Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan kita sehari hari banyak aktivitas gerak yang kita
lakukan. Aktivitas gerak tersebut ada yang sengaja kita lakukan dan ada yang
tanpa kita sadari. Misalnya saat tangan kita tidak sengaja menyentuh ujung
panci yang panas, seketika juga kita bergerak dengan cepat melepas ujung
panci tersebut. Gerak yang kita lakukan tersebut adalah salah satu contoh
gerak refleks. Gerak refleks merupakan gerak cepat, otomatis, dan tidak
direncanakan yang terjadi sebagai respon dari stimulus tertentu. Proses gerak
refleks lebih cepat daripada gerak sadar. Gerak tersebut merupakan
mekanisme dalam rangka mengelak dari suatu rangsang yang berbahaya.
gerak refleks lainnya dapat dipelajari atau dilatih. Misalnya, gerak refleks
seorang pengemudi karena kebiasaan mengemudi. Ketika informasi diproses
di bagian abu-abu dari sumsum tulang belakang, maka gerak tersebut disebut
gerak refleks tulang belakang. Ttulang belakang mengatur homeostasis
dengan cara mengatur kinerja gerak refleks.
Contoh yang sering dilakukan untuk menguji gerak refleks di bidang
kedokteran adalah gerak refleks patellar (refleks lutut). Jika pemrosesan
informasi terjadi di batang otak, maka gerak tersebut disebut gerak refleks
kranial. Contohnya gerak mata yang dilakukan ketika membaca sebuah buku.
Sementara refleks tubuh merupakan gerak refleks yang melibatkan kontraksi
otot-otot rangka. Cerak refleks lainnya adalah refleks autonomik (visceral)
yang biasanya terjadi di luar kesadaran manusia. Gerak refleks ini melibatkan
otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Contoh gerakan yang diatur oleh sistem
saraf otonom melalui gerak refleks otonom misalnya kecepatan denyut
jantung, pencernaan, dan pengeluaran urin. Komponen-komponen gerak
refleks ada 5 yaitu : reseptor sensorik, saraf sensorik, pusat integrasi, neuron
motorik, dan efektor. Dari latar belakang tersebut, maka kami melakukan
percobaan untuk mengidentifikasi jenis gerak refleks pada manusia.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah


sebagai berikut:
1. Apa saja jenis gerak reflek pada manusia?
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai jenis gerak refleks pada
manusia melalui percobaan gerak releks pada manusia.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Gerak Refleks
Tulang belakang memiliki peran penting dalam mengatur homeostasis
melalui penghantaran impuls saraf dan pengintegrasian informasi. Bagian
berwarna putih dari sumsum tulang belakang berfungsi dalam penghantaran
impuls saraf. Saraf sensorik mengirimkan impuls saraf dari reseptor ke otak.
Bagian berwarna abu-abu dari sumsum tulang belakang menerima dan
mengolah informasi yang diperoleh dari reseptor maupun informasi yang
disampaikan efektor. Selain itu, tulang belakang mengatur homeostasis
dengan cara mengatur kinerja gerak refleks. Gerak refleks ialah gerakan
pintas ke sumsum tulang belakang. Ciri gerak refles adalah respon yang
terjadi berlangsung dengan cepat dan tidak disadari. Sedangkan lengkung
refleks adalah lintasan terpendek gerak refleks.
Neuron konektor merupakan penghubung antara neuron sensorik dan
neuron motorik. Jika neuron konektor berada di otak, maka refleksnya disebut
refleks otak (refleks karnial). Jika terletak di tulang belakang, refleksnya
disebut refleks autonomik (visceral). Contohnya gerakan pupil mata yang
menyempit dan melebar karea terkena rangsangan cahaya merupakan gerakan
refleks otak, sedangkan gerak lutut yang tidak sengaja merupakan gerak
sumsum tulang belakang yang melibatkan otot polos, otot jantung dan
kelenjar. Pengendali gerakan otomatik dapat digolongkan sebagai saraf eferen
dan bersifat motorik. Sistem saraf otonom tidak sepenuhnya bekerja secara
otonom, namun melainkam dapat dipengaruhi oleh hipotalamus (yang
berkaitan dengan saraf parasimpatik dan simpatik).
Adapun alur yang tejadi pada gerak refleks ialah rangsang yang
diterima oleh reseptor atau alat indera (dari contoh tadi berupa sengatan api)
dibawa oleh sel saraf sensorik ke sumsum tulang belakang untuk diproses dan
respon tadi diteruskan oleh sel saraf motori ke otot untuk melakukan reaksi
(berupa gerakan menarik tangan dengan cepat). Bila digambarkan secara
sederhana sebagai berikut:
Rangsangan ---> Sel saraf sensorik ---> Sumsum tulang belakang ---> Sel
saraf motorik ---> Otot.

