Anda di halaman 1dari 5

REVIEW FILM “GOOD WILL HUNTING”

By. Petrus Lado Ngoe

I. Pengantar

Film “Good Will Hunting” adalah sebuah kisah inspirasi dari seorang Matt Demon.
Matt Demon adalah pemuda yatim piatu yang memiliki otak cerdas dan brilliant. Hidupnya
sangat kacau dan tak tentu. Will memiliki teman dekat Ben Affleck, dan menjadi sahabat
yang tumbuh bersama dalam lingkungan jalanan. Will bekerja sebagai tukang sapu di sebuah
universitas ternama. Di universitas tersebut, ada satu soal matematika yang sulit dikerjakan
oleh siapa pun. Soal tersebut diberikan oleh Prof. Gerald Lambeau sebagai soal tantangan,
dan secara tidak sengaja untuk yang kedua kalinya, Will menyelesaikan soal tersebut dengan
mudah. Pada saat yang sama, Profesor memergoki Will yang sedang menyelesaikan soal
tersebut. Akibat dari hal itu maka Will memutuskan untuk tidak bekerja lagi.

Suatu hari Will harus berurusan dengan pihak kepolisian, karena ia telah memukul
salah seorang anggota polisi yang sedang bertugas melerai pertarungan antara Will dengan
sekelompok anak muda jalanan. Will akhirnya terjerat masalah hukum karena tawuran. Dan
ia berhasil dibebaskan oleh Profesor Lambeau secara bersyarat demi mengikuti tujuan dari
profesor itu. Syarat yang diberikan kepada Will adalah; Will harus melaporkan setiap hari
kepada Prof. Lambeau dan memecahkan teori-teori matematika lainnya, dan Will harus
secara rutin menemui terapis.

Will akhirnya siap menjalani terapi. Namun terapi yang dijalankan seringkali kacau
dan tak satupun terapi berhasil. Will sendiri pun tidak tahu apa tujuan hidup yang ingin
dicapainya dan seperti apa ia ingin menjalankan hidupnya. Will akhirnya ditangani oleh Sean
(Robin Williams), psikologi yang kesepian sejak kematian istrinya. Dalam proses terapi ada
begitu banyak tantangan yang dialami Sean. Karena Will tergolong pribadi yang keras kepala
dan mengalami hal traumatis hingga mendorong dia untuk bergabung dengan kelompok
brandalan dan anak jalanan.

Skylar (cewek yang ditemui Will di Bar Harvard), meminta Will untuk pindah ke
California bersamanya, dimana dia harus melanjutkan sekolah kedokteran di Stanford
University School of Medicine. Will memikirkan hal tersebut dengan panik. Will terlalu takut
untuk mencoba sesuatu, dan takut untuk menjalin hubungan dengan orang lain, karena ia
takut akan ditinggalkan. Will selalu merasa takut dan tidak bisa percaya kepada orang lain.
Dalam perjalanan waktu akhirnya terapi tersebut berhasil dilakukan. Will berhasil
mengungkapkan atau menceritakan masa lalunya. Will akhirnya setuju untuk pergi ke
California untuk mengikuti Skylar dan tinggal bersamanya di kota tersebut.

II. Konseptualisasi Masalah: sikap/perilaku yang ditunjukan oleh Konseli.

Sikap yang ditunjukkan konseli dalam proses terapi tersebut sangatlah beragam.
Konseli tidak menginginkan untuk mengungkapkan atau menceritakan masa lalunya. Sikap
masa bodoh sangat didominasi oleh konseli. Konseli selalu berusaha untuk membuka luka
lama dari sang konselor dan merasa mengetahui segalanya. Sangat keras kepala dan susah
mendengarkan orang lain, introvert, tertutup, dan tidak mau kemampuan dan masalahnya
diketahui oleh orang lain. Konseli sangat sulit untuk percaya pada orang lain dan juga kasar.
Selain juga memiliki sikap agresif yang berlebihan.

