Anda di halaman 1dari 6

BAB VI EMOSI DALAM KONSELING

Emosi merupakan warna efektif yang menyertai setiap perilaku individu yang beruba
perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. Kata “Emosi”
berasal dari bahasa latin “EMOVERE” yang artinya “Bergerak ke luar”. Maksud setiap emosi
adalah untuk menggerakkan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya,
serta menghindari sesuatu yang merugikan dan menghambat pemenuhan kebutuhan.

SAKIT HATI (HURT)

Rasa sakit hati (hurt) adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara
psikologis yang mengakibatkan gangguan mental sehingga menimbulkan berbagai konflik
dan rasa marah. Ada tiga implikasi konseling dalam hubungan dengan penyebab rasa sakit
yaitu : (1) respon awal konselor adalah membiarkan klien mencurahkan rasa sakit hatinya
selengkap mungkin, (2) membantu klien memandang sakit hati secara realistik, (3) membantu
klien yang sakit hati dalam melakukan pembalasan.

Reaksi-reaksi Konstruktif dan destruktif

Dalam proses konseling konselor dapat membantu klien untuk memberikan reaksi
konstruktif terhadap rasa sakit hati dalam cara-cara pertumbuhan yang produktif. Hal ini
dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu (1) mengakui diri sakit hati, (2) mencoba mencari
arti dari rasa sakit hati, (3) menemukan penyebab sakit hati, (4) melakukan upaya
menghindari perasaan sakit hati.

Disamping timbulnya reaksi konstruktif, sakit hati dapat menimbulkan reaksi destruktif
yaitu menimbulkan hambatan atau gangguan dalam keseluruhan perilakunya.

TAKUT (FEAR)

Rasa takut timbul dari antisipasi terhadap ancaman fisik atau psikologis spesifik.
Ancaman psikologis adalah sumber utama timbulnya rasa takut yang dibawa pada umumnya
oleh klien ke dalam konseling. Takut menimbulkan respon menyerang, sehingga bila orang
memberikan respon dengan menyerang, secara reflex mereka akan merasakan marah, dan
marah yang salah akan menimbulkan rasa takut.
Ada empat ketakutan yang sering dibawa klien dalam proses konseling, yaitu (1) takut
terhadap kedekatan (fear of intimacy), (2) takut terhadap penolakan (fear of rejection), (3)
takut terhadap kegagalan (fear of failure), (4) takut terhadap kebahagiaan (fear of happiness).

MARAH (ANGER)

Banyak orang yang telah diajarkan bahwa marah itu merupakan suatu emosi negatif
sehingga berusaha untuk mengahapus atau menghindarinya.

Penyebab dan tujuan

Marah disebabkan oleh dua hal yaitu pertama terjadi saat adanya halangan dalam
mencapai pemuasan suatu kebutuhan, dan kedua, terjadi ketika dalam proses pemenuhan
kebutuhannya mendapat hambatan dari dirinya sendiri. Tujuan marah pada pihak lain adalah
menggerakkan individu memindahkan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan tidak
terpenuhi.

Manifestasi marah terhadap dirinya sendiri

Ada beberapa manifestasi marah terhadap dirinya sendiri dalam cara-cara destruktif
yaitu: depresi, adikasi, salah tempat dan orang, perilaku serampangan, pengorbanan,
canggung atau kikuk, manifestasi fisik, dan degradasi perilaku.

Manifestasi marah terhadap orang lain

Marah terhadap pihak lain dapat dimanifestasi dengan cara-cara destruktif sebagai
berikut: moralism, hostile talk (sindiran), shutting down (menjatuhkan orang lain), purposeful
ineptness (kecanggungan bertujuan), victimizing (membuat korban), ambushing
(penyerangan), dan getting sick (menjadi sakit).

RASA BERSALAH (GUILT)

Rasa besarlah adalah perasaan tidak nyaman/ gundah atau malu pada saat seseorang
melakukan kesalahan, keburukan atau amoral. Rasa bersalah dapat menjadi motivasi untuk
meningkatkan perbaikan prilaku pada saat menghadapi suatu permasalahan di masa yang
akan datang. konselor harus memahami ada tiga macam rasa bersalah yaitu: (1) rasa bersalah
psikologis, (2) rasa bersalah sosial, (3) rasa bersalah religi.

BAB VII MOTIVASI DALAM KONSELING

KONSEP MOTIVASI
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu
yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai
hasil dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, (3) menopang perilaku. Motivasi dapat
dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku. Motif timbul karena
adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada
pencapaian suatu tujuan.

TEORI MOTIVASI

Teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu teori dengan
pendekatan: (1) isi (content), (2) proses, (3) penguatan.

Teori jenjang kebutuhan (A. Maslow)

Teori motivasi yang dikembangkan Abraham Maslow banyak digunakan dalam


konseling. Menurut teori ini ada lima tingkatan kebutuhan dalam diri manusia mulai dari
yang paling dasar sampai yang paling tinggi, yaitu kebutuhan jasmani (biologis), kebutuhan
memperoleh rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan memperoleh harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri.

Teori motif berprestasi (McCelland).