B.

Gambar 2.2 : Gerak Refleks pada ujung jari


Sumber : mualimrezki.blogspot.com

Gambar 2.1 : Gerak Refleks pada lutut


Sumber : http://www.infokedokteran.com

Lengkung Refleks
Sudah disinggung pada bab sebelumnya bahwa lengkung refleks
adalah lintasan terpendek gerak refleks yag melibatkan sejumlah struktur
reseptor yaitu organ indera yang khusus bagian akhir kulit atau fusus
neuromuskularis yang perangsangannya memprakarsai suatu impuls neuron
aferen yang mentransmisi impuls melalui suatu saraf perifer ke susunan saraf
pusat, tempat dimana safar bersinaps dengan suatu neuron interkalasi, satu
atau lebih neuron interkalasi menyampaikan impuls ke saraf eferen. Saraf
eferen berjalar keluar menyampaikan impuls ke suatu efektor. Dan efektor
yaitu otot atau kelenjar yang memberikan respon.
Sementara kesatuan anatomik susunan saraf adalah neoron, maka
kesatuan fungsionalnya adalah lingkungan refleks ini merupakan dasar
anatomik untuk kegiatan kegiatan refleks diluar pengendalian kemauan kita,
ini berarti reaksi-reaksi yang lebih kurang bersifat otomotik dan tidak
berubah-ubah yang tidak melibatkan pusat-pusat fungsional susunan saraf
pusat yang lebih tinggi.
Komponen-komponen utama suatu lengkunagn refleks yang paling
sederhana terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. Suatu reseptor, yang peka trerhadap suatu macam rangsangan.
Bagian ujung distal dari neuron sensorik (dendrit) berperan sebagi
reseptor. Dendrit merespon stimulus khusus, yaitu perubahan di
lingkungan eksternal maupun internal, dengan cara membuat
gradien potensial yang disebut potensial generator (reseptor). Jika
potensial aksi mencapai ambang batas depolarisasi, maka akan
menggerakkan impuls saraf pada saraf sensorik.

2. Suatu neuron aferen (sensorik) yang dapat menghantarkan impuls


dari reseptor sensorik menuju ke susunan saraf pusat (daerah abuabu sumsum tuang belakang atau batang otak).
3. Suatu neuron eferen ( motorik) yang dapat menghantarkan impulsimpuls ke perifer. Impuls digerakkan dengan cara penghantaran
pusat integrasi sistem saraf pusat di sepanjang neuron motorik
sampai bagian tubuh yang merespon.
4. Suatu alat efektor, yang merupakan tempat terjadinya reaksi yang
dapat diwakili oleh suatu serat otot atau sel kelenjar.
Di dalam suatu lengkungan refleks sederhana seperti tersebut diatas, suatu
rangsangan yang mengenai reseptor akan dapat diantarkan ke alat efektor,
yaitu serat otot atau kelenjar, yang menimbulkan reaksi dalam bentuk
kontraksi atau sekresi.
C. Macam-Macam Gerak Refleks
Gerak refleks terdiri dari 2 macam, yaitu refleks fisiologis dan refleks
patologis.
1. Refleks fisiologis
a. Refleks somatik
Berdasarkan jumlah neuron yang terlibat dibagi menjadi:
1) Refleks monosinaptik (refleks renggang)
Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps
tunggal diantara neuron aferen dan eferen. Hanya ada satu sinaps
yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik. Bila otot
rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan
berkontraksi. Respons seperti ini disebut refleks renggang.
Rangsangan yang menimbulkan efek regang adalah regangan
pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan
tersebut. Alat indranya adalah kumparan otot. Impuls yang
tercetus di kumparan otot dihantarkan ke SSP (Sistem Saraf Pusat)
melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian
secara langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang
mempersarafi otot yang teregang. Neurotransmitter di sinaps
adalah glutamate.
2) Refleks polisinaptik (refleks menarik diri)

Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu


interneuron diantara neuron aferen dan eferen dan jumlah sarafnya
beragam antara dua sampai beberapa ratus. Refleks menarik diri
merupakan jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya
rangsangan nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respon
yang timbul adalah kontraksi otot flexor dan penghambatan otot
ekstensor sehingga bagian yang terangsang mengalami fleksi dan
menarik diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan
yang kuat pada ekstremitas, respon yang timbul bukan hanya
berupa fleksi dan menarik diri pada ekstremitas tersebut,
melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respon
ekstensor silang ini merupakan refleks menarik diri. Pada dasarnya
adalah

refleks

potensi

untuk

menjauhi

rangsangan

yang

membahayakan artinya refleks untuk menghindari sesuatu yang


tidak menyenangkan atau membahayakan.
b. Refleks otonomik
1) Refleks batuk
Refleks batuk penting sekali bagi kehidupan, karena batuk
merupakan

cara

dengan

mana

saluran

udara

paru-paru

dipertahankan bebas dari benda asing. Bronkus dan trakea


sedemikian peka sehingga benda asing apapun atau sebab iritasi
lain menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina sangat peka,
dan bronkiolus terminalis serta alveolus terutama peka terhadap
rangsnag kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan klor. Impuls
aferen dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus
vagus ke medulla oblongata. Di sana, suatu rangkaian peristiwa
otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medulla oblongata,
sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: pertama, kirakira 2,5 L udara dihirup. Kedua, epiglotis menutup, dan pita suara
menutup erat untuk menjerat udara di dalam paru-paru. Ketiga,
otot peut berkontraksi dengan kuat. Sebagai akibatnya tekanan di
dalam paru-paru meningkat menjadi 100 mmHg atau lebih.

Keempat, pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga


udara bertekanan tinggi di dalam paru-paru meletus keluar.
2) Refleks bersin
Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada
saluran hidung, impuls aferennya berjalan di dalam saraf kelima
ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada refleks
batuk, tetapi uvula tertekan sehingga sejumlah besar udara
mengalir dengan cepat melalui hidung, dan juga melalui mulut
sehingga membantu membersihkan saluran hidung dari benda
asing.
2. Refleks patologis
Refleks patologis adalah refleks refleks yang tidak dapat di
bangkitkan pada orang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks
refleks patologis sebagian besar bersifat refleks dalam dan sebagian
lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh refleks
patologis sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam
macam karena dibangkitkan dengan cara yang berbeda beda. Contoh:
refleks Babinski. Refleks Babinski dilakukan dengan melakukan goresan
di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada
tumit menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki,
setelah sampai pada pangkal kelingking, goresan di belokan ke medial
sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks babinski positif jika ada
respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari jari yang lain.
Kerusakan traktus kortikospinalis lateral pada manusia menimbulkan
tanda babinski; fleksi dorsal jempol kaki dan mekarnya jari-jari kaki
lainnya sewaktu bagian lateral telapak kaki digores. Kecuali pada bayi,
respon normal terhadap rangsangan ini adalak fleksor plantar semua jari
kaki. Tanda babinski dianggap merupakan refleks menarik pada fleksor
yang secara normal ditahan oleh sistem kortikospinalis lateral. Tanda ini
berguna

dalam

mencari

tempat

proses

fisiologisnya tidak diketahui.


D. Beberapa Metode Pemeriksaan Refleks

penyakit,

tetapi

makna

Gerak refleks dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui


kesehatan sistem saraf dan membantu mendiagnosis penyakit kerena gerak
refleks dapat diprediksi dengan mudah. Adapun jenis-jenis pemeriksaan
refleks adalah sebagai berikut :
1. Refleks Biseps : Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps
pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong
lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk
dengan menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada
siku dan kontraksi biseps.
2. Refleks Triseps : Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien
difleksikan pada siku dan diposisikan di depan dada. Pemeriksaan
menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps dengan
mempalpasi 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pemukulan langsung pada
tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.
3. Refleks Brakhioradialis : Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis,
penguji meletakkan tangan pasien di atas meja laboratorium atau
disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di
atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi
dan supinasi.
4. Refleks Patella : Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok
tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau
tidur terlentang. Jika pasien terlentang, pengkajian menyokong kaki untuk
memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
adalah respons normal.
5. Refleks Ankle : Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam
keadaan dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian
tendon Achilles. Respon yang terjadi adalah fleksi plantar.
6. Refleks Kontraksi Abdominal : Refleks superfisial yang ada ditimbulkan
oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria.
Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak disadari otot abdomen,
dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
7. Respons Babinski : Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya
penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons

Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh
digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.

Gambar 3 : Gerak Refleks pada pergelangan kaki


Sumber : panji1102.blogspot.com

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Pemukul refleks
2. Pensil
3. Anggota kelompok yang menjadi subyek percobaan
B. Rancangan Percobaan
1. Refleks Bisep

2. Refleks Branchioradialis

3. Refleks Trisep

10

1 buah
1 buah
2 orang

4. Refleks Pattelar

a. Subyek percobaan

b. Subyek percobaan tidur

duduk
di atas meja
5. Refleks
Achilles

telentang

b. Subyek percobaan

a. Subyek percobaan tidur

duduk di atas meja

telentang

C. Identifikasi Variabel
Adapun variabel yang digunakan sebagai berikut:
1.

Variabel manipulasi

: Anggota

11

tubuh

yang

menjadi

obyek

percobaan, yaitu siku, lengan, tempurung


2.
3.

Variabel kontrol

lutut kaki, dan tumit kaki.


: Anggota kelompok yang menjadi subyek

Variabel respon

percobaan dan pemukul yang digunakan.


: Gerak refleks yang ditimbulkan pada masingmasing anggota tubuh yang diberi perlakuan.

D. Langkah Percobaan
1. Refleks Bisep
Langkah yang pertama dilakukan yakni memilih dua orang dari
anggota kelompok. Satu orang sebagai subyek percobaan dan satu orang
sebagai penguji. Subyek percobaan duduk di atas meja dan rileks.
Kemudian

penguji

mengidentifikasi

lokasi

tendon

bisep

dengan

membengkokkan siku subyek percobaan dengan syarat subyek percobaan


harus rileks sehingga tendon akan terlihat dan terasa seperti tali keras. Lalu
menyandarkan lengan bawah subyek percobaan di pangkuan subyek
percobaan dengan membentuk sudut lebih dari 90o pada bagian sikunya
dan menekan perlahan tendon bisep di bagian antekubital fossa
menggunakan ibu jari atau jari telunjuk penguji serta memukul jari
telunjuk dengan pemukul gerak refleks (Catatan: Saat jempol menekan
tendon bisep, penguji harus dapat merasakan tendon tebal tersebut).
Setelah itu, mengamati dan mencatat reaksi yang terjadi, serta menanyakan
kepada subyek percobaan tentang sensasi yang dirasakan saat percobaan
(Catatan: Kontraksi otot biasanya tidak cukup kuat untuk menimbulkan
gerakan). Kemudian penguji mengulangi semua langkah tersebut dari awal
sampai akhir untuk subyek percobaan kedua.

2. Refleks Branchioradialis
Langkah awal yakni memilih dua orang dari anggota kelompok.
Satu orang sebagai subyek percobaan dan satu orang sebagai penguji.
Subyek percobaan memposisikan tubuh dalam keadaan duduk. Kemudian
membengkokkan siku subyek percobaan dengan syarat subyek percobaan

12

harus rileks. Setelah itu, mengidentifikasi letak tendon di otot


Branchioradialis yang biasanya berada di lengan bawah yang sejajar
dengan ibu jari dan memukul bagian tersebut dengan pemukul refleks.
Selama percobaan, penguji mengamati dan mencatat reaksi yang terjadi.
Kemudian mengulangi langkah percobaan dari awal sampai akhir untuk
subyek percobaan kedua.
3. Refleks Trisep
Langkah percobaan awal yakni memilih dua orang dari anggota
kelompok. Satu orang sebagai subyek percobaan dan satu orang sebagai
penguji. Lalu meminta subyek percobaan untuk duduk dengan rileks dan
membengkokkan siku subyek percobaan serta menyandarkan lengan
bawah subyek percobaan di pangkuan subyek percobaan dengan
membentuk sudut lebih dari 90o pada bagian sikunya. Kemudian
mengidentifikasi lokasi tendon trisep (Tendon akan terlihat dan terasa
seperti tali keras). Setelah itu, memukul tendon trisep ( 5 cm di atas siku).
Jika tidak ada respon, ulangi langkah ini dan lakukan hal yang sama untuk
lengan lain mulai dari langkah awal. Selama percobaan, penguji
mengamati dan mencatat kejadian yang terjadi, serta menanyakan kepada
subyek percobaan mengenai sensasi yang dirasakan saat percobaan.
Kemudian mengulangi langkah awal sampai akhir untuk subyek percobaan
kedua.
4. Refleks Pattelar (Refleks Lutut)
Langkah percobaan awal yakni memilih dua orang dari anggota
kelompok. Satu orang sebagai subyek percobaan dan satu orang sebagai
penguji. Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu subyek
percobaan duduk dengan kaki menjuntai ke bawah dan tidak menyentuh
lantai serta subyek melakukan percobaan dengan tidur telentang.
Kemudian mengidentifikasi letak tendon pattelar, yaitu pada bagian yang
terasa tebal tepat di bawah tempurung lutut kaki dan memilih bagian yang
lebar dari pemukul refleks. Setelah itu, penguji meminta subyek percobaan
duduk di atas meja dan memukul tendon pattelar, tepat di bawah pattelar
(tempurung lutut). Kemudian meminta subyek percobaan tidur telentang
dan penguji menahan bagian belakang lutut dengan satu tangan dan
memukulkan pemukul refleks pada bagian tendon pattelar dengan tangan
13

yang lain. Selama percobaan, penguji mengamati dan mencatat reaksi yang
terjadi. Kemudian penguji mengulangi langkah awal sampai akhir untuk
subyek percobaan kedua.
5. Refleks Achilles (Refleks Pergelangan Kaki)
Langkah percobaan awal yakni memilih dua orang dari anggota
kelompok. Satu orang sebagai subyek percobaan dan satu orang sebagai
penguji. Pengujian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu subyek
percobaan tidur telentang dengan salah satu lutut menumpangi lutut kaki
yang lain dan subyek percobaan duduk dengan posisi seperti tes refleks
Pattelar dengan kaki menjuntai ke bawah dan tidak menyentuh lantai.
Kemudian penguji mengidentifikasi tendon Achilles yaitu bagian yang
tegang dan memiliki struktur seperti tali dari bagian tumit sampai otot
betis. Jika tidak yakin, meminta subyek percobaan untuk menegangkan
kakinya sehingga bagian betis berkontraksi dan Achilles terlihat tegang.
Setelah itu, penguji mengatur posisi agar mendapatkan sudut yang tepat
dan dapat melihat bagian bawah kaki subyek percobaan dengan menopang
bagian bawah kaki subyek percobaan dengan tangan penguji. Lalu penguji
memukul tepat di tendon dengan pemukul refleks dan memastikan bagian
betis terlihat sehingga kontraksi otot dapat terlihat. Selama percobaan
penguji mengamati dan mencatat reaksi yang terjadi. Kemudian penguji
mengulangi langkah percobaan awal sampai akhir untuk subyek percobaan
kedua.

14

BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Data
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil percobaan sebagai berikut:
No

Nama

Subje

1.
2.

3.

4.

Gerak Refleks

Posisi

Reaksi
Mendekati Rangsang
Menjauhi Rangsang

Keterangan

k
Saif
Indah
Saif

Bisep
Bisep
Branchioradiali

Duduk di atas kursi


Duduk di atas kursi
Duduk di atas kursi

Jari bergerak
Terasa jari bergerak
Jempol bergerak

Indah

s
Branchioradiali

Duduk di atas kursi

Jempol bergerak

Saif

s
Trisep

Duduk di atas kursi

Lengan ngilu, seperti

Indah

Trisep

Duduk di atas kursi

kesetrum
Lengan ngilu, seperti

Saif

Pattelar

Duduk di atas meja


Terlentang

15

kesetrum
Kaki seperti akan

menendang
Kaki seperti akan

Indah

5.

Saif

Indah

Pattelar

Achilles

Achilles

Duduk di atas meja

menendang
Kaki seperti akan

Terlentang

menendang
Kaki seperti akan

menendang
Telapak kaki

Terlentang dan

bergerak
Telapak kaki

menyilangkan kaki
Duduk di atas meja

bergerak
Telapak kaki

Terlentang dan

bergerak
Telapak kaki

Duduk di atas meja

menyilangkan kaki

bergerak

16

B. Analisis
Berdasarkan pengamatan gerak refleks pada manusia, terlihat adanya
gerakan refleks yang melibatkan tulang dan kontraksi otot-otot rangka ketika
bagian tertentu dipukul menggunakan alat pemukul gerak refleks. Bagianbagian tersebut yaitu tendon bisep, tendon di otot branchioradialis (lengan
bawah yang sejajar dengan ibu jari), tendon trisep (bahu), tendon pattelar (di
bawah tempurung lutut kaki), dan tendon Achilles (betis).
Berdasarkan tabel pengamatan percobaan gerak refleks bisep dengan
posisi kedua subjek percobaan duduk di atas kursi menghasilkan reaksi yang
sama mendekati rangsang yaitu jari bergerak ketika bagian tendon bisep di
pukul dengan pemukul gerak refleks. Pada percobaan gerak refleks
branchioradialis dengan posisi kedua subjek percobaan duduk di atas kursi
menghasilkan reaksi yang sama mendekati rangsang yaitu jempol bergerak
ketika bagian tendon branchioradialis di pukul dengan pemukul gerak refleks.
Pada percobaan gerak refleks trisep dengan posisi kedua subjek percobaan
duduk di atas kursi menghasilkan reaksi yang sama menjauhi rangsang yaitu
lengan ngilu seperti kesetrum ketika bagian tendon trisep di pukul dengan
pemukul gerak refleks. Pada percobaan gerak refleks Pattelar dengan posisi
kedua subjek percobaan duduk di atas kursi menghasilkan reaksi yang sama
mendekati rangsang yaitu kaki seperti akan menendang ketika bagian tendon
pattelar di pukul dengan pemukul gerak refleks, hal yang sama terjadi ketika
percobaan gerak refleks Pattelar dengan posisi kedua subjek percobaan
terlentang menghasilkan reaksi yang sama mendekati rangsang yaitu kaki
seperti akan menendang ketika bagian tendon pattelar di pukul dengan
pemukul gerak refleks. Pada percobaan gerak refleks achilles dengan posisi
kedua subjek percobaan duduk di atas kursi menghasilkan reaksi yang sama
mendekati rangsang yaitu telapak kaki bergerak ketika bagian tendon achilles
di pukul dengan pemukul gerak refleks. hal yang sama terjadi ketika
percobaan gerak refleks achilles dengan posisi kedua subjek percobaan
terlentang dengan menyilangkan kaki menghasilkan reaksi yang sama
mendekati rangsang yaitu telapak kaki bergerak ketika bagian tendon achilles
di pukul dengan pemukul gerak refleks.
C. Pembahasan

17

Berdasarkan

percobaan

yang telah dilakukan,

gerakan yang

ditimbulkan akibat dipukul menggunakan alat pemukul refleks adalah jenis


gerak refleks. Pada percobaan pertama yakni pada bagian bisep untuk kedua
subjek percobaan terlihat bahwa gerakan yang ditimbulkan mendekati
rangsang atau stimulus yang diberikan. Hal itu dapat diketahui dengan
gerakan jari yang terlihat seperti akan menutup tangan (bergerak ke dalam
tangan) yang ditimbulkan akibat perlakuan. Mekanisme rangsangan yang
terjadi yakni pada saat ketukan tendon otot biseps (rangsangan), ujung
ujung saraf (reseptor) meneruskan pesan melalui neuron sensoris ke medulla
spinalis. Disini impuls diteruskan melalui interneuron/neuron asosiasi ke
neuron motorik. Neuron motorik pada selanjutnya meneruskan impuls ke
sepanjang akson lalu ke otot biseps (efektor) sehingga terjadi respon. Karena
tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan cepat. Gerakan refleks
yang

terjadi

merupakan

refleks

monosinaptik

(refleks

renggang).

Dikarenakan hanya ada satu jenis gerakan yang ditimbulkan.


Pada percobaan kedua yakni pada bagian Branchioradialis untuk
kedua subjek percobaan sama-sama terlihat kalau jempol atau ibu jari mereka
bergerak mendekati rangsang atau stimulus. Mekanisme rangsangan yang
terjadi yakni pada saat ketukan tendon otot Branchioradialis (rangsangan),
ujung ujung saraf (reseptor) meneruskan pesan melalui neuron sensoris ke
medulla spinalis. Disini impuls diteruskan melalui interneuron/neuron
asosiasi ke neuron motorik. Neuron motorik pada selanjutnya meneruskan
impuls ke sepanjang akson lalu ke efektor sehingga terjadi respon. Karena
tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan cepat. Gerakan refleks
yang

terjadi

merupakan

refleks

monosinaptik

(refleks

renggang).

Dikarenakan hanya ada satu jenis gerakan yang ditimbulkan.


Pada percobaan ketiga yakni pada bagian trisep untuk kedua subjek
percobaan sama-sama merasakan kalau lengan mereka terasa ngilu seperti
tersetrum. Dan pergerakan yang terlihat yakni tangan lengan mereka
menjauhi rangsang atau stimulus dengan menekuk siku lengan ke dalam.
Mekanisme rangsangan yang terjadi yakni pada saat ketukan tendon otot
trisep (rangsangan), ujung ujung saraf (reseptor) meneruskan pesan melalui
neuron sensoris ke medulla spinalis. Disini impuls diteruskan melalui

18

interneuron/neuron asosiasi ke neuron motorik. Neuron motorik pada


selanjutnya meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke efektor sehingga
terjadi respon. Karena tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan
cepat. Gerakan refleks yang terjadi merupakan refleks monosinaptik (refleks
renggang). Dikarenakan hanya ada satu jenis gerakan yang ditimbulkan.
Pada percobaan keempat yakni pada bagian pattelar kedua subjek
percobaan baik untuk posisi duduk diatas meja ataupun terlentang terlihat
gerakan refleks seperti kaki akan menendang. Gerakan seperti kaki akan
menendang merupakan gerakan yang mendekati rangsang atau stimulus yang
diberikan. Pemukulan tendon patellar dengan hammer refleks tepat di bawah
patellar menyebabkan otot-otot paha depan meregang. Hal ini merangsang
reseptor sensorik stretch yaitu muscle spindle untuk memicu impuls afferen
dalam saraf sensorik dari saraf femoralis yang sinapsis (tanpa interneurones)
di sumsum tulang belakang. Dari sana, sebuah neuron alfa-motor melakukan
impuls eferen kembali ke otot quadriceps femoris, memicu kontraksi.
Kontraksi ini, dikoordinasikan dengan relaksasi dari otot hamstring fleksor
antagonis menyebabkan kaki menendang. Karena tidak diolah dalam otak
maka berlangsung dengan cepat. Gerakan refleks yang terjadi merupakan
refleks monosinaptik (refleks renggang). Dikarenakan hanya ada satu jenis
gerakan yang ditimbulkan.
Pada percobaan kelima yakni pada bagian achilles kedua subjek
percobaan baik untuk posisi duduk di atas meja dan telentang sambil
menyilangkan kaki terlihat gerakan kaki atau telapak kaki. Gerakan yang
diberikan akibat rangsang yakni gerakan yang mendekati rangsang atau
stimulus. Mekanisme rangsangan yang terjadi yakni pada saat ketukan tendon
otot trisep (rangsangan), ujung ujung saraf (reseptor) meneruskan pesan
melalui neuron sensoris ke medulla spinalis. Disini impuls diteruskan melalui
interneuron/neuron asosiasi ke neuron motorik. Neuron motorik pada
selanjutnya meneruskan impuls ke sepanjang akson lalu ke efektor sehingga
terjadi respon. Karena tidak diolah dalam otak maka berlangsung dengan
cepat. Gerakan refleks yang terjadi merupakan refleks monosinaptik (refleks
renggang). Dikarenakan hanya ada satu jenis gerakan yang ditimbulkan.

19

BAB V
PENUTUP

20

A. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
suatu simpulan yakni gerak refleks terbagi menjadi refleks fisiologis dan
refleks patologis. Pada semua bagian (bisep, branchioradialis, trisep, pattelar,
dan achilles) yang dipukul menggunakan pemukul refleks merupakan refleks
monosinaps yang merupakan bagian dari refleks fisiologis. Hal tersebut
dikarenakan gerakan yang ditimbulkan hanya satu jenis gerakan.
B. Saran
Dalam melakukan percobaan, sebaiknya letak dari setiap bagian yang
akan dipukul baik bisep, branchioradialis, trisep, pattelar, dan achilles
ditentukan dengan benar dan tepat. hal tersebut dimaksudkan agar gerak
yang ditimbulkan merupakan gerak sesungguhnya atau gerak refleks
sesungguhnya.

Daftar Pustaka
http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/neurologi/mengenaliberbagai-gerak-refleks-pada-manusia.html ( 31 Desember 2014, - 21.40)

21

http://lintaskampusup45.blogspot.com/2013/12/mekanisme-gerak-refleks-padamanusia.html ( 31 Desember 2014, - 20.00)


http://nhamaylan.blog.com/2013/02/20/contoh-laporan/ ( 31 Desember 2014, 20.30)
Idel, Antoni dan Abdul Jamal. Buku Pintar BIOLOGI. Surabaya : Gitamedia
Press.
Tim. 2014. Panduan Praktikum SF dan PH Gerak Refleks pada Manusia.
Surabaya : Pendididkan IPA.

Lampiran 1
Jawaban Pertanyaan
Refleks Bisep
1. Deskripsikan sensasi yang disrasakan oleh subjek percobaan yang
relevan dengan pengamatan yang dilakukan ?

22

Gerakan yang ditimbulkan mendekati rangsang atau stimulus yang


diberikan. Hal itu dapat diketahui dengan gerakan jari yang terlihat seperti
akan menutup tangan (bergerak ke dalam tangan).
2. Termasuk ke dalam refleks apakah percobaan ini?
Gerakan refleks yang terjadi merupakan refleks monosinaptik (refleks
renggang). Dikarenakan hanya ada satu jenis gerakan yang ditimbulkan.
3. Reseptor apa yang menstimulasi refleks bisep?
Reseptor yang menstimulasikan adalah ketukan pada tendon otot biseps.
4. Berdasar hasil pengamatan anda, efektor apa yang terlibat dalam
percobaan ini?
Efektor yang terlibat otot bisep dan otot yang menggerakkan jari subjek.
Refleks Branchiallis
5. Deskripsikan sensasi yang dirasakan oleh subjek percobaan yang
relevan dengan pengamatan yang dilakukan
Pada bagian Branchioradialis untuk kedua subjek percobaan sama-sama
terlihat kalau jempol atau ibu jari mereka bergerak mendekati rangsang
atau stimulus.
Refleks Trisep
6. Deskripsikan sensasi yang disrasakan oleh subjek percobaan yang
relevan dengan pengamatan yang dilakukan
Pada bagian trisep untuk kedua subjek percobaan sama-sama merasakan
kalau lengan mereka terasa ngilu seperti tersetrum. Dan pergerakan yang
terlihat yakni tangan lengan mereka menjauhi rangsang atau stimulus
dengan menekuk siku lengan ke dalam.
Refleks Patellar
7. Deskripsikan reaksi yang teramati pada kedua subjek percobaan
yang setelah bagian tendon patellar dipukul.
Pada bagian pattelar kedua subjek percobaan baik untuk posisi duduk
diatas meja ataupun terlentang terlihat gerakan refleks seperti kaki akan
menendang. Gerakan seperti kaki akan menendang merupakan gerakan
yang mendekati rangsang atau stimulus yang diberikan. Pemukulan tendon

23

patellar dengan hammer refleks tepat di bawah patellar menyebabkan otototot paha depan meregang.
Refleks archilles
8. Deskripsikan reaksi yang teramati oleh kedua subjek percobaan
yangsetelah bagian tendonarchillesdipukul.
Bagian achilles kedua subjek percobaan baik untuk posisi duduk di atas
meja dan telentang sambil menyilangkan kaki terlihat gerakan kaki atau
telapak kaki. Gerakan yang diberikan akibat rangsang yakni gerakan yang
mendekati rangsang atau stimulus.

Lampiran 2
1. Refleks Bisep

MODEL 1

MODEL 2
24

2. Refleks Branchioradialis

MODEL 1

MODEL 2

3. Refleks Trisep

4. Refleks Pattelar
Lulut)
MODEL(Refleks
1
a. Posisi duduk

MODEL 2

MODEL 1

MODEL 2

b. Posisi terlentang

25

MODEL 1

MODEL 2

5. Refleks Achilles (Refleks Pergelangan Kaki)


a. Posisi terlentang kaki disilang

MODEL 1

MODEL 2

b. Posisi duduk

26
MODEL 1

MODEL 2

PRAKTIKUM STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN


HEWAN
Gerak Refleks pada Manusia

27

Disusun Oleh Kelompok 4 :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Amanda Gita Prameswari


Jannatin Aliyah
Luluk Imasnuna
Saif Rachmat Arif
Indah Kurniati
Frida Dwi Kurniaty

(12030654002)
(12030654005)
(12030654024)
(12030654033)
(12030654043)
(12030654045)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN SAINS
2014
GERAK REFLEKS PADA MANUSIA
Abstrak
Telah dilakukan percobaan dengan judul gerak refleks pada manusia yang
bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai jenis gerak refleks pada manusia.
Percobaan tersebut dilakukan dengan memukulkan pemukul refleks pada
beberapa bagian tubuh yang telah ditentukan yakni bisep, branchioradialis,
trisep, pattelar, dan achilles dengan beberapa posisi. Hasil dari percobaan
tersebut yaitu pada semua bagian (bisep, branchioradialis, trisep, pattelar, dan
achilles) yang dipukul menggunakan pemukul refleks merupakan refleks
monosinaps yang merupakan bagian dari refleks fisiologis. Hal tersebut
dikarenakan gerakan yang ditimbulkan hanya mengandung satu jenis gerakan.

28

Daftar Isi
Abstrak
i
Daftar Isi..
BAB I PENDAHULUAN.......
A. Latar Belakang...
B. Rumusan Masalah..
C. Tujuan Percobaan...
BAB II KAJIAN TEORI
A. Gerak Refleks
B. Lengkung Refleks..
C. Macam-Macam Gerak Refleks..
D. Beberapa Metode Pemeriksaan Refleks
BAB III RANCANGAN PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan...
B. Rancangan Percobaan
C. Identifikasi variabel
D. Langkah Percobaan
BAB IV DATA DAN ANALISIS..
A. Data
B. Analisis..
C. Pembahasan....
BAB V PENUTUP..
A. Simpulan.
B. Saran..
Daftar Pustaka.
29

i
ii
1
1
2
2
3
3
4
5
8
10
10
10
12
12
15
15
17
18
21
21
21
22

Lampiran 1..
Lampiran 2..

ii

30

23
25

Anda mungkin juga menyukai