Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Melihat Reaksi Pupil

Nomor Percobaan : 01

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatima Az-zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022


Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas
Psikologi UIN
Raden Fatah Palembang.

I. Tujuan Penelitian

Untuk melihat apakah seseorang tersebut mengalami suatu


perubahan pada pupil matanya.
II. Dasar Teori

Pupil berada di tengah iris (bagian yang memberi warna pada mata kita).
Fungsi pupil adalah untuk memungkinkan cahaya masuk ke mata sehingga dapat
difokuskan pada retina untuk memulai proses penglihatan. Pada umumnya pupil
akan terlihat bulat sempurna, berukuran sama dan berwarna hitam. Warna hitam
yang terjadi karena cahaya yang melewati pupil diserap oleh retina dan tidak
dipantulkan kembali (dalam pencahayaan normal).

Apabila pupil berwarna keruh atau pucat, biasanya ini terjadi karena lensa mata
(yang terletak tepat di belakang pupil) menjadi buram atau keruh akibat
pembentukan katarak. Ketika lensa keruh digantikan oleh lensa intraokular bening
(IOL) selama operasi katarak, penampilan hitam normal pupil dipulihkan.

Pada kondisi tertentu pupil mata bisa terlihat berubah warna, yaitu saat
seseorang sedang berfoto menggunakan fungsi lampu kilat pada kamera. Mata anak
pupil mungkin akan terlihat merah terang. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang kuat
dari lampu kilat yang dipantulkan oleh warna merah retina.

Dalam kondisi minim cahaya, pupil membesar sehingga lebih banyak cahaya
dapat mencapai retina untuk meningkatkan penglihatan. Dalam kondisi cerah,
pupil mengerut untuk membatasi seberapa banyak cahaya masuk ke mata (terlalu
banyak cahaya dapat menyebabkan silau dan ketidaknyamanan, dan bahkan dapat
merusak lensa dan retina).

III. Alat Yang digunakan

1. Senter
IV. Jalannya Percobaan

1) OP diminta untuk melihat jauh dari PP. OP kemudian langsung melihat jari PP
yang berjarak 20 meter, setelah itu OP melihat respon pupil yang terjadi pada
OP. Apakah pupil melebar atau berkontraksi.

2) OP diminta oleh PP untuk melihat cahaya selama 3 detik dan kemudian


menutup mata selama 3 detik. OP kemudian membuka mata dan PP
memeriksa respon pupil yang terjadi, apakah itu pupil atau tidak. Ini akan
ditingkatkan atau diturunkan.

3) OP diinstruksikan oleh PP untuk menutup satu mata, dan OP melihat kearah


terang dengan satu mata tertutup. PP kemudian memeriksa respon pupil pada
OP, apakah pupil melebar atau berkontraksi.

4) OP diminta oleh PP untuk melihat senter, dan PP memeriksa apakah respon


pupil besar atau kecil.

5) PP menyenteri mata OP, kemudian PP melihat kedua mata OP, dan PP


memeriksa respon mata apakah pupil melebar, mengecil, atau terfiksasi.

V. Hasil Percobaan

1. Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konvergensi


Respon : Pupil OP membesar
2. Mengecilnya pupil karena cahaya
a. Reflek pupil
Respon : pupil OP membesar
b. Refleks pupil yang konsensuli
Respon : pupil OP membesar
3. Refleks konsensuli
Respon : pupil OP mengecil
VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan


bahwa pupil dapat menangkap cahaya yang masuk ke mata dan mengalami suatu
perubahan terhadap suatu rangsangan yang didapat oleh pupil. Namun, setiap
pupil pada mata akan bereaksi berbeda-beda pada setiap orang. Artinya, hasil yang
rangsangan yang didapat akan terlihat berbeda pada setiap orang yang berbeda.
Berdasarkan reaksi pupil pada orang percobaan (OP) yang saya teliti bahwasanya
pupil mata OP mengalami perubahan reaksi pada saat melihat cahaya selama 3
detik dan pupil mata akan tetap seperti biasa saat dilakukan beberapa percobaan.

Palembang, 01 Juni 2022

(Belly Lestari)

NIM: 2130901252
Daftar Pustaka

Eye, C. (2019). Pupil Mata. Klinikmatanusantara.


https://www.klinikmatanusantara.com.
LAPORAN

PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Melihat Buta Warna

Nomor Percobaan : 02

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatima Az-zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022


Tempat Percobaan : Laboraturium Psikologi Fakultas
Psikologi UIN
Raden Fatah Palembang.

I. Tujuan

Untuk melihat apakah seseorang tersebut menderita buta warna


II. Dasar Teori

Buta warna adalah kondisi yang seringkali diturunkan secara genetik, tetapi
dapat juga didapat karena disebabkan oleh kerusakan pada mata, nervus, atau
otak. Buta warna yang diturunkan secara genetik dibawa oleh kromosom X
pada perempuan, dan diturunkan pada anak-anaknya. Ketika seseorang
mengalami buta warna, mata mereka tidak mampu menghasilkan keseluruhan
pigmen yang dibutuhkan untuk mata berfungsi dengan normal. Cacat mata ini
merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu.

