Anda di halaman 1dari 46

REVISI

Status Ujian IKM

OPTIMALISASI PERAN TENAGA KESEHATAN DAN POSYANDU


DALAM EDUKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN CAPAIAN
IMUNISASI DASAR LENGKAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KUIN RAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik IKM


Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh:

Winda Wati, S. Ked


NIM. 2030912320008

Penguji:
Prof.Dr.dr.H.Syamsul Arifin, M.Pd

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
November, 2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................. iii

BAB I DIAGNOSIS KOMUNITAS ............................................. 1

BAB II ALASAN DIAGNOSIS KOMUNITAS ............................ 2

BAB III HUBUNGAN TEORI DENGAN DIAGNOSIS


KOMUNITAS ..................................................................... 18

BAB IV ANALISIS SWOT DAN INTERVENSI .......................... 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 33

LAMPIRAN ........................................................................................... 34

ii
Universitas Lambung Mangkurat
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kuin Raya pada tahun


2021........................................................................................... 2

2.2 Data kunjungan kasus ISPA Puskesmas Kuin Raya periode


Januari September 2022 ............................................................ 3

2.3 Rekapitulasi Hasil Survei Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuin Raya ............................................................... 7

2.4 Hasil Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi di Wilayah Kerja


Puskesmas Kuin Raya Tahun 2021....................................... 9

2.5 Hasil Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi di Wilayah Kerja


Puskesmas Kuin Raya Periode Januari-Agustus 2022........... 10

2.6 Hasil Survei Pendidikan ............................................................ 12

2.7 Hasil Survei Pengetahuan Masyarakat...................................... 12

2.8 Distribusi jawaban Pendapat dan Sikap Ibu Mengenai


Imunisasi Dasar ......................................................................... 13

2.9 Tabulasi Masalah berdasarkan Hasil Survei Masyarakat ......... 14

4.1 Skoring Prioritas Masalah dengan Metode PAHO-CENDES .. 22

4.2 Skoring Prioritas Penyebab Masalah dengan Metode PAHO-


CENDES ................................................................................... 23

4.3 Hasil Analisis Berdasarkan Metode SWOT ............................. 24

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ................................................. 25

4.5 Nilai Efektivitas Pemecahan Masalah ...................................... 27

4.6 Nilai Efisiensi Pemecahan Masalah .......................................... 28

4.7 Prioritas Pemecahan Masalah ................................................... 29

iii
Universitas Lambung Mangkurat
BAB I

DIAGNOSIS KOMUNITAS

Diagnosis komunitas yang diambil dalam status ujian ini, yaitu :

1. Diagnosis Komunitas I (Status Kesehatan)

Diagnosis komunitas I adalah tingginya angka kejadian ISPA pada Balita

diwilayah kerja PKM kuin raya tahun 2021.

2. Diagnosis Komunitas II (Determinan)

Diagnosis Komunitas II adalah rendahnya angka capaian imunisasi dasar

lengkap diwilayah kerja PKM kuin raya tahun 2021.

3. Diagnosis Komunitas III (Potensial)

Diagnosis komunitas III adalah rendahnya pengetahun orang tua Balita tentang

pentingnya imunisasi dasar lengkap diwilayah kerja PKM kuin raya tahun 2021.

1
Universitas Lambung Mangkurat
BAB II

ALASAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

Alasan diagnosis komunitas I,II dan III yaitu :

A. Diagnosis Komunitas I (Status Kesehatan)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas

Kuin Raya pada tahun 2021:

Tabel 2.1 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kuin Raya pada tahun 2021

No Jenis Penyakit Terbanyak Icd 10 Total

1 Hipertensi Esensial ( Primer ) I. 10 4310

2 ISPA J. 06 1881

3 Diabetes Melitus E. 11 903

4 Dispesia K. 30 715

5 Pneumonia pada Dewasa J.18.9 511

6 Dermatitis Kontak L. 23.3 456

7 Artritis M. 13.8 430

8 Diare & Gastroenteritis A. 09 310

9 Penyakit Pulpa dan Periapikal 287

10 Asma J. 44.9 270

JUMLAH 9466

Dari data yang didapatkan kasus ISPA termasuk dalam salah satu 10

penyakit terbanyak dan merupakan penyakit infeksi paling sering di Puskesmas

Kuin Raya dengan jumlah kasus 1.881 dengan rincian total kasus ISPA pada balita

adalah 310 kasus yang terdiri dari 26 kasus pneumonia pada Bayi < 1 tahun, 18

2
Universitas Lambung Mangkurat
3

kasus pneumonia pada Balita usia 1-<5 tahun, 115 kasus batuk bukan pneumonia

pada Bayi < 1 tahun, 155 kasus batuk bukan pneumonia pada Balita usia 1-<5 tahun

dan 0 kasus untuk pneumonia berat. Sedangkan, untuk anak usia ≥ 5 tahun

didapatkan 1.031 kasus ISPA bukan pneumonia dan 540 kasus ISPA pneumonia.

Berdasarkan Data kunjungan kasus ISPA Puskesmas Kuin Raya periode

Januari-September 2022.

Tabel 2.2 Data kunjungan kasus ISPA Puskesmas Kuin Raya periode Januari
September 2022

BULAN JUMLAH

JANUARI 340

FEBRUARI 357

MARET 152

APRIL 97

MEI 75

JUNI 205

JULI 142

AGUSTUS 54

SEPTEMBER 297

OKTOBER -

NOVEMBER -

DESEMBER -

TOTAL 1719

Dari data kunjungan pada kasus ISPA periode Januari-September 2022 di

Puskesmas Kuin Raya didapatkan paling banyak terdapat pada bulan Februari

Universitas Lambung Mangkurat


4

sebanyak 357 kasus (meningkat 47 kasus (15%) dari tahun 2021) dengan klasifikasi

tersering untuk Bayi/ Balita adalah Batuk bukan pneumonia yaitu 314 kasus (111

kasus pada bayi <1 tahun dan 203 kasus pada Balita (1- < 5 tahun).

B. Diagnosis Komunitas II (Determinan)

Berdasarkan teori H.L. Blum bahwa derajat kesehatan dipengaruhi faktor

lingkungan 40%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan 20% dan 10% faktor

keturunan. Berdasarkan triad epidemiologic ada tiga komponen yang berpengaruh

yakni host, agent serta environment. Berikut beberapa determinan yang

berhubungan dengan tingginya angka kejadian ISPA pada Balita diwilayah kerja

PKM kuin raya tahun 2021 yaitu secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya

ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor

lingkungan meliputi pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan

kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi umur anak (6-12 bulan/pada usia

Balita), berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor

perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada Bayi atau

peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA.

Berdasarkan hasil Mini Survei yang dilakukan hari Sabtu, 5 November 2022

pada 15 orang tua yang datang ke Poli Anak, dengan hasil survei eksternal

dijelaskan sebagai berikut.

a. Hasil Survei Karakteristik Ibu

Karakteristik ibu yang dinilai adalah tingkat pendidikan ibu. Pendidikan ibu

dikatakan tinggi jika pendidikan terakhir ibu tamat SMA, D3, S1, S2, S3 dan

dikatakan rendah jika ibu tidak tamat sekolah, tamat SD dan tamat SMP. Distribusi

Universitas Lambung Mangkurat


5

tingkat pendidikan ibu antara pendidikan tinggi dan rendah adalah sama rata. Ibu

dengan tingkat pendidikan tinggi 8 orang (53,3%) dan yang berpendidikan rendah

7 orang (46,6%). Dimana kelompok distribusi ibu dengan pendidikan tinggi dan ibu

dengan pendidikan rendah keduanya memiliki Balita menderita ISPA. Hal ini

menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian

ISPA pada Balita di Puskesmas Kuin Raya.

b. Hasil Survei Perilaku Keluarga

Distribusi perilaku keluarga sangat berbeda antara perilaku baik dan

perilaku kurang baik. Dikatakan perilaku baik jika persentase jawaban tentang

perilaku ≥ 75% dan dikatakan perilaku kurang jika persentase jawaban tentang

perilaku < 75%. Sebagian besar menunjukkan perilaku keluarga yang baik

dibandingkan kurang. Perilaku keluarga dengan kategori baik yaitu sebanyak 12

keluarga (80%) dan kategori kurang 3 keluarga (20%).

c. Hasil Survei Faktor Balita

Faktor Balita yang dinilai adalah riwayat ASI eksklusif, status gizi dan

status imunisasi. Balita dengan riwayat ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan

dengan balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Balita yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 11 Balita (73,3%) sedangkan

yang tidak mendapat ASI eksklusif sebanyak 4 orang (26,6%). Status gizi Balita

menunjukkan bahwa Balita dengan status gizi baik lebih banyak dibandingkan

Balita dengan status gizi kurang. Distribusi Balita dengan status gizi baik sebanyak

13 Balita (86,6%) dan status gizi kurang hanya 2 Balita (13,3%). Balita dengan

riwayat imunisasi lengkap lebih banyak dibandingkan Balita dengan riwayat

Universitas Lambung Mangkurat


6

imunisasi tidak lengkap. Balita dengan riwayat imunisasi lengkap adalah 10 balita

(66,6%) dan Balita dengan riwayat imunisasi tidak lengkap adalah 5 balita (33,3%).

d. Hasil Survei Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diteliti dalam penelitian ini adalah lingkungan

indoor yaitu kepadatan hunian, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, jenis dinding,

jenis atap, kelembaban, dan suhu.

Kepadatan hunian yang memenuhi syarat lebih banyak daripada yang tidak

memenuhi syarat. Kepadatan hunian yang memenuhi syarat yaitu sebanyak 13

hunian (86,6%) sedangkan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat 2

(13,3%). Jenis lantai umumnya sudah memenuhi syarat, karena semua rumah

responden dengan jenis lantai memenuhi syarat kesehatan yaitu 15 hunian (100%)

dan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat adalah 0 hunian (0%). Semua

responden yang memiliki jenis lantai memenuhi syarat semua menderita ISPA.

Ventilasi rumah umumnya sudah memenuhi syarat, karena semua ventilasi rumah

responden dengan ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 10 hunian

(100%) dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat adalah 0 hunian (0%). Semua

responden yang memiliki ventilasi rumah yang memenuhi syarat semua menderita

ISPA. Pencahayaan rumah responden yang memenuhi syarat lebih banyak

dibandingkan dengan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat, rumah responden

dengan pencahayaan yang memenuhi syarat yaitu 14 (93,3%) dan pencahayaan

yang tidak memenuhi syarat yaitu 1 (6,6%). Jenis dinding rumah responden yang

tidak memenuhi syarat lebih banyak dibandingkan dengan yang memenuhi syarat,

rumah responden dengan jenis dinding yang tidak memenuhi syarat yaitu 8 (53,3%)

Universitas Lambung Mangkurat


7

sedangkan jenis dinding yang memenuhi syarat yaitu 7 (46,6%). Jenis atap

responden yang tidak memenuhi syarat sama rata dengan yang memenuhi syarat,

jumlah rumah responden memiliki jenis atap dari genteng dan tembok sama dengan

yang tidak memiliki langit-langit/plafon, jenis atap yang tidak memenuhi syarat

yaitu terbuat dari sirap dan seng. Jenis atap responden yang tidak memenuhi syarat

yaitu 7 (46,6%) sedangkan jenis atap yang memenuhi syarat yaitu 8 (53,3%).

Rumah responden dengan kelembaban yang memenuhi syarat lebih banyak

dibandingkan dengan yang tidak memenuhi syarat, kelembaban yang memenuhi

syarat sebanyak 14 hunian (93,3%) dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat

yaitu 1 hunian (6,6%). Semua rumah responden umumnya sudah memenuhi syarat

kriteria suhu ruangan yang sehat sebanyak 15 hunian (100%) dan suhu ruangan

yang tidak memenuhi syarat 0 hunian (0%).

Tabel 2.3 Rekapitulasi Hasil Survei Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya

No. Variabel N %

1. Karakteristik Ibu

Pendidikan Tinggi 8 53,3%

Pendidikan Rendah 7 46,6%

2. Perilaku Keluarga

Baik 12 80%

Kurang 3 20%

3. Riwayat ASI Eksklusif

ASI Eksklusif 11 73,3%

Tidak ASI Eksklusif 4 26,6%

Universitas Lambung Mangkurat


8

4. Status Gizi

Gizi Baik 13 86,6%

Gizi Kurang 2 13,3%

5. Status Imunisasi

Lengkap 10 66,6%

Tidak Lengkap 5 33,3%

6. Kepadatan Hunian

Memenuhi Syarat (MS) 13 86,6%

Tidak Memenuhi Syarat 2 13,3%

(TMS)

7. Jenis Lantai

Memenuhi Syarat (MS) 15 100%

Tidak Memenuhi Syarat 0 0%

(TMS)

8. Ventilasi

Memenuhi Syarat (MS) 15 100%

Tidak Memenuhi Syarat 0 0%

(TMS)

9. Pencahayaan

Memenuhi Syarat (MS) 14 93,3%

Tidak Memenuhi Syarat 1 6,6%

(TMS)

10. Jenis Dinding

Memenuhi Syarat (MS) 7 46,6%

Tidak Memenuhi Syarat 8 53,3%

Universitas Lambung Mangkurat


9

(TMS)

11. Jenis Atap

Memenuhi Syarat (MS) 8 53,3%

Tidak Memenuhi Syarat 7 46,6%

(TMS)

12. Kelembapan

Memenuhi Syarat (MS) 14 93,3%

Tidak Memenuhi Syarat 1 6,6%

(TMS)

13. Suhu

Memenuhi Syarat (MS) 15 100%

Tidak Memenuhi Syarat 0 0%

(TMS)

Berdasarkan survei eksternal yang dilakukan kepada Balita penderita ISPA

didapatkan masalah utama, yaitu: imunisasi dasar lengkap dan jenis dinding yang

berisiko terhadap kesehatan.

Dari hasil pelayanan Imunisasi pada tahun 2021 dan periode Januari-

Agustus 2022 menunjukkan hasil capaian Imunisasi dasar lengkap yang tidak jauh

berbeda.

Tabel 2.4 Hasil Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas


Kuin Raya Tahun 2021

D Pelayanan Imunisasi *) 46,15


1. Imunisasi HB O < 7 hari 95 % 724 483 66,7
bayi
2. Imunisasi BCG 95 % 724 422 58,3
bayi
3. Imunisasi DPT-HB-Hib 1 95 % 724 427 59,0
bayi

Universitas Lambung Mangkurat


10

4. Imunisasi DPT-HB-Hib 2 95 % 724 413 57,0


bayi
5. Imunisasi DPT-HB-Hib 3 95 % 724 414 57,2
bayi
6. Imunisasi Polio 1 95 % 724 412 56,9
bayi
7. Imunisasi Polio 2 95 % 724 426 58,8
bayi
8. Imunisasi Polio 3 95 % 724 413 57,0
bayi
9. Imunisasi Polio 4 95 % 724 387 53,5
bayi
10. Imunisasi 95 % 724 340 47,0
Campak/MR bayi
11. Imunisasi Dasar 92,5 % 705 340 48,2
Lengkap bayi
12. Imunisasi DPT-HB-Hib 70% 540 286 53,0
Baduta Baduta
13. Imunisasi Campak 70% 540 235 43,5
Baduta Baduta
14. Imunisasi DT pada anak > 95 % 529 0 0,0
kelas 1 SD
15. Imunisasi TD pada anak > 95 % 464 0 0,0
kelas 2 SD
16. Imunisasi TT2 + pada 80% 674 150 22,3
bumil
17. Drop out DPT/HB/Hib <5% 0 0 0
(1) - DPT/HB/Hib (3)
18. Drop out DPT/HB/Hib <5% 0 0 0
(1) – Campak
19. Drop out polio (1) - <5% 0 0 0
polio (4)

Tabel 2.5 Hasil Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas


Kuin Raya Periode Januari-Agustus 2022
Pelayanan Imunisasi *) Target Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Penca- Sub Variabel
Sasaran paian variabel 35,40%
1. Imunisasi HB 0-7 Hari 95 % 724 46 41 40 40 46 39 36 40 328 45,3%
Bayi
2. Imunisasi BCG <5% 724 30 40 40 37 27 39 30 43 286 39,5%
Bayi
3. Imunisasi DPT-HB-Hib 1 95 % 724 45 41 45 33 34 32 34 37 301 41,6%
Bayi
4. Imunisasi DPT-HB-Hib 2 95 % 724 35 51 47 42 40 32 38 33 318 43,9%
Bayi
5. Imunisasi DPT-HB-Hib 3 95 % 724 29 43 50 38 50 34 43 45 332 45,9%
Bayi
6. Imunisasi Polio 1 95 % 724 30 40 40 37 27 39 30 43 286 39,5%
Bayi
7. Imunisasi Polio 2 95 % 724 45 41 45 33 34 32 34 37 301 41,6%
Bayi
8. Imunisasi Polio 3 95 % 724 35 51 47 42 40 32 38 33 318 43,9%
Bayi
9. Imunisasi Polio 4 95 % 724 29 42 50 38 50 34 43 45 331 45,7%
Bayi
10. Imunisasi Campak pada 95 % 724 21 35 48 34 40 34 35 44 291 40,2%
bayi Bayi
11. Imunisasi Dasar 92,5% 705 21 35 48 34 40 34 35 44 291 41,3%
Lengkap
12. Imunisasi DPT-HB-Hib 70% 540 21 23 28 23 24 34 31 38 222 41,1%
Baduta Baduta
13. Imunisasi Campak 70% 540 17 21 26 29 32 46 31 40 242 44,8%
Baduta Baduta
14. Imunisasi DT pada 95 % 529 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,0%

Universitas Lambung Mangkurat


11

Anak Kelas 1 SD Anak

15. Imunisasi TD pada anak 96 % 464 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,0%


kelas 2 SD Anak
16. Imunisasi TT2+ pada 80% 674 12 9 4 0 7 12 19 19 82 12,2%
ibu hamil

Angka capaian imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin

Raya masih jauh dari target sasaran yang diharapkan. Pada tahun 2021 didapatkan

bahwa angka imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya masih

sangat rendah yaitu hanya 48,2% dari target satuan 92,5%. Hal tersebut dapat

dipengaruhi banyak hal seperti faktor tenaga kesehatan, ketersediaan vaksin,

optimalisasi kegiatan dan pelayanan imunisasi, pengetahuan orang tua mengenai

pentingnya imunisasi dasar lengkap serta faktor bayi terhadap efek samping

imunisasi yang diberikan.

C. Diagnosis Komunitas III (Potensial)

Berikut beberapa potensial yang berpengaruh terhadap rendahnya capaian

imunisasi dasar lengkap diwilayah kerja PKM kuin raya tahun 2021.

Penulis melakukan survei berupa wawancara dengan penanggung jawab

program Imunisasi di Puskesmas Kuin Raya dan pembagian kuesioner kepada

orang tua Bayi untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan

pengetahuan ibu mengenai Imunisasi dasar lengkap dan sikap ibu terhadap

Imunisasi dasar lengkap. Kuesioner pengetahuan ibu mengenai Imunisasi dasar

lengkap diukur melalui 10 pertanyaan pilihan ganda, jika benar maka diberi nilai 1

dan jika salah diberi nilai 0. Sehingga total skor adalah 10. Selanjutnya nilai

dikategorikan atas pengetahuan baik (≥75% soal dijawab tepat, nilai jawaban 8-

10), cukup (56-74% soal dijawab tepat, nilai 6-7), kurang (<55% soal dijawab tepat,

nilai <6). Kuesioner sikap ibu terhadap Imunisasi dasar lengkap diukur melalui 11

Universitas Lambung Mangkurat


12

pertanyaan dengan pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”.

Berdasarkan hasil survei dan kuesioner yang telah dilakukan kepada 7

responden masyarakat yang diambil secara acak pada 12 November 2022,

didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.6 Hasil Survei Pendidikan Masyarakat

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)


Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 0 0
SD/sederajat 1 14.2
SLTP/ Sederajat 2 28.4
SLTA/ Sederajat 3 42.8
Sarjana 1 14.2

Dari data diatas didapatkan pendidikan terakhir responden terbanyak ialah

SLTA/sederajat sebanyak 3 orang (42.6%) dimana kelompok ini dianggap memiliki

pemahaman yang baik akan suatu informasi. Selanjutnya diikuti pendidikan

SLTP/sederajat sebanyak 2 orang (28.4%), pendidikan SD/sederajat sebanyak 1

orang (14.2%) dan sarjana sebanyak 1 orang (14.2%). Parameter pendidikan rendah

menurut penelitian ini ialah tingkat pendidikan SLTP ke bawah.

Tabel 2.7 Hasil Survei Pengetahuan Masyarakat

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)


(orang)
Baik 3 42.8

Cukup 4 57.2
Kurang 0 0

Dari data di atas didapatkan sebagian besar responden terbanyak memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 4 orang (57.2%), diikuti oleh tingkat pengetahuan

baik sebanyak 3 orang (42.8%) dan kurang sebanyak 0 orang (0%). Pertanyaan

dengan jumlah salah terbanyak adalah mengenai penyakit yang dapat dicegah

dengan Imunisasi, klasifikasi imunisasi dasar dan kapan imunisasi pertama kali

Universitas Lambung Mangkurat


13

diberikan. Oleh karena itu, optimalisasi peran tenaga kesehatan dan Posyandu dapat

menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan

kesadaran akan pentingnya imunisasi dasar lengkap.

Tabel 2.8 Distribusi jawaban Pendapat dan Sikap Ibu Mengenai Imunisasi Dasar

No. Pertanyaan Alternatif Jawaban


Ya Tidak
1 Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada 7 0
bayi dan anak terhadap suatu penyakit.
2 Manfaat yang didapat dari imunisasi lebih kecil daripada 2 5
kerugiannya (efek samping)
3 Imunisasi adalah untuk mencegah penyakit bukan menyembuhkan 7 0
penyakit
4 Bayi yang sedang mengalami demam tinggi, batuk, pilek tetap 4 3
harus di imunisasi
5 Anda masih memberikan anak anda imunisasi walaupun anda 5 2
mendengar laporan mengenai efek samping berat yang terjadi
setelah imunisasi dari orang lain
6 Anda tidak akan memberikan imunisasi selanjutnya kepada anak 4 3
anda jika setelah diimunisasi anak anda mengalami demam
7 Jarak anda ke Posyandu/Puskesmas dan kesibukan anda sehari-hari 5 2
mempengaruhi anda untuk memberikan imunisasi kepada anak anda
8 Pemberian obat penurun panas setiba dirumah jika anak demam 2 5
setelah imunisasi dapat mengurangi efektivitas kerja dari imunisasi
yang diberikan sebelumnya
9 Pemberian imunisasi sebanyak satu kali sudah cukup untuk 1 6
menciptakan kekebalan tubuh pada anak
10 Petugas puskesmas kurang memberikan informasi tentang kapan 2 5
harus kembali lagi untuk melakukan imunisasi berikutnya
11 Keluarga terdekat (suami, kakek, dan nenek) melarang untuk 2 5
imunisasi

Dari data di atas didapatkan semua responden menjawab Ya dengan

pernyataan Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan

anak terhadap suatu penyakit yaitu sebesar 7 orang (100%), ini menunjukan

pendapat masyarakat tentang tujuan imunisasi sudah baik. Pada pernyataan bayi

yang sedang mengalami demam tinggi, batuk, pilek tetap harus di imunisasi

terdapat 2 orang (28,5%) menjawab Ya dan 5 orang (71,5%) yang menjawab Tidak

menunjukan pendapat masyarakat tentang kapan bayi bisa diimunisasi sudah cukup

Universitas Lambung Mangkurat


14

baik. Pada pernyataan Anda tidak akan memberikan imunisasi selanjutnya kepada

anak anda jika setelah diimunisasi anak anda mengalami demam terdapat 4 orang

(57,1%) menjawab Ya dan 3 orang (42,9%) yang menjawab Tidak, dan 2 orang

(28,5%) menjawab Tidak dengan pernyataan manfaat imunisasi lebih besar

daripada efek sampingnya menunjukan pendapat dan sikap masyarakat tentang

manfaat dan efek samping dari imunisasi masih belum benar. Pada pernyataan jarak

anda ke Posyandu/Puskesmas dan kesibukan anda sehari-hari mempengaruhi anda

untuk memberikan imunisasi kepada anak anda terdapat 5 orang menjawab Ya

(71,5%) dan 2 orang (28,5%) menjawab Tidak yang menunjukan kesibukan dan

jarak memengaruhi ibu untuk memberikan imunisasi kepada bayinya. Pada

pernyataan Pemberian imunisasi sebanyak satu kali sudah cukup untuk

menciptakan kekebalan tubuh pada anak terdapat 1 orang (14,3%) menjawab Ya

dan 6 orang (85,7%) menjawab Tidak yang menunjukan pendapat dan sikap tentang

pentingnya ulangan pada imunisasi pada bayi sudah cukup baik. Pada pernyataan

Petugas Puskesmas kurang memberikan informasi tentang kapan harus kembali lagi

untuk melakukan imunisasi berikutnya terdapat 2 orang (28,5%) menjawab Ya dan

5 orang (71,5%) menjawab menjawab Tidak yang menunjukan menurut masyarakat

informasi dari Puskesmas tentang jadwal ulangan imunisasi berikutnya telah cukup

baik. Pada pertanyaan keluarga terdekat (suami, kakek dan nenek) melarang

imunisasi terdapat 2 orang (28,5%) menjawab Ya dan 5 orang (71,5%) menjawab

menjawab Tidak yang menunjukkan terdapat pengaruh keluarga selain ibu dalam

keputusan pemberian imunisasi dasar lengkap serta perlunya peningkatan

pengetahuan dan informasi pentingnya imunisasi dasar lengkap.

Universitas Lambung Mangkurat


15

Tabel 2.9 Tabulasi Masalah berdasarkan Hasil Survei Masyarakat

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)


Responden
Masyarakat
1. Pendidikan
- Tidak sekolah/tidak tamat 0 0
SD 1 14.2
- SD/Sederajat 2 28.4
- SLTP/Sederajat 3 42.8
- SLTA/Sederajat 1 14.2
- Sarjana
2. Pengetahuan
- Baik 3 42.8
- Cukup 4 57.2
- Kurang 0 0

Berdasarkan data tabel 2.9, dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang

mungkin menjadi penyebab rendahnya capaian Imunisasi dasar lengkap di wilayah

kerja Puskesmas Kuin Raya dan dapat diintervensi adalah tingkat pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap (didominasi pengetahuan

cukup 57.2 %) responden dan pengoptimalisasian peran tenaga kesehatan dan

Posyandu untuk memberikan pengetahuan mengenai pentingnya imunisasi dasar

lengkap dan efek samping yang akan terjadi pasca imunisasi beserta cara

penanganannya di rumah dan juga edukasi untuk jadwal imunisasi lanjutan.

Berdasarkan wawancara dengan petugas pemegang program Imunisasi

Puskesmas Kuin Raya, penyebab rendahnya capaian imunisasi dasar lengkap

adalah berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu penanggung jawab

program imunisasi mempunyai tugas rangkap di program lain, pelayanan imunisasi

hanya buka di hari Kamis, tidak optimalnya program promosi kesehatan selama

masa pandemi COVID-19 menyebabkan berkurangnya edukasi kepada masyarakat

tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap, minimnya tenaga kesehatan yang

Universitas Lambung Mangkurat


16

kompeten dalam melakukan imunisasi, lokasi Puskesmas yang jauh dari rumah ibu,

kurangnya edukasi oleh tenaga kesehatan kepada ibu tentang efek samping

imunisasi (demam) sehingga ibu jera membawa anaknya imunisasi dan Posyandu

tutup karena pandemi COVID-19. Faktor eksternal yaitu karena pengetahuan dan

sikap ibu yang kurang memahami terhadap pentingnya imunisasi, orang tua

khawatir jika anak mengalami demam setelah imunisasi dan Ibu tidak memiliki

waktu untuk membawa anaknya imunisasi karena sibuk bekerja serta belum adanya

kerja sama antar lintas sektor untuk meningkatkan angka capaian imunisasi dasar

lengkap.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dijabarkan penyebab masalahnya

sebagai berikut :

a. Man :

- Internal : Penanggung jawab program imunisasi mempunyai tugas rangkap di

program lain. Pelayanan imunisai hanya buka di hari Kamis.

- Eksternal :

1. Pengetahuan dan sikap ibu yang kurang memahami terhadap imunisasi. Orang

tua khawatir jika anak mengalami demam setelah imunisasi.

2. Ibu tidak memiliki waktu untuk membawa anaknya imunisasi karena sibuk

bekerja.

b. Money : Tidak ada masalah

c. Material : Tidak ada masalah

d. Market

- Internal : Tidak optimalnya program promosi kesehatan selama masa pandemi

Universitas Lambung Mangkurat


17

COVID-19, menyebabkan berkurangnya edukasi kepada masyarakat tentang

imunisasi.

e. Method

- Internal : Kurangnya edukasi oleh tenaga kesehatan kepada ibu tentang efek

samping imunisasi (demam) sehingga ibu jera membawa anaknya imunisasi.

- Eksternal : Belum adanya kerja sama antar lintas sektor untuk menurunkan ankga

dropout imunisasi.

Berdasarkan data diatas, situasi yang dihadapi oleh Puskesmas Kuin Raya

dapat dianalisis sebab dan akibatnya melalui pemecahan masalah berupa Fishbone:

Gambar 2. 1 Kerangka Fishbone Penyebab rendahnya capaian Imunisasi Dasar


Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Kuin Raya

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

HUBUNGAN TEORI DENGAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor

lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan meliputi

pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian. Faktor

individu anak meliputi umur anak (6-12 bulan/pada usia Balita), berat badan lahir,

status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku

pencegahan dan penanggulangan ISPA pada Bayi atau peran aktif

keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.

Tujuan imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan

akibat Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I).2,3

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar

kekebalan.4 Program imunisasi dasar lengkap menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia no. 42 tahun 2013 wajib diberikan pada bayi

sebelum berusia satu tahun, yang terdiri dari Bacillus Calmette Guerin (BCG),

diphtheria pertussis Tetanus-Hepatitis B-haemophillus influenzae tipe B (DPT-

HB- HiB), hepatitis B pada bayi baru lahir, polio dan campak.7

Campak merupakan salah satu penyakit menular dengan berbagai

komplikasi yang berat, sangat berpotensi menimbulkan wabah atau Kejadian Luar

Biasa (KLB), serta dapat menyebabkan kematian. Sebagai gambaran situasi global

18
Universitas Lambung Mangkurat
19

di tahun 2008, diketahui terdapat 164.000 kematian akibat campak di dunia.

Artinya, terdapat 450 kematian akibat campak terjadi setiap hari, atau 18 kematian

akibat campak terjadi setiap jam.8

BCG (Bacille Calmette-Guerin) adalah vaksin hidup yang dibuat untuk

menimbulkan kekebalan terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman

tersebut menimbulkan penyakit Tuberkulosis (TB) yang bisa menyerang siapa saja,

termasuk-anak-anak. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberculosis

sebagai Global Emergency. Menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini

terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.8

DPT-HB untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus serta

melanjutkan imunisasi Hepatitis B. Haemophillus influenzae tipe B ini juga bisa

menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), terutama pada

anak-anak. Subdit KLB Dirjen P2M-PL Kementerian Kesehatan juga pernah

melaporkan peningkatan kasus difteri di beberapa provinsi di Indonesia seperti

Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI, Lampung, dan beberapa tempat lain di Indonesia.8

Menurut data WHO mencatat pada tahun 2012-2013 angka kejadian bayi

yang tidak mendapatkan layanan Imunisasi rutin diseluruh dunia mencapai 22,6 juta

anak yang mana lebih dari setengah diantara bayi tersebut salah satunya negara

Indonesia (WHO, 2013). Salah satu penyebab nya dikarenakan daerah yang

terpencil dengan jangkauan layanan kesehatan yang kurang juga kurangnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Saat tahun

2014 mengalami penurunan sekitar 18,7 juta anak atau bayi diseluruh dunia tidak

mendapatkan Imunisasi dasar lengkap, di tahun 2016 statistik menunjukkan hampir

Universitas Lambung Mangkurat


20

85% bayi didunia menerima vaksinasi lengkap. Hal ini menjadi sebuah peningkatan

cakupan Imunisasi tahun 2016.3

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia dari tahun 2010-2015

cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya dan tidak mencapai target.

Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Indonesia pada tahun 2010 dan 2011

sebesar 93,3%, selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 2012-2014 sehingga

menjadi sebesar 86,9%. Pada tahun 2021, cakupan Imunisasi dasar lengkap secara

nasional sebesar 84,2%. Angka ini belum memenuhi target Renstra tahun 2021

yaitu 93,6%. Cakupan Imunisasi dasar lengkap pada tahun 2021 hampir sama

dengan tahun 2020. Rendahnya cakupan ini dikarenakan pelayanan pada fasilitas

kesehatan dioptimalkan untuk pengendalian pandemi COVID-19. Provinsi dengan

cakupan Imunisasi dasar lengkap tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Selatan

(100,0%), Bali (98,8%), Nusa Tenggara Barat (95,5%) dan DI Yogyakarta (95,3%).

Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu Aceh (42,7%). Cakupan

Imunisasi dasar lengkap di Kalimantan Selatan mencapai 80,2%.4

Penyebab cakupan imunisasi dasar rendah terdapat berbagai faktor. Salah

satunya adalah pendidikan ibu. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang

memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar. Semakin tinggi pendidikan seorang

ibu, maka pengetahuan ibu tentang imunisasi lebih baik.7 Sebuah penelitian

melaporkan bahwa pendidikan ibu akan memberikan efek positif terhadap

kelengkapan imunisasi anak.8

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

Universitas Lambung Mangkurat


21

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan dari perilaku yang

tidak di dasari oleh pengetahuan. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai

dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang

dihadapi. Penelitian yang dilakukan oleh Hijani pada tahun 2014 mengatakan

bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan

imunisasi dasar pada balita.9

Selain itu, faktor dari pelayanan kesehatan juga merupakan hal yang bisa

memengaruhi rendahnya capaian imunisasi dasar lengkap. Dikarenakan kurangnya

edukasi yang diberikan tenaga kesehatan kepada orang tua, maka akan semakin

meningkatkan angka Drop out. Pemberian edukasi bisa berupa pemberitahuan

tentang efek samping yang akan terjadi pasca imunisasi, kapan waktu dilakukan

imunisasi selanjutnya, apa saja imunisasi yang diberikan, kapan imunisasi

dikatakan lengkap, manfaat imunisasi dan edukasi tentang imunisasi lanjutan.

Universitas Lambung Mangkurat


BAB IV

ANALISIS SWOT DAN INTERVENSI

Hasil penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode PAHO-

CENDES. Sesuai cara skoring maka prioritas masalah dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Skoring Prioritas Masalah dengan Metode PAHO-CENDES

No. Permasalahan M I V C Nilai Prior


1. Rendahnya angka imunisasi dasar 4 5 2 4 160 I
lengkap, yaitu 61,5% dari target
92,5% bayi
2. Rendahnya angka imunisasi 4 4 2 4 128 II
campak/MR, yaitu 59,8% dari
target 95% bayi

Berdasarkan hasil dari tabel di atas maka prioritas masalah ialah Rendahnya

angka imunisasi dasar lengkap.

22
Universitas Lambung Mangkurat
23

Tabel 4.2 Skoring Prioritas Penyebab Masalah dengan Metode PAHO-CENDES

No. Permasalahan M I V C Nilai Prior


1 Man 5 4 2 2 80 4
Internal
Penanggung jawab program
imunisasi mempunyai tugas
rangkap di program lain.
2 Man 4 4 2 3 96 3
Internal
Pelayanan imunisasi hanya
buka di hari Kamis
3 Man 4 4 2 4 128 1
Eksternal
Pengetahuan dan sikap ibu
yang kurang memahami
terhadap imunisasi. Orang
tua khawatir jika anak
mengalami demam setelah
imunisasi.

4. Man 4 3 2 5 120 2
Eksternal
Ibu tidak memiliki waktu
untuk membawa anaknya
imunisasi karena sibuk
bekerja.
5 Market 4 3 2 3 72 5
Internal
Tidak optimalnya program
promosi kesehatan selama
masa pandemi COVID-19,
menyebabkan berkurangnya
edukasi kepada masyarakat
tentang imunisasi.
6 Method 4 4 2 4 128 1
Internal :
Kurangnya edukasi oleh
tenaga kesehatan kepada ibu
tentang efek samping
imunisasi (demam)
sehingga ibu jera membawa
anaknya imunisasi.

Universitas Lambung Mangkurat


24

7 Method 4 4 2 2 64 6
Eksternal :
Belum adanya kerja sama
antar lintas sektor untuk
menurunkan angka dropout
imunisasi.

Berdasarkan pembobotan masalah di atas, maka dapat diketahui bahwa

prioritas penyebab masalah yang didapatkan dari internal adalah tenaga kesehatan

kurang memberikan edukasi kepada ibu tentang efek samping imunisasi sehingga ibu

jera membawa anaknya imunisasi dan kapan harus kembali untuk jadwal imunisasi

berikutnya. Sedangkan dari eksternal adalah Pengetahuan dan sikap ibu yang kurang

memahami terhadap imunisasi yang menyebabkan orang tua khawatir jika anak

mengalami demam setelah imunisasi.

A. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi prioritas penyebab masalah rendahnya capaian

imunisasi dasar lengkap, maka diperlukan pemecahan masalah yang dapat

dianalisis melalui metode SWOT.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Berdasarkan Metode SWOT

KEKUATAN (STRENGTHS) KELEMAHAN (WEAKNESSES)

1. Puskesmas memiliki 2 orang dokter umum 1. Petugas yang melakukan


dan 8 orang bidan pelayanan imunisasi hanya 2 orang
2. Puskesmas memiliki ruangan khusus
untuk melakukan imunisasi
3. Puskesmas memiliki aula yang cukup luas

KESEMPATAN (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)

1. Memiliki 15 buah posyandu yang tersebar di Pemukiman masyarakat


1.
pemukiman warga tergolong sangat padat
2. Terdapat banyak kader posyandu yang aktif 2. Pandemi covid 19 yang
3. Banyaknya masyarakat usia produktif yang menyebabkan kurang optimalnya

Universitas Lambung Mangkurat


25

dapat diberdayakan kegiatan Posyandu dan imunisasi

Tabel 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

STRATEGI SO STRATEGI WO

1. Tenaga kesehatan dapat 1. Petugas dapat secara bergantian dan


memberikan penyuluhan dengan terjadwal mendatangi tiap posyandu
Bahasa yang mudah dipahami dan untuk melakukan kegiatan imunisasi
menarik mengenai pentingnya (W1O1)
imunisasi dasar lengkap kepada 2. Bidan dapat bekerja sama dengan
masyarakat saat kegiatan posyandu kader posyandu dalam mengedukasi
(S1O1) masyarakat tentang pentingnya
2. Melakukan pelatihan kader imunisasi dasar lengkap dan efek
posyandu agar dapat memberikan samping yang mungkin muncul (W1O2)
edukasi yang baik dan benar 3. Pemberdayaan penduduk usia
tentang imunisasi (S1O2) produktif untuk ikut aktif dalam kader
3. Imunisasi dapat dengan mudah imunisasi (W1O3)
dilakukan di puskesmas maupun di
posyandu yang terdekat dengan
rumah warga (S2O1)
4. Pelatihan kader dan masyarakat
usia produktif untuk edukasi
imunisasi di aula puskesmas
(S3,O2,O3)

