Oleh:
Penguji:
Prof.Dr.dr.H.Syamsul Arifin, M.Pd
Halaman
LAMPIRAN ........................................................................................... 34
ii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I
DIAGNOSIS KOMUNITAS
Diagnosis komunitas III adalah rendahnya pengetahun orang tua Balita tentang
pentingnya imunisasi dasar lengkap diwilayah kerja PKM kuin raya tahun 2021.
1
Universitas Lambung Mangkurat
BAB II
Tabel 2.1 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kuin Raya pada tahun 2021
2 ISPA J. 06 1881
4 Dispesia K. 30 715
JUMLAH 9466
Dari data yang didapatkan kasus ISPA termasuk dalam salah satu 10
Kuin Raya dengan jumlah kasus 1.881 dengan rincian total kasus ISPA pada balita
adalah 310 kasus yang terdiri dari 26 kasus pneumonia pada Bayi < 1 tahun, 18
2
Universitas Lambung Mangkurat
3
kasus pneumonia pada Balita usia 1-<5 tahun, 115 kasus batuk bukan pneumonia
pada Bayi < 1 tahun, 155 kasus batuk bukan pneumonia pada Balita usia 1-<5 tahun
dan 0 kasus untuk pneumonia berat. Sedangkan, untuk anak usia ≥ 5 tahun
didapatkan 1.031 kasus ISPA bukan pneumonia dan 540 kasus ISPA pneumonia.
Januari-September 2022.
Tabel 2.2 Data kunjungan kasus ISPA Puskesmas Kuin Raya periode Januari
September 2022
BULAN JUMLAH
JANUARI 340
FEBRUARI 357
MARET 152
APRIL 97
MEI 75
JUNI 205
JULI 142
AGUSTUS 54
SEPTEMBER 297
OKTOBER -
NOVEMBER -
DESEMBER -
TOTAL 1719
Puskesmas Kuin Raya didapatkan paling banyak terdapat pada bulan Februari
sebanyak 357 kasus (meningkat 47 kasus (15%) dari tahun 2021) dengan klasifikasi
tersering untuk Bayi/ Balita adalah Batuk bukan pneumonia yaitu 314 kasus (111
kasus pada bayi <1 tahun dan 203 kasus pada Balita (1- < 5 tahun).
lingkungan 40%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan 10% faktor
berhubungan dengan tingginya angka kejadian ISPA pada Balita diwilayah kerja
PKM kuin raya tahun 2021 yaitu secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya
ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor
kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi umur anak (6-12 bulan/pada usia
Balita), berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor
perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada Bayi atau
Berdasarkan hasil Mini Survei yang dilakukan hari Sabtu, 5 November 2022
pada 15 orang tua yang datang ke Poli Anak, dengan hasil survei eksternal
Karakteristik ibu yang dinilai adalah tingkat pendidikan ibu. Pendidikan ibu
dikatakan tinggi jika pendidikan terakhir ibu tamat SMA, D3, S1, S2, S3 dan
dikatakan rendah jika ibu tidak tamat sekolah, tamat SD dan tamat SMP. Distribusi
tingkat pendidikan ibu antara pendidikan tinggi dan rendah adalah sama rata. Ibu
dengan tingkat pendidikan tinggi 8 orang (53,3%) dan yang berpendidikan rendah
7 orang (46,6%). Dimana kelompok distribusi ibu dengan pendidikan tinggi dan ibu
dengan pendidikan rendah keduanya memiliki Balita menderita ISPA. Hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
perilaku kurang baik. Dikatakan perilaku baik jika persentase jawaban tentang
perilaku ≥ 75% dan dikatakan perilaku kurang jika persentase jawaban tentang
perilaku < 75%. Sebagian besar menunjukkan perilaku keluarga yang baik
Faktor Balita yang dinilai adalah riwayat ASI eksklusif, status gizi dan
status imunisasi. Balita dengan riwayat ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan
yang tidak mendapat ASI eksklusif sebanyak 4 orang (26,6%). Status gizi Balita
menunjukkan bahwa Balita dengan status gizi baik lebih banyak dibandingkan
Balita dengan status gizi kurang. Distribusi Balita dengan status gizi baik sebanyak
13 Balita (86,6%) dan status gizi kurang hanya 2 Balita (13,3%). Balita dengan
imunisasi tidak lengkap. Balita dengan riwayat imunisasi lengkap adalah 10 balita
(66,6%) dan Balita dengan riwayat imunisasi tidak lengkap adalah 5 balita (33,3%).
indoor yaitu kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, jenis dinding,
Kepadatan hunian yang memenuhi syarat lebih banyak daripada yang tidak
(13,3%). Jenis lantai umumnya sudah memenuhi syarat, karena semua rumah
responden dengan jenis lantai memenuhi syarat kesehatan yaitu 15 hunian (100%)
dan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat adalah 0 hunian (0%). Semua
responden yang memiliki jenis lantai memenuhi syarat semua menderita ISPA.
Ventilasi rumah umumnya sudah memenuhi syarat, karena semua ventilasi rumah
(100%) dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat adalah 0 hunian (0%). Semua
responden yang memiliki ventilasi rumah yang memenuhi syarat semua menderita
yang tidak memenuhi syarat yaitu 1 (6,6%). Jenis dinding rumah responden yang
tidak memenuhi syarat lebih banyak dibandingkan dengan yang memenuhi syarat,
rumah responden dengan jenis dinding yang tidak memenuhi syarat yaitu 8 (53,3%)
sedangkan jenis dinding yang memenuhi syarat yaitu 7 (46,6%). Jenis atap
responden yang tidak memenuhi syarat sama rata dengan yang memenuhi syarat,
jumlah rumah responden memiliki jenis atap dari genteng dan tembok sama dengan
yang tidak memiliki langit-langit/plafon, jenis atap yang tidak memenuhi syarat
yaitu terbuat dari sirap dan seng. Jenis atap responden yang tidak memenuhi syarat
yaitu 7 (46,6%) sedangkan jenis atap yang memenuhi syarat yaitu 8 (53,3%).
syarat sebanyak 14 hunian (93,3%) dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat
yaitu 1 hunian (6,6%). Semua rumah responden umumnya sudah memenuhi syarat
kriteria suhu ruangan yang sehat sebanyak 15 hunian (100%) dan suhu ruangan
No. Variabel N %
1. Karakteristik Ibu
2. Perilaku Keluarga
Baik 12 80%
Kurang 3 20%
4. Status Gizi
5. Status Imunisasi
Lengkap 10 66,6%
6. Kepadatan Hunian
(TMS)
7. Jenis Lantai
(TMS)
8. Ventilasi
(TMS)
9. Pencahayaan
(TMS)
(TMS)
(TMS)
12. Kelembapan
(TMS)
13. Suhu
(TMS)
didapatkan masalah utama, yaitu: imunisasi dasar lengkap dan jenis dinding yang
Dari hasil pelayanan Imunisasi pada tahun 2021 dan periode Januari-
Agustus 2022 menunjukkan hasil capaian Imunisasi dasar lengkap yang tidak jauh
berbeda.
Raya masih jauh dari target sasaran yang diharapkan. Pada tahun 2021 didapatkan
bahwa angka imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya masih
sangat rendah yaitu hanya 48,2% dari target satuan 92,5%. Hal tersebut dapat
pentingnya imunisasi dasar lengkap serta faktor bayi terhadap efek samping
imunisasi dasar lengkap diwilayah kerja PKM kuin raya tahun 2021.
pengetahuan ibu mengenai Imunisasi dasar lengkap dan sikap ibu terhadap
lengkap diukur melalui 10 pertanyaan pilihan ganda, jika benar maka diberi nilai 1
dan jika salah diberi nilai 0. Sehingga total skor adalah 10. Selanjutnya nilai
dikategorikan atas pengetahuan baik (≥75% soal dijawab tepat, nilai jawaban 8-
10), cukup (56-74% soal dijawab tepat, nilai 6-7), kurang (<55% soal dijawab tepat,
nilai <6). Kuesioner sikap ibu terhadap Imunisasi dasar lengkap diukur melalui 11
orang (14.2%) dan sarjana sebanyak 1 orang (14.2%). Parameter pendidikan rendah
Cukup 4 57.2
Kurang 0 0
baik sebanyak 3 orang (42.8%) dan kurang sebanyak 0 orang (0%). Pertanyaan
dengan jumlah salah terbanyak adalah mengenai penyakit yang dapat dicegah
dengan Imunisasi, klasifikasi imunisasi dasar dan kapan imunisasi pertama kali
diberikan. Oleh karena itu, optimalisasi peran tenaga kesehatan dan Posyandu dapat
Tabel 2.8 Distribusi jawaban Pendapat dan Sikap Ibu Mengenai Imunisasi Dasar
pernyataan Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan
anak terhadap suatu penyakit yaitu sebesar 7 orang (100%), ini menunjukan
pendapat masyarakat tentang tujuan imunisasi sudah baik. Pada pernyataan bayi
yang sedang mengalami demam tinggi, batuk, pilek tetap harus di imunisasi
terdapat 2 orang (28,5%) menjawab Ya dan 5 orang (71,5%) yang menjawab Tidak
menunjukan pendapat masyarakat tentang kapan bayi bisa diimunisasi sudah cukup
baik. Pada pernyataan Anda tidak akan memberikan imunisasi selanjutnya kepada
anak anda jika setelah diimunisasi anak anda mengalami demam terdapat 4 orang
(57,1%) menjawab Ya dan 3 orang (42,9%) yang menjawab Tidak, dan 2 orang
manfaat dan efek samping dari imunisasi masih belum benar. Pada pernyataan jarak
(71,5%) dan 2 orang (28,5%) menjawab Tidak yang menunjukan kesibukan dan
dan 6 orang (85,7%) menjawab Tidak yang menunjukan pendapat dan sikap tentang
pentingnya ulangan pada imunisasi pada bayi sudah cukup baik. Pada pernyataan
Petugas Puskesmas kurang memberikan informasi tentang kapan harus kembali lagi
informasi dari Puskesmas tentang jadwal ulangan imunisasi berikutnya telah cukup
baik. Pada pertanyaan keluarga terdekat (suami, kakek dan nenek) melarang
menjawab Tidak yang menunjukkan terdapat pengaruh keluarga selain ibu dalam
Berdasarkan data tabel 2.9, dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang
kerja Puskesmas Kuin Raya dan dapat diintervensi adalah tingkat pengetahuan
lengkap dan efek samping yang akan terjadi pasca imunisasi beserta cara
adalah berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu penanggung jawab
hanya buka di hari Kamis, tidak optimalnya program promosi kesehatan selama
kompeten dalam melakukan imunisasi, lokasi Puskesmas yang jauh dari rumah ibu,
kurangnya edukasi oleh tenaga kesehatan kepada ibu tentang efek samping
imunisasi (demam) sehingga ibu jera membawa anaknya imunisasi dan Posyandu
tutup karena pandemi COVID-19. Faktor eksternal yaitu karena pengetahuan dan
sikap ibu yang kurang memahami terhadap pentingnya imunisasi, orang tua
khawatir jika anak mengalami demam setelah imunisasi dan Ibu tidak memiliki
waktu untuk membawa anaknya imunisasi karena sibuk bekerja serta belum adanya
kerja sama antar lintas sektor untuk meningkatkan angka capaian imunisasi dasar
lengkap.
sebagai berikut :
a. Man :
- Eksternal :
1. Pengetahuan dan sikap ibu yang kurang memahami terhadap imunisasi. Orang
2. Ibu tidak memiliki waktu untuk membawa anaknya imunisasi karena sibuk
bekerja.
d. Market
imunisasi.
e. Method
- Internal : Kurangnya edukasi oleh tenaga kesehatan kepada ibu tentang efek
- Eksternal : Belum adanya kerja sama antar lintas sektor untuk menurunkan ankga
dropout imunisasi.
