Anda di halaman 1dari 6

Bintik buta

Titik buta adalah suatu daerah di retina mata yang merupakan jalur syaraf penglihatan
menuju ke otak, dan tepat di jalur keluar tersebut tidak terdapat sel peka cahaya sehingga bila
bayangan benda jatuh tepat di bintik buta, maka otak tidak akan mendapatkan sinyal dari mata
karena bayangan itu jatuh tidak pada sel-sel yang peka cahaya.
Reseptor adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Bagian yang
berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut adalah indra. Konduktor adalah bagian tubuh
yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian tersebut adalah sel-sel saraf (neuron) yang
membentuk system saraf. Sel-sel saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf
ada juga yang membawa pesan dari pusat saraf. Efektor adalah bagian tubuh yang menanggapi
rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin).
Ketiga hal ini mempengaruhi sangat besar pada system kerja dan kordinasi mata. Bintik
buta yaitu merupakan suatu bagian dari mata yang berfungsi sebagai daerah tempat saraf optik
meninggalkan bagian dalam bola mata dan tidak mengandung sel konus dan batang.
Saat kita tidak dapat melihat suatu obyek pada jarak tertentu, maka itulah jarak titik buta. Setiap
individu mempunyai jarak bintik buta yang berbeda dengan individu lainnya saat melihat obyek.
Sebagaimana kita ketahui bersama semua impuls saraf yang dibangkitkan oleh batang dan kerucut.
Sel batang dan kerucut merupakan bagian retina yang mampu menerima rangsang sinar tak
berwarna (sel batang) dan mampu menerima rangsang sinar kuat dan berwarna (sel kerucut).
Sel batang dan kerucut ini berjalan kembali ke otak melalui neuron dalam saraf optik, oleh
karena itu obyek dapat ditebak bentuknya. Tidak terlihatnya obyek dengan jarak tertentu
disebabkan karena pada bagian retina terdapat suatu titik tempat kira-kira satu juta neuron bertemu
pada saraf optik, tidak terdapat sel batang dan kerucut. Titik inilah yang disebut titik buta, dimana
seseorang tidak dapat melihat obyek pada jarak tertentu.
Posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda, namun tak terlalu jauh. Pada jarak tertentu,
benda terlihat dan pada jarak tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat pada jarak
tertentu, hal ini disebabkan oleh pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuh dibagian bintik buta
pada retina yang cahayanya jatuh pada bagian yang tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut
sehingga tidak ada impuls yang diteruskan ke saraf optik. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari
suatu benda jatuh di bagian bintik kuning pada retina, maka benda dapat terlihat (Chamlin, 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa
perlakuan yang terjadi pada 8 kelompok tersebut jarak mula perlakuannya sama yakni 40 cm akan
tetapi menghasilkan jarak titik buta yang berbeda. Pada saat mata kiri ditutup dan
memperhatikannya dengan mata kanan, rata-rata dari tanda uji akan mulai menghilang pada jarak
27 cm dari jarak mata. Sedangkan pada saat mata kanan ditutup dan memperhatikannya dengan
mata kiri, rata-rata tanda uji akan mulai menghilang pada jarak 28 cm dari jarak mata, hal ini sesuai
dengan (Chamlin, 2010) individu memiliki jarak bintik buta yang berbeda-beda dengan individu
yang lainnya saat melihat objek. Saat kita tidak dapat melihat suatu objek pada jarak tertentu, maka
itulah jarak titik buta. Semua implus syaraf dibangkitkan oleh batang dan kerucut. Sel batang dan
kerucut merupakan bagian retina yang mampu menerima rangsang sinar tak berwarna (sel batang)
dan mampu menerima rangsang sinar kuat dan berwarna (sel kerucut). Sel batang dan sel kerucut
ini berjalan kembali ke otak melalui neuron dalam saraf optik, oleh karena itu objek dapat ditebak
bentuknya (Armaly, 2010). Terdapat perbedaan jarak hilangnya tanda lingkaran pada waktu
pengamatan. Secara keseluruhan, rata-rata hasil menunjukkan perbedaan jaraknya hanya sedikit.
Jarak titik buta juga bergantung pada kesehatan atau kejelasan mata dalam melihat benda antara
orang yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Apabila rata-rata frekuensi kecil maka kejelasan
mata dalam melihat benda masih baik dan apabila rata-rata frekuensi besar maka kejelasan mata
dalam melihat benda kurang baik.
Bintik buta terdapat pada semua mata vertebrata. Dalam istilah medis bintik ini disebut
dengan punctum caecum. Dalam dunia medis, munculnya bintik buta yang tidak normal disebut
scotoma. Kondisi dimana pada bagian tertentu dari penglihatan mengalami gangguan, hilang, atau
kabur. Misalnya saja seseorang yang melihat pada pemandangan padang rumput dan gunung, pada
pandangan orang tersebut terdapat bagian tertentu dari bagian padang rumput atau gunung yang
kabur dan tidak jelas.
Scotoma merupakan keadaan yang tidak normal yang disebabkan oleh gangguan pada otak
maupun pada saraf yang menghantarkan rangsang menuju otak. Scotoma dapat terjadi pada
penderita stroke, tumor, akibat benturan di kepala, dan konsumsi alkohol atau zat kimia lain.
Terdapat perbedaan jarak hilangnya tanda lingkaran pada waktu pengamatan. Secara
keseluruhan, rata-rata hasil menunjukkan perbedaan jaraknya hanya sedikit. Bintik buta ini dapat
dipengaruhi karena seseorang mengkonsumsi rokok. Seperti yang kita ketahui kalau rokok bila
dikonsumsi banyak menyebabkan penyakit berbahaya. Salah satunya ialah bertambahnya jarak
bintik buta yang kita punya.

DAPUS
Armaly MF. The Size and Location of the Normal Blind Spot. Arch Ophthalmol.
2010;81(2):192.201.
Chamlin, M. Fluctuations in Size of the Normal Blind Spot. Arch Ophthalmol. 2010; 64(4):522-
527.

KULIT

Praktikum ini bertujuan untuk memahami jenis dan fungsi indra peraba kulit. Kulit
merupakan salah satu organik terbesar dari tubuh dimana kulit membentuk 15% dari berat
badan keseluruhan. Kulit mempunyai daya regenerasi yang besar, misalnya jika kulit
terbuka, maka sel-sel dalam dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan
melakukan regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang
bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut yang pada mulanya berwarna kemerahan
karena meningkatnya jumlah kapiler dan akhirnya berubah menjadi serabut kolagen
keputihan yang terlihat melalui epitel.
Pada percobaan penempatan tekanan dan pengenalan sentuhan dasar, mulanya mata
praktikan di tutup kemudian praktikan mengambil jarum yang telah di sediakan. Setalah
itu teman dari praktikan memberikan tekanan ringan secara acak pada kulit praktikan
menggunakan jarum dan probandu menjelaskan apa yang dirasakan, lalu dibuat presentase
nya. Berdasarkan data kelas diperoleh pada telapak tangan (Front) dan punggung tangan
(Back) memiliki hasil yang bervariasi ini dipengaruhi oleh banyak hal yakni kondisi ruang,
kondisi tubuh, teknik uji dan lain sebagainya. Pada percobaan rasa panas dan dingin, juga
sebagian besar menghasilkan data yang bervariasi factor lingkungan dan internal sangat
berpengaruh, pada percobaan ini membuktikan kulit sebagai thermoreseptor mendeteksi
panas dan dingin.
Kulit dapat merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan tekanan kulit dari
jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensoris ke medula spinalis atau otak,
juga rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit
berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Rasa sentuhan disebabkan rangsangan
pada ujung saraf, di kulit berbeda menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan
lain-lan). Rasa sakit disebabkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu
benda, misanya mengenai suatu otot dan tulang atau sendi. Kulit mempunyai banyak ujung
saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf otak. Kulit
merupakan media ekspresi wajah dan reflek vaskuler yang penting dalam komunikasi.
Pada permukaan kulit, distribusi reseptor berbeda dan tidak merata.reseptor dingin
lebih banyak dibandingkan dengan reseptor panas dan reseptor nyeri lebih banyak
dibandingkan dengan reseptor sentuh/tekan. Reseptor untuk sensasi tekanan terletak
langsung di bawah kulit. Sensasi serupa terjadi jika kandung kemih atau ruktum diisi urin
atau feces (sensasi kepenuhan). Ujung jari dan ujung lidah lebih peka terhadap tekanan.
Hilangnya sensasi disebabkan oleh kenyataan bahwa reseptor beradaptasi terhadap stimuli.
Dengan demikian tidak membentuk impuls saraf sampai terjadi perubahan stimulus. Nyeri
acuan adalah fenomena asing penerimaan nyeri dalam satu cara tubuh jika area lain
menerima stimulus.
Eksteroreseptor merupakan reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang dari
lingkungan luar tubuh. Korpuskula ujung saraf terbuka (tanpa selaput) sebagai perasa rasa
nyeri. Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak
jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf bebas
ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin berdiameter kecil,
yang telah kehilangan pembungkus atau selaputnya. Korpusker ini tersusun atas serat saraf
yang seringkali bercabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir
mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri
dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan
longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis. Beberapa saraf berhubungan
dengan jaringan epitel khusus.
Korpuskula Ruffini sebagai reseptor panas. Korpuskulus ini ditemukan pada
jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat
tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini
merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini
terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula
berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonnya.
Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga
untuk menerima rangsangan panas.
Korpuskula Krause sebagai reseptor dingin. Korpuskulus gelembung (krause)
ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan
berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar (sferis) dengan diameter
sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium.
Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap
diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan
berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung. Korpuskel ini jumlahnya semakin
berkurang dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang
peka terhadap dingin.
Korpuskula Meissner sebagai reseptor sentuhan. Korpuskulus peraba (Meissner)
terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia.
Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tegak lurus dengan permukaan kulit dan berukuran
sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Korpuskel ini merupakan kapsul
jaringan ikat tipis yang menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel.
Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal.
Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak
cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak mengandung mielin.
Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua
titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
Korpuskula Pacini sebagai reseptor tekanan. Korpuskula Pacini (vater pacini)
ditemukan di jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum,
mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan
besar (panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat
dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh
sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah kehilangan selaput sel schwannya pada
tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh
60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral
dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam (Boron, 2012)
Kemampuan sensori taktil dikategorikan dalam dua hal yaitu diskriminasi
intensitas dan diskriminasi spasial. Diskriminasi intensitas (misal sensitivitas) merujuk
kepada kemampuan menilai kekuatan simulus; diskriminasi spasial merupakan
kemampuan membedakan lokasi atau titik asal rangsang. Basis saraf dari sensitivitas
membedakan taktil terletak pada jumlah cabang sensori dan unit sensori pada setiap area
di kulit.
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons terhadap
perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan
potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke
reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan
otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls
yang berbeda pula. Dikriminasi titik adalah Kemampuan membedakan rangsangan kulit
oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh
bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan
bervariasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pada ujung jari tangan.
Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik: serat tipe
A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling kecil. Kedua
jebis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat cepat;
semakin besar serat semakin cepat transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi
taktil yang dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak
mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat
daripada serat A (Boron, 2012).
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda
spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spinal, informasi
dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat
(beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat
saraf dalam sisitem ini menyebrang dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di
talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke
korda spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat. Info
tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang
lebih tinggi melalui serat di sistem anterolateral.

DAPUS

Boron, Walter F., and Emile L. Boulpaep. 2012. Medical physiology: a cellular and molecular
approach.

Telinga

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan pada indera pendengaran dengan cara menguji
probandus untuk menerka sumber lokasi bunyi yang diberikan penguji melalui suara ketukan
jari adapun daerah uji terbagi 5 yaitu atas, bawah, kiri, kanan, dan depan. Berdasarkan hasil
pengamatan rata rata probandus memiliki kualitas pendengaran yang baik yakni >80%
sedangjkan terdapat satu probandus yang memiliki presentase kesalahan 50% hal ini bukan
langsung berarti bahwa pendengarannya sangat buruk namun terdapat factor-factor eksternal
maupun internal yang terlibat seperti kondisi bising, posisi dan teknik pemberian uji, dan lain
sebagainnya. Pada praktikum ini diketahui bahwa pendengaran adalah persepsi saraf
mengenai energi suara.Gelombang suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan
terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara
yang berselang seling dengan daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction)
molekul tersebut. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor (Barret, 2011). Hal ini
karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat
di udara. Gelombang suara (akustik) termasuk gelombang mekanik yang dapat merambat
melalui media selain udara, misalnya air (Fitzakerley, 2012). Namun perambatan ini kurang
efisien; diperlukan tekanan lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan dibandingkan
dengan pergerakan udara karena inersia (kelembaman, resistensi terhadap perubahan) cairan
yang lebih besar. Adapun terjadinnya proses pendengaran melibatkan peran bagian bagian
pada Telinga yang terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga bagian luar, telinga bagian
tengah dan telinga bagian dalam. Telinga luar terdiri dari pinna (telinga), meatus akustikus
ekterna dan membran timpani (eardrum). Pinna adalah struktur menonjol yang merupakan
kartilago terbalut kulit. Fungsi utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan suara
menuju meatus akustikus eksterna. Telinga tengah terdiri dari 3 buah tulang (ossicle) yaitu
malleus, incus dan stapes. Malleus menempel pada membran timpani sedangkan stapes
menempel pada oval window yang merupakan gerbang menuju koklea yang berisi cairan.
Suara yang masuk 99,9% mengalami refleksi dan hanya 0,1% saja yang di
transmisi/diteruskan (Fitzakerley, 2012). Pada telinga dalam terdapat sebuah struktur yang
menyerupai siput yakni Koklea yang merupakan sistem tubular terkurung yang berada
didalam tulang temporalis. Berdasarkan panjangnya, komponen fungsional koklea dibagi
menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi cairan. Duktus koklear yang ujungnya
tidak terlihat di kenal sebagai skala media, yang merupakan kompartemen tengah.

Barrett E.,et al,. Ganong’s Review of Medical Physiology: Hearing & Equilibrium. 23rded.
Singapore : Mc Graw Hill; 2011.p.203-13.
Fitzakerley J. Stereocilia Deflection. Sensory Physiology. 2012.

Anda mungkin juga menyukai