III. Penanganan Yang diberikan Konselor (Sean)

Penanganan yang dilakukan Sean dalam pertemuan pertama adalah menyapa Will.
Dalam kegiatan konseling pertama dalam film tersebut yakni Sean menanyakan kabar Will,
menanyakan hal apa yang Will suka. Konseling pertama dilakukan dalam sebuah ruangan.
Selanjutnya dalam pertemuan berikut, konselor membuat konseli merasa nyaman. Konseling
dalam pertemuan yang kedua ini berlangsung di luar ruangan, di tepi danau yang tenang dan
tidak terlalu ramai. Hal ini dilakukan Sean agar dapat membuka suasana hati konseli agar dia
mau bercerita tentang masa lalunya (masalah hidup).

Selanjutnya dalam pertemuan yang ketiga, konselor memberikan waktu yang seluas-
luasnya kepada konseli untuk mau bercerita. Dan konseling ini terjadi dalam sebuah ruangan.
Pada pertemuan yang keempat, konselor menunggu Will untuk bercerita bahwa ia sedang
dekat dengan seorang gadis. Dan gadis itu sangat mencintai Will. Will menceritakan banyak
hal tentang gadis itu dan bagaimana pengalaman bercinta yang dialami oleh Will. Dalam
pertemuan kelima, Sean (konselor) merefleksikan setiap cerita cinta yang dialami oleh Will.
Sean mengatakan bahwa “kau sedang kesepian”.

Penanganan dalam pertemuan keenam konselor dan konseli saling bertatap mata
(kontak mata). Sean menatap Will secara lebih mendalam dan memberikan penekanan pada
kata tertentu dan itu menyentuh pada emosi konseli sehingga Will (konseli) sampai menangis
dan memeluk Sean. Konseli benar-benar merasa lega dan bebas dari masa lalu yang
menghantui pikirannya. Konseli benar-benar menemukan jati dirinya yang sesungguhnya.
Pada pertemuan yang terakhir (mengakhiri konseling) Will merasa dirinya lega dan
memberikan kabar bahwa ia akhirnya menerima pekerjaannya. Sean sangat senang dan
terharu atas perubahan besar yang terjadi pada Will. Akhirnya Will menjadi seorang yang
rasional dan mampu menentukan masa depannya sendiri.

IV. Teknik Terapi yang digunakan

Menurut pengamatan kami, pendekatan konseling atau teknik terapi yang digunakan
oleh konselor dalam film “Good Will Hunting” adalah pendekatan konseling psikoanalisis.
Teori ini mementingkan aspek dinamis, yaitu sebab-sebab terjadinya proses psikis. Individu
seringkali tidak menyadari faktor-faktor yang menentikan emosi dan tingkah laku mereka.
Dalam teori ini, setiap orang didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya
sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari, dan oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah yang
bersifat biologis dan naluri.

Tujuan dari konseling psikoanalisis adalah menggali ketaksadaran dan bekerja ke arah
pengubahan kepribadian. Dalam film Good Will Hunting, konselor memulai konselingnya
dengan berusaha menggali pengalaman masa lalu yang dialami konseli. Konseli
menceritakan kepada Konselor sesuatu yang selama ini belum pernah diceritakan, yakni
kekerasan dan penganiayaan yang dirasakannya pada masa kecil oleh orang tua angkatnya.
Lewat sharing ini, Konseli secara tidak langsung melepaskan depresi yang selama ini
dipendam. Setelah pengalaman-pengalaman masa kecil itu terungkap, konselor selanjutnya
menciptakan suatu atmosfer baru, di mana konseli merasa bebas untuk mengungkapkan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang dilakukan oleh Konselor dalam
film ini. Konselor berusaha untuk membuat konseli merasa bebas lewat sikap ketulusan dan
kerendahatiannya dalam menghadapi pribadi konseli. Konselor berusaha untuk menjadikan
dirinya sebagai seorang sahabat yang siap mendengarkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
konseli melalui sikapnya yang akrab.

Akhirnya, konselor perlu mengajarkan arti proses-proses konseling kepada konseli


sehingga konseli mampu memperoleh pemahaman terhadap masalah-masalahnya sendiri.
Peningkatan terhadap kesadaran atas cara-cara untuk berubah dan dengan demikian
memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri. Sikap dan tindakan
konselor dalam hal ini nyata melalui pengalaman yang dibagikannya kepada konseli. Yang
mana mereka berdua pernah sama-sama menjadi korban penganiayaan pada waktu kecil.
Berangkat dari pengalaman yang sama, konselor kemudian membantu konseli untuk
menerima bahwa kekerasan yang ia terima itu bukan merupakan salahnya. Lewat ungkapan
ini, sedikit demi sedikit konseli kemudian mampu memperoleh pemahaman terhadap
masalah-masalah yang dialaminya tersebut. Dengan demikian, konseli akhirnya memperoleh
kendali yang lebih rasional dan berdamai atas kehidupannya sendiri.

V. Hal apa yang bisa dipelajari

Hal-hal yang dapat dipelajari dari film “Good Will Hunting” adalah sebagai berikut.
Pertama, kita tidak boleh mencintai seseorang karena kesempurnaan nya, sebab hal itu akan
menambah kekecewaan apabila kita tidak menemukan kesempurnaan atas orang yang kita
cintai. Cintai lah seseorang karena rasa saling melengkapi diantara ketidaksempurnaan yang
dimiliki. Itulah yang membuat seseorang berarti bagi orang lain. Sean (Robin Williams) pun
belajar banyak hal dari Will bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini, perjuangan haru
diteruskan dan tidak boleh putus asa.

Kedua, semua orang dalam kehidupannya tentu akan takut gagal dalam setiap
perjuangannya. Tetapi setidaknya mereka pernah mencoba untuk berjuang memerangi hal-hal
sulit dalam hidup. Jangan pernah takut untuk berusaha. Kegagalan dalam hidup tentu pasti
ada dan selalu hadir setiap perjalanan hidup seseorang. Mencoba untuk belajar dari kegagalan
dan hitamnya suasana hidup masa lalu akan menjadi tonggak keberhasilan yang paling
ampuh dalam hidup. Itulah perjuangan yang sesungguhnya.

Ketiga, penyakit mental lebih mengerikan daripada penyakit jasmani. Mereka akan
terus menggerogoti kehidupan manusia. Temukan penyebab dan sembuhkan lah. Keempat,
Seberapapun pintar, kaya, atau berkuasanya seseorang, bila tidak memiliki tujuan dan
memahami eksistensi kehidupannya, maka semua itu akan sia-sia. Kecerdasan, limpahan
materi, atau daya kuasa yang besar tanpa tahu apa yang akan dicapai hanya membuat diri
terombang-ambing, mudah dipengaruhi orang lain.

VI. Penutup

Film “Good Will Hunting” menginspirasikan banyak hal dalam kehidupan. Masa lalu
patutlah menjadi pegangan kuat dalam diri untuk berubah. Kekacauan hidup yang dialami
Will memberikan satu gambaran khusus bahwa kekurangan sebagai manusia patutlah dilihat
secara positif. Menyalahkan diri sendiri ialah sikap yang mematikan kapabilitas diri untuk
diketahui banyak orang. Di film tersebut Will Hunting (Matt Damon) memerankan pemuda
genius yang memiliki masa lalu kelam. Selama 20 tahun, Will hidup dalam kondisi kesepian
dan kesendirian. Dia memang memiliki tiga orang sahabat yang selalu menemaninya, namun
dalam hatinya, dia menyimpan ketakutan masa lalu. Keterbukaan atas dirinya yang lemah dan
kacau membantu dirinya untuk berkembang sebagai pribadi yang dapat dipercaya orang lain
dan berpikir rasional tentang masa depannya yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai