Oleh :
Afifah Sakinah
21601101025
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat dari Allah SWT, penyusun telah menyelesaikan tugas akhir bab I-IV.
Tugas akhir ini disusun untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran.
Penyusun mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat-Nya
penyusun bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan tugas akhir ini juga
tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat DR. H. Yudi Purnomo, S.Si.,
Apt., M.Kes sebagai dosen pembimbing I dan dr. Sasi Purwantu, Sp.KK sebagai dosen
pembimbing II yang telah memberi bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam penyusunan
tugas akhir ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penyusun
yang telah memberikan dukungan moral dan nasihat, serta kepada saudara-saudara penyusun
yang telah memberikan semangat kepada penyusun. Dan tak lupa penyusun mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman penyusun yang telah memberikan inspirasi kepada
penyusun, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.
Harapan penyusun dengan terselesaikannya tugas akhir ini, yaitu tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca agar lebih mengetahui tentang Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi
Merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) Terhadap Kadar Tumor Necrosis-Alfa (Tnf-Alfa)
Jantung dan Jumlah Nekrosis Kardiomiosit Tikus Model Diabetes Melitus. Penyusun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tugas akhir ini. Oleh karena
itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penyusun harapkan guna mengembangkan dan
menyempurnakan penyusunan tugas akhir ini.
Afifah Sakinah
21601101025
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Data dari International Diabetes Federation menunjukkan sekitar 415 juta orang
dewasa usia 20-79 tahun di seluruh dunia menderita DM pada tahun 2015 dan
diperkirakan meningkat sebanyak 642 juta pada tahun 2040 dengan peningkatan
dengan adanya perubahan struktur dan fungsi pada miokardium tanpa adanya faktor
risiko seperti coronary artery disease, hipertensi, dan valvular disease (Jia et al,
lebih 12% dan meningkat sekitar 22% pada pasien yang berusia lebih dari 64 tahun
(Lorenzo et al, 2017). Data pada tahun 2015-2016 dari United Kingdom National
Diabetes Audit menunjukkan bahwa lebih dari 2.7 juta pasien DM mengalami gagal
Species (ROS) melalui jalur polyol pathway, advanced glycation end products
(AGEs), aktivasi isoform protein kinase c dan hexosamine pathway (Giacco &
1
Brownlee, 2010). Ketidakseimbangan antara peningkatan ROS dengan
inflamasi melalui over stimulasi Nuclear Factor kappa Beta (NF-κB) sehingga
TNF-α adalah salah satu sitokin pleiotropik yang berpotensi dalam aktivasi sel
vaskular, dan menurunkan produksi nitrit oxide (NO) (Supit et al, 2015; Zhang et
al, 2009). Ikatan TNF-α dengan reseptornya yaitu TNFR1 menimbulkan proses
disfungsi organ jantung (Chu, 2013; Chiong et al, 2011). Reaksi inflamasi kronik
pada DM yang ditandai dengan peningkatan kadar TNF-α dan jumlah nekrosis
pengendalian kadar glukosa darah melaui pemberian oral anti diabetes (OAD).
OAD golongan sulfonilurea dan biguanide merupakan terapi lini pertama pasien
diabetes mellitus, namun kedua golongan obat tersebut memiliki efek samping yang
kurang nyaman bagi pasien. OAD golongan sulfonilurea memiliki efek samping
muntah, diare, nyeri perut dan anoreksia (BPOM, 2015). Efek samping yang
disebabkan oleh OAD mendorong pencarian obat alternatif dari alam yang lebih
murah dengan efek samping minimal (Sumekar & Barawa, 2016). World Health
2
pengobatan penyakit terutama penyakit degeneratif seperti DM (Dwisatyadini,
2017).
Salah satu tanaman yang memiliki khasiat obat adalah daun gedi merah
(Abelmoschus manihot (L.) Medik). Berdasarkan data empiris, tanaman daun gedi
manis, radang, dan hipertensi (Nurjanah, 2016). Hasil uji preklinik menunjukkan
efek anti diabetes pada daun gedi merah terjadi melalui penghambatan enzim α
kerusakan yang terjadi pada sel beta pankreas (Dewantara et al, 2017). Studi lain
menunjukkan gedi merah juga mengandung senyawa tanin yang berperan untuk
al, 2016). Selain itu gedi merah juga mengandung senyawa alkaloid sebagai anti
(Marcedes, 2017). Hingga saat ini penelitian tentang efek ekstrak etanol daun gedi
efek ekstrak etanol daun gedi merah terhadap penurunan kadar TNF-α dan jumlah
1. Apakah ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
menghambat peningkatan kadar TNF-α organ jantung pada tikus model Diabetes
Mellitus?
3
2. Apakah ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
Diabetes Mellitus?
1.3 Tujuan
Mellitus
1.4 Manfaat
Menambah wawasan keilmuan tentang efek ekstrak etanol daun gedi merah
melalui penurunan kadar TNF-α jantung dan jumlah nekrosis kardiomiosit pada
pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
resistensi insulin secara relatif atau absolut. Penderita Diabetes Mellitus biasanya
akan mengalami gejala polidipsia, polifagia, poliuri dan penurunan berat badan
(Fatimah, 2015).
sel beta pankreas. Resistensi insulin merupakan kondisi dimana insulin tidak dapat
mengerjakan fungsinya dengan optimal pada sel otot, lemak dan hati. Proses
insulin lebih banyak untuk memelihara glukosa darah tetap dalam kadar normal.
Jika tidak ditangani, kondisi dapat berkembang dengan terjadinya perubahan pada
sel beta dan sekresi insulin tidak dapat mempertahankan homeostasis glukosa
2019).
Pada pasien dengan resistensi insulin terdapat gangguan transport glukosa dan
insulin signaling terhadap jaringan target akibat adanya inflamasi dari jaringan
adiposa. Glukosa, FFA, saraf otonom, hormon derivat lemak dan Glucagon Like
5
berlebihan atau obesitas dan memiliki persentase lemak tubuh tinggi yang dominan
terdistribusi pada regio abdomen. Peningkatan FFA pada individu dengan obesitas
disertai DM menghambat kerja insulin untuk uptake glukosa perifer (lemak dan otot
skeletal) dan sintesis glikogen (AlSaraj, 2015; Goyal & Jialal, 2019).
merupakan salah satu protein spesifik adiposit yang memiliki efek pro-aggregatory
pada platelet dan mengatur fungsi imun melalui stimulasi respon inflamasi. Leptin
juga menstimulasi terjadinya stress oksidatif dan inflamasi sel endotel. Stress
autofosforilasi residu tirosin pada reseptor insulin dan menginduksi fosforilasi serin
Menurut WHO (2019), diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh obesitas, genetik
1. Obestitas
lipotoksisitas yang menyebabkan sel tidak sensitif terhadap insulin (Fathmi, 2012)
2. Genetik
dengan riwayat keluarga menderita DM berisiko lebih tinggi sekitar 2-6 kali lipat
6
untuk menderita DM dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga diabetes,
3. Pola Hidup
Penyakit Diabetes Mellitus dapat disebabkan karena pola hidup yang kurang
baik seperti sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan energi. Konsumsi
kenaikan berat badan (Azrimaidaliza, 2011). Selain itu, kurangnya aktivitas fisik
Manifestasi klinis pada DM dapat berupa gejala khas dan tidak khas. Gejala khas
DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagian dan penurunan berat badan tanpa
sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas pada DM dapat berupa kesemutan,
mata kabur, gatal, lemas, luka sulit sembuh, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus
poliuri, polidipsi, polifagi, dan disertai dengan penurunan berat badan yang tidak
kesemutan, pengelihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada
yang diambil dari vena atau kapiler yang diukur dengan glukometer. Diagnosa juga
7
dapat ditegakkan berdasarkan ada tidaknya glukosuria. Kriteria diagnosa DM tegak,
apabila kadar gula darah acak (GDA) >200 mg/dL (11.1 mmol/L) dengan klasik,
gula darah 2 jam post-prandial (GD2PP) >200 mg/dL (11.1 mmol/L) , atau gula
darah puasa, (GDP) >126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa merupakan kondisi tanpa
baiknya ditetapkan oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan lainnya. Perencanaan
makanan yang baik dapat berperan penting dalam proses perbaikan penyakit DM.
Diet kebutuhan makanan yang seimbang akan mengurangi beban kerja dari insulin
Pasien dengan penyakit DM memiliki risiko tinggi penyakit jantung dan ginjal
dari serat alami seperti buah-buahan, biji-bijian, buncis dan kacang-kacangan dapar
memiliki kalori yang sangat tinggi. Selain alkohol, penggunaan rokok harus
8
Olahraga dan aktivitas fisik menjadi salah satu cara untuk menangani penyakit
mengurangi profil dan tekanan darah, mengurangi berat badan dan memperbaiki
2.1.6.2.Farmakologi
Obat Anti Diabetes (OAD) terdiri dari beberapa golongan, antara lain:
a. Sulfonilurea
Sulfonilurea terdiri dari tiga generasi obat. Generasi pertama antara lain
sulfonilurea sangat jarang digunakan karena efek samping hipoglikemi yang kuat.
Efek hipoglikemi pada setiap obat tidak sama, tergantung kekuatan obat dan
b. Biguanide
meningkatkan uptake glukosa pada otot skeletal, mengurangi trigliserida dan LDL-
insulin perifer. Biguanide tidak berefek meningkatkan kadar insulin dan tidak
c. Alpha-glukosidase Inhibitor
9
Alpha-glukosidase inhibitor yang sering digunakan, yaitu acarbose, miglitol dan
namun efek obat terhadap kadar kolesterol LDL dan HDL tidak signifikan. Alpha-
dengan cara menghambat enzim DPP-IV yang meningkatkan Glucose Like Peptide-
2. Terapi Insulin
Terapi insulin diinisiasikan pada pasien DM apabila HbA1c > 7% setelah 2-3
bulan dilakukan terapi obat anti diabetes oral. Rejimen yang dianjurkan untuk
inisiasi insulin yaitu insulin basal sehari sekali (Swinnen et al, 2009). Insulin
memiliki efek samping berupa hipoglikemi dan reaksi imunologi terhadap insulin
dapat menimbulkan reaksi alergi insulin atau resistensi insulin. Selain itu, terapi
insulin basal bolus juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan secara
Komplikasi pada DM terjadi akibat hiperglikemi yang terjadi dalam waktu lama
1. Nefropati Diabetik
10
Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis pada DM. Nefropati
diabetik dapat terjadi akibat adanya keterkaitan antara faktor hemodinamik dan
(Decroli, 2019)
Perubahan struktur dan fungsi dapat berupa deposisi matrik mesangial yang
nefropati diabetik dapat membaik atau memburuk sesuai dengan perubahan yang
2. Kardiomiopati Diabetik
sebanyak 53% mengalami infark miokard, 58% mengalami stroke, dan 112%
Resistensi insulin dapat terjadi akibat pelepasan FFA dan sitokin inflamasi dari
11
3. Retinopati Diabetik
yang merupakan penyebab awal terjadinya komplikasi. Gula darah yang meningkat
pada kondisi hiperglikemi akan diubah menjadi sorbitol (glucose alcohol) melalui
jalur poliol yang dikatalisis oleh enzim aldose reductase. Akumulasi sorbitol
Radikal bebas merupakan salah satu spesies molekul yang terdiri dari
sekelompok atom dan memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas
bersifat tidak stabil dan sangat reaktif serta memiliki waktu paruh yang pendek.
Aktivitas radikal bebas yang berlebihan dapat merusak komponen sel, seperti
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan spesies oksigen radikal yang dapat
bereaksi dengan membran sel melalui reaksi peroksidasi lipid yang menyebabkan
kerusakan pada komponen sel. Membran sel memiliki Polyunsaturated Fatty Acid
membran lipid. Reaksi tersebut meenyebabkan berbagai efek pada sel, yaitu
12
retikulum sarkoplasma, serta gangguan fungsi mitokondria dan enzim. Bentuk ROS
dalam tubuh, yaitu berupa superoksida anion (O2-), radikal hidroksil (HO), lipid
(R), dan peroksidan lainnya seperti ROO dan XOO (Berawi & Agverianti, 2017).
transfer elektron pada oksigen tanpa melibatkan enzim (Phaniendra et al, 2015).
ROS dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang disebut dengan stress
terhadap ROS. Komponen sel pada jaringan dapat mengalami kerusakan akibat
ROS, diantaranya karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat. Deoxyribo Nucleid
Acid (DNA) merupakan salah satu asam nukleat yang dapat bereaksi dengan ROS.
Reaksi tersebut dapat menyebabkan perubahan struktur kimia pada DNA yang
akhirnya menyebabkan mutasi gen apabila tidak diperbaiki. Mutasi gen yang terjadi
dapat diturunkan terutama apabila terjadi pada DNA sel germinal pada ovarium
atau testis. Perubahan struktur pada DNA sel somatik dapat meningkatkan potensi
yang di dalam tubuh berbentuk nitrit oxide, peroksi nitrit, dan ion nitroksil. RNS
secara normal dalam tubuh berfungsi untuk meregulasi tekanan darah, sistem
13
pertahanan tubuh, reklaksasi otot dan sebagai neurotransmitter. Kadar RNS yang
berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan reaksi berupa stress nitrostatif. Bentuk
RNS yang banyak terdapat dalam tubuh adalah Nitrit Oxide (NO-). NO- dapat
bekerja secara intrasel dengan menembus membran dan sitoplasma karena bersifat
larut air dan lemak. Sedangkan di ekstrasel, NO- bereaksi dengan air membentuk
2.2.3.1. Endogen
1. Autooksidasi
reduksi oksigen sampai membentuk kelompok oksigen reaktif. Ion ferrous (Fe 2+)
2. Oksidasi enzimatik
berperan untuk membentuk hypochlorous acid dari Hidrogen peroksidan dan ion
3. Respiratory burst
14
Respiratory burst terjadi akibat adanya proses fagositosis yang menggunakan
oksigen dalam jumlah besar (70-90%) oleh sel fagosit. Sel fagosit memiliki
2.2.3.2.Eksogen
Radikal bebas eksogen dapat bersumber dari polusi udara, alkohol, rokok,
radiasi sinar ultraviolet, serta obat-obatan tertenti seperti anestesi, pestisida, sinar X
dan kemoterapi. Selain itu, pengolahan makanan yang berlebihan juga dapat
menjadi sumber radikal bebas. Makanan yang diolah dengan cara digoreng, dibakar
terutama pada makanan hewani yang mengandung lemak dan protein tinggi
(Khaira, 2010).
peroksida dan epoksida yang memiliki sifat karsigonenik yang berbahaya bagi
tubuh. Makanan yang mengandung zat pengawet seperti formalin pada baso dan
tahu, zat warna tekstil methanyl yellow pada kerupuk, serta rhodamin pada sirup
15
Secara fisiologis, radikal bebas berfungsi dalam sistem imun tubuh dan maturasi
struktur seluler. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh sel-sel fagosit yang berfungsi
dapat berfungsi dalam signaling seluler system. NO merupakan radikal bebas yang
berfungsi sebagai messenger molecule dalam mengatur aliran darah, trombosis, dan
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak memiliki pasangan elektron dan
mampu merusak molekul makro pada sel yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan
asam nukleat. Radikal bebas akan menyebabkan kerusakan pada sel lain dengan
mengambil elektron pada sel yang berlanjut terjadinya reaksi berantai. Reaksi
2010).
Enzim yang berperaan penting pada polyol pathway adalah aldose reduktase.
Secara normal, enzim aldose reduktase mengubah aldehid dalam menjadi alkohol
(NAD+) sebagai kofaktor. Sorbitol merupakan jenis alkohol yang bersifat hidrofilik
sehingga sulit berdifusi melalui membran sel. Penumpukan sorbitol dalam sel dapat
16
Stress oksidatif dihasilkan dari proses oksidasi sorbitol menjadi fruktosa. Dalam
proses tersebut terjadi perubahan NAD+ menjadi NADH. Substrat NADH oksidase
amino bebas pada protein dan menada protein dan meyebabkan peribahan struktur
dan fungsi yang menghasilkan komplikasi diabetes. Glikasi protein dimulai dengan
AGEs yang terdapat pada pembuluh darah dapat menimbulkan kerusakan sel
pembentukan matrik normal dan cross-linking. Pada berbagai jenis sel, AGEs dapat
berikatan dengan reseptornya. Salah satu reseptor AGEs, yaitu RAGE. Ikatan
17
RAGE dengan AGEs dapat menginduksi terbentuknya ROS dan aktivasi NF-κB.
pada DM. Pada kondisi tingginya FFA dalan darah dan hiperglikemia, PKC
18
Gambar 3. PKC pathway (Brownlee, 2005)
Hiperglikemia dan resistensi insulin yang diakibatkan oleh oksidasi asam lemak
Dalam pathway tersebut, fruktosa 6-fosfat pada proses glikolisis diubah menjadi
dengan terjadinya kerusakan pada mikrovaskular dan disfungsi endotel (Giacco &
Brownlee, 2010).
19
2.3. Inflamasi
perusak atau jaringan yang rusak melalui respon imun. Respon imun dapat dipicu
oleh patogen, sel yang mengalami kerusakan dan komponen toksik. Inflamasi
kemerahan (rubor) dan gangguan fungsi (functio laesa). (Manurung & Sumiwi,
Inflamasi terdiri dari inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut terjadi
dalam waktu yang pendek mulai beberapa jam sampai hari. Inflamasi akut
diinisiasi oleh sel seperti makrofag, sel dendrit, histiosit, dan sel kuppfer.
Sedangkan inflamasi kronis terjadi dalam waktu yang lebih lama disertai jaringan
Inflamasi akut merupakan respon imun awal untuk melawan patogen dan injuri
membran sel. Inflamasi akut merupakan proses yang cepat dengan eikosanoid dan
gerakan plasma dan leukosit pada sisi inflamasi. Pada fase proliferasi inflamasi
sedangkan pada fase terakhir inflamasi akut merupakan fase penyembuhan dan
20
syok septik dan vaskulitis merupakan contoh penyakit dengan inflamasi akut (Jain
et al, 2015).
beberapa bulan sampai tahun. Inflamasi kronis dapat disebabkan oleh patogen
disebut dengan hipersensitivitas tipe lambat. Selain itu, autoimun juga berperan
dalam beberapa penyakir dengan inflamasi kronis seperti pada rheumatoid arthritis,
inflammatory bowel diseas dan psoriasis. Inflamasi kronis juga dapat berperan pada
asing, atau injuri yang terjadi pada jaringan tubuh. Pada proses inflamasi terjadi
infiltrasi leukosit. Jenis leukosit yang pertama kali merespon inflamasi yaitu jenis
mononuklear, yaitu monosit dan makrofag berperan sebagai fagosit sel debris dan
Derajat dan jenis respon inflamasi bergantung pada jenis pemicu respon
inflamasi, seperti bakteri, virus atau parasit. Patogen berupa bakteri dikenal oleh
reseptor, yaitu Toll-Like receptors (TLR) yang diekspresikan oleh makrofag. Ikatan
21
bakteri dengan TLR memicu pemebentukan dari sitokin, kemokin, dan mediator
mediator utama yang efektif dalam respon inflamasi dan pembersihan bakteri.
Infeksi virus memicu pengeluaran interferon alfa dan interferon beta serta
mast dan basofil untuk mengeluaran IL-4, IL-5 dan IL-13. Adanya sitokin inflamasi
dalam darah menginduksi leukositosis dan fase protein akut. Pada paparan yang
jaringan inflamasi dan infiltrasi sel radang pada area inflamasi. Pembengkakan
tersebut juga dapat menyebabkan sensasi nyeri akibat peregangan saraf sensoris.
Selain itu, nyeri juga dapat disebabkan oleh efek langsung dari mediator inflamasi.
Aliran darah menuju area inflamasi dapat menyebabkan sensasi panas dan
mobilitas pada sendi dapat disebabkan oleh adanya edema dan nyeri atau karena
penggantian sel yang berfungsi dengan jaringan parut (Punchard et al, 2004).
Mediator inflamasi yang dikeluarkan akibat injuri jaringan dapat berupa cell-
22
mengkaktifkan sel dengan berikatan dengan reseptor spesitfik kemudian
1. Histamin
Histamin dibentuk dari dekarboksilasi asam amino histidin yang dikatalisis oleh
mast dan basofil. Sekresi histamin dipicu oleh peningkatan Ca2+ sitosol. Histamin
endothelial gap. Perilisan histamin dipicu oleh peningkatan Ca2+ dan juga dapat
dipicu oleh adanya sitokin, yaitu TNF-α dan IL-1 yang disekresi oleh makrofag dan
tipe sel lainnya. Histamin merupakan mediator inflamasi yang berperan pada proses
anafilaksis dan menyebabkan edema, pruritus serta bronkospasme (Jain et al, 2015).
2. Serotonin
pada sistem vaskular perifer serta terdapat pada platelet dalam jumlah besar.
Serotonin terdiri dari tujuh kelas, 5-HT 1-7. 5-HT 3 dapat menyebabkan
eksitasi atau inhibisi sistem saraf pusat (Jain et al, 2015; Druce, et al, 2009).
3. Adenosin
5′-AMP oleh enzim 5′-nukleotidase. Apabila terjadi penggunaan energi dan oksigen
23
berlebihan seperti dalam keadaan hipoksia, 5′-AMP akan dimetabolisme menjadi
kekurangan energi. Adenosin memiliki tiga subtipe reseptor, yaitu A1, A2a, A2b
agregasi platelet pada neuron nosiseptif aferen khususnya pada jantung, sedangkan
reseptor A3 menyebabkan sekresi mediator dari sel mast (Jian et al, 2015).
4. Prostanoid
Mediator inflamasi jenis prostanoid dihasilkan dari asam arakidonat oleh enzim
cycloocygenase (COX). COX terdiri dari COX-1 dan COX-2. COX-1 banyak
terdapat pada sel sebagai enzim yang membentuk prostanoid yang bekerja sebagai
dapat dipicu oleh endotoksin dan sitokin proinflamasi dan dapat dihambat oleh
5. Leukotrien
lipoksigenase. LTs dapat disintesis oleh sel-sel seperti sel mast, eosinofil,
makrofag, neutrofil, dan sel epitel sebagai respon berbagai stimulans. LTs dibagi
menjadi dua kelas, LTB4 dihasilkan terutama oleh neutrofil, sedangkan LTs
cysteinyl (LTC4, LTD4 dan LTE4) dihasilkan terutama oleh makrofag. LTs
dibentuk secara lokal pada area injuri, terutama pada asma, reumatoid arthritis,
24
psoriasis, dermatitis atopik dan inflammatory bowel disease (Jian et al, 2015; Nayak
efek dalam jumlah yang sangat rendah. PAF merupakan mediator yang berperan
dalam alergi akut dan alergi kronis serta fenomena inflamasi. Beberapa tipe sel
inflamasi pada paru dapat memproduksi PAF dalam jumlah besar. PAF dapat
juga merupakan faktor kemotaksis untuk neutrofil dan monosit, serta dapat
merekrut eosinofil menuju mukosa brokus pada asthma. PAF juga dapat
7. Endotelin
yang dilepaskan oleh sel endotel. ETs terdiri dari ET1, ET2, dan ET3. ETs dapat
superoksida dan pelepasan TNF-α oleh makrofag alveolar. ET-1 jufa bekerja pada
1. Bradikinin
Bradikinin merupakan peptida aktif yang dibentuk dari pembelahan protein yang
disebut kininogen. Bradikinin memiliki dua reseptor, yaitu B1 dan B2. Reseptor B1
dapat menyebabkan inflamasi atau kerusakan jaringan dengan kuat oleh sitokin
25
vaskular dan vasodilatasi. Bradikinin juga memiliki efek spasmogenik pada sisten
intestinal, uterus dan otot polos saluran napas (Jian et al, 2015).
2. Sitokin
Sitokin dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun saat terjadi inflamasi. Sitokin dapat
factor, dan tumor necrosis factors (TNFs). Seluruh sitokin bekerja pada kinase-
leukosit. Sitokin proinflamasi yang berperan dalam inflamasi akut dan kronis
(TGF-β), IL-4, IL-10 dan IL-13 merupakan sitokin antiinflamasi yang menghambat
menyebabkan terjadinya stres oksidatif dan inflamasi akibat peningkatan ROS oleh
protein-1 (AP-1), hypoxia induced factor-α (HIF-α) dan early growth response-1
peningkatan ekspresi tumor necrosis factor alpha (TNF-α), interleukin-6 (IL-6) dan
26
monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) pada sel mononuklear (Sun et al,
2014)
TNF-α merupakan sitokin yang berperan dalam proses inflamasi, imunitas dan
apoptosis. TNF-α diekspresikan oleh aktivasi sel-sel radang seperti makrofag dan
limfosit. TNF-α mentransmisikan signal melalui dua reseptor, yaitu TNF reseptor
1 (TNFR1) dan TNF reseptor 2 (TNFR2). TNFR1 berperan hampir pada seluruh
tipe sel, sedangkan ekspresi TNFR2 terdapat pada sel endotel dan hematopoiesis.
Sinyal TNF-α melalui dua reseptor transmembran, yaitu TNFR1 dan TNFR2
berfungsi meregulasi beberapa fungsi sel termasuk proliferasi sel, diferensiasi dan
responsif terhadap TNF-α. Pembentukan TNF-α dan signaling reseptor TNF-α juga
makrofag. TNF-α dikeluarkan dengan cepat setelah terjadi proses inflamasi atau
infeksi mikroorganisme seperti bakteri. TNF-α juga memiliki peran penting dalam
27
pembentukan edema serta adhesi leukosit pada epitel melalui ekspresi molekul
adhesi. Selain itu, TNF-α berfungsi untuk meningkatkan mediator inflamasi lipid
seperti prostaglandin dan platelet activating factor (Zelova & Hosek, 2013;
17). Gen tersebut terdiri dari empat ekson dan tiga intron. Ekson I dan II terdiri dari
berbagai sel termasuk monosit dan makrofag. Ekspresi gen TNF-α pada proses
transkpripsi diatur oleh beberapa faktor termasuk nuclear factor kappa b (NFκB)
dan nuclear factor activated T cells (NF-AT), sedangkan pada proses translasi
sebagai protein 27-kDa (233 asam amino) yang kemudian dipecah secara
associated factors (TRAFs) termasuk TRAF2 dan TRAF5 serta celluar inhibitor of
(Chu, 2013).
dan aktivasi MAP kinase kinase kinases (MAP3Ks). Degradasi proteolitik IκBα
28
transkripsi. Fosforilasi MAP3Ks dan aktivasi beberapa kinase menimbulkan
aktivasi pada MAP Kinases, JNK, p38 and ERK. Aktivasi kinase tersebut bersama
pada Fas-assocoated death domain protein (FADD) yang memicu aktivasi caspase-
dan protein RIP1 distabilkan. RIP1 dan TRADD membentuk kompleks dengan
NOXO1 yang merekrut Nox1 dan Rac1 untuk membentuk kompleks penghasil
et al, 2008).
gangguan pembuangan molekul reaktif seperti ROS dan RNS. Tingginya produksi
ROS berhubungan dengan adanya kerusakan protein dan DNA seluler, aktivasi
apoptosis dan kematian sel yang menyebabkan remodeling abnormal pada jantung.
29
(NOX) pada sel endotel, sel otot polos dan neutrofil. Dalam proses inflamasi kronis,
dan dilatasi ventrikel, apoptosis dan fibrosis miokardium (Bhatt & Sharma, 2015;
dan kinerja otot jantung tanpa adanya faktor risiko penyakit jantung lainnya seperti
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit katup pada individu dengan
Jantung merupakan organ berupa pompa dengan dua ruang yang terhubung
secara paralel. Jantung kiri terhubung dengan sirkulasi sistemik, sedangkan jantung
30
kanan terhubung dengan sirkulai paru-paru. Jantung terletak pada ruang yang
disebut mediastinum, yaitu dibelakang sternum sedikit ke kiri. Basis jantung terdiri
dari pembuluh darah dan atrium, sedangkan apeks jantung dibentuk oleh ventrikel
(Thiriet, 2008)
Jantung memiliki empat rongga, yaitu atrium kanan dan kiri di bagian atas serta
ventrikel kanan dan kiri pada bagian bawah. Jantung kanan dan kiri dipisahkan oleh
septum. Ventrikel kiri terletak posterior sinistra dari ventrikel kanan. Ukuran setiap
rongga jantung berbeda-beda sesuai ketebalan dinding otot jantung. Jantung dilapisi
Perikardium dilekatkan oleh ligamen pada kolumna spinalis, diafragma dan organ
Jantung memiliki empat buah katup yang memisahkan antar rongga. Atrium dan
katup trikuspid, sedangkan katup AV kiri disebut katup bikuspid/mitral. Katup yang
memisahkan antara ventrikel dan arteri-arteri besar disebut katup semilunar (SL).
Katup AV berupa flap asimetris yang bergantung pada annulus berbentuk cincin
yang ujungnya terikat pada ventrikel oleh apparatus yang terdiri dari chordae
Jantung menerima suplai darah dari dua arteri koroner, yaitu arteri koroner
sinistra utama dan arteri koroner dextra. Sebanyak 80%, otot jantung disuplai oleh
arteri koroner sinistra. Arteri koroner sinistra memiliki dua cabang yaitu left
anterior descending coronary artery dan circumflex coronary artery. Left anterior
31
dan dinding anterior ventrikel kiri, sedangkan arteri koroner sirkumfleksa
mensuplai pada bagian posterior dan lateral ventrikel kiri. Arteri koroner kanan dan
cabangnya mensuplai darah pada ventrikel kanan, atrium kanan dan dinding inferior
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot yang memiliki tiga lapisan , yaitu
sampai lapisan paling luar. Selain itu, jantung dikelilingi oleh kantung dua lapis
yang berisi cairan, yaitu perikardium. Perikardium terdiri dari dua lapis, lapisan luar
Endokardium merupakan lapisan terdalam jantung yang terdiri dari selapis sel
endotel yang berada diatas selapis tipis subendotel berupa jaringan ikat longgar.
Jaringan ikat longgar tersebut terdiri dari serat elastin dan kolagen serta sel otot
32
polos. Miokardiun dihubungkan dengan lapisan subendotel oleh selapis jaringan
mengandung vena, saraf, dan cabang sistem penghantar impuls (Mescher, 2011).
Miokardium merupakan lapisan paling tebal dan terdiri dari sel-sel otot jantung
yang mengelilingi rongga jantung. Sel otot jantung memiliki lurik seperti otot
skeletal namun bercabang dan memiliki diskus interkalaris. Sel otot jantung tidak
bisa beregenerasi sehingga apabila terjadi kerusakan akan digantikan oleh jaringan
Jantung memiliki empat ruang dan dibagi menjadi pompa jantung kanan dan kiri
untuk menyediakan aliran darah menuju sirkulasi sistemik dan paru-paru. Atrium
kanan menerima darah yang mengalami deoksigenasi dari seluruh tubuh kecuali
paru-paru melalui vena cava inferior dan superior, sedangkan deoksigenasi darah
dari jantung mengalir menuju atrium kanan melalui sinus koronarius. Darah dari
atrium kanan mengalir melalui katup trikuspid untuk mengisi ventrikel kanan yang
merupakan pompa utama pada jantung kanan. Ventrikel kanan memompa darah
33
paru-paru untuk oksigenasi. Di dalam paru-paru, darah mengalami oksigenasi
ketika melewati kapiler yang dekat dengan oksigen dalam alveoli. Kemudian darah
atrium kiri. Darah dari atrium kiri akan mengisi ventrikel kiri melalui katup mitral.
Ventrikel kiri yang merupakan pompa utama jantung kiri akan mengalirkan darah
menuju sirkulasi sistemik melalui katup aorta. Siklus tersebut kemudian berulang
Proses kontraksi pada jantung merupakan respon terhadap stimulasi yang diatur
oleh sistem konduksi. Sistem konduksi tersebut dimulai pada sinoatrial (SA) node
yang terletak pada persimpangan vena cava superior dan atrium kanan. Node
tersebut merupakan kumpulan sel yang dapat depolarisasi tanpa tergantung pada
sel-sel lain di jantung. Saat SA node mendepolarisasi, sinyal listrik secara simultan
ditransmisikan dari atrium kanan ke atrium kiri melalui bundel sel yang disebut
(AV) node yang terletak di segitiga Koch. Segitiga Koch merupakan area yang
dibentuk oleh katup trikuspid, tendon of Todaro, dan ostium sinus koronarius. AV
node menerima sinyal elektrik dan meneruskan menuju bundle his dengan beberapa
interventrikular. Bundle his meiliki dua cabang kanan dan kiri yang terdiri dari
ribuan cabang kecil disebut serat Purkinje. Serat Purkinje mentransmisikan sinyal
listrik secara cepat untuk menghasilkan kontraksi yang hampir bersamaan pada
kedua ventrikel (Rehman & Rehman, 2019; Oberman & Bhardwaj, 2018).
34
Kardiomiopati diabetik merupakan perubahan struktur dan fungsi pada
Kadar Ca2+ dalam sitosol berperan dalam meregulasi metabolisme sel, kontraksi
otot dan cell signaling. Saat otot jantung berkontraksi, Ca2+ memasuki sitoplasma
melalui kanal Ca2+ tipe-L setelah depolarisasi sarkolema, kondisi tersebut memicu
sarkoplasma dan sebagian dipompa keluar oleh Na+/ Ca2+ exchanger selama
penurunan efluks Ca2+ dari sitosol. Gangguan homeostasis Ca2+ terjadi akibat
35
Stres oksidatif merupakan salah satu penyebab perkembangan resistensi insulin
produk alami yang dihasilkan pada metabolisme oksigen dalam rantai transpor
transforming growth factor β1/Smad 2/3 signaling pathway (Jia et al, 2018).
2.5.3.3.Disfungsi Mitokondria
mitokondria terjadi proses oksidasi FFA untuk membentuk ATP yang disertai
36
Hiperglikemia pada DM menimbulkan kondisi stres oksidatif yang disebabkan
reaksi inflamasi (Giacco & Brownlee, 2010; Nunes et al, 2012). Komplikasi
kinase atau p38-MAPK. Mediator yang paling sering berperan dalam proses
signaling insulin melalui aktivasi PI3K dan Akt (Nunes et al, 2012).
tanda-tanda inflamasi dalam sirkulasi seperti sitokin (seperti TNF-α dan IL-6),
molekul adhesi sel (seperti VCAM-1 dan ICAM-1) dan reaktan fase akut (CRP).
Ekspresi berlebihan TNF-α dan IL-6 dapat menyebabkan kerusakan pada otot
jantung. TNF- α berperan dalam proses hipertrofi dan fibrosis otot jantung serta
kiri dan hipertrofi otot jantung pada acute myocardial infarction. Selain itu,
penebalan epikardium dan disfungsi kontraksi otot jantung yang dapat berperan
37
Streptozotocin (STZ) merupakan komponen glucosamine-nitrosourea turunan
pada karsinoma sel pankreas. STZ merusak sel β pankreas sehingga menyebabkan
hipoinsulinemia dan hiperglikemia. Efek toksik yang disebabkan oleh STZ dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan lain termasuk hepar dan ginjal karena STZ
menyebabkan kematian sel β pankreas serta alkilasi DNA (Graham et al, 2011;
sehingga terjadi deplesi NAD+ dan ATP seluler. Induksi STZ menimbulkan
hidrogen peroksida dan radikal hidroksil. STZ menyebabkan kerusakan DNA serta
Diet tinggi lemak akan meningkatkan Free Fatty Acid (FFA). Peningkatan FFA
adalah enzim yang memfosforilasi serin pada reseptor insulin dan Insulin Receptor
insulin. Selain itu, diet tinggi lemak dapat menyebabkan obesitas yang merupakan
faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2. (Boden dan Laakso, 2004)
38
Pada penelitian Tatto et al. (2017) komposisi pemberian pakan tinggi lemak pada
tikus terdiri dari yang digunakan adalah pakan standar (80%), lemak kambing
Penyerapan fruktosa dari usus masuk ke dalam vena porta hepatica dibantu oleh
GLUT2. Di dalam hepatosit akan diubah menjadi fruktosa 1-fosfat oleh enzim
Penumpukan triose fosfat menstimulasi sintesis glikogen dan asam lemak dari
asam lemak dari proses de novo lipogenesis yang berlebihan dapat menurunkan
insulin. Penurunan ambilan glukosa memicu proses lipolisis sehingga asam lemak
bebas dan gliserol dihasilkan lebih banyak. Asam lemak bebas dan gliserol masuk
ke dalam jaringan adiposa dalam bentuk Trigliserida (TG). Siklus ini akan terus
39
Gambar 8. Abelmoschus manihot (L.) Medik (Firdaus, 2018).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Filum : Tracheophyta
Sub-filum : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Gedi merupakan tanaman yang memiliki tinggi sekitar 1,2-1,8 m dengan batang
merah dengan bulu halus. Daun gedi berbentuk menjari sebanyak 5-7 jari daun
dengan panjang 5-12,5 cm tersusun majemuk dan menyirip. Panjang tangkai daun
dengan warna merah tidak lebih dari 2,5 cm. Tanaman gedi memiliki bunga
berwarna kuning dengan bagian tengah berwarna ungu, panjang mahkota bunga 5-
7,5 cm. Tanaman gedi juga memiliki buah berwarna abu-abu dan berbentuk kapsul
40
keras dengan panjang diameter 3,8 cm. Akar gedi memiliki bentuk bergelombang
dengan warna coklat kekuningan dan panjangnya sekitar 3-6 cm (Yuniar, 2018).
Gedi merah merupakan tanaman dari suku Malvaceae dengan tinggi 1,2-1,8 m
sering digunakan sebagai obat beberapa penyakit seperti kencing manis, maag,
et al, 2017).
gedi dalam mengobati penyakit seperti sakit ginjal, maag, serta menurunkan
kolesterol dengan cara merebus daun gedi merah tanpa menggunakan garam
(Wulan & Indradi, 2018). Selain itu daun gedi merah juga memiliki potensi sebagai
(Nurjannah, 2016).
ekstrak daun gedi merah antara lain yaitu, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan
mencegah kerusakan sel beta pankreas dan meningkatkan sensitifitas insulin melaui
41
penetralan radikal bebas. Selain itu flavonoid diduga berfungsi sebagai anti-
(2017) menunjukkan bahwa ekstraksi daun gedi dengan pelarut etanol 96% dapat
fosfat dehidrogenase serta menghambat enzim glukosa 6-fosfatase dan fruktosa 1,6-
hidrogen dari aromatik hidroksil polifenol yang dapat mengikat radikal bebas
Senyawa saponin dalam daun gedi merah juga memilik aktivitas anti-diabetes
melalui inhibisi enzim α glukosidase pada usus yang berperan untuk menurunkan
(Fiana & Oktaria, 2016). Sedangkan senyawa tanin pada daun gedi merah berperan
untuk meningkatkan metabolisme gluksoa dan lemak. Tanin dalam gedi merah juga
membran epitel usus halus sehinga mengurangi kadar glukosa dalam darah (Tandi
et al, 2016).
42
Senyawa flavonoid pada daun gedi merah juga memiliki potensi sebagai anti-
seperti prostaglandin dan histamin. Quercetin merupakan salah satu jenis flavonoid
43
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Konsep Penelitian
Diet Tinggi Lemak Tikus Sprague Dawley Streptozotocin
Fruktosa (DTLF) (STZ)
(HFD)
Trigliserida (TG) ↑ dan Alkilasi dan
Free Fatty Acid (FFA) ↑ Metilasi DNA
Kerusakan oksidatif
kardiomiosit
↑ TNF-α jaringan
TNF-α berikatan
dengan TNFR1 Keterangan:
Induksi DM
↑ Fagositosis ↑ Jumlah nekrosis Kandungan Herbal
oleh makrofag kardiomiosit Variabel yang diteliti
Stimulasi
Inhibisi
Kardiomiopati
Diabetik
44
Keterangan :
Tikus model diabetes mellitus diinduksi diet tinggi lemak fruktosa (DTLF) dan
induksi streptozotocin (STZ). DTLF akan meningkatkan trigliserida (TG) dan free
fatty acid (FFA). Kadar FFA yang tinggi menimbulkan gangguan mekanisme
signaling reseptor insulin sehingga terjadi resistensi insulin. Resistensi insulin
memicu sel beta pankreas untuk membentuk lebih banyak insulin sehingga
mengalami kelelahan yang kemudian menyebabkan penurunan sekresi insulin
(Boden dan Laakso. 2004). Sedangkan induksi STZ menyebabkan alkilasi DNA
yang menimbulkan kerusakan pada sel beta pancreas sehingga terjadi penurunan
produksi insulin yang memicu kondisi hiperglikemia (Novrial, 2007).
Hiperglikemi pada DM menimbulkan peningkatan produksi ROS (Giacco et al,
2010). Ketidakseimbangan antara peningkatan ROS dengan antioksidan
menimbulkan kondisi stres oksidatif dan kerusakan jaringan (Ahmed et al, 2013).
Kerusakan oksidatif jaringan menimbulkan reaksi inflamasi sehingga meningkatan
produksi sitokin proinflamasi seperti TNF-α (Nunes et al, 2012). Ikatan TNF-α
dengan reseptornya yaitu TNFR1 menyebabkan terjadinya proses kematian sel
berupa nekrosis pada kardiomiosit (Chu, 2013).
Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
yang mengandung senyawa saponin memiliki aktivitas anti-diabetes melalui
inhibisi enzim α glukosidase pada usus (Fiana & Oktaria, 2016). Sedangkan
senyawa flavonoid pada daun gedi merah berperan sebagai antioksidan serta anti-
inflamasi dengan menghambat pelepasan mediator inflamasi (Farzaei et al, 2019;
Tandi et al, 2016). Daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) diharapkan
dapat menghambat peningkatan kadar TNF-α dan menghambat peningkatan jumlah
nekrosis kardiomiosit sehingga dapat mencegah komplikasi kardiomiopati diabetik.
45
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis 1
H0: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
tidak menghambat peningkatan kadar TNF-α organ jantung tikus model DM.
H1: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
3.2.2 Hipotesis 2
H0: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
H1: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
46
3.4 Definisi Operasional
merupakan hasil ekstraksi dari serbuk daun gedi merah dengan pelarut etanol
2. Tikus model diabetes mellitus adalah tikus jenis Sprague Dawley yang
multiple dose pada minggu keempat, diet tinggi lemak dan diet tinggi fruktosa
(DTLF) selama 10 minggu. Dinyatakan DM bila kadar gula darah puasa ≥ 126
mg/dl.
mediator inflamasi yang diproduksi oleh makrofag dan limfosit selama proses
inflamasi. Pengukuran menggunakan TNF-α ELISA Rat Kit dan dibaca dengan
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
dengan desain control group post test only design. Penelitian ini bertujuan
manihot (L.) Medik) terhadap kadar Tumor Necrosis Factor alfa (TNF α) jaringan
Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Desember 2019 sampai April 2020.
Rumus hubungan antara perlakuan dan banyaknya ulangan adalah sebagai berikut
(p-1)(n-1) ≥ 15
(5-1)(n-1) ≥ 15
4(n-1) ≥ 15
n ≥ 4,75 ≈ 5
48
Keterangan
p = jumlah perlakuan
n = jumlah sampel
Pada jumlah 5 perlakuan maka dibutuhkan hewan coba minimal 5 ekor tikus
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu tikus galur sprague
dawley. Galur sprague dawley dipilih karena memiliku fenotipe diabetes mellitus
relatif tenang sehingga memudahkan dalam perlakuan. Tikus jantan dari galur ini
dipilih untuk penelitian karena tidak berpengaruh terhadap hormon. Usia tikus yang
49
digunakan yaitu 4-6 minggu dengan berat badan sekitar 180-200 gram dalam
kondisi tidak cacat dan sehat yang ditandai dengan berbulu putih dan halus,
- Sonde - Handscoon
- Spuit 1 cc
- Handscoon
- Kertas saring
50
- Alat soxhlet
- Rotary Evaporator
- Lanset
- Pinset - Pinset
4.4.6 Alat dan Bahan Pengukur Kadar TNF-alfa Jaringan Jantung Tikus
51
- Automatic Tissue Tex Processor - Alkohol asam 1%
- Paraffin - Eosin
- Microtome - Alkohol 70 %
- Oven - Alkohol 80 %
- Xylol - Alkohol 96 %
- Alkohol abolut
- Aquades
- Preparat Jantung
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Gedi Merah
segar (Abelmoschus manihot (L.) Medik) segar. Daun dicuci dengan air mengalir,
disortir dan dikeringkan pada suhu 40o-50o C kemudian digiling menjadi serbuk
(Indradi et al, 2018). Serbuk Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
diperoleh dari Balai Materia Medika, Batu, Jawa Timur, dengan surat keterangan
makan dan minum sesuai standar laboratorium. Kandang diberi penyinaran dengan
52
lama terang 14 jam dan lama gelap 10 jam. Kandang tikus dibersihkan setiap 2 hari
Pembuatan tikus model DM dilakukan dengan induksi diet tinggi lemak fruktosa
(DTLF) dan induksi streptozotocin (STZ) dengan dosis 25 mg/kgBB multiple dose
Pemberian dosis diet tinggi lemak pada penelitian ini mengacu pada Murwani et
al (2013), sedangkan penentuan dosis diet tinggi fruktosa pada penelitian ini
mengacu pada penelitian Dupas (2016). Komposisi pembuatan terdiri dari kuning
telur (4%), minyak kambing (6,5%), minyak babi (6,5%), asam kolat (0,2%), pakan
ayam (82,8%) dan air secukupnya. Bahan tersebut dicampur kemudian dibentuk
Pemberian diet tinggi fruktosa yaitu dengan membuat larutan fruktosa 20%
terdiri dari 200 ml fruktosa dicampur kedalam 1000 ml air. Dosis diet tinggi
pakan normal atau susu pap. Induksi DTLF dilakukan setiap hari selama 10 minggu
4.6.3 Pembuatan Ekstrak Etanol daun Gedi Merah dengan Metode Soxhletasi
Pembuatan ekstrak etanol daun gedi merah metode soxhletasi dimulai dengan
dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam timbal. Kemudian labu alas kosong
diisi dengan batu didih dan pelarut, yaitu etanol 96% 250 ml. Timbal yang berisi
sampel disambungkan dengan labu alas dan ditempatkan pada alat pemanas serta
kondensor. Kemudian dilakukan pemanasan pada pelarut sesuai dengan titik didih
53
pelarut. Ekstraksi dihentikan apabila pelarut berwarna jernih (Pine et al, 2017).
pasta. Kemudian diberikan dalam 3 dosis, yaitu 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan
800 mg/kgBB.
intramuskular. Kemudian tikus dibedah secara vertikal mengikuti linea media dari
arah abdomen menuju thorax hingga seluruh abdomen dan thorax terbuka.
menggunakan larutan Phosphate Buffer Saline (PBS). Organ yang akan diamati
54
5. Bahan yang telah larut dimasukkan dalam tabung eppendorf dan dimasukkan
supernatan.
1. Jaringan jantung yang telah difiksasi formalin 10% dipotong kurang lebih 2-
3 mm.
2. Kemudian jaringan dimasukkan ke kaset dan diberi kode sesuai kode gross
peneliti.
selama 90 menit . Apabila alarm telah berbunyi maka proses telah selesai.
4. Selanjutnya, jaringan diangkat dari mesin tissue prossesor dan di blok dengan
6. Kemudian jaringan diletakkan dalam oven selama 30 menit dengan suhu 70-
80 derajat.
menit (hidrasi), dan yang terakhir dimasukkan air mengalir selama 15 menit.
Hematoxylin-Eosin (HE).
55
10. Preparat dicelupkan pada alkohol asam 1% 2-5 celup dan lanjutkan
pencelupan pada amonia lithium karbonat 3-5 celup. Setelah itu, masukkan
alkohol 80% selama 3 menit, alkohol 96% selama 3 menit dan terakhir
glass ditutup cover glass dan biarkan hingga slide mengering pada suhu
2 kolom pertama. Dan tambahkan 100 μl supernatan pada well yang tersisa.
Inkubasi pada 37°C selama 90 menit. Kemudian buang cairan dari semua well
tanpa dicuci.
3. Aspirasi dan cuci sebanyak 3 kali menggunakan 350 μl Wash buffer pada
setiap kali pencucian lalu tambahkan 100 μl HRP Conjugate untuk masing
56
4. Lakukan aspirasi dan cuci sebanyak 5 kali menggunakan 350 μl Wash buffer
lindungi dari paparan cahaya. Lalu inkubasi pada 37°C selama 15 menit.
Jumlah
Kelompok Rerata + SD (pg/ml)
(n)
Kontrol Negatif 6
Kontrol Positif 6
Perlakuan 1 (EEDGM 200 mg/kgBB) 6
Perlakuan 2 (EEDGM 400 mg/kgBB) 6
Perlakuan 3 (EEDGM 800 mg/kgBB) 6
mengalami piknotik, karioeksis dan kariolisis pada 10 lapang pandang untuk setiap
Jumlah
Kelompok Rerata + SD
(n)
Kontrol Negatif 6
Kontrol Positif 6
Perlakuan 1 (EEDGM 200 mg/kgBB) 6
Perlakuan 2 (EEDGM 400 mg/kgBB) 6
Perlakuan 3 (EEDGM 800 mg/kgBB) 6
Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu
57
menggunakan metode statistik parametrik yaitu one way ANOVA. Metode ini
Analisa data dilakukan dengan memakai software statistik SPSS versi 22.
58
4.10 Diagram Alur Penelitian
Aklimatisasi 7 hari
Cek KGDP
Cek KGDP
Cek KGDP, Berat Badan (BB), Sisa makan dan sisa minum
Pembedahan
Analisis hasil
Kesimpulan
59
DAFTAR PUSTAKA
Arackal A, Alsayouri K. Histology, Heart. [Updated 2019 Sep 20]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545143/
Arjadi, F., & Susatyo, P. (2010). Regenerasi sel pulau langerhans pada tikus putih
(rattus norvegicus) diabetes yang diberi rebusan daging mahkota (phaleria
macrocarp lam). Sains Medika, 2(2), 117-126.
Azrimaidaliza, A. (2011). Asupan Zat Gizi dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas, 6(1), 36-41.
60
Berawi, K.N., dan T, Agverianti. 2017. Efek Aktivitas Fisik pada Proses
Pembentukan Radikal Bebas sebagai Faktor Risiko Aterosklerosis. Majority.
6(2):85-90.
Boden, G & M, Laakso. 2004. Lipids and Gucose in Type 2 Diabetes. Diabetes
Care 27(9): 2253-2259
BPOM. 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Rebuplik Indonesia, Jakarta.
Chen, L., Deng, H., Cui, H., Fang, J., Zuo, Z., Deng, J., Li, Y., Wang, X., & Zhao,
L. (2017). Inflammatory responses and inflammation-associated diseases in
organs. Oncotarget, 9(6):7204–7218.
Decroli, Eva. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
61
Dewantara I K G, I Wayan G G & I N Wirajana. 2017. Uji Potensi Ekstrak Etanol
Daun Gedi (Abelmoschus manihot L.) Terhadap Aktivitas Antioksidan dan
Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Galur Wistar yang Diinduksi
Aloksan. Cakra Kimia 5(2):94-101
Druce, M., Rockall, A., & Grossman, A. B. (2009). Fibrosis and carcinoid
syndrome: from causation to future therapy. Nature Reviews
Endocrinology, 5(5), 276.
Dupas, J., Goanvec, C., Feray, A., Guernec, A., Alain, C., Guerrero, F., &
Mansourati, J. (2016). Progressive induction of type 2 diabetes: effects of a
reality–like fructose enriched diet in young Wistar rats. PLoS One, 11(1).
Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi
Fathmi, Ain. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universtas Muhammadiyah
Surakarta.
Fatir S. 2010. Mekanisme inflamasi, Radikal Bebas dan Peranan Antioksidan pada
Penyakit Periodontal. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra
Barat.
62
Fiana, N., & Oktaria, D. (2016). Pengaruh kandungan saponin dalam daging buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap penurunan kadar glukosa
darah. Jurnal Majority, 5(4), 128-132.
Goyal R & I Jialal. 2019. Diabetes Mellitus Type 2. New Delhi: StatPearls
Publising LLC
Graham, M. L., Janecek, J. L., Kittredge, J. A., Hering, B. J., & Schuurman, H. J.
(2011). The streptozotocin-induced diabetic nude mouse model: differences
between animals from different sources. Comparative medicine, 61(4), 356–
360.
Hasanah, A. (2017). Efek Jus Bawang Bombay (Allium cepa Linn.) Terhadap
Motilitas Spermatozoa Mencit Yang Diinduksi Streptozotocin
63
(STZ). Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Keluarga, 11(2), 92-101.
Hinton, R. B., & Yutzey, K. E. (2011). Heart valve structure and function in
development and disease. Annual review of physiology, 73, 29-46.
Horiuchi, T., Mitoma, H., Harashima, S. I., Tsukamoto, H., & Shimoda, T. (2010).
Transmembrane TNF-α: structure, function and interaction with anti-TNF
agents. Rheumatology, 49(7), 1215-1228.
Huy L A P, Hua H & C P Huy. 2008. Free Radical, Antioxidants in Disease and
Health. Int J Biomedic Sci 4(2):89-96
Jain, P., Pandey, R., & Shukla, S. S. (2015). Inflammation: Natural resources and
its applications. India: Springer
64
Mathebula, S D. 2015. Polyol Pathway: A possible mechanism of diabetes
complications in the eye. Afr. Vision Eye Health 74(1)
Mescher, AL. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks, dan Atlas, Edisi 12. Jakarta:
EGC
Morgan, M. J., Kim, Y. S., & Liu, Z. G. (2008). TNFα and reactive oxygen species
in necrotic cell death. Cell research,18(3), 343-349.
Murwani, S., Ali, M., & Muliartha, K. (2013). Diet aterogenik pada tikus putih
(Rattus novergicus strain Wistar) sebagai model hewan aterosklerosis. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 22(1), 6-9.
Nunes S, Soares E, Periera F & Reis F. 2018. The Role of Inflammation in Diabetic
Cardiomyopathy. International Journal of Interferon, Citokyne and Mediator
Reasearch 4:59-73
65
Nurjannah. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gedi Merah (Abelmoschus
manihot L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus (Rotus novergicus)
yang Diinduksi Prednison dan Garam. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri
Alauddin, Makassar.
Phaniendra A., Jestadi D.B. & Periyasamy L., 2015. Free radicals : properties,
source, targets and their implication in various disease. India Journal Clinical
Biochemical. 30 (1): 11-26.
Pine, A. T. D., Alam, G., & Attamimi, F. (2017). Standardisasi mutu ekstrak daun
gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) dan uji efek antioksidan dengan
metode DPPH. Jurnal Farmasi UIN Alauddin Makassar, 3(3), 111-128.
Purnamasari, Dyah. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing
66
Rehman I, Rehman A. Anatomy, Thorax, Heart. [Updated 2019 Feb 10]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-
. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470256/
Sakimoto, T., Yamada, A., & Sawa, M. (2009). Release of soluble tumor necrosis
factor receptor 1 from corneal epithelium by TNF-α–converting enzyme-
dependent ectodomain shedding. Investigative ophthalmology & visual
science, 50(10), 4618-4621.
Sun, Q., Li, J., & Gao, F. (2014). New insights into insulin: The anti-inflammatory
effect and its clinical relevance. World journal of diabetes, 5(2),
Swinnen, S. G., Hoekstra, J. B., & DeVries, J. H. (2009). Insulin therapy for type 2
diabetes. Diabetes care, 32 Suppl 2(Suppl 2), S253–S259.
Tambunan, S., Malik, Z., & Ismawati, I. (2015). Histopatologi aorta torasika tikus
putih (Rattus norvegicus strain Wistar) jantan setelah pemberian diet
aterogenik selama 12 minggu(Doctoral dissertation, Riau University).
Tandi J, Muthi’ah H Z, Yuliet & Yusriadi. 2016. Efektivitas Daun Gedi Merah
Terhadap Glukosa Darah, Malondialdehid, 8-Hidroksi-Deoksiguanosin,
Insulin Tikus Diabetes. J. Trop. Pharm. Chem. 3(4):264-276
67
Tatto, D., Niluh, P. D., & Feiverin, T. (2017). Efek Antihiperkolesterol dan
Antihiperglikemik Ekstrak Daun Cermai (Phyllantus acidus (L.) Skeels) pada
Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Hiperkolesterol Diabetes. Journal
Farmasi Galenika,3(2), 157-164.
Thiriet, Marc. 2008. Biology and Mechanics of Blood Flows. New York: Springer
Science+Business Media, LLC.
Urschel, K., & Cicha, I. (2015). TNF-α in the cardiovascular system: from
physiology to therapy. Internat J Interferon Cytokine Med Res, 7, 9-25.
Valko, M. et al.. 2006. Free Radicals, Metals and Antioxidants in Oxidative Stress-
Induced Cancer. Scinece Direct 160:1-40.
Wardani, N.P. 2016. Efek Ekstrak Daun Katuk (Saurapus andragynus L) terhadap
Perubahan Kadar Malondialdehid (MDA) Tikus Putih (Rattus norvegicus
strain wistar) yang Diinduksi Minyak Goreng Deep Frying. Fakultas
Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Yilmaz, S., Canpolat, U., Aydogdu, S., & Abboud, H. E. (2015). Diabetic
Cardiomyopathy; Summary of 41 Years. Korean circulation journal, 45(4),
266–272.
68
Yuniar, S. D. (2018). PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN GEDI MERAH
(Abelmoschus manihot L. Medik) TERHADAP MIKROALBUMINURIA DAN
HISTOPATOLOGI GINJAL PADA TIKUS DIABETES NEFROPATI YANG
DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN-NIKOTINAMID (Doctoral dissertation,
Universitas Setia Budi Surakarta).
Zelová, H., & Hošek, J. (2013). TNF-α signalling and inflammation: interactions
between old acquaintances.Inflammation Research, 62(7), 641-651.
Zhang, et al. 2009. Role of TNF- α in vascular dysfunction. Clin Sci 116(3):219-
230
69
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembelian bahan
dan hewan coba
2. Adaptasi hewan
coba
3. Pemberian DTLF
4. Induksi STZ pada
hewan coba
5. Pemberian ekstrak
etanol daun Gedi
Merah pada hewan
coba
6. Pembedahan hewan
coba
7. Pemeriksaan
marker
8. Tabulasi dan
analisis data
9. Penulisan draft
laporan dan
pembahasan
10. Penyusunan
laporan akhir
70