Oleh:
Pembimbing:
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
B. Definisi .................................................................................................... 5
C. Epidemiologi ........................................................................................... 5
F. Manifestasi Klinis.................................................................................... 8
G. Diagnosis ................................................................................................. 8
I. Tata Laksana............................................................................................ 11
J. Komplikasi .............................................................................................. 14
L. Prognosis ................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberi kesan warna pada
intraokuler (TIO) sebagai salah satu faktor risiko utama yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Pada glaukoma akan
terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan
papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan. Glaukoma dibagi mejadi
berkaitan dengan penyakit mata lain. Glaukoma kongenital adalah glaukoma yang
terjadi sejak neonatus. Dan glaukoma absolut merupakan jenis glaukoma yang
tidak terkontrol karena terapi yang tidak adekuat, biasanya keras, nyeri hebat, dan
disertai kebutaan.1
terganggunya aliran humor akuos yang berdampak pada kelainan sistem drainase
1
terganggunya jalan humor akuos ke sistem drainase (pada glaukoma sudut
tertutup).1
disebabkan oleh karena glaukoma primer sudut tertutup dan setengahnya (1,5 juta
penderita lagi disebabkan oleh glaukoma primer sudut terbuka.3 Glaukoma sudut
tertutup saat ini mengenai 20 juta penduduk dunia, angka ini terus naik dengan
perkiraan di tahun 2020 sebanyak 23 juta penduduk dan 32 juta pada tahun 2040.4
primer. Glaukoma akut kongestif adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris
dengan jalinan trabekular pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris terdorong atau
menonjol kedepan maka outflow humor akuos akan terhambat, keadaan ini dapat
maka gejala yang ditimbulkan sangat berat seperti: nyeri pada mata, sakit kepala,
mungkin untuk menurunkan TIO, sebelum terapi definitif iridektomi laser atau
bedah dilakukan.1-3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sudut bilik mata dibentuk oleh tautan antara kornea dan iris perifer, yang
Ke tiga bagian ini terlibat dalam proses outflow humor akuos. Struktur
dan dihubungkan oleh septa-septa. Bagian dalam kanalis dilapisi oleh sel-sel
bagian luar dilapisi oleh sel-sel datar halus yang mengandung ujung dari
vena episklera.
Humor akuos adalah suatu cairan jernih yang mengisi COA dan COP
mata, yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen pada kornea dan
3
yang bervariasi diurnal, adalah 1,5 – 2 µL/menit. Tekanan osmotik sedikit
dan laktat yang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih
rendah.2,3
belakang lalu mengalir ke bilik mata depan melalui pupil, dan dikeluarkan
jalur utama, dimana sekitar 90% outflow humor akuos melalui jalinan
sekitar 10% outflow humor akuos melalui jalur ini. Proses outflow humor
akuos dapat juga terjadi melalui iris, tapi dalam jumlah yang sangat sedikit
(gambar 2.1).2,3
Gambar 2.1 Normal outflow humor akuos. (a) melalui trabekular; (b) melalui
uveoskleral; ( c) melalui iris.2
4
B. Definisi
Glaukoma akut kongestif adalah episode akut peningkatan TIO diatas nilai
normal (10-20 mmHg) akibat tersumbatnya aliran humor akuos secara tiba-
yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga
menyumbat aliran humor akuos dan TIO meningkat dengan cepat sehingga
C. Epidemiologi
Kasus glaukoma primer sudut terbuka banyak terjadi pada ras kulit hitam
(negroid) dan ras kulit putih (caucasian). Sedangkan kasus glaukoma primer
sudut tertutup banyak terjadi pada ras Asia dan Inuit. Studi epidemiologi yang
sebesar 13,6% dari total kejadian glaukoma sudut tertutup di seluruh dunia.
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40
wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. Glaukoma primer sudut tertutup
5
2 – 4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Beberapa
lebih kecil dan axial length yang lebih pendek dari pria. Studi yang
glaukoma sudut tertutup kemungkinan besar rabun dekat karena mata rabun
dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata anterior lebih padat.1-5
D. Faktor Resiko4
itu, faktor risiko terjadinya glaukoma adalah ras, jenis kelamin, usia,
didapatkan.
aliran humor akuos pada pupil. Blok pupil akan meningkatkan tekanan bilik
meshwork dan secara tiba-tiba memblok aliran humor akuos (angle closure)
6
Gambar 2.2 Blok pupil pada glaukoma akut, normal angle dan angle closure.
saraf optik dan edema pada kornea. Jika hal ini terjadi berkepanjangan dapat
kepala dan gigi serta dapat menyebabkan gejala abdomen sekunder dan mual
endotel kornea. Hal ini menyebabkan ketebalan stroma pada kornea dapat
kornea dan pada akhirnya akan terjadi penurunan fungsi penglihatan dan
penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras dan menebal
karena usia tua. Peningkatan TIO akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti
oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa
menyebabkan kebutaan.
7
F. Manifestasi Klinis6
Serangan dapat mengenai kedua mata pada satu saat. Biasanya bila
tidak terdapat pada serangan pada kedua mata, maka mata yang lain
berulang kali atau serangan terlalu lama maka akan terjadi perlengketan
Gejala Tanda
Nyeri akut dan bersifat Konjungtiva kemosis dan kongesti disertai
sangat nyeri terjadi oleh injeksi konjungtiva (mata merah dan
karena peningkatan TIO bengkak)
akan merangsang persarafan Edema kornea (kornea suram)
kornea (nervus oftalmikus BMD sangat dangkal
atau V.1) Iris pattern hilang dan mungkin berubah
Mual dan muntah yang warna. Bercak atrofi (berwarna putih atau
timbul akibat iritasi nervus abu-abu) tampak karena iskemia.
vagus dan dapat menyerupai Pupil mid-dilatasi atau dilatasi vertikal, dan
gejala pada kelainan saluran tidak ada reflex cahaya
cerna. Lensa—Glaucoma fleckens adalah
Tajam penglihatan kurang kekeruhan subkapsular anterior kecil
(kabur mendadak) dan berwarna putih keabu-abuan yang terlihat di
melihat ―halo‖ disekitar lensa di area pupil. Mereka disebabkan oleh
cahaya lampu. Hal ini atrofi serat lensa yang baru terbentuk.
disebabkan oleh edema Mereka menjadi penanda diagnostik ada
epitel kornea serangan glaukoma kongestif akut
Mata berair, fotofobia sebelumnya.
diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Gambar 2.3 Glaukoma klinis akut. Konjungtiva tampak hiperemis, dengan edema
kornea dan pupil mid-dilatasi.6
8
G. Diagnosis1-10
1. Anamnesis
melihat pelangi atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), sakit
2. Pemeriksaan Fisik
kornea oedem, COA dangkal, iris oedem dan berwarna abu – abu, pupil
sedikit melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, serta diskus optikus terlihat
3. Pemeriksaan Penunjang
atau digital dengan jari telunjuk, indentasi dengan tonometer schiotz, dan
melihat sudut COA dengan gonioskopi (untuk melihat sudut iridokorneal dan
kontak iridotrabekular).
daerah penglihatan.
9
Tes Kamar Gelap. Pada kamar gelap, saat membaca atay saat bersujud,
pupil pasien akan midriasis. Pasien dinyatakan glaukoma bila TIO naik >
10 mmHg.
Gambar 2.4 Tonometri Schiotz. Normal intraocular pressure = 10–20 mm Hg; Suspicious
case = 20–25 mm Hg; Glaucoma = Above 25 mm Hg; Hypotony = Below 10 mm Hg
H. Diagnosis Banding6,8
- Gejala umum seperti mual dan muntah dapat lebih mendominasi dan mirip
- Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat
gangguan penglihatan. Terdapat sekret dan konjungtiva yang meradang hebat
tetapi tidak terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular
10
biasanya tidak edematosa. Di kamera anterior tampak jelas sel – sel, dan
tekanan intraokular, laser iridotomy atau bedah peripheral iridectomy (PBI) harus
1. Terapi medikamentosa
dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25-
dan 0,5% 2x1 tetes perhari, pilihan lain betaksolol 0,25% dan 0,5%,
11
meningkatkan outflow humor akuos
kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah pilokarpin, larutan 0,5-6% yang
diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang dioleskan sebelum tidur.
hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi
dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan dipastikan agen ini
dalam 50% cairan. Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1 - 3 jam
dan berakhir dalam 3-5 jam. Bila intoleransi gastrik dan mual menghalangi
12
dengan berat melekul yang tinggi, akan lebih lambat berpenetrasi pada
intravena.
Parasintesis
Bedah laser
-Laser iridotomy
-Laser iridoplasti
Bedah insisi
-Peripheral iridectomy
Ekstraksi lensa
Penderita dengan kondisi ini harus segera dirawat inap, turunkan TIO, dan
evaluasi sudut iridokornea, apakah sudut iridokornea bisa terbuka atau tidak.
Kalau dapat terbuka, maka lakukan prevensi supaya sudut tidak menutup lagi
13
yaitu dengan operasi iridektomi, namun apabila tidak bisa terbuka, dilakukan
serangan akut baru terjadi kurang dari 48 jam, maka tindakan laser iridotomi
perifer memberikan hasil yang baik.9 Apabila durasi serangan akut lebih dari 1
minggu, respon terhadap medika mentosa kurang baik, sehingga TIO tetap diatas
21 mmHg, dan bila ditemukan SAP lebih 270 disertai telah terjadi kerusakan saraf
optik dan defek lapang pandang: maka dipilih tindakan trabekulektomi dengan
mitomicin C. Bila belum disertai kerusakan saraf optik dan kornea cukup jernih
intraokular (LIO). Namun apabila TIO masih di atas 35 mmHg walaupun telah
Seringkali saat pasien datang dalam keadaan akut dimana TIO sampai mencapai
lebih dari 50 mmHg sehingga menyebabkan edema kornea berat, tindakan iridektomi
perifer akan sulit dilakukan, maka dapat dilakukan parasentesis BMB segera untuk
menurunkan TIO dan membuat kornea lebih jernih sehingga tindakan iridektomi perifer
dapat dilakukan.
Kriteria rujukan
Setelah dilakukan terapi awal, pasien segera dirujuk ke spesialis mata untuk
14
Gambar 2.6 Terapi laser iridotomi pada glaukoma akut/sudut tertutup (atas); posisi
iris sudah kembali normal setelah laser iridotomi, humor akuos mengalir melalui
lubang iridotomi (bawah)
9
J. Komplikasi
berkala secara teratur setiap 3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma
pada keluarga maka lakukan pemeriksaan setiap tahun. Secara teratur perlu
dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang
mata menjadi merah dengan sakit kepala yang berat, serta keluarga yang
15
3. Berbahaya memakai obat simpatomimetik karena dapat melebarkan
L. Prognosis
terdeteksi dan mendapat terapi yang sesegera mungkin. Jika TIO tetap
telah hilang secara progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis pupil telah
2-3 hari.9,10
16
BAB III
PENUTUP
glaukoma primer sudut tertutup (sempit / akut), glaukoma sekunder, dan glaukoma
Glaukoma sudut tertutup primer dikenal juga sebagai glaukoma kongestif akut
terjadi apabila terbentuk oklusi pada iris yang menyebabkan sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akuos dan tekanan intraokular
meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri, hebat, kemerahan dan kekaburan
penglihatan.
ditanganidalam 24 – 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah terapi akut
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi humor
akuos dan meningkatkan sekresi dari humor akuos sehingga dapat menurunkan TIO
17
DAFTAR PUSTAKA
4. Mahendra BI, Gustianty E, Rifada RM. Karakteristik Klinis Glaukoma Primer Sudut
Tertutup di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada Tahun 2020. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2022; 9(2):235-244.
5. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. Oftalmologi Umum. 14th Ed. Alih bahasa:
Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2012.
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015.
9. The Wilis Eye Manual : Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye
Disease. 2008.
10. Syarif A, Ari E, Arini S, Armen M, Azalia A, Bahroelim B, dkk. Farmakologi dan
Terapi. Edisi lima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008
18