Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asesmen dan Intervensi Sosial
Dosen Pengampu :
Dra. Endang Sri Indrawati, M.Si
Kelompok 4
Hilwa Aulia Rahmah 15000117140086
Rendy Kurniawan Nur 15000117120007
Viony Syahira Deben 15010117130088
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia seyogyanya diciptakan sebagai makhluk sosial, dimana dalam
menjalankan kehidupan sehari-harinya membutuhkan kehadiran individu lain
untuk saling melengkapi. Setiap individu tentunya memiliki kelompok yang mana
kelompok ini juga berfungsi sebagai identitas sosial bagi dirinya. Dimulai dari
keluarga, agen sosialisasi yang pertama dan utama bagi individu, juga termasuk
sebagai kelompok yang melengkapi kehidupan sehari-hari.
Dalam menjalankan kehidupan pun tidak selalu berjalan bagaikan garis lurus,
tentunya terdapat masalah yang menjadi arti dari lika-liku kehidupan. Hal ini juga
terjadi dalam bersosialisasi pada orang lain. Untuk memecahkan masalah yang
ada, tentunya membutuhkan penanganan yang tepat atau disebut dengan
intervensi. Penanganan yang tepat ini berasal dari pengumpulan informasi
mengenai masalah yang terjadi. Pada makalah ini membahas mengenai teori
penanganan kelompok atau teori rancangan intervensi kelompok yang
berorientasi pada perilaku. Metode teoritis adalah teknik atau proses secara
umum yang dapat mempengaruhi perubahan pada faktor penentu perilaku dan
kondisi lingkungan. Dalam kata lain metode ini dapat menjadi dasar komponen
intervensi untuk memodifikasi perilaku individu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori rancangan intervensi kelompok yang berorientasi pada
perilaku?
2. Bagaimana teori rancangan intervensi kelompok yang berorientasi pada
perilaku?
C. Tujuan
1. Menyebutkan macam-macam teori rancangan intervensi kelompok
berorientasi pada perilaku.
2. Menjelaskan teori rancangan intervensi kelompok berorientasi pada perilaku.
BAB II
ISI
3
TEORI RANCANGAN INTERVENSI KELOMPOK
Karakteristik Tujuan
Manurut Locke dan Latham (1990, 2002) tujuan yang dimiliki adalah tujuan yang
menantang, tujuan yang layak meski sulit dicapai, dan mengarahkan seseorang untuk
bekerja lebih baik. Efek positif dari tujuan yang sulit dicapai ini dapat terjadi pada
seseorang yang menerima tantangan, pengalaman yang cukup, efikasi diri, dan
mendapatkan umpan balik agar dapat melakukannya secara adekuat.
Di sisi lain, proses yang dimiliki dalam mencapai tujuan bukanlah proses yang
kompleks, melainkan terdapat sub tujuan yang bertahap setiap waktu dengan berbagai
strategi. Tercapainya tujuan yang dimiliki membuahkan hadiah berupa kepuasan pada
diri sendiri.
Pengaplikasian
Contoh pengaplikasian theory of goal setting adalah ketika melaksanakan pencegahan
HIV/AIDS pada siswa, yaitu mensosialisasikan bagaimana bahayanya seks bebas.
Dalam kasus ini, lebih dengan cara mengkaitkan seks bebas dengan tujuan hidup yang
terpenting bagi siswa. Misalnya, ketika bahaya dari seks bebas terjadi pada dirinya
dapat mengganggu kariernya di masa yang akan datang. Dengan cara ini, menghindari
seks bebas dapat menjadi strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang.
F. Theory of Self-Regulation
Konsep regulasi diri adalah upaya individu untuk mengubah perilaku. Fenomena
regulasi diri berupa: secara aktif dan berulang menetapkan tujuan, memilih strategi,
mengamati diri sendiri, membuat penilaian berdasarkan pengamatan, bereaksi dengan
tepat pada satu tujuan, dan merevisi strategi agar lebih sesuai.
4
Proses tersebut terjadi secara berulang , seperti mendapatkan umpan balik dan merasa
tidak puas atas hasil dari tujuan yang dimiliki. Inti dari regulasi diri adalah
menetapkan tujuan, mengamati perilaku, dan merevisi tujuan.