Buta warna karena yang diturunkan dibagi menjadi tiga: monokromasi


(buta warna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan
anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik).
Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus
trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria.
Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada
kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-
gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel
kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta
warna.

Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked genes). Buta
warna hampir tidak pernah terjadi pada perempuan karena setidaknya satu
dari dua kromosom X akan hampir selalu memiliki gen normal untuk setiap
jenis sel kerucut (Shah et al, 2013). Karena laki-laki hanya memiliki satu
kromosom X, gen yang hilang dapat menyebabkan buta warna. Karena
kromosom X pada lakilaki selalu diturunkan dari ibu, dan tidak pernah dari
ayahnya, buta warna diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya, dan ibu tersebut
dikatakan sebagai carrier buta warna; keadaan tersebut terjadi pada sekitar
8% dari seluruh perempuan (Guyton, 2007). Menurut salah satu riset, 5-8%
pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna dan 99% penderita buta warna
termasuk dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
III. Alat yang Digunakan
1. Alat Tes Ishara

IV. Jalannya Percobaan

1. OP diminta oleh PP untuk melihat angka yang berada didalam lingkaran titik-
titik berwarna
2. Kemudian, OP diminta untuk membaca setiap angka yang terdapat ada
dalam lingkaran berwarna yang telah tersusun dari titik-titik berwarna
3. Kemudian PP bertugas untuk mencatat hasil dari percobaan terhadap OP
tersebut apakah respon pada mata OP normal atau mengalami buta warna

V. Hasil percobaan
Tes Buta Warna

No. Angka Respon Benar Salah

1. 5 Baik ✓

2. 3 Baik ✓

3. 7 Baik ✓

4. 2 Baik ✓

5. 6 Baik ✓

6. 15 Baik ✓

7. 74 Baik ✓

8. 97 Baik ✓

9. 45 baik ✓

10. 73 Baik ✓
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
menjalankan tes buta warna membantu untuk mengetahui apakah
seseorang mengalami buta warna. Dari hasil percobaan yang dilakukan
dengan OP didapatkan bahwa kondisi mata OP tidak buta warna, kondisi
OP normal, dan menunjukkan reaksi yang baik.

Palembang 02 Juni 2022

(Belly Lestari)

NIM 2130901252
Daftar Pustaka

BAB 1 ETIOLOGI 8. (2014) repository.usu.ac.id


https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54394/Buta%20Wa
rna.pdf?sequence=2&isAllowed=y
LAPORAN

PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : kontras

Nomor Percobaan : 03

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatima Az-zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Fakultas


Psikologi UIN Raden Fatah Palembang

I. Tujuan
Untuk mengetahui suatu reaksi kontras pada mata, saat mata melihat
dalam keadaan ruangan gelap dan juga terang
II. Dasar teori

Kontras adalah kesan yang diciptakan oleh dua hal yang saling bertentangan.
Dari berbagai bentuk, ukuran, warna, atau tekstur. Kontras yang disebabkan
oleh adanya bentuk yang berbeda disebut kontras bentuk. Ketika ukurannya
berbeda, itu disebut kontras ukuran.

III. Alat yang digunakan

1. Kertas Origami

2. Senter

3. Cahaya lampu

IV. Jalannya percobaan

1. PP akan mengambil 5 buah kertas origami dengan warna yang


berbeda- beda kemudian satu kertas karton berwarna hitam.

2. PP meletakkan salah satu kertas origami tersebut didepan kertas karton


hitam untuk mengetes penglihatan OP

3. Lalu, OP harus melihat dan menyebutkan warna apa yang diperlihatkan


oleh PP pada kondisi ruang yang terang

4. Dan OP kembali akan menyebutkan warna origami secara acak oleh PP


dalam kondisi ruang yang gelap

5. Kemudian OP Kembali menyebutkan warna pada kertas origami yang


diberikan PP pada saat kondisi ruangan gelap dengan sebuah senter
yang menerangi warna kertas origami tersebut.
V. Hasil Percobaan

Ruang Ruang Gelap


No. Warna asal Ruang Gelap
Terang dengan Senter

1 Merah Merah Darah Merah Tua Merah Maroon

2 Kuning Kuning terang Putih Kuning Keemasan

3 Hijau Hijau terang Putih Kuning

4 Biru Biru agak Biru Muda Biru Muda


terang

5 Pink Pink terang Merah Maroon Merah Terang

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil eksperimental di atas, melihat tabel kontras di atas, kita


dapat menyimpulkan bahwa mata OP yang terlihat berbeda di bawah pencahayaan
yang berbeda. Selain itu, warnanya juga berbeda saat dilihat di tempat gelap dan
terang ataupun pada saat menggunakan senter.

Palembang. 03 JUNI 2022

(Belly Lestari)

NIM: 2130901252
Daftar Pustaka

Valsk, (2017). Kontras. Brainly.co.id

https://brainly.co.id/tugas/9512414
LAPORAN

PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Indera Pendengaran

Nomor Percobaan : 04

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatima Az-zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Fakultas


Psikologi UIN Raden Fatah Palembang

I. Tujuan
Untuk melihat suatu reaksi terhadap indera pendengaran menggunakan
garputala dan juga besi
II. Dasar teori

Bunyi dapat didengar manusia melalui transmisi getaran bunyi, yaitu :

a. Tramsmisi hawa (Acrotymponal), yaitu jalannya getaran melalui


penghantar hawa.
b. Transmisi tulang (Craniotymponal), yaitu jalannya getaran melalui
penghantar tulang.

Kecepatan suara remaja sebelum proses penuaan telinga biasanya


diberikan sebagai 3020.000 siklus per detik. Namun, batas suara ini
tergantung pada intensitasnya. Untuk intensitas 20 desibel, batas
frekuensi adalah 7015.000 siklus per detik. Hanya dengan satu nada yang
kuat, Anda dapat mencapai batas penuh 3020.000 siklus per detik

III. Alat yang digunakan

1. Garputala

2. Besi

IV. Jalannya percobaan

1. PP mengambil 1 garputala dan juga 1 besi, kemudian meletaknya didekat


telinga
2. Lalu, PP mengetuk garputala menggunakan besi tersebut dengan sekali
ketukan dan langsung menaruh diatas kepala OP
3. Kemudian, OP harus merasakan apakah ada suara atau dengungan
ditelinga atau tidak, dan setelah itu PP mencatat hasil percobaan dari
reaksi pendengaran OP
4. OP diperintahkan untuk menutup sebelah telinga, lalu PP mengetuk
garputala dengan besi tersebut
5. PP menaruh garputala di dekat daun telinga OP kemudian mengetuk
garputala dengan besi, dengan posisi OP masih menutup sebelah
telinganya
V. Hasil Percobaan

Respons

1. Di atas kepala : tidak ada

2. Garputala di atas kepala dan Menutup telinga : tidak ada

3. Garputala di daun teling dan menutup telinga : berdengung

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes percobaan diatas bahwa frekuensi pada indera


pendengaran sekitar 30-20,000 siklus oer detik dan biasanya batas suara
yang didengar tergantung pada intensitas masing masing. Pada hasil tes
percobaan dari OP yang saya teliti terlihat pendengaran terhadap suara yang
didengar menggunakan garputala tidak memberikan respon berdengung
dalam 2 percobaan dan hanya 1 yang menghasilkan dengung.

Palembang, 04 JUNI 2022

(Belly Lestari)

NIM: 2130901252
Daftar Pustaka

Vanessa, N. (2020). Laporan Praktikum. Academia.edu.

https://www.academia.edu/13123605/Laporan_Praktikum_Faal_Indera_Pend
engaran_dan_Keseimbangan_
LAPORAN

PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Belly Lestari

Nomor Mahasiswa : 2130901252

Nama Percobaan : Indera Peraba

Nomor Percobaan : 05

Nama Pelaku Percobaan : Belly Lestari

Nama Orang Percobaan : Fatima Az-zahra

Tanggal Percobaan : 30 Mei 2022

Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Fakultas


Psikologi UIN Raden Fatah Palembang

I. Tujuan
Untuk mengetahui suatu reaksi pada indera peraba terhadap perbedaan
kertas yang akan digunakan dalam tes eksperimental ini
II. Dasar teori

Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit


mempunyai berat rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit berperan
sebagai pembatas, melindungi tubuh dari lingkungan luar dan mencegah
hilangnya zat-zat tubuh yang penting, terutama air (Weller, et al, 2015).

Fungsi Kulit, termoregulasi Kulit berkontribusi pada termoregulasi


tubuh dengan dua cara, yaitu: dengan cara melepaskan keringat dari
permukaan dan menyesuaikan aliran darah di dermis. Sebagai respon pada
lingkungan bersuhu tinggi atau karena panas yang disebabkan oleh
olahraga, produsi keringat dari kelenjar ekrin akan meningkat, hal ini
menyebabkan 9 menguapnya keringat dari permukaan kulit dan menjadikan
temperatur tubuh menurun.

III. Alat yang digunakan

1. Kertas HVS
2. Kertas Karton
3. Origami

IV. Jalannya percobaan

1. OP diperintahkan untuk menutup mata, kemudian meraba kertas yang diberikan


oleh PP
2. OP diperintahkan untuk meraba dan menyebutkan jenis kertas yang diberikan
oleh PP tersebut

V. Hasil Percobaan

No. Nama Benda Benar Salah

1. Kertas HVS ✓

2. Kertas Karton ✓

3. Amplas ✓
VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes percobaan yang telah dilakukan, dapat


bahwasannya kulit merupakan indera peraba dalam tubuh manusia yang
dapat merasakan sesuatu di sekitarnya. dari hasil tes percobaan kepada
OP yang saya sangat teliti. OP merasakan perbedaan dalam bentuk kertas
yang telah diberikan oleh PP.

Palembang, 04 JUNI 2022

(Belly Lestari)

NIM 2130901252
Daftar Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 tinjauan Pustaka. Eprints.umm.ac.id


https://eprints.umm.ac.id/41547/3/jiptummpp-gdl-monicarose-50794-3-
babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai