SINDROM MARFAN
Disusun Oleh :
Carolin 21710117
Pembimbing:
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya
sehingga tinjauan pustaka yang berjudul "Sindrom Marfan" ini dapat diselesaikan
meskipun jauh dari sempurna. Pembuatan tinjauan pustaka ini merupakan salah
satu tugas dalam menempuh masa dokter muda di Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya - RSD Nganjuk. Ucapan
terima kasih karena bimbingan, dukungan dan bantuan dalam pembuatan
tinjauan pustaka ini disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Widodo Ario Knetjono. dr., Sp.THT-KL(L).FICS selaku rektor
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof. Dr. Suhartati. dr.,M.S., selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Dr. AY Bambang Sentanu, Sp.OT selaku ketua TIM KORDIK Rumah
Sakit Daerah Ngajuk.
4. dr. Dini Irawati, Sp. M selaku Kepala KSM Ilmu Kesehatan Mata Rumah
Sakit Daerah Nganjuk.
5. dr. Linda Susanti, Sp. M selaku Pembimbing Tinjauan Pustaka yang telah
memberikan arahan kepada kami. KSM Ilmu Kesehatan Mata Rumah
Sakit Daerah Nganjuk.
6. Kepada sahabat-sahabat sejawat Dokter Muda Kelompok I Rumah Sakit
Daerah Nganjuk yang telah memberi dukungan serta doa.
Besar harapan penulis agar tinjauan pustaka ini dapat memperluas wawasan
dan menambah pengetahuan khususnya pada para praktisi ilmu kesehatan mata
serta pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR SINGKATAN
FBN-1 Fibrilin-1
FBN-2 Fibrilin-1
RD Retinal detachment
TF Tetralogy of Fallot
v
BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan oleh insufisiensi haploid, karena mutasi pada fibrillin-1 (FBN-1) yang
merupakan gen encoding jaringan ikat, sedangkan sisa 10% disebabkan oleh mutasi
Keadaan ini pertama kali dikemukakan oleh dokter anak dari perancis
Antoine Bernard Marfan pada tahun 1896. Gen penyakit ini ditemukan hampir
100 tahun kemudian oleh Francesco Ramirez, di New York pada tahun 1991
dan hanya lima tahun kemudian di 1996, tes pertama yang dilakukan adalah
Prevalensi dari Sindrom Marfan antara 1 pada 5.000 sampai 1 pada 10.000 bayi
yang baru lahir, dan mengenai semua jenis kelamin. Pada kejadian sindrom
marfan 49% diantaranya terdapat riwayat penyakit yang sama dalam keluarganya
dan sekitar 25-30% gangguan terjadi tanpa riwayat keluarga yang positif, dan
termasuk otot rangka, kulit, sistem kardiovaskular (misalnya aortic dissection) dan
mata. Sekitar 50% pasien dengan sindrom Marfan pertama kali didiagnosis oleh
1
ahli mata. Temuan pada ocular yang telah dilaporkan pada pasien dengan Sindrom
Marfan, paling sering yaitu ectopia lentis dan myopia4. Di sebuah studi 1013
pasien dengan Sindrom Marfan, 54% memiliki keluhan utama di mata, termasuk
detachment5.
Sindrom Marfan mempunyai harapan hidup sampai usia 32 tahun dan tergantung
umum bertujuan untuk memaparkan mengenai sindrom Marfan dan secara khusus
yang tepat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
tampak lebih panjang dan kurus, serta perawakan tubuh yang tinggi.
Selain itu, penyakit ini juga mempengaruhi struktur dan organ lain seperti
palatum durum7.
ada kecenderungan sindrom Marfan diderita oleh satu suku atau gender
tertentu, yang berarti pula setiap orang di muka bumi ini berpeluang
dengan presentase yang sama. Semua gen yang diterima dari orang tua
masing-masing satu dari ayah dan ibu hanya satu gen saja dari sepasang gen
3
itu yang terkena sindrom Marfan maka kemungkinannya 50% dari anak-
dijelaskan dari fakta bahwa gen dalam hal ini merupakan faktor dominan2.
genetik pada penderita sindrom Marfan, yaitu pada gene fibrillin satu (FBN-
1) yang teletak pada kromosom 15 pada lengan panjang (q) 15q21.1 dan
masalah lensa mata. Fibrillin adalah salah satu elemen dari matriks ekstra-
Lebih dari 500 mutasi gen fibrilin telah teridentifikasi. Hampir semua
dari mutasi gen ini sangat khas didapatkan pada individu atau keluarga
denovo9.
4
2.1.4 Patofisiologi sindrom Marfan
merupakan ikatan serat yang memiliki fungsi penting pada beberapa organ
homolog, fibrilin-1 dan fibrilin -2, yang dikode oleh dua gen berbeda, FBN1
dan FBN2, yang masing- masing terletak di kromosom 15q21 dan 5q3.
fibrilin yang dihasilkan oleh sel. Alhasil, jumlah fibrilliin-1 yang tersedia
5
berlebih dari faktor TGF-beta. Hal itu akan menjadi penyebab dan gejala
Sindrom Marfan9.
namun adanya disporporsional pada tungkai, dislokasi pada lensa mata, dan
ada lebih dari 30 manifestasi klinis lainnya pada sindrom ini yang sebagian
defect (ASD), dan katup aorta yang berdaun dua alias bicuspid.
debar. Jika pembuluh darah tersebut keluar dari jantung dan pecah,
6
Perhatian utama pada kelainan jantung akibat sindrom Marfan
7
Prolaps katup mitral diidentifikasi pada 40% hingga 54% pasien
8
2. Kelainan kerangka tubuh
a. Tinggi badan
9
A B C
b. Skoliosis
10
perkembangan yang cepat dengan respon yang buruk
A B
c. Cervical spine
11
khususnya, menyelam, angkat berat dan rugby atau sepak
bola13.
d. Spondylolisthesis
komplikasi13.
12
Gambar II.5 Gambaran radiografi pada pasien sindrom Marfan
yang menunjukkan spondylolisthesis13
3. Kelainan mata
Pada mata, lebih dari setengah individu dengan sindrom marfan akan
lensa sendiri dapat terjadi minimal atau bahkan terlihat sangat jelas.
Selain dislokasi lensa, kelainan pada mata lainnya yang dapat terjadi
detachment14.
13
4. Abnormalitas jaringan ikat
dari zat kimia esensial. Fungsi utama kolagen adalah untuk menahan
Keadaan ini mirip dengan penyakit lain yang disebut Ehlers Danlos
atau tangan15.
sistem skeletal ditambah dengan 2 sistem yang lain, terdapat minimal satu
14
kriteria mayor: ektopia lentis, dilatasi atau diseksi aorta, atau dural ektasia.
Pada tahun 1995, suatu kelompok ahli dan peneliti dunia tentang sindroma
Marfan merevisi kriteria Berlin, diberi nama kriteria Ghent (nosology Ghent).
besar berdasar observasi klinik berbagai organ sistem dan riwayat keluarga.
ketajaman diagnostik karena relatif jarang pada kondisi yang lain pada
populasi umum6.
15
2. Assesment awal mencakup riwayat penyakit penderita, riwayat penyakit
keluarga secara rinci, pemeriksaan klinis termasuk pemeriksaan
oftalmologi dan echocardiograpi transthorak.
3. Diameter aorta pada sinus dari Valsava harus berkaitan dengan nilai
normal berdasarkan usia dan luas permukaan tubuh.
4. Terjadinya skoliosis dan protrusio acetabulae berkembang tergantung
umur, umumnya terjadi periode pertumbuhan yang cepat. Pemeriksaan
radiografi untuk kelainan ini diindikasikan tergantung dari usia
penderita, jika hasilnanya postif maka sindrom marfan sudah dapat di
tegakan
5. Jika pada pemerikasaan MRI regio pelvis didapatkan dural ectasia maka
sindrom marfan sudah dapat di tegakan
6. Pasien yang lebih muda dengan dugaan sindrom Marfan, pada
pemeriksaan tidak memenuhi kriteria diagnostik Ghent, harus
ditawarkan untuk evaluasi klinis ulangan pada usia pra-sekolah,
sebelum pubertas, danpada usia 18 tahun, jika termasuk salah satu
kelompok di bawah ini, maka evaluasi tambahan dapat diindikasikan
secara klinis pada usaia pubertas:
a. Anak-anak atau remaja dengan riwayat keluarga yang
positifsindrom marfan dan tidak mungkinkan dilakukan tes DNA
b. Anak-anak atau remaja yang tanpa riwayat keluarga, yang
memenuhi kriteria diagnostik dengan satu sistem saja.
16
Gambar II.6 Algoritma diagnosis sindrom Marfan dengan berbagai
kelainan yang terkait dengan menggunakan Kriteria Ghen6
17
a. Skeletal - evaluasi tahunan sangat penting untuk mendeteksi setiap
sindrom Marfan.
18
a. Beta-bloker meningkatkan kemampuan jantung untuk rileks,
bekerja pada jalur kimia dalam tubuh. Agen ini sering digunakan
aorta lebih dari 4,7 cm (cm) sampai 5,0 cm (tergantung pada tinggi), atau
aorta yang berasio tinggi, karena hal tersebut juga dapat memberikan
atau tidak.
normal dari aorta, laju pertumbuhan aorta, usia, tinggi badan, jenis kelamin
pencangkokan.
19
Operasi mungkin akan diperlukan untuk Perbaikan atau penggantian
katup jika penderita sindrom Marfan memiliki katup aorta yang bocor atau
1) Kapsulorheksis
anterior tidak selalu mudah pada traksi zonular dan mata muda yang
ketika robekan dimulai dari arah area traksi kontraksi zonular terbesar
20
Sumber: Hoffman, 2018
Gambar II.4 Kapsulorheksis dengan traksi berlawanan pada zonula
yang lemah
Pada kasus kehilangan zonula sedang atau disfungsi pada area jam
kapsular. Kait kapsul menjaga kantong dari pusat kapsul, bukan dari
21
3) Phacoemulsifikasi pada penggantung lensa longgar
area dengan zonula terlemah. Selain itu, jika terdapat kerusakan yang
A B
22
5) Fiksasi jangka panjang
Cionni, segmen Ahmed, Assi anchor, atau pada kasus kerusakan berat
atau progresif pada pasien muda dapat digunakan kombinasi dari alat-
alat tersebut.
pada kapsulorheksis yang intak, ektraksi lensa yang utuh, dan fiksasi
kantong yang adekuat dan dapat digunakan IOL 1-piece atau 3-piece.
23
mungkin terdapat komplikasi lanjut karena degradasi jahitan dan
kerusakan saat refiksasi dan sentrasi yang tepat dari kantong kapsuler.
1. Evaluasi genetik
24
a. Riwayat cacat lahir sebelumnya pada anak atau keluarga,
kelainan bawaan.
2. Konseling genetika
25
memahami prinsip-prinsip dasar dari genetika medis dan
pada mata pasien sindrom Marfan, angka kejadian ektopia lentis pada
sindrom Marfan bervariasi dari 30% menjadi 72% dalam penelitian yang
kristal di belakang iris terfiksasi dengan baik serta saat proses akomodasi,
abnormal dari lensa kristalin saat bergerak dari posisi alaminya. Hal ini
26
digambarkan sebagai subluksasi jika dalam bidang pupil atau dislokasi
tingkat intraoperasi dan komplikasi pasca operasi dan hasil visual yang
buruk pada sindrom Marfan, prsedur pembedahan tidak populer. Saat ini
sebagai metode yang aman dan efektif untuk mengangkat lensa yang
27
mengalami subluksasi atau dislokasi, resiko terjadinya ablasio retina
aman untuk mengoreksi kondisi afakia dan memberikan hasil visual yang
konsisten pada pasien. Hal ini terutama penting pada pasien anak-anak,
terbatas.
sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa
28
substansial dari lensa kristalin bahkan dapat membuat mata menjadi
datar dan memiliki derajat astigmatisme yang lebih tinggi. Ada juga
korelasi antara mata dengan panjang axial yang lebih panjang dan
yang menjanjikan.
yang signifikan atau sekali penglihatan yang optimal tidak lagi diperoleh
sindrom Marfan dan insidennya lebih tinggi (70%) pada pasien dengan
29
di sindrom Marfan termasuk usia yang lebih muda, ektopia lentis dan
aphakia.
miopia aksial tinggi dianggap sebagai faktor risiko yang signifikan untuk
jauh lebih jarang terjadi dengan pendekatan bedah modern. Apa yang
30
Gambar II.8 Subtotal rhegmatogenous retinal detachment20
2.2.4 Glaucoma19
sindrom Marfan, jenis yang paling umum adalah glaukoma sudut terbuka
dan vena episklera, yang dapat menghambat kerja pemompaan dan aliran
ganglion.
31
hati-hati. Sklera yang tipis dan risiko hipotoni yang lebih tinggi dapat
mempersulit prosedur.
2.2.5 Strabismus19
Karena banyak pasien memiliki potensi fungsi binokular dan masih muda
saat diagnosis, jika keselarasan bedah yang baik tercapai, hasil visual
32
BAB III
RINGKASAN
dapat juga terjadi. Temuan gangguan mata dapat terjadi termasuk miopia, katarak,
ablasi retina, dan dislokasi lensa utama. Sedangkan pada sistem kerangka pasien
torakolumbalis.
Manifestasi sindrom Marfan pada mata yang paling sering yaitu ectopia
lentis (subluksasi lensa, dislokasi lensa), dan myopia, selain itu terdapapat
penilaian lebih lanjut. Saat ini kriteria Ghent untuk sindroma Marfan merupakan
acuan yang digunakan dalam penegakan sindroma Marfan. Tidak ada obat khusus
33
DAFTAR PUSTAKA
34
10. Isekame Y, Gati S, Aragon-Martin JA, Bastiaenen R, Kondapally Seshasai
SR, Child A. 2016. Cardiovascular management of adults with Marfan
syndrome. Eur Cardiol: 11:102-110.
11. Forfar C. 2018. Diagnosis and investigation in suspected heart disease. In:
Davey P, Springings D. Diagnosis and Treatment in Internal Medicine.
Oxford University Press.
12. Lazea C, Bucerzan S, Crisan M, Al-Khzouz M, Miclea D, Șufană C, et al.
2021. Cardiovascular manifestations in Marfan syndrome. Medicine and
Pharmacy Reports: 94(1): S25 - S27
13. Velvin G, Bathen T, Rand-Hendriksen S, Geirdal AØ. 2016. Systematic
review of chronic pain in persons with Marfan syndrome. Clin
Genet;89:647–658.
14. Nemet AY, Assia EI, Apple DJ, Barequet IS. 2018. Current concepts of
ocular manifesta- tions in Marfan syndrome. Survey of
Ophthalmology;51(6):561-75.
15. Grygiel-GoÃÅrniak B, Oduah MT, Olagunju A, Klokner M. 2020.
Disorders of the aorta and aortic valve in connective tissue diseases. Curr
Cardiol Rep; 22:70.
35
19. Akram H, Aragon-Martin JA, Chandra A. 2021. Marfan syndrome and the
eye clinic: from diagnosis to management. Therapeutic Advances in Rare
Disease 2; 2(1): 1-14.
36