G. Persuasion-Communication Matrix
Teori ini dikembangkan oleh McGuire (1985). Menurut McGuire, tahapan seseorang
ketika menapatkan pesan berupa ajakan yang bertujuan untuk adanya perubahan
perilaku, sebagai berikut:
1. Penyampaian pesan
2. Perhatian pada pesan
3. Pemahaman pada argumen dan kesimpulan
4. Penerimaan argumen
5. Memahami informasi berdasarkan argumen dan kesimpulan
6. Perubahan sikap
Pengaplikasian
Pesan ajakan yang disampaikan oleh influencer, akan jauh lebih berpengaruh pada
masyarakat. Hal ini memudahkan kesuksesan penyampaian informasi tersebut,
setidaknya mencapai langkah pertama dimana masyarakat mendapatkan pesan ajakan
tersebut.
Misalnya ajakan untuk gerakan sehat mental berupa self-love, seperti ajakan untuk
membuat satu kata positif untuk dirinya sendiri setiap harinya. Dimana informasi ini
disampaikan oleh influencer, besar kemungkinan banyak masyarakat yang
mengetahui dan turut melakukan ajakan ini.
5
Kearifan konvensional sejak lama berpendapat bahwa memberi orang
informasi dapat membantu mereka mengubah perilaku mereka dan dengan demikian
menyelesaikan masalah kesehatan dan sosial. Namun, pengetahuan umumnya tidak
mengarah langsung ke perubahan perilaku. Selain itu, memastikan bahwa anggota
populasi memperoleh pengetahuan tidak selalu merupakan tugas yang mudah. Cerita
tentang pemrosesan informasi menyediakan beberapa konsep yang menyarankan
metode untuk menyampaikan informasi dengan sukses. Kools, Ruiter, van de Wiel,
dan Kok (2004) menunjukkan bahwa bidang pendidikan kesehatan dapat
menggunakan jauh lebih baik sebagian besar prinsip berbasis bukti yang terkait
dengan koherensi materi teks.
J. Teori Belajar
Teori ini adalah seperangkat prinsip yang saling terkait dan saling tergantung
yang dirancang untuk dijelaskan fenomena menarik. Secara khusus, teori belajar
manusia akan menggabungkan prinsip memori manusia, perilaku, dan pembelajaran
untuk menjelaskan dan memprediksi pemikiran manusia dan tindakan. Teori
pembelajaran manusia semacam itu akan mencakup tiga komponen penting: teoretis
prinsip, pembentukan teoretis, dan fungsi teoretis.
Teoritis prinsip "mengidentifikasi faktor spesifik yang secara konsisten
mempengaruhi pembelajaran dan menggambarkan efek khusus dari faktor-faktor ini
[pada pemikiran dan perilaku] "
Ini prinsip-prinsip kemudian secara bermakna dikombinasikan atau disintesis untuk
membentuk teori. Namun, tidak ada gunanya kecuali dapat diterapkan melalui
prediksi, penjelasan, atau regulasi.
8
Sementara ada beberapa karakteristik teori yang valid, hanya tiga yang disebutkan di
sini (lihat Hergenhahn & Olson, 1993).
1. Prinsip-prinsip dan teori yang dihasilkan harus diverifikasi melalui pengamatan
fenomena aktual yang dijelaskan. Teori yang baik didasarkan pada dan setuju dengan
pengamatan yang ketat.
2. Teori adalah sintesis dari banyak pengamatan, dan seringkali berbeda. Sebuah teori
memberikan integrasi data pengamatan dan hubungan antara data yang menghasilkan
deskripsi yang jelas, meskipun sering kompleks.
3. Teori adalah alat dan dengan demikian tidak benar atau salah, tetapi lebih
bermanfaat atau tidak berguna.
9
Daftar Pustaka
Bartholomew, Guy S. Parcel, & Gottlieb,(2006). Planning Health Promotion
Programs An Intervention Mapping Approach, Jossey-Bass. HB Printing 10 9 8 7 6 5
4321
10