Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nomor Percobaan : 01
Nama Percobaan : Reaksi Pupil
Nama OP (Orang Percoban) : Gina Athaya Fitri
Usia OP : 19 tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Nama PP : Yayuk Endriyani
Tanggal Percobaan : 30 November 2019
Waktu Percobaan : Pukul 10.00 – 12.00 WIB
Tempat Percobaan : UPCM Universitas Islam 45 Bekasi

A. Tujuan Percobaan
Melihat adanya pengecilan pupil pada akomodasi dan konvergensi serta
pengecilan pupil karena cahaya.

B. Dasar Teori
Mata merupakan anggota tubuh yang berfungsi sebagai indera
penglihatan. Manusia dapat melihat benda apabila cahaya berhasil
direfleksikan dari benda-benda disekitar.
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang panjangnya antara
380-760 nanometer. Namun gelombang ini tidak ada artinya jika sistem visual
tidak berfungsi.
Pada mata, terdapat bagian yang berperan sebagai tempat masuknya
cahaya, yaitu: pupil (lubang dipusat iris). Cahaya yang masuk kedalam mata
dan diteruskan kedalam retina di bintik kuning pada mata normal (emetrop).
Intensitas cahaya yang mencapai retina diatur oleh sekumpulan jaringan
kontraktil berbentuk donat yang disebut iris, yang membuat mata memiliki
warna yang khas. Intensitas berperan dalam persepsi gelap-terang. Perubahan
ukuran pupil adalah respon dari kondisi intensitas cahaya. Pada kondisi
intensitas cahaya yang normal, maka pupil mata akan tetap normal. Jika
intensitas cahaya kurang, maka pupil akan melebar/dilatasi untuk menangkap
cahaya lebih banyak. Sebaliknya, jika berada pada kondisi intensitas cahaya
yang terang, maka pupil akan mengecil/kontriksi untuk membatasi cahaya
yang masuk.
Ukuran pupil dikendalikan oleh keseimbangan antara tonus parasimpatis
(konstriktor) dan tonus simpatis (dilator). Saraf kranial III atau saraf
okulomotorius memiliki fungsi mengangkat kelopak mata atas dan
mempersarafi otot konstriktor yang mengubah ukuran pupil.
1. Konstriksi pupil terhadap perubahan cahaya
Konstriksi ini terjadi sebagai penyesuaian pupil terhadap cahaya yang
masuk kemudian diteruskan melalui nervus optikus, traktus optikus,
nukleus genikulum lateral, nukleus Edinger-Westphal dari saraf
Okulomotorius, dan ganglion silliaris.
2. Konstriksi pupil pada akomodasi (akomodasi-konvergensi)
Konstriksi ini terjadi karena adanya kontraksi rectus medialis atau gerakan
kedua bola mata kearah medial sebagai respon melihat benda didekat
mata. Gerakan tersebut dinamakan konvergensi. Konvergensi terjadi
dalam korteks yang diteruskan ke pupil melalui saraf okulomotorius.
Ukuran pupil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: intensitas
cahaya, jarak benda, usia, emosi, dan tingkat kesadaran.

C. Alat yang Digunakan


1. Cermin
2. Senter

D. Jalannya Percobaan
1. Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konvergensi
a) PP bertindak sekaligus sebagai OP, menggunakan cermin kemudian
melihat jauh di dalam cermin dan sekonyong-konyongnya melihat
melihat bayangan PP di cermin.
b) OP disuruh melihat jauh, kemudian keonyong-konyongnya disuruh
melihat jari PP yang ditempatkan kira-kira 20 cm di muka mata OP.
2. Mengecinya pupil oleh karena cahaya
a) OP disuruh melihat ke tempat yang terang kemudian disuruh menutup
matanya, setelah menunggu sebentar kemudian disuruh membuka
kemudian disuruh mebuka matanya.
b) OP disuruh melihat ke tempat yang terang dan satu mata ditutup
dengan tangan, setelah ditutup kemudian dibuka.
c) PP menyinari mata OP dengan senter kemudian lihat perubahan pupil.