Menurut McClelland, pada dasarnya dalam diri setiap orang terdapat kebutuhan untuk
melakukan perbuatan dalam memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Kebutuhan ini disebut
sebagai kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) dan mendorong individu untuk
melakukan perbuatan sebaik mungkin.

Teori penguatan (skinner)

Teori ini lebih banyak menekankan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan faktor-
faktor yang dapat memperkuat atau memperlemah seseorang dalam melakukan suatu
tindakan. Ada empat macam penguatan yang dapat dilakukan oleh konselor dalam
mewujudkan prilaku yang tepat yaitu: pengutan positif, pengutan negatif, penghapusan, dan
hukuman.

PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI

Prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan oleh konselor adalah antara lain: prinsip
kompetisi, prinsip pemacu, prinsip ganjaran dan hukuman, kejelasan dan kedekatan tujuan,
pemahaman hasil, pengembangan minat, dan lingkungan yang kondusif.
BAB VIII KOMUNIKASI DALAM KONSELING

APAKAH KOMUNIKASI ITU?

Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling. Komunikasi


dapat diartikan sebagai suatu proses pemindahan informasi anatara dua orang manusia atau
lebih dengan menggunakan simbol-simbol bersama. Dalam konseling harus terciptanya suatu
komunikasi diaglogis, di mana pihak pemberi dan penerima kedua-duanya berperan sebagai
komunkator, yaitu sebagai pemberi pesan sekaligus juga sebagai penerima pesan, dan sebagai
penerima sekaligus sebagai pemberi.

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN KOMUNIKASI

Untuk terlaksana suatu komunikasi konseling yang dialogis dengan mengajak klien
berpartisipasi secara aktif. Sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan dialogis yang harus
dikuasai yaitu keterampilan: penghampiran, empati, merangkum, bertanya, kejujuran,
asertif, konfrontasi, dan pemecahan masalah.

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Komunikasi antar pribadi merupakan proses pemberian dan penerimaan pesar antar
dua atau diantara orang-orang dalam kelompok kecil melalui satu saluran atau lebih dengan
melibatkan beberapa pengaruh dan umpan balik. Dalam proses konseling, komunikasi antar
pribadi memungkin terjadinya interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli.

MEMBUKA DIRI

Membuka diri merupakan hal yang paling penting dala mewujudkan komunikasi antar
pribadi secara efektif. Membuka diri merupakan tindakan dengan menunjukkan diri sendiri
sehingga membuat oleh orang lain jadi mengenal diri sendiri. Tindakan dapat disebut
membuka diri sendiri apabila memiliki karakteristik: (1) diri sendiri sebagai isi, (2) disengaja,
(3) diarahkan kepada orang lain, (4) jujur, (5) membuka pikiran, (6) berisi informasi yang
tidak terdapat dalam sumber lain, dan (7) berlangsung dalam suasana keakraban.

PERILAKU KOMUNIKASI NON-VERBAL

Komunikasi non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang ikut mewarnai corak


konseling sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi komunikasi verbal.

BAB IX TEKNIK-TEKNIK DALAM KONSELING


PERSIAPAN UNTUK KONSELING

Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh konselor dalam memulai proses konseling,
yaitu (1) membentuk kesiapan untuk konseling, (2) memperoleh informasi riwayat kasus, dan
(3) evaluasi.

TEKNIK-TEKNIK HUBUNGAN

Hubungan antara konselor dan konseli merupakan inti proses konseling dan
psikoterapi. Ada delapan teknik untuk menciptakan hubungan antara konselor dan konseli
yaitu: teknik rapport, refleksi perasaan, teknik-teknik penerimaa, teknik mentsrukturkan,
diam sebagai sebuah teknik, teknik-teknik memimpin, memberikan jaminan, dan
keterampilan mengakhiri.

MASALAH-MASALAH KHUSUS TENTANG HUBUNGAN

Dalam proses konseling terdapat tiga kondisi yang dapat membantu atau menghambat
proses konseling tergantung bagaimana hal itu dinyatakan dan ditangani. Ketiga kondisi
tersebut adalah pemindahan (transference), pemindahan-balik (countertransference), dan
resistensi (resistence) atau penolakan.

TEKNIK-TEKNIK INTERPRETASI

 Hakikat interpretasi

 Teknik interpretasi

 Tipe-tipe interpretasi

 Metoda interpretasi

PENGGUNAAN NASIHAH, INFORMASI DAN TES

1. Nasihat dalam konseling

Nasihat merupakan bentuk psikoterapi dan konseling yang paling tua, dan tujuannya
adalah untuk mengalihkan sikap dan perilaku klien.

2. Tes dan observasi dalam konseling


Tes dipandang sebagai suatu alat ang digunakan dalam proses terapeutik dan
memberikan sumbangan dalam membantu klien untuk membuat keputusan dan
perencanaan sendiri.

3. Prinsip-prinsip penggunaan tes dalam konseling

Dalam menggunakan tes untuk proses konseling hendaknya memperhatikan prinsip-


prinsip sebagai berikut : mengetahui tes secara menyeluruh, kerangka acuan hasil tes
hendaknya dibuat dengan jelas, hasil tes harus selalu dijabarkan, konselor hendaknya
bersifat netral.

Anda mungkin juga menyukai