Berdasarkan data diatas, situasi yang dihadapi oleh Puskesmas Kuin Raya
dapat dianalisis sebab dan akibatnya melalui pemecahan masalah berupa Fishbone:
Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor
lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi
pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian. Faktor
individu anak meliputi umur anak (6-12 bulan/pada usia Balita), berat badan lahir,
status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Kesehatan Republik Indonesia no. 42 tahun 2013 wajib diberikan pada bayi
sebelum berusia satu tahun, yang terdiri dari Bacillus Calmette Guerin (BCG),
HB- HiB), hepatitis B pada bayi baru lahir, polio dan campak.7
komplikasi yang berat, sangat berpotensi menimbulkan wabah atau Kejadian Luar
Biasa (KLB), serta dapat menyebabkan kematian. Sebagai gambaran situasi global
18
Universitas Lambung Mangkurat
19
Artinya, terdapat 450 kematian akibat campak terjadi setiap hari, atau 18 kematian
tersebut menimbulkan penyakit Tuberkulosis (TB) yang bisa menyerang siapa saja,
sebagai Global Emergency. Menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini
Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI, Lampung, dan beberapa tempat lain di Indonesia.8
Menurut data WHO mencatat pada tahun 2012-2013 angka kejadian bayi
yang tidak mendapatkan layanan Imunisasi rutin diseluruh dunia mencapai 22,6 juta
anak yang mana lebih dari setengah diantara bayi tersebut salah satunya negara
Indonesia (WHO, 2013). Salah satu penyebab nya dikarenakan daerah yang
2014 mengalami penurunan sekitar 18,7 juta anak atau bayi diseluruh dunia tidak
85% bayi didunia menerima vaksinasi lengkap. Hal ini menjadi sebuah peningkatan
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Indonesia pada tahun 2010 dan 2011
menjadi sebesar 86,9%. Pada tahun 2021, cakupan Imunisasi dasar lengkap secara
nasional sebesar 84,2%. Angka ini belum memenuhi target Renstra tahun 2021
yaitu 93,6%. Cakupan Imunisasi dasar lengkap pada tahun 2021 hampir sama
dengan tahun 2020. Rendahnya cakupan ini dikarenakan pelayanan pada fasilitas
(100,0%), Bali (98,8%), Nusa Tenggara Barat (95,5%) dan DI Yogyakarta (95,3%).
satunya adalah pendidikan ibu. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang
ibu, maka pengetahuan ibu tentang imunisasi lebih baik.7 Sebuah penelitian
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari perilaku yang
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang
dihadapi. Penelitian yang dilakukan oleh Hijani pada tahun 2014 mengatakan
Selain itu, faktor dari pelayanan kesehatan juga merupakan hal yang bisa
edukasi yang diberikan tenaga kesehatan kepada orang tua, maka akan semakin
tentang efek samping yang akan terjadi pasca imunisasi, kapan waktu dilakukan
CENDES. Sesuai cara skoring maka prioritas masalah dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil dari tabel di atas maka prioritas masalah ialah Rendahnya
22
Universitas Lambung Mangkurat
23
4. Man 4 3 2 5 120 2
Eksternal
Ibu tidak memiliki waktu
untuk membawa anaknya
imunisasi karena sibuk
bekerja.
5 Market 4 3 2 3 72 5
Internal
Tidak optimalnya program
promosi kesehatan selama
masa pandemi COVID-19,
menyebabkan berkurangnya
edukasi kepada masyarakat
tentang imunisasi.
6 Method 4 4 2 4 128 1
Internal :
Kurangnya edukasi oleh
tenaga kesehatan kepada ibu
tentang efek samping
imunisasi (demam)
sehingga ibu jera membawa
anaknya imunisasi.
7 Method 4 4 2 2 64 6
Eksternal :
Belum adanya kerja sama
antar lintas sektor untuk
menurunkan angka dropout
imunisasi.
prioritas penyebab masalah yang didapatkan dari internal adalah tenaga kesehatan
kurang memberikan edukasi kepada ibu tentang efek samping imunisasi sehingga ibu
jera membawa anaknya imunisasi dan kapan harus kembali untuk jadwal imunisasi
berikutnya. Sedangkan dari eksternal adalah Pengetahuan dan sikap ibu yang kurang
memahami terhadap imunisasi yang menyebabkan orang tua khawatir jika anak
STRATEGI SO STRATEGI WO
STRATEGI ST STRATEGI WT
imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya adalah dengan
Dari permasalahan yang ada, maka ada beberapa alternatif pemecahan masalah
pentingnya imunisasi dasar lengkap dan efek samping yang mungkin muncul untuk
Posyandu.
dimiliki organisasi terbatas maka dapat dipilih salah satu yang menjadi prioritas
alternatif masalah yang telah disusun harus dipelajari secara seksama dan sebelum
seharusnya merupakan bagian dari satu paket kegiatan yang sulit dipisahkan.
menentukan pilihan banyak metodenya, salah satu yang dianjurkan adalah memakai
mengimunisasi anaknya secara lebih jelas dan lebih nyaman karena didukung
imunisasi dasar lengkap dan efek samping yang mungkin muncul sehingga tingkat.
berikut:
1. Perencanaan (planning)
a. Tujuan:
pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak serta efek samping yang mungkin
wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya dapat memahami dan melakukan imunisasi
d. Menentukan perangkat yang diperlukan: ruangan yang kondusif dan alat peraga
2. Pengorganisasian (Organizing)
yang telah dibuat dan disepakati bersama agar rencana dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
dan bidan
imunisasi
samping yang mungkin muncul setelah imunisasi, manfaat imunisasi dan kapan
lengkap, efek samping yang mungkin muncul setelah imunisasi, manfaat imunisasi
dan kapan dilakukan imunisasi lanjutan. Edukasi dengan cara yang baik dan bahasa
4. Evaluasi (Controlling)
1. Jangka Pendek
2. Jangka Menengah
92,5% bayi.
3. Jangka Panjang
33
Universitas Lambung Mangkurat
LAMPIRAN
34
Universitas Lambung Mangkurat
35
Data Responden
Alamat :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Identitas Pasien
Nama Balita :
Alamat :
Usia :
Keluhan :
1. Apakah ibu menggunakan kayu bakar atau kompor minyak tanah saat memasak?
0. Tidak
1. Ya
0. Tidak
1. Ya
0. Tidak
1. Ya
0. ≥2 kali sehari
0. ≥1 kali seminggu
Kategori perilaku:
0. Baik
1. Kurang
0. Tidak
1. Ya
0. Asi ekslusif
V. Status Imunisasi
1. Kepadatan Hunian
per 2 orang
per 2 orang
2. Jenis Lantai
3. Ventilasi
keluarga
4. Pencahayaan
5. Jenis dinding
6. Jenis atap
dan seng
dan seng
7. Kelembapan
8. Suhu
1. Kenapa angka capaian imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin
Jawaban :
- Mayoritas ibu memiliki sikap dan persepsi yang kurang tepat tentang imunisasi
seperti efek samping yang didapat yang membuat ibu takut memberikan imunisasi
kepada anaknya.
2. Sejauh ini strategi apa saja yang sudah dilakukan untuk menanggulangi
Jawaban :
Edukasi secara lisan kepada ibu hamil yang berkunjung di KIA-KB, edukasi
Jawaban :
yaitu pemegang program imunisasi sekarang dan kadang – kadang dibantu sama
4. Apakah ada masalah, baik internal atau eksternal, dalam pelaksanaan rencana
penanggulangan tadi?
Jawaban :
5. Bagaimana dengan media yang selama ini digunakan untuk edukasi kepada
Jawaban :
Telah media khusus seperti Poster yang digunakan untuk edukasi kepada
6. Apakah ada kerjasama lintas sektor untuk meningkatkan capaian imunisasi dasar
lengkap?
Jawaban :
dasar lengkap.
Nama :
Usia :
Pendidikan terakhir :
Alamat :
Petunjuk pengisian : berikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut anda
benar
2. Menurut ibu yang manakah dari pilihan berikut yang merupakan manfaat dari
imunisasi?
3. Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi? a. Tipes, Cacingan b. Demam
a. Usia 2 tahun
b. Usia 1 tahun
c. Sejak lahir
a. Campak, Hepatitis C
b. Tifoid, Influenza
c. BCG, DPT
b. Vitamin
c. Antibiotik
a. Kantor Kelurahan
b. Posyandu/Puskesmas
c. Dukun
a. Ya
b. Tidak
10. Untuk mengantisipasi agar bayi tidak demam setelah imunisasi sebaiknya
a. Ya
b. Tidak
Petunjuk : Berilah tanda cenlang (X) pada kotak yang telah disediakan, yang anda
YA TIDAK