Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN

Refleks Patella

Lintasan refleks dari patella merupakan refleks sederhana yaitu melibatkan dua
neuron dan tanpa melalui neuron penghubung sehingga disebut juga dengan monosinaps.
Stimulus berupa pukulan yang diterima reseptor otot pada patella kemudian diteruskan oleh
saraf sensorik langsung menuju saraf motorik dan kemudian langsung disapaikan ke efektor,
lalu efektor merespon berupa gerakan kaki (Lillah, 2012).

Reflek yang paling kuat atau dikatakan sangat baik yaitu saat subyek mengerjakan
penjumlahan 3 digit angka. Hal ini karena otak aktif bekerja dalam menghitung soal
penjumlahan yang diberikan sehingga ketika patella di berikan impuls berupa pukulan maka
secara tidak sadar kaki akan bergerak karena sakit. Sedangkan pada saat subyek tidak
melakukan apapun, respon oleh efektor baik, hal ini tidak begitu kuat karena saat itu otak
tidak sedang dalam keadaan aktif sehingga otak dapat memberikan pertimbangan pada
refleks tersebut dan menghambat refleks tersebut. Dapat dilihat dari persoalan tersebut bahwa
gerak refleks tidak memerlukan kontrol oleh otak (Soewolo, 2005).

Saat tangan subyek yang jarinya bertautan satu sama lain saling menarik, disini otak
berkontribusi untuk saraf motorik menyampaikan kepada efektor gerakan tersebut, otot otot
saling berkontraksi sehingga ketika pada bagian patella diberi stimulus, respon yang
diberikan oleh efektor tidak begitu kuat pada pukulan pertama. Tetapi pada pukulan kedua
dan ketiga juga semakin tidak respon sama sekali.Refleks pada patella merupakan refleks
otonom karena merupakan refleks tidak sadar dan juga berupa refleks spinal karena dalam
prosesnya tidak memerlukan kontribusi otak.

Refleks Achilles

Pada refleks achilles, saat kaki ditekuk otot gastroknemius berkontraksi sehingga
ketika tendon achilles di pukul tidak terjadi refleks akan tetapi pukulan ini menimbulkan rasa
sakit, dalam artian reseptor rasa sakit pada tendon achilles menerima stimulus yang kemudian
diteruskan ke tulang. Akan tetapi pada saat kaki rileks baik tendon achilles kanan maupun
kiri ketika diberi stimulus, efektor merespon berupa telapak kaki menendang kearah
belakang. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Marjono & Shidarta (2010) bahwa refleks
tendon achilles mengakibatkan berkontraksinya M. Trisespssure dan memberikan gerak
plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks inimelalui S1,S2. Aferen terletak pada N. Tibialis,
eferen terletak pada N.Tibialis.

Refleks Kornea

Refleks kornea dimulai dari Impuls aferen yang diterima oleh reseptor dari kornea
kemudian diteruskan oleh saraf sensorik yang kemudian langsung diteruskan ke saraf
motorik, lalu saraf motorik menyampaikan ke efektor untuk merespon berkedip, sehingga
refleks ini dapat juga disebut refleks berkedip. Refleks ini merupakan refleks somatik.

Refleks Fotopupil/Cahaya

Diameter awal pupil yaitu 0,5 cm, ketika subyek menghadapkan ke arah cahaya stelah
matanya tertutup selama 2 menit kemudian pupilnya diukur segera setelah membuka mata
didapatkan hasil 0,3 cm. Hal ini membuktikan adanya refleks fotopupil, yaitu pupil subyek
mengecil dari sebelum perlakuan. Iris merupakan suatu bagian mata yang mengendalikan
pupil dan tempat pengaturan jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Pada iris terdiri atas
dua perangkat serabut otot, seperangkat yang terletak sirkuler berkontraksi untuk
mengecilkan pupil, dan yang terletak radial untuk membesarkan. Oleh karena itu dikatakan
bahwa pupil mengecil karena kontraksi dari serabut otot (Soewolo, 2005).
Refleks Akomodasi Pupil

Refleks akomodasi pupil dilakukan pada cahaya yang terang dengan perlakuan jarak. Pupil
akan lebih besar pada saat melihat benda yang jauh, dan akan mengecil bila melihat benda
dalam jarak dekat. Akan tetapi pada percobaan yang dilakukan terdapat kesalahan
penghitungan karena seharusnya pada jarak 20 cm diameter pupil harusnya mengecil
dibanding dengan saat melihat pada jarak 6 m. Hal ini juga berpengaruh terhadap jumlah
pengumpulan cahaya oleh daya akomodasi mata. Gerakan pupil mata yang menyempit dan
melebar karena terkena stimulus berupa cahaya merupakan contoh refleks cranial karena
melibatkan otak dalam prosesnya (Soewolo, 2005).

Refleks Konvergensi

Subyek memusatkan pandangan pada suatu objek yang jauh, lalu diketahui bola matanya
berada tepat ditengah. Setelah itu subyek mengalihkan pandangan pada objek di dekat
mataposisi bola matanya berputar dan berpusat pada objek yaitu bola mata kiri condong ke
kanan dan bola mata kanan tetap ditengah. Pada hasil ini membuktikan bahwa pergerakan
mata akan berpusat pada objek yang dilihat dimana saat objek letaknya jauh maka pandangan
akan lurus kedepan untuk mengusahakan objek jatuh pada fovea. Pada saat mata melihat
objek yang dekat, mata akan berkonvergensi yang membutuhkan akomodasi kontinu dimana
otot mata akan bekerja untuk memusatkan objek (Soewolo, 2005).
Refleks Menelan

Subyek menelan saliva di dalam mulut secara berturut-turut selama 20 detik sehingga lidah
menjadi kesat.tetapi setelah sejumlah air dimasukkan kedalam mulut kemudian menelan
saliva selama 20 detik lidah ternyata masih teras basah. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengahasilkan saliva agar lidah tetap
basah. Reflek menelan merupakan refleks somatik karena otak berkontribusi didalam
prosesnya (Soewolo, 2005).

Refleks Salivari

Pada pervobaan refleks salivari, ada perbedaan sebelum dan sesudah minum jeruk
dari jumlah volume, pH. Sebelum minum jeruk, volume saliva 0,5 mL dengan pH 8. Setelah
minum jeruk pH turun menjadi 4 dan setelah menahan saliva selama 2 menit pH nya tetap 4.
Sensitivitas sel tersebarsecara meluas. Pada sel – sel kemoreseptor khusus yang meliputi
reseptor pengecap yang berfungsi untuk mengenali dan mendeteksi molekul terlarut,
sedangkan reseptor olfaktori yang mengenali molekul dalam bentuk gas (Soewolo, 2000).
Menurut Bradley et. al (2005) seluruh informasi saraf yang dihasilkan dari stimulasi kimia
dari pengecap di dalam rongga mulut, faring dan laring melalui nervus fasial (VII),
glossofaringeal (IX) dan vagus (X) untuk berakhir di nukleus saluran soliter (NST) di batang
otak. NST tersebut memiliki peranan yaitubertanggung jawab untuk pemrosesan awal dan
distribusi informasi kemosensori. Pada relay yang lebih tinggi dalam sistem saraf pusat,
proses deteksi, diskriminasi, dan tanggapan afektif terjadi yang menghasilkan sensasi yang
kita sebut rasa dan reaksi perilaku terhadap sensasi itu. Selain itu, NST terhubung ke sistem
motor eferen yang terlibat dalam refleks dan sistem motorik mulut yang mengontrol inisiasi
dan aliran air liur. Jadi perbedaan perubahan pH pada hasil pengamatan, NST memainkan
peran penting dalam pemrosesan saraf informasi kemosensori yang berasal dari stimulasi
pengecap rasa.
Uji Pembeda Dua Titik

Pada uji pembeda dua titik, tingkat kepekaan antar beberapa daerah tubuh berbeda. Pada
sentuhan jarum pada ujung jari, jarak terpendek yang dapat dirasakan ketika dua jarum
menyentuh ujung jari yaitu 0,4 cm, sama halnya dengan sentuhan yang diberikan oleh dua
jarum tersebut pada hidung yaitu 0,4 cm. Pada punggung lengan, dua jarum terasa menyentuh
pada jarak terpendek yaitu 1,1 cm, sedangkan pada belakang leher jarak terpendeknya yaitu
1,5 cm. Perbedaan jarak terpendek di setiap daerah tubuh memeiliki sensori tersendiri di
bagian otak. Hal ini berhubungan dengan neuron sensori primer dan neuron sensori sekunder.
Neuron sensori primer pada sistem saraf spinal menyokong berbagai modalitas sensoris
(Ichikawa et. al, 2006). Peneliti sistem saraf juga percaya bahwa ganglia saraf tulang
belakang dan tengkorak adalah satu – satunya lokasi neuron sensorik primer (Sotnikov,
2006). Pada ujung jari memiliki banyak reseptor sentuhan dan tekanan sehingga jarak
terpendek dua ujung jarum yang dirasakan terbesar oleh subyek yaitu pada ujung jari.

Reseptor Sentuh dan Reseptor Sakit

Berdasarkan struktur yang dimilikinya, resptor indera dibagi menjadi dua yaitu ujung saraf
telanjang, reseptor ini peranannya yaitu bertanggung jawab terhadap tiga sensasi yaitu sakit,
suhu, dan rabaan. Ujung saraf berkapsul, ujung sarafnya dibungkus oleh lebih dari satu lapis
sel. Reseptor berkapsul pertama dan terbesar adalah badan pacini yang teletak pada lapisan
kulit terdalam dan merupakan reseptor tekanan. Reseptor berkapsul kedua adalah badan
Meissner yang terletak di dalam dermis tepat di bawah epidermis dan diduga merupakan
mekanoreseptor yang merespon terhadap sentuhan ringan. Badan meissner ini banyak
dijumpai pada bibir, dan ujung – ujung jari. Reseptor ketiga dan keempat yaitu badan krause
dan badan ruffini, badan krause merupakan reseptor dingin sedangkan badan ruffini adalah
reseptor panas (Soewolo, 2005). Berdasarkan teori tersebut berarti antar reseptor sentuhan
dan reseptor sakit adalah berbeda, sedangkan pemberian air es pada percobaan berfungsi
untuk mengurangi rasa sakit akibta tekanan dari jarum pentul.

Menentukan Bintik Buta

Pada pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami, dari keempat perlakuan hururf
O menghilang akan tetapi hilangnya huruf O tersebut berada pada jarak yang berbeda – beda
pada keempat perlakuan masing – masing mata kanan dan mata kiri. Menurut Raman &
Sarkar (2016), blind spot atau bintik buta adalah salah satu contoh bagaimana otak
menginterpolasi kekosongan informasi karena defisit input visual dari retina. Karena tidak
adanya fotoreseptor pada disk optik, retina tidak dapat mengirim sinyal yang sesuai ke otak
dan dengan demikian, menyembunyikan beberapa bagian dari bidang visual. Bidang visual
tersembunyi dikenal sebagai blind spot. Sedangkan menurut Silverthorn (2010) menjelaskan
bahwa, ketika dilihat melalui pupil dengan ophthalmoscope, retina terlihat saling silang
dengan arteri dan vena kecil yang memancar keluar dari satu tempat, disebut disk optik. Disk
optik adalah lokasi di mana neuron dari jalur visual membentuk saraf optik (saraf kranial II)
dan keluar ke mata. Lateral ke disk optik adalah titik gelap kecil, fovea. Fovea dan cincin
jaringan sempit di sekitarnya, makula, adalah daerah retina dengan penglihatan paling kuat.

Pentingnya Pengelihatan Binokuler

Pada praktikum pungujian pentingnya penglihatan binokuler, dilakukan dengan


menutup salah satu mata sambil memasukkan pensil ke dalam tabung reaksi, dimana
didapatkan data bahwa subjek mengalami 3 kali keberhasilan dan 7 kali kegagalan.

Menurut Soewolo (2005) hal ini terjadi karena saat mata subyek ditutup salah satu,
pada permukaan refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk membelokkan
cahaya yang tingkatannya cukup untuk memfokuskan sebagai titik yang jelas pada retina,
sehingga fokus penglihatan subyek menjadi berkurang. Pada saat mata tertutup mata akan
cepat mengalami kelelahan daripada mata yang terbuka. Penglihatan binokuler berfungsi
untuk mempertajam obyek yang dilihat oleh mata.

Adaptasi Olfaktori

Pada pengujian adaptasi olfaktori, waktu yang diperlukan sampai aroma minyak
cengkeh mulai tercium adalah 6 menit, sedangkan waktu yang diperlukan sampai aroma
minyak cengkeh mulai menghilang adalah 8 menit. Menurut Soewolo (2005) stimulus
reseptor olfaktori berupa gas atau uap suatu zat. Jadi, apabila uap suatu zat mengenai reseptor
olfaktori, maka pada reseptor tersebut akan timbul impuls yang diteruskan ke pusat pembau
di otak. Reseptor olfaktori terdapat pada kedua lubang nostril, apabila salah satu lubang
nostril ditutup maka impuls yang diteruskan ke pusat pembau tidak dapat diterjemahkan oleh
otak, sehingga lama kelamaan aroma dari minyak cengkeh tidak dapat tercium.

Reseptor Gustatori
Pada praktikum pengujian reseptor gustatori digunakan makanan berupa gula, larutan
gula, kina, garam, dan nutrisari. Pada bahan amatan yang diletakkan pada ujung lidah akan
diterima oleh kuncup pengecap lidah yang tersusun atas sel reseptor. Sel ini akan
menyampaikan impulsnya ke otak. Butiran gula membutuhkan waktu 27,86 detik sampai
subjek mengecap rasa manisnya. Larutan gula membutuhkan waktu 2,75 detik sampai subjek
mengecap rasa manisnya. Kina membutuhkan waktu 5,5 detik sampai subjek mengecap rasa
pahitnya. Garam dapur membutuhkan waktu 4,39 detik sampai subjek mengecap rasa
asinnya. Nutrisari membutuhkan waktu 3,8 detik sampai subjek mengecap rasa masamnya.
Apabila bahan yang digunakan dalam amatan ini menggunakan benda yang cair, maka
kuncup pengecap lebih cepat dalam merespon impuls yang ada.

Kuncup pengecap tersusun dari dua macam sel, yaitu sel reseptor dan sel penyokong.
Pada bagian ujung sel reseptor yang menghadap ke lubang pengecap dilengkapi dengan
rambut gustatori. Sel tersebut berhubungan langsung dengan ujung dendrit saraf pengecap
yang akan meneruskan impulsnya ke otak (Silverthorn, 2010).

Pengecap dan Pembau

Pada percobaan pengecap dan pembau, potongan wortel, bawang merah, kentang, dan
apel ditaruh di atas lidah bergantian. Setiap bahan yang dimasukan ke lidah kemudian dicatat
hasilnya. Pada perlakuan dengan menutup nostril, didapatkan hasil bahwa subjek bisa
mengecap rasa manis apel, namun indra pembaunya tidak merespon sehingga tidak berbau
apapun. Saat menggunakan kentang subjek bisa mengecap rasa dari kentang dan
menyimpulkan bahwa kentang memiliki rasa yang pahit, namun untuk indera pembaunya
tidak berungsi. Pada saat menggunakan bawang merah, subjek bisa mengecap rasa peda dari
bawang merah, namun indera pembaunya tidak berfungsi juga. Saat menggunakan bahan
wortel, subjek bisa mengecap rasa dari wotel, namun indera pembaunya juga tidak berfungsi.
Sedangkan pada perlakuan dengan membuka norsil, seluruh bahan yang dirasakan oleh lidah
dapat diidentifikasi dengan tepat.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, menunjukan bahwa rasa pada lidah
berhubungan erat dengan indera penciuman. Menurut Silverthorn (2010) rasa saat ini diyakini
memiliki kombinasi dari lima sensasi: rasa manis, asam, asin, pahit, dan umami.
Ketajaman Pendengaran terhadap Sumber Bunyi

Pada pengujian ketajaman pendengaran terhadap sumber bunyi, diberikan dua


perlakuan bunyi yaitu bunyi yang menjauhi subjek dan bunyi yang mendekati subjek. Pada
perlakuan bunyi menjauhi subjek didapatkan jarak terjauh yaitu 1,15 m, sedangkan pada
perlakuan bunyi mendekati subjek didapatkan jarak terjauh yaitu 1,20 m. Menurut Soewolo
(2005) bahwa, bunyi yang didengar mempunyai frekuensi yang berbeda mulai dari frekuensi
tinggi ke frekuensi rendah.

Pada pengujian ketajaman pendengaran, ketika perlakuan bunyi menjauhi subjek,


dimana terjadi frekuensi bunyi yang tinggi menuju rendah, sehingga membran basilaris yang
bekerja terlebih dahulu adalah membran basilaris frekuensi tinggi. Sedangkan pada uji
ketajaman pendengaran ketika bunyi mendekati subjek, membran basilaris yang bekerja
terlebih dahulu adalah membran basilaris frekuensi rendah. Bunyi yang berfrekuensi rendah
lebih dulu dideteksi oleh subjek karena sifat dari membran basilaris yang fleksibel sehingga
meskipun sumber bunyi masih jauh dari subjek, tapi subjek sudah mampu mendengarnya.

Penghantaran Suara

Dalam percobaan penghantaran suara, garputala diletakan diatas kepala dengan mata
terpejam. Hasilnya pada data pengamatan kami hanya telinga kanan saja yang mampu
mendengarkan frekuensi suara dari garputala. Pada perlakuan dengan menutup telinga
sebelah kiri dengan tangan maka, hasil yang didapat hanya telinga kanan yang mendengar.
Sama dengan perlakuan penutupan kedua telinga yang hasilnya hanya telinga kanan saja yang
mampu mendengar. Pada perlakuan garputala diletakkan di dekat telinga, hanya telinga
kanan saja yang bisa mendengar dan sjuga mendengar dengungan. Hal tersebut sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Silverthorn (2010) bahwa, otak memproses perbedaan waktu
yang dibutuhkan untuk rangsangan suara dalam mencapai kedua sisi korteks pendengaran
dan menggunakan informasi tersebut untuk menghitung jarak sumber suara.

Tes Romberg

Pada percobaan ini, hasil yang kami peroleh sesuai dengan teori, yaitu ketika mata
terbuka, subjek dapat berdiri seimbang lalu bergoyang pada waktu 36 detik. Sedangkan saat
mata tertutup, subjek hanya mampu menjaga keseimbangan pada waktu 10 detik, setelah itu
subjek mulai kehilangan keseimbangan dan mulai bergoyang. Hal tersebut dikarenakan
penglihatan memiliki peran penting untuk mengatur keseimbangan tubuh.
Tes romberg merupakan tes sederhana yang digunakan untuk mengetahui
keseimbangan seseorang. Sel yang sudah terdepolarisasi akan membebaskan neurotransmitter
yang selanjutnya diikuti terjadinya impuls pada ujung saraf sensoris untuk diteruskan ke
pusat keseimbangan yang ada di otak (Soewolo, 2005).

Kanalis Semisirkularis

Pada pengujian kanalis semisirkularis diberi perlakuan dengan memutar kursi yang
diduduki oleh subjek sehingga menyebabkan subjek berputar dan pandangan menjadi subjek
buram. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikatakan oleh Soewolo (2005) bahwa,
perputaran kepala menyebabkan endolimfe di dalam saluran semisirkularis bergerak.

Aliran endolimfe tersebut akan mendorong kupula condong ke arah tertentu sehingga
rambut sel reseptor akan bergerak. Apabila gerakan rambut condong ke arah kinossilum,
maka pada sel reseptor akan terjadi hiperpolarisasi. Depolarisasi pada sel reseptor diikuti
dengan lepasnya neurotransmiter sehingga akan membangkitkan impuls pada ujung saraf
sensoris. Impuls tersebut akan disampaikan ke saraf keseimbangan di otak. Sehingga saat
kursi yang berputar dihentikan secara mendadak subjek masih merasakan perputaran dan
pandangan menjadi buram. Berdasarkan pengujian tersebut bahwa keseimbangan dinamis
pada subjek masih normal.

KESIMPULAN

Refleks dari patella merupakan refleks sederhana yaitu melibatkan dua neuron dan
tanpa melalui neuron penghubung sehingga disebut juga dengan monosinaps. Stimulus
berupa pukulan yang diterima reseptor otot pada patella kemudian diteruskan oleh saraf
sensorik langsung menuju saraf motorik dan kemudian langsung disapaikan ke efektor, lalu
efektor merespon berupa gerakan kaki. Pada refleks achilles, efektor akan merespon ketika
kaki dalam keadaan rileksasi. Kemudian pada refleks kornea mata akan menutup ketika ada
sesuatu benda mendekati. kemudian pada refleks akomodasi pupil, pupil akan lebih besar
pada saat melihat benda yang jauh, dan akan mengecil bila melihat benda dalam jarak dekat.

Perbedaan perubahan pH saliva dipengaruhi oleh NST, NST memainkan peran


penting dalam pemrosesan saraf informasi kemosensori yang berasal dari stimulasi pengecap
rasa.Reseptor sentuhan dan tekanan paling banyak terletak pada ujung jari. Reseptor sentuhan
dan reseptor sakit adalah berbeda. Tempat menyatunya akson – akson sel ganglion pada
permukaan sel retina disebut bintik buta. Macam – macam indera umum pada manusia adalah
sensasi sentuhan dan tekanan, sensasi sakit, dan propioseptor. Sedangkan macam indera
khusus yaitu sensasi visual (penglihatan) dan sensasi auditori (pendengaran).

DAFTAR RUJUKAN

Bradley, R.M. Fukami, H. & Suwabe, T. 2005. Neurobiology of the Gustatory–Salivary


Reflex. Chemical Senses 30 (1). 170 – 171.
https://www.researchgate.net/publication/7996115_Neurobiology_of_the_Gustatory-
Salivary_Reflex . Diakses pada 3 Oktober 2018.

Ichikawa, H. Matsuo, S. & Sugimoto, T. 2012. Development Of Primary Sensory Neurons In


The Trigeminal Nervous System; Dependency On Neurotrophins And Other
Substances. Japanese Dental Science Review 48(1). 48 – 52 .
https://www.researchgate.net/publication/251719081_Development_of_primary_sens
ory_neurons_in_the_trigeminal_nervous_system_dependency_on_neurotrophins_and
_other_substances . Diakses pada 3 Oktober 2018.

Lillah, P.N. 2012. Rancang Bangun Elektrikal Stimulator Berbasis Mikrokontroler Sebagai
Pengganti Palu Refleks (Hammer Reflex).
http://repository.unair.ac.id/25565/12/12.%20Bab%202.pdf diakses pada 3 Oktober
2018

Marjono Mahar & Shidarta P. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

Raman, R. & Sarkar, S. 2016. Predictive Coding: A Possible Explanation of Filling-In at the
Blind Spot. Plos One 11(3). 1 – 17.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4784844/pdf/pone.0151194.pdf .
Diakses pada 3 Oktober 2018.

Silverthorn, D.U.Johnson, B. R. Ober, W. C. Garrison, C. W. & Silverthorn, A. C. 2010.


Human Physiology An Integrated Approach Fifth Edition. San Francisco: Pearson
Benjamin Cummings

Sotnikov, O.S. 2006. Primary Sensory Neurons in the Central Nervous System. Neuroscience
and Behavioral Physiology 36(5). 541 – 542.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16645771 . Diakses pada 3 Oktober 2018.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.

Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press

Anda mungkin juga menyukai