E. Hasil Percobaan
1. Mengecilnya pupil pada akomodasi dan konvergensi
a) Ketika cermin ditempatkan ± 20 cm, pupil OP terlihat normal. Namun,
saat cermin diletakkan lebih jauh pupil OP menjadi mengalami
melebar/dilatasi. Sebaliknya, saat cermin diletakkan lebih dekat maka
pupil OP mengalami mengecil/konstriksi.
b) Ketika OP melihat benda jauh, pupil OP terlihat membesar/dilatasi dan
ketika OP diminta untuk melihat jari PP yang berada ± 20 cm pupil OP
terlihat mengecil/konstriksi.
2. Mengecilnya pupil oleh karena cahaya
a) Saat OP membuka matanya, pupil OP terlihat lebih mengecil
dikarenakan adanya penyesuaian atau adaptasi dari pupil setelah mata
tertutup agar cahaya yang masuk tersebut tidak terlalu besar.
b) Saat sebelah mata OP dibuka, pupilnya mengecil. Hal ini terjadi karena
adaptasi pupil dalam menerima cahaya yang masuk dan membutuhkan
beberapa waktu untuk menyamakan dengan pupil mata sebelahnya.
c) Saat senter diarahkan pada mata OP, secara refleks pupil OP akan
mengecil dengan cepat dikarenakan intensitas cahaya dari senter yang
diterima pupil OP cukup besar.
F. Kesimpulan
Pupil sangat berpengaruh terhadap penerimaan cahaya dan akomodasi-
konvergensi sebagai upaya mata untuk maksimal dalam proses penglihatan
dan kefokusan terhadap suatu benda yang dilihat. Adanya perubahan ukuran
pupil ini juga berfungsi sebagai perlindungan mata terhadap rangsangan
cahaya.
Pupil bekerja secara tidak sadar atau refleks. Maka ketika intensitas cahaya
rendah pupil akan membesar/dilatasi yang dikendalikan tonus simpatis.
Sebaliknya, ketika intensitas cahaya tinggi pupil akan mengecil/konstriksi
yang dikendalikan tonus parasimpatis.
Pada akomodasi-konvergensi, konstriksi pupil terjadi karena mata melihat
benda yang lebih dekat sehingga pupil konstriksi agar lebih fokus dalam
melihat benda tersebut.

G. Aplikasi
1. Saat menatap layar handphone pupil akan mengecil dikarenakan pancaran
cahaya dari handphone intensitasnya lebih tinggi dari lingkungan sekitar
dan mata lebih fokus kepada handphone.
2. Saat tukang las mengerjakan pekerjaannya, maka pupil akan mengecil. Hal
ini dikarenakan intensitas cahaya yang berasal dari proses mengelas cukup
besar dan jaraknya cukup dekat.
3. Saat menulis pupil mata akan mengecil dikarenakan kefokusan mata pada
jarak yang dekat.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif.2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
James, Bruce.2006. Oftamologi (Edisi 9). Jakarta: Erlangga.
Rubenstein, Wayne, dan Bradley.2007. Kedokteran Klinis Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Pinel, John.2009. Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Evelyn C, Pearce.2006. Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
LAPORAN HASIL PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nomor Percobaan : 02
Nama Percobaan : Perasa pada kulit
Nama OP (Orang Percoban) : Gina Athaya Fitri
Usia OP : 19 tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Nama PP : Yayuk Endriyani
Tanggal Percobaan : 30 November 2019
Waktu Percobaan : Pukul 10.00 – 12.00 WIB
Tempat Percobaan : UPCM Universitas Islam 45 Bekasi

A. Tujuan Percobaan
Mengetahui adanya reseptor-reseptor tekanan sakit dan menentukan
letaknya pada permukaan kulit.

B. Dasar Teori
Indera perasa (peraba) pada tubuh manusia adalah kulit. Kulit adalah
lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang berfungsi untuk
menutupi dan melindungi tubuh.
Kulit memiliki tiga lapisan utama, yaitu : epidermis, dermis, dan
hipodermis.
1. Epidermis, merupakan bagian terluar dan dapat dilihat oleh mata. Pada
bagian ini juga terdapat banyak ujung-ujung saraf yang bebas sebagai
penerima rangsangan sakit atau nyeri.
2. Dermis, merupakan sistem integrasi dari jaringan konektif fibrosa,
filamentosa, dan difus yang juga merupakan lokasi pembuluh darah dan
saraf serta mengandung reseptor sensorik.
3. Hipodermis (subkutis), merupakan lapisan yang tersusun dari kumpulan
sel adiposit yang tersusun menjadi lobulus-lobulus yang dibatasi oleh
septum dari jaringan ikat fibrosa. Jaringan pada hipodermis berfungsi
untuk melindungi tubuh, sebagai cadangan makanan, melindungi kulit dan
berperan sebagai bantalan kulit.
Lapisan kulit pada tubuh pada dasarnya adalah sama, kecuali pada
bagian telapak tangan, telapak kaki, dan bibir. Pada telapak tangan dan
telapak kaki terdapat kulit yang lebih tebal daribada bagian tubuh lainnya.
Ketebalan ini disebabkan oleh lebih tebalnya lapisan cronium pada bagian
tersebut. Hal itu penting karena kulit dibagian tubuh ini lebih sering
mengalami gesekan dibanding bagian tubuh yang lain. Ketebalan kulit ini
tidak mengurangi kepekaan terhadap rangsangan. Kulit jari lebih peka
terhadap rabaan dibandingkan kulit selainnya, karena pada kulit jari
ditemukan lebih banyak ujung saraf peraba per milimeter persegi. Hal
itulah yang menyebabkan jari dapat menilai bentuk dan ukuran dari benda
yang dipegang. Selain itun kulit ditelapak kaki mempunyai saraf perasa
tekanan atau berat yang lebih baik dari pada bagian kulit yang lain.
Lapisan cronium adalah bagian yang sangat diperlukan untuk
melindungi kulit dari berbagai rangsangan. Rangsangan-rangsangan
tersebut akan diterima oleh saraf. Saraf yang menuju kulit adalah saraf
kutaneus. Saraf ini mencapai bagian epidermis dari kulit. Saraf kutaneus
ini memasok/menyuplai sensasi dipermukaan kulit terluar.
Saraf sensoris yang berada pada kulit merupakan saraf telanjang,
artinya saraf yang tidak bermielin. Reseptor pada kulit bentuknya
bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Saraf sensoris banyak
terdapat pada kulit sehingga kulit juga disebut sebagai reseptor (penerima
rangsangan). Dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf untuk menerima
rangsangan yang memiliki fungsinya masing-masing, seperti sebagai
berikut :
a. Ujung saraf Ruffini untuk merasakan panas,
b. Ujung saraf Merkel untuk merasakan nyeri,
c. Ujung saraf Pacini untuk merasakan tekanan,
d. Ujung saraf Meissner untuk merasakan rabaan,
e. Ujung saraf Krause untuk merasakan.

Rasa sakit merupakan indera kulit dan indera internal. Menurut


teori gate-control, pengalaman rasa sakit tergantung pada apakah impuls
saraf melewati “gerbang” disumsum tulang belakang dan mencapai otak.
Menurut versi yang telah diperbaiki dari teori ini, sebuah matriks saraf
dalam otak dapat menghasilkan rasa sakit bahkan ketika tidak ada sinyal
dari saraf-saraf sensorik, yang dapat membangtu menjelaskan kejadian
membingungkan mengenai phantom pain.
Reseptor pada indera peraba atau kulit tergantung pada rangsangan
yang diberikan. Faktor usia, pengalaman, dan aktivitas sehari-hari juga
dapat mempengaruhi persepsi terhadap rangsangan yang diterima.

C. Alat yang Digunakan


1. Serabut kelapa
2. Corong plastik
3. Kikiran kuning
4. Tempat air panas dan air dingin
5. Gelas

D. Jalannya Percobaan
1. Tempat reseptor tekanan dan sakit
OP sekaligus bertindak sebagai PP mengambil serabut yang sudah
dibengkokan, kemudian serabut itu ditekankan pada kulit punggung OP.
Selanjutnya OP juga mengambil serabut ijuk yang agak tebal dan kaku.
Serabut ini juga ditekankan pada kulit punggung tangan OP.
2. Tempat reseptor dingin dan panas
Kikiran kuning dan corong plastik dimasukkan kedalan tempat yang
berisikan air dingin. Selanjutnya, kikiran kuning dan corong plastik
tersebut ditempelkan ke punggung tangan OP. Hal ini juga dilakukan pada
percobaan dengan menggunakan air panas.

E. Hasil Percobaan
1. Tempat reseptor tekanan dan sakit
Saat OP diberikan rangsangan berupa serabut ijuk yang agak tebal dan
kaku pada punggung tangannya, OP merasakan sakit pada bagian tersebut.
Namun saat diberikan rangsangan dari serabut yang agak halus, OP
cenderung merasa agak geli.
2. Tempat reseptor dingin dan panas
a. Saat punggung tangan OP diberikan rangsangan dari kikiran kuning
yang sudah dimasukkan kedalam air panas, OP merasakan panas pada
bagian tersebut dan cenderung merasakan sakit/perih. Sementara saat
OP diberikan rangsangan dari corong plastik, OP hanya merasakan
rasa hangat yang biasa saja.
b. Saat OP diberikan rangsangan dari kikiran kuning yang telah
dimasukkan kedalam air dingin, OP merasakan sensasi dingin dan
agak menusuk. Sedangkan saat diberi rangsangan dari corong yang
sudah dimasukkan kedalam air dingin, OP merasakan dingin yang
biasa saja dan sensasinya lebih cepat hilang.
Pada faktanya, kikiran kuning lebih baik dalam menyerap suhu
pada air dibandingkan corong plastik karena kikiran kuning terbuat dari
bahan yang baik dalam menghantarkan panas/dingin, sementara corong
plastik terbuat dari plastik yang kurang baik dalam menghantarkan
panas/dingin. Maka hasilnya, kulit lebih sensitif terhadap rasa yang
diberikan oleh kikiran kuning dari pada corong plastik.

F. Kesimpulan
Indera peraba atau kulit memiliki saraf sensori diseluruh tubuh. Hal ini
dapat menyebabkan kulit dapat menerima rangsangan dengan baik.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor pada punggung kulit memiliki hasil
yang berbeda. Seperti pada serabut yang lebih kasar atau tebal jika ditekan
pada punggung kulit akan lebih terasa sakit dibandingkan dengan serabut yang
lebih halus. Begitupun pada sensasi panas dan dingin yang berasal dari kikiran
kuning dan corong plastik memiliki tingkatan rasa yang berbeda. Punggung
kulit yang dirangsang dengan kikiran kuning akan lebih merasakan panas atau
dingin dibandingkan rangsanganyang diberikan dari corong plastik. Mungkin,
jika rangsangan-rangsangan tersebut diberikan dibagian kulit tubuh yang lain
akan berbeda respon reseptornya, seperti misalnya pada telapak tangan yang
lebih banyak memiliki sel peraba dan lapisan cronium yang lebih tebal.

G. Aplikasi
1. Saat seorang anak demam, Ibu akan meraba kening anak untuk mengecek
suhu pada tubuh anak menggunakan punggung tangan yang lebih sensitif
terhadap suhu dari pada telapak tangan.
2. Pengolesan minyak angin akan menimbulkan rasa panas pada kulit.
3. Pembersihan luka dengan alkohol akan memberikan sensasi dingin pada
area kulit sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Mikrajudin, Saktiyono, Lutfi. 2007. IPA Terpadu SMP dan MTs Jilid 3A untuk
kelas IX semester I. Jakarta: Esis.
Wibowo, Daniel S. 2000. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo.
Evelyn C, Pearce. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai