengecek hasil pemecahan

masalah, serta diperlukan juga kreativitas yang tinggi.(Wardani & Rumiati, 2011)
4.

Circle either ‘yes’ or ‘no’ for each design to indicate whether the garden bed

canbe made with 32 centimeters timber?

Garden Using this garden, can the garden be made with 32 meters of

bed design timber?

Design A A Yes/No

Design B B Yes/No

Design C C Yes/No

Design D Yes/No

Seorang tukang kayu mempunyai pagar sepanjang 32 meter dan

akanmenggunakannya untuk memagari bunga-bunga di taman. Dia

mempertimbangkanbeberapa desain untuk memagari taman sebagai berikut.


Lingkarilah “ya” atau “tidak” pada jawaban yang Anda anggap tepat.Dapatkah

pagar sepanjang 32 meter persegi dibuat sesuai dengan desain berikut?

Desain Dapatkah pagar sepanjang 32m persegi dibuat sesuai

pagar dengan desain berikut?

Desain A Ya/tidak

Desain B Ya/tidak

Desain C Ya/tidak

Desain D Ya/tidak

This was one of the more difficult items in the PISA 2003 survey, with a

correct response rate of a little less than 20%. It can be solved by the

application of geometrical knowledge and reasoning. Enough information is

given to enable direct calculation of the exact perimeter for Designs A, C and

D, each of which is 32 metres. However, insufficient information is given for

Design B; therefore a different approach is required. It can be reasoned that


while the ‘horizontal’ components of the four shapes are equivalent, the

oblique sides of Design B are longer than the sum of the ‘vertical’

components of each of the other shapes. The communication capability is

called on in reading and understanding the question, and to link the

information provided in the text with the graphical representation of the four

garden beds. The task has been presented in overtly mathematical form,

hence no mathematisation is needed. Real world considerations, such as the

lengths of the pieces of timber available and the geometry of the corners, do

not come into the problems as posed here. The key capability demanded to

solve the problem is the reasoning and argument needed to identify Design B

which has too great a perimeter, and to appreciate that the lengths of the

‘vertical’ components of Design A are in themselves unknown, but that the

total ‘vertical’ length is known (similarly with Design C with both vertical

and horizontal lengths). Devising a strategy involves recognising that the

perimeter information needed can be found in spite of the fact that some of

the individual lengths are not known. Using symbolic, formal and technical

language and operations is needed in the form of an understanding and

manipulating of the perimeter of the shapes presented, including both the

properties of the sides, and the addition of the side lengths. Using

mathematical tools is likely not needed. (OECD, 2013)

Ini adalah salah satu item yang lebih sulit dalam survei PISA 2003, dengan

tingkat respons yang benar kurang dari 20%. Ini dapat diselesaikan dengan

penerapan pengetahuan dan penalaran geometris. Informasi yang cukup


diberikan untuk memungkinkan perhitungan langsung dari perimeter yang

tepat untuk Desain A, C dan D, yang masing-masing adalah 32 meter.

Namun, informasi yang diberikan tidak cukup untuk Desain B; oleh karena

itu diperlukan pendekatan yang berbeda. Dapat beralasan bahwa sementara

komponen 'horizontal' dari empat bentuk adalah setara, sisi miring Desain B

lebih panjang daripada jumlah komponen 'vertikal' dari masing-masing

bentuk lainnya.

Kemampuan komunikasi diperlukan dalam membaca dan memahami

pertanyaan, dan untuk menghubungkan informasi yang diberikan dalam teks

dengan representasi grafis dari empat tempat tidur taman. Tugas telah

disajikan dalam bentuk matematis yang jelas, maka tidak diperlukan

matematisasi. Pertimbangan dunia nyata, seperti panjang potongan kayu yang

tersedia dan geometri sudutnya, tidak menjadi masalah seperti yang diajukan

di sini. Kemampuan kunci yang dituntut untuk memecahkan masalah adalah

penalaran dan argumen yang diperlukan untuk mengidentifikasi Desain B

yang memiliki perimeter terlalu besar, dan untuk menghargai bahwa panjang

komponen 'vertikal' dari Desain A itu sendiri tidak diketahui, tetapi total '

panjang vertikal diketahui (sama halnya dengan Desain C dengan panjang

vertikal dan horizontal). Merancang strategi melibatkan pengakuan bahwa

informasi perimeter yang dibutuhkan dapat ditemukan meskipun fakta bahwa

beberapa panjang individu tidak diketahui. Penggunaan bahasa dan operasi

simbolik, formal dan teknis diperlukan dalam bentuk pemahaman dan

manipulasi keliling bentuk yang disajikan, termasuk sifat sisi, dan


penambahan panjang sisi. Menggunakan alat matematika mungkin tidak

diperlukan.

5. Rock Concert For a rock concert a rectangular field of size 100 m by 50 m was

reserved for the audience. The concert was completely sold out and the field was full

with all the fans standing. Which one of the following is likely to be the best

estimate of the total number of people attending the concert? A. 2000 B. 5000 C. 20

000 D. 50 000 E. 100 000

Untuk konser music rock, sebuah lapangan yang berbentuk persegi panjang berukuran

panjang 100 meter dan lebar 50 meter disiapkan untuk pengunjung. Tiket terjual habis

bahkan banyak fans yang berdiri. Berapakah kira-kira banyaknya pengunjung konser

tersebut? A. 2000 B. 5000 C. 20.000 D. 50.000 E. 100.000

Komentar

Pada ujicoba soal, sekitar 28% siswa menjawab benar, yaitu dengan jawaban 20.000.

Dengan demikian soal ini tergolong cukup sulit. Untuk menyelesaikan soal ini

sebenarnya tidak memerlukan perhitungan atau rumus matematika yang sulit karena

utamanya yang diperlukan adalah daya imajinasi dan kreativitas. Jumlah orang yang

ditampung tergantung dari luas lapangan yang berbentuk persegi panjang itu. Untuk

menyelesaikan soal tersebut diperlukan kemampuan menghitung luas persegi panjang dan

memecahkan masalah. Untuk siswa Indonesia usia 15 tahun yang mengikuti PISA,

kemampuan menghitung luas persegi panjang dan memecahkan masalah yang berkaitan

dengan menghitung luas persegi panjang telah dipelajari siswa sejak di SD, yaitu Kelas

III Semester 2 pada pada KD “menghitung luas persegi dan persegi panjang” (KD 5.2)

dan “menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi

panjang” (KD 5.3). Setelah siswa belajar di SMP, kemampuan tersebut dipelajari lagi dan
diperdalam di Kelas VII Semester 2 pada kompetensi dasar “menghitung keliling dan luas

bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah” (KD

6.3). Dalam proses menyelesaikan soal tersebut, boleh jadi siswa sukses dalam

menghitung luas lapangan, namun siswa tidak berhasil dalam memperkirakan berapa

banyaknya orang yang dapat termuat di lapangan untuk tiap meter persegi. Di sinilah

kemungkinan siswa Indonesia mengalami kesulitan yang disebabkan mereka kurang

terbiasa melakukan perkiraan pada suatu situasi. Pilihan jawaban yang disajikan

sebenarnya sangat membantu siswa untuk mengetahui jawaban yang tepat. Ketika siswa

mengetahui bahwa luas lapangan adalah 100 × 50 = 5000 m2 , siswa mulai melakukan

eliminasi terhadap pilihan jawaban yang salah. Untuk jawaban A, yaitu 2000 orang tidak

mungkin, karena ada informasi yang menyebutkan bahwa lapangan penuh dan banyak

fans yang berdiri. Untuk jawaban B, yaitu 5000 orang juga tidak mungkin, karena 5000

orang berarti tiap 1 m2 ditempati 1 orang, karena ruangnya jadi longgar. Untuk jawaban

C, karena ada 20.000 orang, maka tiap 1 m2 ditempati oleh 4 orang (diperoleh dari

20.000 : 5.000), dan jawaban ini masuk akal. Untuk jawaban D dan E, siswa mestinya

melihat bahwa pilihan D menunjukkan tiap 1 m2 ditempati 10 orang, ini jelas tidak

mungkin, kecuali orangnya bertumpuk-tumpuk, padahal informasinya tidak demikian dan

jawaban E lebih tidak mungkin karena berarti ada 20 orang dalam 1 m2 .


DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, I., Wardono, & Kartono. (2018). Pengembangan Literasi Matematika

Mengacu PISA Melalui Pembelajaran Abad Ke-21 Berbasis Teknologi.

PRISMA, 1, 608–617.

Effendi, R. (2016). MODEL PEMBELAJARAN SQ3R UNTUK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA.

Jurnal Pendidikan Matematika, I(2), 109–118.

Fathani, A. H. (2016). PENGEMBANGAN LITERASI MATEMATIKA

SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF MULTIPLE INTELLIGENCES. Jurnal

EduSains, 4(2), 136–150.

Haara, F. O., Bolstad, O. H., & Jenssen, E. S. (2021). Research on mathematical

literacy in schools - Aim, approach and attention. European Journal of

Science and Mathematics Education, 5(3), 285–313.

https://doi.org/10.30935/scimath/9512

Hadi, S., & Novaliyosi. (2019). TIMSS Indonesia (Trends in International

Mathematics and Science Study). Prosiding Seminar Nasional & Call For

Papers Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas

Siliwangi, 562–569.

Hewi, L., & Shaleh, M. (2020). Refleksi Hasil PISA (The Programme For

International Student Assesment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada


Pendidikan Anak Usia Dini). Jurnal Golden Age, 4(01), 30–41.

https://doi.org/10.29408/jga.v4i01.2018

Indah, N., Mania, S., & Nursalam. (2016). PENINGKATAN KEMAMPUAN

LITERASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI KELAS VII SMP

NEGERI 5 PALLANGGA KABUPATEN GOWA. Jurnal Matematika Dan

Pembelajaran (MaPan), 4(2), 198–210.

Ippolito, J., Dobbs, C. L., & Charner-Laird, M. (2017). What Literacy Means in

Math Class. The Learning Professional, 38(2), 66-70–79.

www.learningforward.org

Kebudayaan, K. P. dan. (2017). Panduan Gerakan Literasi Nasional. 41.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018). Pendidikan Di Indonesia

Belajar Dari Hasil PISA 2018. 021, 1–206.

Literacy, I., Skalinder, C., Satz, P., Hiller, B., & Bernstein, L. (n.d.). What Is

Math – Literacy.

Masjaya; Wardono. (2018). Pentingnya Kemampuan Literasi Matematika untuk

Menumbuhkan Koneksi Matematika dalam Meningkatkan SDM. Jurnal

Unnes: Prisma, 1, 568–574.

Mullis, I. V. S., & Martin, M. O. (2020). TIMSS 2019 Assessment Frameworks.

In TIMSS & PIRLS International Study Center, Lynch School of Education,

Boston College and International Association for the Evaluation of


Educational Achievement (IEA). https://doi.org/10.1002/9781119491774.ch8

Nurkamilah, M., Nugraha, M. F., & Aep Sunendar. (2018). Mengembangkan

Literasi Matematika Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Matematika

Realistik Indonesia. Jurnal THEOREMS (The …, 2(2), 70–79.

http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th/article/view/722

OECD. (2010). Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy.

Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy.

https://doi.org/10.1787/9789524858366-fi

OECD. (2013). PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics,

Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. In Echinoderms:

Durham - Proceedings of the 12th International Echinoderm Conference.

https://doi.org/10.1201/9780203869543-c92

OECD. (2019). PISA 2018 Assessment and Analytical Framework. In OECD

Publishing. https://www.oecd-ilibrary.org/docserver/9789264190511-en.pdf?

expires=1569847112&id=id&accname=guest&checksum=08AEA3FD91051

23D4555A383BD097B5E

Rahmawati, M. dan. (2014). LITERASI MATEMATIKA SISWA PENDIDIKAN

MENENGAH : Analisis Menggunakan Desain Tes Internasional dengan

Konteks Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(4), 452–469.

Siagian, M. D. (2017). Pembelajaran Matematika Dalam Persfektif

Konstruktivisme. NIZHAMIYAH: Jurnal Pendidikan Islam Dan Teknologi


Pendidikan, VII(2), 61–73.

Thomson, S., Hillman, K., & Lisa De Bortoli. (2013). A Teacher ’s Guide to PISA

Mathematical Literacy.

Wardani, S., & Rumiati. (2011). INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SMP : Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta:

PPPPTK Matematika, 55.

Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Better Education through Reformed

Management and Universal Teacher Upgrading: INSTRUMEN PENILAIAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP : Belajar dari PISA dan TIMSS (S.

W. Danoebroto (ed.)). Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.

Wardono, Waluya, S. B., Mariani, S., & Candra, S. D. (2016). Mathematics

Literacy on Problem Based Learning with Indonesian Realistic Mathematics

Education Approach Assisted E-Learning Edmodo. Journal of Physics:

Conference Series, 693(1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/693/1/012014

Anda mungkin juga menyukai