STRATEGI ST STRATEGI WT

1. Tenaga kesehatan dapat melakukan 1. Petugas dapat mengedukasi masyarakat


penyuluhan kepada masyarakat yang datang ke puskesmas dengan cara-cara
agar pengetahuan tentang imunisasi dan bahasa yang baik dan mudah dipahami
semakin membaik (S1T1) (W1T1)
2. Masyarakat yang tinggal di
pemukiman padat dapat mendatangi
puskesmas untuk mendapatkan
edukasi seputar imunisasi (S1T1)
3. Tenaga kesehatan dapat dengan
mudah membagikan leaflet seputar
imunisasi secara door to door
(S1T2)
4. Tenaga kesehatan dapat
mengedukasi masyarakat yang
datang ke puskesmas untuk
melakukan imunisasi secara jelas

Universitas Lambung Mangkurat


26

dan lebih nyaman karena didukung


adanya ruangan khusus imunisasi
(S2T2)

Pemecahan masalah yang diajukan dalam upaya meningkatkan capaian

imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya adalah dengan

optimalisasi peran tenaga kesehatan dan Posyandu dalam edukasi kepada

masyarakat dan meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai

pentingnya imunisasi dasar.

Dari permasalahan yang ada, maka ada beberapa alternatif pemecahan masalah

yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Optimalisasi peran tenaga kesehatan Puskesmas dalam edukasi tentang

pentingnya imunisasi dasar lengkap dan efek samping yang mungkin muncul untuk

meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap imunisasi.

2. Optimalisasi peran Posyandu untuk memberikan promosi kesehatan berupa

edukasi mengenai pentingnya Imunisasi dasar lengkap saat ibu berkunjung ke

Posyandu.

B. Prioritas Pemecahan Masalah

Penentuan prioritas pemecahan masalah merupakan hal yang sangat

penting, setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Semua alternatif

pemecahan masalah yang telah disusun dapat dilaksanakan apabila organisasi

memiliki kemampuan untuk menjalankan semuanya. Tetapi, jika kemampuan yang

dimiliki organisasi terbatas maka dapat dipilih salah satu yang menjadi prioritas

pemecahan masalah. Untuk dapat memilih prioritas pemecahan masalah maka

Universitas Lambung Mangkurat


27

alternatif masalah yang telah disusun harus dipelajari secara seksama dan sebelum

dilakukan pemilihan ada baiknya untuk dipadukan beberapa alternatif yang

seharusnya merupakan bagian dari satu paket kegiatan yang sulit dipisahkan.

Apabila keterpaduan sulit dilakukan maka dapat dilakukan pemilihan. Cara

menentukan pilihan banyak metodenya, salah satu yang dianjurkan adalah memakai

teknik kriteria matriks.

Tabel 4.5 Nilai Efektivitas Pemecahan Masalah

No. Pemecahan masalah B P S Nilai


1. Tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan 5 5 5 15
dengan Bahasa yang mudah dipahami dan menarik
mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap
kepada masyarakat saat kegiatan posyandu (S1O1)
2. Melakukan pelatihan kader posyandu agar dapat 4 4 4 12
memberikan edukasi yang baik dan benar tentang
imunisasi (S1O2)
3. Imunisasi dapat dengan mudah dilakukan di 5 5 5 15
puskesmas maupun di posyandu yang terdekat
dengan rumah warga (S2O1)
4. Pelatihan kader dan masyarakat usia produktif 4 4 4 12
untuk edukasi imunisasi di aula puskesmas
(S3,O2,O3)
5. Petugas dapat secara bergantian dan terjadwal 4 5 4 13
mendatangi tiap posyandu untuk melakukan
kegiatan imunisasi (W1O1)
6. Bidan dapat bekerja sama dengan kader posyandu 4 5 5 14
dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
imunisasi dasar lengkap dan efek samping yang
mungkin muncul (W1O2)
7. Pemberdayaan penduduk usia produktif untuk ikut 4 4 5 13
aktif dalam kader imunisasi (W1O3)
8. Tenaga kesehatan dapat melakukan penyuluhan 5 5 5 15
kepada masyarakat agar pengetahuan tentang
imunisasi semakin membaik (S1T1)
9. Masyarakat yang tinggal di pemukiman padat dapat 4 5 4 13
mendatangi puskesmas untuk mendapatkan edukasi
seputar imunisasi (S1T1)
10. Tenaga kesehatan dapat dengan mudah 4 4 3 11
membagikan leaflet seputar imunisasi secara door
to door (S1T2)
11. Tenaga kesehatan dapat mengedukasi masyarakat 5 5 5 15
yang datang ke puskesmas untuk melakukan
imunisasi secara jelas dan lebih nyaman karena
didukung adanya ruangan khusus imunisasi (S2T1)

Universitas Lambung Mangkurat


28

12. Petugas dapat mengedukasi masyarakat yang 5 5 4 14


datang ke puskesmas dengan cara-cara dan bahasa
yang baik dan mudah dipahami (W1T1)

Tabel 4.6 Nilai Efisiensi Pemecahan Masalah

No. Pemecahan masalah C T W Nilai


1. Tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan 3 3 2 8
dengan Bahasa yang mudah dipahami dan menarik
mengenai pentingnya imunisasi dasar lengkap
kepada masyarakat saat kegiatan posyandu (S1O1)
2. Melakukan pelatihan kader posyandu agar dapat 1 2 2 5
memberikan edukasi yang baik dan benar tentang
imunisasi (S1O2)
3. Imunisasi dapat dengan mudah dilakukan di 3 2 2 7
puskesmas maupun di posyandu yang terdekat
dengan rumah warga (S2O1)
4. Pelatihan kader dan masyarakat usia produktif 1 2 2 5
untuk edukasi imunisasi di aula puskesmas
(S3,O2,O3)
5. Petugas dapat secara bergantian dan terjadwal 2 2 2 6
mendatangi tiap posyandu untuk melakukan
kegiatan imunisasi (W1O1)
6. Bidan dapat bekerja sama dengan kader posyandu 3 2 3 8
dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
imunisasi dasar lengkap dan efek samping yang
mungkin muncul (W1O2)
7. Pemberdayaan penduduk usia produktif untuk ikut 2 2 2 6
aktif dalam kader imunisasi (W1O3)
8. Tenaga kesehatan dapat melakukan penyuluhan 3 3 2 8
kepada masyarakat agar pengetahuan tentang
imunisasi semakin membaik (S1T1)
9. Masyarakat yang tinggal di pemukiman padat dapat 3 3 2 8
mendatangi puskesmas untuk mendapatkan edukasi
seputar imunisasi (S1T1)
10. Tenaga kesehatan dapat dengan mudah 1 1 1 3
membagikan leaflet seputar imunisasi secara door
to door (S1T2)
11. Tenaga kesehatan dapat mengedukasi masyarakat 3 3 2 8
yang datang ke puskesmas untuk melakukan
imunisasi secara jelas dan lebih nyaman karena
didukung adanya ruangan khusus imunisasi (S2T1)
12. Petugas dapat mengedukasi masyarakat yang 3 3 2 8
datang ke puskesmas dengan cara-cara dan bahasa
yang baik dan mudah dipahami (W1T1)

Universitas Lambung Mangkurat


29

Prioritas pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Prioritas Pemecahan Masalah

No. Pemecahan masalah Efektifitas Efisiensi Jumlah Prior


1. Tenaga kesehatan dapat 15 8 23 1
memberikan penyuluhan dengan
Bahasa yang mudah dipahami dan
menarik mengenai pentingnya
imunisasi dasar lengkap kepada
masyarakat saat kegiatan posyandu
(S1O1)
2. Melakukan pelatihan kader 12 5 17 5
posyandu agar dapat memberikan
edukasi yang baik dan benar tentang
imunisasi (S1O2)
3. Imunisasi dapat dengan mudah 15 7 22 2
dilakukan di puskesmas maupun di
posyandu yang terdekat dengan
rumah warga (S2O1)
4. Pelatihan kader dan masyarakat usia 12 5 17 5
produktif untuk edukasi imunisasi di
aula puskesmas (S3,O2,O3)
5. Petugas dapat secara bergantian dan 13 6 19 4
terjadwal mendatangi tiap posyandu
untuk melakukan kegiatan imunisasi
(W1O1)
6. Bidan dapat bekerja sama dengan 14 8 22 2
kader posyandu dalam mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya
imunisasi dasar lengkap dan efek
samping yang mungkin muncul
(W1O2)
7. Pemberdayaan penduduk usia 13 6 19 4
produktif untuk ikut aktif dalam
kader imunisasi (W1O3)
8. Tenaga kesehatan dapat melakukan 15 8 23 1
penyuluhan kepada masyarakat agar
pengetahuan tentang imunisasi
semakin membaik (S1T1)
9. Masyarakat yang tinggal di 13 8 21 3
pemukiman padat dapat mendatangi
puskesmas untuk mendapatkan
edukasi seputar imunisasi (S1T1)
10. Tenaga kesehatan dapat dengan 11 3 14 6
mudah membagikan leaflet seputar
imunisasi secara door to door
(S1T2)
11. Tenaga kesehatan dapat 15 8 23 1
mengedukasi masyarakat yang
datang ke puskesmas untuk

Universitas Lambung Mangkurat


30

melakukan imunisasi secara jelas


dan lebih nyaman karena didukung
adanya ruangan khusus imunisasi
(S2T1)
12. Petugas dapat mengedukasi 14 8 22 2
masyarakat yang datang ke
puskesmas dengan cara-cara dan
bahasa yang baik dan mudah
dipahami (W1T1)

Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas maka prioritas pemecahan

masalah tentang rendahnya capaian imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja

Puskesmas Kuin Raya adalah pengoptimalisasian peran tenaga kesehatan dan

Posyandu untuk mengedukasi masyarakat yang datang ke Puskesmas untuk

mengimunisasi anaknya secara lebih jelas dan lebih nyaman karena didukung

adanya ruangan khusus imunisasi. Edukasi dapat difokuskan tentang pentingnya

imunisasi dasar lengkap dan efek samping yang mungkin muncul sehingga tingkat.

C. Perencanaan Tindakan Pemacahan Masalah

Adapun rencana tindakan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Perencanaan (planning)

a. Tujuan:

Tujuan umum dari langkah ini adalah mengoptimalkan peran tenaga

kesehatan (dokter dan bidan) dalam mengedukasi masyarakat yang datang ke

Puskesmas agar pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya dilakukan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak serta efek samping yang mungkin

muncul dapat meningkat.

Universitas Lambung Mangkurat


31

Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah masyarakat terutama ibu-ibu di

wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya dapat memahami dan melakukan imunisasi

dasar lengkap pada anaknya dan tidak putus imunisasi.

b. Sasaran: Dokter dan Bidan Puskesmas Kuin Raya

c. Menyusun langkah-langkah edukasi masyarakat oleh dokter dan bidan

d. Menentukan perangkat yang diperlukan: ruangan yang kondusif dan alat peraga

berupa tabel imunisasi.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Melakukan pembentukan panitia atau tim terhadap perencanaan kegiatan

yang telah dibuat dan disepakati bersama agar rencana dapat berjalan sesuai dengan

yang diharapkan.

• Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Kuin Raya

• Ketua Pelaksana : Dokter Puskesmas

• Wakil Ketua Pelaksana : Penanggung jawab program imunisasi

Bendahara : Bendahara Puskesmas Kuin Raya

• Tim Pelaksana : Dokter dan Bidan Puskesmas Kuin Raya

3. Pelaksanaan Kegiatan (Actuating)

a. Penyelenggara : Puskesmas Kuin Raya

b. Pelaksana : Dokter puskesmas, penanggung jawab program Imunisasi

dan bidan

c. Sasaran : Ibu-ibu yang berkunjung ke Puskesmas untuk melakukan

imunisasi

Universitas Lambung Mangkurat


32

d. Materi : Pentingnya imunisasi dasar lengkap bagi anak, efek

samping yang mungkin muncul setelah imunisasi, manfaat imunisasi dan kapan

dilakukan imunisasi lanjutan

e. Tempat : Ruang imunisasi Puskesmas Kuin Raya

f. Dana : Dana Operasional Tahunan Puskesmas

g. Kegiatan : Edukasi kepada ibu-ibu yang datang ke Puskesmas

untuk melakukan imunisasi bagi anaknya tentang pentingnya imunisasi dasar

lengkap, efek samping yang mungkin muncul setelah imunisasi, manfaat imunisasi

dan kapan dilakukan imunisasi lanjutan. Edukasi dengan cara yang baik dan bahasa

yang mudah dipahami agar dapat berhasil.

4. Evaluasi (Controlling)

1. Jangka Pendek

Terlaksananya edukasi yang baik kepada ibu-ibu yang membawa anaknya

untuk imunisasi di Puskesmas Kuin Raya.

2. Jangka Menengah

Meningkatkan capaian angka imunisasi dasar lengkap yaitu mencapai target

92,5% bayi.

3. Jangka Panjang

Menurunnya angka kesakitan pada Balita dan anak di wilayah kerja

Puskesmas Kuin Raya.

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR PUSTAKA

1.Menteri Kesehatan RI. KEMENKES RI Nomor 1059/MENKES/SL/IX/2004.


Kemenkes RI. 2004.

2. Hadianti DN, Mulyati E, Ratnaningsih E. Buku Ajar Imunisasi. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Imunisasi.

3. Mardiah SD, Yufitriana A, Rismadefi W. Faktor yang berhubungan dengan


rendahnya cakupan pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak. Jurnal Ners
Indonesia. 2017: 8(1); 23-32.

4. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. InfoDATIN: Situasi


Imunisasi Indonesia. Kemenkes RI. 2006.

5. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Profil Kesehatan Provinsi


Kalimantan Selatan. 2018.

6. Triana V. Faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap


pada bayi tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas. 2016:10(2);123-135.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia no 42 tahun 2013 tentang penyelenggaraan imunisasi. Jakarta:
Kemenkes RI;1992.

8. Tanjung ICD, Rohmawati L, Sofyani S. Cakupan Imunisasi Dar Lengkap dan


Faktor yang Memengaruhi. 2017: 19(2);86-90.

9. Hijani R. Nauli FA. Zulfitri R. hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi


terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita. Universitas Riau. 2014:1(1); 1-
9.

33
Universitas Lambung Mangkurat
LAMPIRAN

34
Universitas Lambung Mangkurat
35

Lampiran I. Kuesioner Responden

KUESIONER FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN ISPA PADA BALITA

I. Karakteristik Orang Tua

Data Responden

Nama Orang Tua :

Alamat :

Usia :

Pendidikan Terakhir :

Identitas Pasien

Nama Balita :

Alamat :

Usia :

Keluhan :

II. Perilaku Keluarga

1. Apakah ibu menggunakan kayu bakar atau kompor minyak tanah saat memasak?

0. Tidak

1. Ya

2. Apakah ibu menggunakan anti nyamuk bakar saat tidur?

0. Tidak

1. Ya

3. Apakah dalam keluarga ada yang merokok dalam rumah?

0. Tidak

Universitas Lambung Mangkurat


36

1. Ya

4. Berapa kali ibu menyapu lantai rumah dalam sehari?

0. ≥2 kali sehari

1. Satu kali sehari

5. Apakah ibu membuka jendela kamar tidur setiap hari?

0. Ya, setiap pagi selalu membuka jendela

1. Tidak pernah atau kadang-kadang

6. Apakah ibu membuka jendela di ruang keluarga setiap hari?

0. Ya, setiap pagi selalu membuka jendela

1. Tidak pernah atau kadang-kadang

7. Berapa kali ibu mengepel lantai?

0. > 1 kali seminggu

1. < 1 kali seminggu

8. Berapa kali ibu menjemur kasur dan bantal?

0. ≥1 kali seminggu

1. < 1 kali seminggu

Kategori perilaku:

0. Baik

1. Kurang

III. Riwayat ASI Eksklusif

1. Apakah bayi mendapat makanan tambahan selain ASI sebelum 6 bulan?

0. Tidak

1. Ya

2. Evaluasi berdasarkan kartu KMS:

0. Bayi mendapat ASI ekslusif

Universitas Lambung Mangkurat


37

1. Bayi tidak mendapat ASI ekslusif

Kategori riwayat ASI ekslusif:

0. Asi ekslusif

1. Tidak Asi ekslusif

IV. Status Gizi

No Uraian Berat Badan Umur 0. Tidak berisiko 1. berisiko Kategori

1. Status Gizi Normal BGM*

* Berat Badan Bawah Garis Merah

V. Status Imunisasi

No Uraian 0. Tidak berisiko 1. berisiko Kategori

1. Status Imunisasi Lengkap Tidak Lengkap

VI. Observasi Keadaan Rumah

No Uraian 0. Tidak berisiko 1. berisiko Kategori

1. Kepadatan Hunian

a. Kamar tidur Luas ruang tidur Luas ruang tidur

dan ruang keluarga dan ruang

≥ 8 m2 per 2 orang keluarga < 8 m2

per 2 orang

b. Ruang Keluarga Luas ruang tidur Luas ruang tidur

dan ruang keluarga dan ruang

≥ 8 m2 per 2 orang keluarga < 8 m2

per 2 orang

2. Jenis Lantai

a. Kamar tidur Ubin, semen, kayu Tanah

b. Ruang Keluarga Ubin, semen, kayu Tanah

3. Ventilasi

Universitas Lambung Mangkurat


38

a. Kamar tidur Jendela ≥ 10% Jendela < 10%

terhadap luas lantai terhadap luas

kamar tidur lantai kamar tidur

b. Ruang keluarga Jendela ≥ 10% Jendela < 10%

terhadap luas lantai terhadap luas

ruang keluarga lantai ruang

keluarga

4. Pencahayaan

a. Kamar tidur ≥ 60 lux < 60 lux

b. Ruang keluarga ≥ 60 lux < 60 lux

5. Jenis dinding

a. Kamar tidur Tembok Papan

b. Ruang keluarga Tembok Papan

6. Jenis atap

a. Kamar tidur Memiliki plafon Tidak memiliki

terbuat dari genteng plafon/terbuat dari

dan tembok sirap, rumbia, ijuk

dan seng

b. Ruang keluarga Memiliki plafon Tidak memiliki

terbuat dari genteng plafon/terbuat dari

dan tembok sirap, rumbia, ijuk

dan seng

7. Kelembapan

a. Kamar tidur Kelembapan antara Kelembapan <

40% sampai 70% 40% atau >70%

b. Ruang keluarga Kelembapan antara Kelembapan <

40% sampai 70% 40% atau >70%

Universitas Lambung Mangkurat


39

8. Suhu

a. Kamar tidur Suhu berkisar 18 C Suhu <18 C

sampai 30 C atau >30 C

b. Ruang keluarga Suhu berkisar 18 C Suhu <18 C

sampai 30 C atau >30 C

Lampiran II. Transkrip wawancara dengan penanggung jawab program Imunisasi

di Puskesmas Kuin Raya

Nama : Isma Hariyani, A.Md.Keb

Jabatan : Pemegang program Imunisasi

1. Kenapa angka capaian imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas Kuin

Raya masih rendah?

Jawaban :

- Pelayanan imunisasi di Puskesmas sempat ditiadakan karena pandemi COVID 19

- Pelayanan imunisasi hanya buka di hari Kamis setiap minggunya

- Program promkes tidak optimal selama masa pandemi COVID-19, menyebabkan

berkurangnya edukasi kepada masyarakat tentang imunisasi.

- Mayoritas ibu memiliki sikap dan persepsi yang kurang tepat tentang imunisasi

seperti efek samping yang didapat yang membuat ibu takut memberikan imunisasi

kepada anaknya.

- Masalah dibagian pendataan, seperti misalkan anak tersebut telah imunisasi di

praktik dokter anak/praktik swasta lainnya namun tidak melapor ke Puskesmas

sehingga didata anak tersebut tidak imunisasi

2. Sejauh ini strategi apa saja yang sudah dilakukan untuk menanggulangi

Universitas Lambung Mangkurat


40

permasalahan rendahnya capaian imunisasi dasar lengkap ini?

Jawaban :

Edukasi secara lisan kepada ibu hamil yang berkunjung di KIA-KB, edukasi

secara lisan ketika di posyandu.

3. Apakah jumlah tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan imunisasi di

puskesmas terminal sudah memenuhi?

Jawaban :

Tenaga kesehatan yang melakukan imunisasi di puskesmas cuma dua orang

yaitu pemegang program imunisasi sekarang dan kadang – kadang dibantu sama

pemegang program imunisasi sebelumnya.

4. Apakah ada masalah, baik internal atau eksternal, dalam pelaksanaan rencana

penanggulangan tadi?

Jawaban :

Kalau internal pemegang program imunisasi merasa kurang fokus dalam

melaksanakan tugas di imunisasi karena memiliki jabatan rangkap di bagian lain.

Pemegang program merasa kurangnya dukungan dari petugas lain.

5. Bagaimana dengan media yang selama ini digunakan untuk edukasi kepada

masyarakat mengenai imunisasi dasar?

Jawaban :

Telah media khusus seperti Poster yang digunakan untuk edukasi kepada

masyarakat mengenai imunisasi namun media tersebut hanya ditempel di

Puskesmas saja sehingga menyebabkan penyebaran informasi masih kurang massif.

6. Apakah ada kerjasama lintas sektor untuk meningkatkan capaian imunisasi dasar

Universitas Lambung Mangkurat


41

lengkap?

Jawaban :

Belum ada kerjama lintas sektor untuk meningkatkan capaian imunisasi

dasar lengkap.

Lampiran III. Kuesioner Pengetahuan Ibu terhadap Imunisasi Dasar

Nama :

Usia :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

Petunjuk pengisian : berikan tanda silang (x) pada jawaban yang menurut anda

benar

1. Menurut ibu, apakah yang dimaksud dengan imunisasi?

a. Upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi

b. Upaya pengobatan terhadap penyakit infeksi

c. Upaya peningkatan gizi anak

2. Menurut ibu yang manakah dari pilihan berikut yang merupakan manfaat dari

imunisasi?

a. Supaya anak tidak terjangkit penyakit infeksi

b. Untuk meningkatkan kepintaran anak

c. Agar nafsu makan anak bertambah

3. Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi? a. Tipes, Cacingan b. Demam

Berdarah, Hepatitis C c. Campak, Polio

Universitas Lambung Mangkurat


42

4. Kapan seharusnya anak ibu pertama kali diimunisasi?

a. Usia 2 tahun

b. Usia 1 tahun

c. Sejak lahir

5. Kapan imunisasi pada anak harus ditunda?

a. Anak sedang demam tinggi

b. Anak masih mengkonsumsi ASI

c. Anak banyak makan

6. Berikut ini yang termasuk imunisasi dasar?

a. Campak, Hepatitis C

b. Tifoid, Influenza

c. BCG, DPT

7. Apakah yang diberikan saat imunisasi?

a. Kuman yang dilemahkan

b. Vitamin

c. Antibiotik

8. Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi?

a. Kantor Kelurahan

b. Posyandu/Puskesmas

c. Dukun

9. Pemerintah menanggung biaya Imunisasi dasar lengkap sehingga imunisasi dasar

lengkap bisa didapati secara gratis.

a. Ya

Universitas Lambung Mangkurat


43

b. Tidak

10. Untuk mengantisipasi agar bayi tidak demam setelah imunisasi sebaiknya

diberikan obat penurun panas setiba dirumah.

a. Ya

b. Tidak

Lampiran IV. Kuesioner Sikap Ibu terhadap Imunisasi Dasar

Petunjuk : Berilah tanda cenlang (X) pada kotak yang telah disediakan, yang anda

anggap sesuai dengan pendapat anda :

YA TIDAK

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai