SKRIPSI
Untuk Memenuhi-Persyaratan
Oleh
AFIFAH SAKINAH
21601101025
SKRIPSI
Oleh
AFIFAH SAKINAH
21601101025
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Oleh
AFIFAH SAKINAH
21601101025
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Ketua (Pembimbing 1) Anggota (Pembimbing II)
DR. H. Yudi Purnomo, S.Si., Apt., M.Kes dr. Sasi Purwanti, Sp.KK.
NPP. 205.02.00005 NPP. 210.02.00020
i
EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus manihot (L.)
Medik) TERHADAP KADAR TNF-α JANTUNG DAN JUMLAH NEKROSIS
KARDIOMIOSIT TIKUS MODEL DIABETES MELITUS TIPE 2
NIM : 21601101025
Fakultas : Kedokteran
KOMISI PEMBIMBING
SK Penguji :
ii
MOTTO DAN UCAPAN TERIMA KASIH
iii
Motto SHOUT OUT: “SO WHAT”
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT. Sang Pencipta Alam Semesta. Karena atas kebesaran-Nya saya
2. Nabi Muhammad SAW. Sang panutan untuk segala hal di bumi ini. Shalawat
3. Yth. dr. Rahma Triliana, M.Kes, PhD selaku Dekan Fakultas Kedokteran
4. Yth. Dr. H. Yudi Purnomo, S.Si., Apt., M.Kes selaku Ketua Komisi
5. Yth. dr. Sasi Purwanti, Sp.KK selaku pembimbing II, atas dalam penyusunan
6. Yth. Dr. dr. Doti Wahyuningsih, M.Kes selaku penguji I atas guna
7. Yth. dr. Rosaria Dian Lestari, M.Biomed selaku penguji II atas guna
8. Yth. dr. Noer Aini, M.Kes, PhD selaku penguji kelayakan seminar hasil
penelitian.
10. Kepada kedua orang tua saya, Abi Apek & Ummi Cuk, orang tua saya yang
sungguh luar biasa yang selalu mendukung dan mendoakan saya kapanpun
dan dimanapun.
11. Kepada special supporter, Upu, Lek Ima, Mbak Astri, Yahya. Semoga
iv
12. Kepada rekan penelitian saya, Hendra, Robby, Fuadi, Nanda, Sitti, Mamil,
dan Rika. Terima kasih telah saling menjaga dan mendukung demi
13. Kepada Hematology 2016 atas tahun-tahun penuh cerita dan kenangan yang
takkan terlupakan.
14. Semua laboran, teknisi, admin, dan pegawai UNISMA dan juga kepada
Atas segala jasa, dukungan, dan sumbangan moril maupun material yang
Penulis
RIWAYAT HIDUP
v
Afifah Sakinah lahir di Sampang tanggal 31 Januari 1998. Terlahir sebagai
putri pertama dari 5 bersaudara pasangan Bapak Ahmad Afifuddin dan Ibu St.
Afifah Sakinah
NIM. 21601101025
vi
RINGKASAN
vii
Sakinah, Afifah. Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Malang, September
2020. Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
Terhadap Kadar TNF-α Jantung dan Jumlah Nekrosis Kardiomiosit Tikus Model
Diabetes Melitus Tipe 2. Pembimbing 1: Yudi Purnomo. Pembimbing 2: Sasi
Purwanti.
Metode: Tikus sprague dawley jantan usia 4-6 minggu dikelompokkan menjadi
kelompok normal (KN), kelompok diabetes melitus (KDM) dan kelompok ekstrak
etanol daun gedi merah (EEDGM) dosis I (200 mg/kgBB), II (400 mg/kgBB), dan
III (800 mg/kgBB) (n=5 ekor). Tikus diinduksi DTLF dan STZ 25 mg/kgBB i.p
multiple dose. EEDGM diberikan selama 4 minggu per oral. Kadar TNF-α diukur
dengan microplate reader λ = 450 nm, sedangkan jumlah nekrosis kardiomiosit
dengan pengecatan Hematoxylin Eosin diamati menggunakan mikroskop
trinokuler perbesaran 400x. Analisa statistik menggunakan One Way ANOVA
dilanjutkan dengan uji BNT (p<0,05).
Hasil: Pemberian EEDGM dengan dosis I, II, dan III secara signifikan
menurunkan kadar TNF-α jantung berturut-turut sekitar 50%, 30%, dan 40%
dibandingkan kelompok KDM (p<0,05), sedangkan jumlah nekrosis kardiomiosit
menurun sekitar 40%, 20%, dan 30% (p<0,05). Pada kelompok KDM, kadar
TNF-α dan jumlah nekrosis kardiomiosit mengalami peningkatan dibandingkan
kelompok KN (p<0,05).
Kata Kunci : Gedi merah, DTLF, STZ, diabetes, TNF-α, nekrosis kardiomiosit.
viii
SUMMARY
Method: This study used 4-6-weeks-old Sprague dawley male rats which grouped
into normal group (NG), diabetes mellitus group (DMG), and ethanol extract of
red gedi leaves with doses I (200 mg/kgBW), II (400 mg/ kgBW), and III (800
mg/kgBW) (n = 5 rats). The rats were induced by High-Fat-Fructose-Diet (HFFD)
and 25 mg/kgBW of Streptozotocin (STZ) injection intraperitoneally. The rats
were administrated with ethanol extract of red gedi leaves for 4 weeks per-oral.
Heart TNF-α levels were measured using microplate reader λ = 450 nm, while the
number necrosis of cardiomyocytes were observed by HE staining using a
trinocular microscope at 400x magnification. Data were analyzed with one way
ANOVA and continued by LSD test (p <0.05).
Result : Ethanol extract of red gedi leaves dose I, II, and III can decrease heart
TNF-α level approximately 50%, 30%, and 40% compared to diabetic group
(p<0,05), while the total of cardiomyocyte necrosis decrease approximately 40%,
20%, and 30%(p<0,05). In diabetic group, heart TNF-α level and the number of
cardiomyocyte necrosis were increased compared to normal group (p<0,05).
Conclusion: Ethanol extract of red gedi leaves can inhibit the increase of cardiac
TNF-α levels dan the number of cardiomyocyte necrosis in diabetic rats with the
most effective effect at the dose of 200 mg/kgBW.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufik, dan
Model Diabetes Mellitus Tipe 2" ini dapat terselesaikan dengan lancar.
etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik) terhadap kadar TNF-α
jantung dan jumlah nekrosis kardiomiosit tikus model diabetes melitus. Dari
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
skripsi ini sangat penulis harapkan, sehingga nantinya dapat memberikan hasil
Penulis
DAFTAR ISI
x
Halaman
Lembar Pengesahan….............................................................................................i
Riwayat Hidup........................................................................................................vi
Ringkasan..............................................................................................................viii
Summary................................................................................................................ix
Daftar Isi................................................................................................................xi
Daftar Tabel........................................................................................................xvii
Daftar Gambar....................................................................................................xviii
Daftar Lampiran....................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
xi
2.1.5 Penegakan Diagnosis.............................................................................8
2.2.3.1 Endogen.................................................................................... 15
2.3 Inflamasi
xii
2.3.1 Definisi Inflamasi................................................................................. 22
xiii
2.6 Induksi Tikus Model Diabetes Mellitus
xiv
4.3.2 Hewan Coba........................................................................................49
4.4.6 Alat dan Bahan Pengukuran Kadar TNF- alfa Jantung Tikus..............51
Soxhletasi..............................................................................................54
xv
4.10 Diagram Alur Penelitian.............................................................................59
BAB V
5.2 Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah (EEDGM) terhadap kadar TNF-α
5.3 Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah (EEDGM) terhadap Histopatologi
5.4 Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah (EEDGM) terhadap Jumlah Nekrosis
5.5 Korelasi Kadar TNF-α Jantung dengan Jumlah Nekrosis Kardiomiosit Tikus
Model DM......................................................................................................65
BAB VI PEMBAHASAN
6.2 Efek Pemberian DTLF dan STZ terhadap Kadar TNF-α Jantung dan Jumlah
Nekrosis Kardiomiosit....................................................................................68
6.3 Kadar TNF-α Jantung Tikus Model Diabetes Melitus Setelah Diberikan
7.1 Kesimpulan......................................................................................................77
7.2 Saran................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.2 Rerata Kadar TNF-α Jantung Yang Diberi Ekstrak Etanol Daun Gedi
Tabel 5.3 Rerata Jumlah Nekrosis Kardiomiosit yang Diberikan Perlakuan Berupa
Tabel 5.4 Korelasi TNF-α Jantung dan Jumlah Nekrosis Kardiomiosit Tikus
Model DM.............................................................................................66
DAFTAR GAMBAR
xvii
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
Lampiran 1. Waktu dan Pelaksanaan Penelitian
xix
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar-Belakang
Diabetes Federation menunjukkan sekitar 415 juta orang dewasa usia 20-79 tahun
sebanyak 642 juta pada tahun 2040 dengan peningkatan prevalensi dari 8,8%
komplikasi diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya perubahan struktur dan
fungsi pada miokardium tanpa adanya faktor risiko seperti coronary artery
disease, hipertensi, dan valvular disease (Jia et al, 2018). Pasien diabetes mellitus
sekitar 22% pada pasien yang berusia lebih dari 64 tahun (Lorenzo et al, 2017).
Species (ROS) melalui jalur polyol pathway, advanced glycation end products
(AGEs), aktivasi isoform protein kinase c dan hexosamine pathway (Giacco &
inflamasi melalui over stimulasi Nuclear Factor kappa Beta (NF-κB) sehingga
TNF-α adalah salah satu sitokin pleiotropik yang berpotensi dalam aktivasi sel
vaskular, dan menurunkan produksi nitrit oxide (NO) (Supit et al, 2015; Zhang et
al, 2009). Ikatan TNF-α dengan reseptornya yaitu TNFR1 menimbulkan proses
2013; Chiong et al, 2011). Reaksi inflamasi kronik pada DM yang ditandai
dalam terjadinya kardiomiopati diabetic (Nunes et al, 2012; Jia et al, 2018)
pengendalian kadar glukosa darah melalui pemberian oral anti diabetes (OAD).
Oral anti diabetes golongan sulfonilurea dan biguanide merupakan terapi lini
pertama pasien DM, namun kedua golongan obat tersebut memiliki efek samping
yang kurang nyaman bagi pasien. Oral anti diabetes golongan sulfonilurea
memiliki efek samping berupa hipoglikemia dan gangguan fungsi hati, sedangkan
pencernaan seperti mual, muntah, diare, nyeri perut dan anoreksia (BPOM, 2015).
penggunaan jangka panjang (Lorenza, 2012; Decroli, 2019). Efek samping yang
disebabkan oleh OAD mendorong pencarian obat alternatif dari alam yang lebih
3
murah dengan efek samping minimal (Sumekar & Barawa, 2016). World Health
2017).
Salah satu tanaman yang memiliki khasiat obat adalah daun gedi merah
(Abelmoschus manihot (L.) Medik). Berdasarkan data empiris, tanaman daun gedi
manis, radang, dan hipertensi (Nurjannah, 2016). Hasil uji preklinik menunjukkan
efek anti diabetes pada daun gedi merah terjadi melalui penghambatan enzim α
kerusakan yang terjadi pada sel beta pankreas (Dewantara et al, 2017). Studi lain
menunjukkan gedi merah juga mengandung senyawa tanin yang berperan untuk
al, 2016). Selain itu gedi merah juga mengandung senyawa alkaloid sebagai anti
(Marcedes, 2017). Hingga saat ini penelitian tentang efek ekstrak etanol daun
membuktikan efek ekstrak etanol daun gedi merah terhadap penurunan kadar
TNF-α dan jumlah nekrosis kardiomiosit pada tikus dengan model Diabetes
Mellitus tipe 2.
1.2 Rumusan-Masalah
4
1. Apakah ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
2. Apakah ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
terhadap kadar TNF-α jantung pada tikus model Diabetes Melitus tipe 2.
tipe 2.
Menambah wawasan keilmuan tentang efek ekstrak etanol daun gedi merah
melalui penurunan kadar TNF-α jantung dan jumlah nekrosis kardiomiosit pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Fatimah, 2015).
dengan disfungsi sel beta pankreas. Resistensi insulin merupakan kondisi dimana
insulin tidak dapat mengerjakan fungsinya dengan optimal pada sel-otot, lemak
dan hati. Proses tersebut menyebabkan adanya kompensasi dari pankreas dengan
memproduksi insulin lebih banyak untuk memelihara glukosa darah tetap dalam
kadar normal. Jika tidak ditangani, kondisi dapat berkembang dengan terjadinya
perubahan pada sel beta dan sekresi insulin tidak dapat mempertahankan
Pada pasien dengan resistensi insulin terdapat gangguan transport glukosa dan
insulin signaling terhadap jaringan target akibat adanya inflamasi dari jaringan
6
adiposa. Glukosa, FFA, saraf otonom, hormon derivat lemak dan Glucagon Like
berlebihan atau obesitas dan memiliki persentase lemak tubuh tinggi yang
perifer (lemak dan otot skeletal) dan sintesis glikogen (AlSaraj, 2015; Goyal &
Jialal, 2019).
merupakan salah satu protein spesifik adiposit yang memiliki efek pro-
aggregatory pada platelet dan mengatur fungsi imun melalui stimulasi respon
inflamasi. Leptin juga menstimulasi terjadinya stres oksidatif dan inflamasi sel
menginduksi pengeluaran sitokin seperti IL-6 dan TNF-α. Tumor Necrosis Factor-
al, 2004).
1. Obestitas
7
2012).
2. Genetik
dengan riwayat keluarga menderita DM berisiko lebih tinggi sekitar 2-6 kali lipat
3. Pola Hidup
Penyakit Diabetes Mellitus dapat disebabkan karena pola hidup yang kurang
baik seperti sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan energi. Konsumsi
kenaikan berat badan (Azrimaidaliza, 2011). Selain itu, kurangnya aktivitas fisik
Manifestasi klinis pada DM dapat berupa gejala khas dan tidak khas. Gejala
khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagi dan penurunan berat badan
tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak khas pada DM dapat berupa
kesemutan, mata kabur, gatal, lemas, luka sulit sembuh, disfungsi ereksi pada pria
Selain itu, terdapat beberapa tanda yang disebut warning signs pada diabetes
dapat berupa penurunan berat badan, kelelahan, infeksi berulang pada area genital,
saluran kemih, kulit, cavitas oral, mulut kering, gatal, penurunan pengelihatan,
dan faktor risiko seperti hipertensi dan dislipidemia yang mengarah pada
poliuri, polidipsi, polifagi, dan disertai dengan penurunan berat badan yang tidak
kesemutan, pengelihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada
yang diambil dari vena atau kapiler yang diukur dengan glukometer. Diagnosa
tegak, apabila kadar gula darah acak (GDA) >200 mg/dL (11.1 mmol/L) dengan
klasik, gula darah 2 jam post-prandial (GD2PP) >200 mg/dL (11.1 mmol/L), atau
gula darah_puasa, (GDP) >126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa merupakan kondisi
baiknya ditetapkan oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan lainnya. Perencanaan
makanan yang baik berperan penting dalam proses perbaikan penyakit DM. Diet
kebutuhan makanan yang seimbang akan mengurangi beban kerja dari insulin
Pasien dengan penyakit DM memiliki risiko tinggi penyakit jantung dan ginjal
Makanan dari serat alami seperti buah-buahan, biji-bijian, buncis dan kacang-
karena alkohol memiliki kalori yang sangat tinggi. Selain alkohol, penggunaan
Olahraga dan aktivitas fisik menjadi salah satu cara untuk menangani penyakit
mengurangi profil dan tekanan darah, mengurangi berat badan dan memperbaiki
2.1.6.2. Farmakologi
Obat Anti Diabetes (OAD) terdiri dari beberapa golongan, antara lain:
a. Sulfonilurea
Sulfonilurea terdiri dari tiga generasi obat. Generasi pertama antara lain
sulfonilurea sangat jarang digunakan karena efek samping hipoglikemi yang kuat.
Efek hipoglikemi pada setiap obat tidak sama, tergantung kekuatan obat dan
b. Biguanide
dan tidak memiliki efek samping hipoglikemia. Contoh OAD golongan biguanide
c. Alpha-glukosidase Inhibitor
dan voglibose. Oral Anti Diabetes golongan ini bekerja dengan mengurangi
trigliserida postprandial namun efek obat terhadap kadar kolesterol LDL dan HDL
(Lorenza, 2012).
inhibitor jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang rendah seperti
(Decroli, 2019).
2. Terapi Insulin
Terapi insulin diinisiasikan pada pasien DM apabila HbA1c > 7% setelah 2-3
bulan dilakukan terapi obat anti diabetes oral. Rejimen yang dianjurkan untuk
inisiasi insulin yaitu insulin basal sehari sekali (Swinnen et al, 2009). Insulin
memiliki efek samping berupa hipoglikemi dan reaksi imunologi terhadap insulin
dapat menimbulkan reaksi alergi insulin atau resistensi insulin. Selain itu, terapi
insulin basal bolus juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan secara
waktu lama sehingga menyebabkan gangguan pada pembuluh darah atau disebut
1. Nefropati Diabetik
Activated Protein (MAP kinase), NF-KB dan bermacam Growth Factor seperti
Perubahan struktur dan fungsi dapat berupa deposisi matrik mesangial yang
nefropati diabetik dapat membaik atau memburuk sesuai dengan perubahan yang
2. Kardiomiopati Diabetik
Resistensi insulin dapat terjadi akibat pelepasan FFA dan sitokin inflamasi dari
3. Retinopati Diabetik
alcohol) melalui jalur poliol yang dikatalisis oleh enzim aldose reductase.
4. Ulkus Diabetik
pada kaki pasien dengan karakteristik gangguan saraf sensorik, motorik, dan
otonom serta gangguan pada pembuluh darah tungkai (Decroli, 2019). Komplikasi
ini biasanya disebabkan oleh kontrol glukosa dan perawatan kaki yang buruk.
Ulkus diabetik biasanya terjadi pada kaki yang mengalami trauma dan tekanan
Radikal bebas merupakan salah satu spesies molekul yang terdiri dari
sekelompok atom dan memiliki elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas
14
bersifat tidak stabil dan sangat reaktif serta memiliki waktu paruh yang pendek.
Aktivitas radikal bebas yang berlebihan dapat merusak komponen sel, seperti
Reactive Oxygen Species (ROS) merupakan spesies oksigen radikal yang dapat
bereaksi dengan membran sel melalui reaksi peroksidasi lipid yang menyebabkan
kerusakan pada komponen sel. Membran sel memiliki Polyunsaturated Fatty Acid
peroksidasi membran lipid. Reaksi tersebut menyebabkan berbagai efek pada sel,
ROS dalam tubuh, yaitu berupa superoksida anion (O 2-), radikal hidroksil (HO),
lipid (R), dan peroksidan lainnya seperti ROO dan XOO (Berawi & Agverianti,
2017).
protein dan asam nukleat. Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) merupakan salah satu
asam nukleat yang dapat bereaksi dengan ROS. Reaksi tersebut dapat
mutasi gen apabila tidak diperbaiki. Mutasi gen yang terjadi dapat diturunkan
terutama apabila terjadi pada DNA sel germinal pada ovarium atau testis.
Perubahan struktur pada DNA sel somatik dapat meningkatkan potensi terjadinya
yang di dalam tubuh berbentuk nitrit oxide, peroksi nitrit, dan ion nitroksil. RNS
secara normal dalam tubuh berfungsi untuk meregulasi tekanan darah, sistem
pertahanan tubuh, reklaksasi otot dan sebagai neurotransmitter. Kadar RNS yang
Bentuk RNS yang banyak terdapat dalam tubuh adalah Nitrit Oxide (NO-). NO-
dapat bekerja secara intrasel dengan menembus membran dan sitoplasma karena
bersifat larut air dan lemak. Sedangkan di ekstrasel, NO- bereaksi dengan air
membentuk nitrat dan anion nitrit (Widayati, 2010; Valko et al., 2006).
2.2.3.1. Endogen
1. Autooksidasi
16
reduksi oksigen sampai membentuk kelompok oksigen reaktif. Ion ferrous (Fe2+)
2. Oksidasi enzimatik
3. Respiratory burst
oksigen dalam jumlah besar (70-90%) oleh sel fagosit. Sel fagosit memiliki
2.2.3.2. Eksogen
17
Radikal bebas eksogen dapat bersumber dari polusi udara, alkohol, rokok,
radiasi sinar ultraviolet, serta obat-obatan tertentu seperti anestesi, pestisida, sinar
X dan kemoterapi. Selain itu, pengolahan makanan yang berlebihan juga dapat
menjadi sumber radikal bebas. Makanan yang diolah dengan cara digoreng,
bebas terutama pada makanan hewani yang mengandung lemak dan protein tinggi
(Khaira, 2010).
senyawa peroksida dan epoksida yang memiliki sifat karsigonenik yang berbahaya
bagi tubuh. Makanan yang mengandung zat pengawet seperti formalin pada baso
dan tahu, zat warna tekstil methanyl yellow pada kerupuk, serta rhodamin pada
Secara fisiologis, radikal bebas berfungsi dalam sistem imun tubuh dan
maturasi struktur seluler. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh sel-sel fagosit yang
bebas juga dapat berfungsi dalam signaling seluler system. Nitrit oxide merupakan
radikal bebas yang berfungsi sebagai messenger molecule dalam mengatur aliran
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak memiliki pasangan elektron dan
mampu merusak molekul makro pada sel yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan
18
asam nukleat. Radikal bebas akan menyebabkan kerusakan pada sel lain dengan
mengambil elektron pada sel yang berlanjut terjadinya reaksi berantai. Reaksi
2010).
Enzim yang berperan penting pada polyol pathway adalah aldose reduktase.
Secara normal, enzim aldose reduktase mengubah aldehid dari glukosa dalam sel
(Mathebula, 2015).
Stres oksidatif dihasilkan dari proses oksidasi sorbitol menjadi fruktosa. Dalam
kelompok karbon pada glukosa atau komponen karbon lainnya disebut reaksi
Maillard. Reaksi tersebut terdiri dari tiga tahap, tahap awal, intermediate dan
akhir. Pada tahap awal, glukosa bereaksi dengan kelompok amino bebas sehingga
membentuk schiff base. Schiff base mengalami penyusunan ulang menjadi produk
stabil yang disebut produk amadori. Pada tahap intermediate, produk amadori
dan reaksi kimia lainnya. Pada tahap akhir glikasi, terbentuk komponen Advanced
AGEs yang terdapat pada pembuluh darah dapat menimbulkan kerusakan sel
pembentukan matrik normal dan cross-linking. Pada berbagai jenis sel, AGEs
dapat berikatan dengan reseptornya. Salah satu reseptor AGEs adalah RAGE.
Ikatan RAGE dengan AGEs dapat menginduksi terbentuknya ROS dan aktivasi
terlibat dalam regulasi transkpripsi gen. Selain itu, glukosa yang tinggi dalam
terjadinya pembentukan AGE precursors. Prekursor AGE berdifusi keluar sel dan
Selain itu, HbA1c juga menunjukkan glycemic history pada 120 hari sebelumnya
karena terbentuk terus-menerus selama masa hidup eritrosit (Fayyaz et al, 2019).
Individu dapat dikatakan DM apabila kadar HbA1c > 6.5% (Choi et al, 2019).
21
yang mengatur proses seluler serta berperan dalam diabetes dan komplikasinya
disfungsi endotel pada DM. Pada kondisi tingginya FFA dan hiperglikemia
pathway. Dalam pathway tersebut, fruktosa 6-fosfat pada proses glikolisis diubah
Activator Inhibitor-1 (PAI-1) dalam sel endotel serta peningkatan PAI-1 pada sel
2.3. Inflamasi
perusak atau jaringan yang rusak melalui respon imun. Respon imun dapat dipicu
oleh patogen, sel yang mengalami kerusakan dan komponen toksik. Inflamasi
23
kemerahan (rubor) dan gangguan fungsi (functio laesa). (Manurung & Sumiwi,
Inflamasi terdiri dari inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut terjadi
dalam waktu yang pendek mulai beberapa jam sampai hari. Inflamasi akut
diinisiasi oleh sel seperti makrofag, sel dendrit, histiosit, dan sel kuppfer.
Sedangkan inflamasi kronis terjadi dalam waktu yang lebih lama disertai jaringan
Inflamasi akut merupakan respon imun awal untuk melawan patogen dan injuri
membran sel. Inflamasi akut merupakan proses yang cepat dengan eikosanoid dan
gerakan plasma dan leukosit pada sisi inflamasi. Pada fase proliferasi inflamasi
sedangkan pada fase terakhir inflamasi akut merupakan fase penyembuhan dan
beberapa bulan sampai tahun. Inflamasi kronis dapat disebabkan oleh patogen
yang disebut dengan hipersensitivitas tipe lambat. Inflamasi kronis juga dapat
asing, atau injuri yang terjadi pada jaringan tubuh. Pada proses inflamasi terjadi
infiltrasi leukosit. Jenis leukosit yang pertama kali merespon inflamasi yaitu jenis
mononuklear, yaitu monosit dan makrofag berperan sebagai fagosit sel debris dan
Derajat dan jenis respon inflamasi bergantung pada jenis pemicu respon
inflamasi, seperti bakteri, virus atau parasit. Patogen berupa bakteri dikenal oleh
Ikatan bakteri dengan TLR memicu pemebentukan dari sitokin, kemokin, dan
merupakan mediator utama yang efektif dalam respon inflamasi dan pembersihan
bakteri. Infeksi virus memicu pengeluaran interferon alfa dan interferon beta serta
mast dan basofil untuk mengeluaran IL-4, IL-5 dan IL-13. Adanya sitokin
inflamasi dalam darah menginduksi leukositosis dan fase protein akut. Pada
kompleks imun. Kompleks imun tersebut akan terdeposit di tempat inflamasi dan
(kalor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor) dan gangguan fungsi (functio laesa).
jaringan inflamasi dan infiltrasi sel radang pada area inflamasi. Pembengkakan
tersebut juga dapat menyebabkan sensasi nyeri akibat peregangan saraf sensoris.
Selain itu, nyeri juga dapat disebabkan oleh efek langsung dari mediator
inflamasi. Aliran darah menuju area inflamasi dapat menyebabkan sensasi panas
penurunan mobilitas pada sendi dapat disebabkan oleh adanya edema dan nyeri
atau karena penggantian sel yang berfungsi dengan jaringan parut (Punchard et al,
2004).
Mediator inflamasi yang dikeluarkan akibat injuri jaringan dapat berupa cell-
efek dalam jumlah yang sangat rendah. PAF merupakan mediator yang berperan
menginisiasi sintesis eikosanoid (Jian et al, 2015). Pada kondisi hiperglikemi dan
stres oksidatif terjadi peningkatan biosintesis PAF serta ekspresi reseptornya yaitu
2. Endotelin
yang dilepaskan oleh sel endotel. ETs terdiri dari ET1, ET2, dan ET3. ETs dapat
meningkatkan pelepasan mediator inflamasi dari berbagai sel (Jian et al, 2015).
1. Sitokin
Sitokin dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun saat terjadi inflamasi. Sitokin
growth factor, dan tumor necrosis factors (TNFs). Seluruh sitokin bekerja pada
migrasi dari leukosit. Sitokin proinflamasi yang berperan dalam inflamasi akut
growth factor-β (TGF-β), IL-4, IL-10 dan IL-13 merupakan sitokin antiinflamasi
inflamasi seperti TNF-α dan IL-6 serta menurunnya produksi mediator anti-
inflamasi seperti IL-4 dan IL-10. IL-6 berperan dalam menurunkan sintesis
organ hati. Kedua mediator tersebut dapat menghambat sinyal insulin di hepar
protein-1 (AP-1), hypoxia induced factor-α (HIF-α) dan early growth response-1
al, 2014)
aktivasi sel-sel radang seperti makrofag dan limfosit. Tumor Necrosis Factor-α
28
mentransmisikan signal melalui dua reseptor, yaitu TNF reseptor 1 (TNFR1) dan
TNF reseptor 2 (TNFR2). TNFR1 berperan hampir pada seluruh tipe sel,
sedangkan ekspresi TNFR2 terdapat pada sel endotel dan hematopoiesis. Aktivitas
Sinyal TNF-α melalui dua reseptor transmembran, yaitu TNFR1 dan TNFR2
berfungsi meregulasi beberapa fungsi sel termasuk proliferasi sel, diferensiasi dan
Tumor Necrosis Factor-α juga memiliki peran penting dalam mengatur produksi
edema serta adhesi leukosit pada epitel melalui ekspresi molekul adhesi. Selain
17). Gen tersebut terdiri dari empat ekson dan tiga intron. Ekson I dan II terdiri
dari sequens peptida utama. RNA messenger untuk TNF-α diekspresikan dalam
berbagai sel termasuk monosit dan makrofag. Ekspresi gen TNF-α pada proses
transkpripsi diatur oleh beberapa faktor termasuk nuclear factor kappa b (NFκB)
dan nuclear factor activated T cells (NF-AT), sedangkan pada proses translasi
sebagai protein 27-kDa (233 asam amino) yang kemudian dipecah secara
dan aktivasi MAP kinase kinase kinases (MAP3Ks). Degradasi proteolitik IκBα
aktivasi pada MAP Kinases, JNK, p38 and ERK. Aktivasi kinase tersebut bersama
apoptosis dicegah dan protein RIP1 distabilkan. RIP1 dan TRADD membentuk
kompleks dengan NOXO1 yang merekrut Nox1 dan Rac1 untuk membentuk
molekul reaktif seperti ROS dan RNS. Tingginya produksi ROS berhubungan
dengan adanya kerusakan protein dan DNA seluler, aktivasi apoptosis dan
aktivitas NADPH-dependent oxidase (NOX) pada sel endotel, sel otot polos dan
dan fibrosis miokardium (Bhatt & Sharma, 2015; Urschel & Cicha, 2015).
Jantung merupakan organ berupa pompa dengan dua ruang yang terhubung
jantung kanan terhubung dengan sirkulai paru-paru. Jantung terletak pada ruang
yang disebut mediastinum, yaitu dibelakang sternum sedikit ke kiri. Basis jantung
terdiri dari pembuluh darah dan atrium, sedangkan apeks jantung dibentuk oleh
Jantung memiliki empat rongga, yaitu atrium kanan dan kiri di bagian atas
serta ventrikel kanan dan kiri pada bagian bawah. Jantung kanan dan kiri
dipisahkan oleh septum. Ventrikel kiri terletak posterior sinistra dari ventrikel
kanan. Ukuran setiap rongga jantung berbeda-beda sesuai ketebalan dinding otot
32
Jantung memiliki empat buah katup yang memisahkan antar rongga. Atrium
disebut katup trikuspid, sedangkan katup AV kiri disebut katup bikuspid (mitral).
Katup yang memisahkan antara ventrikel dan arteri-arteri besar disebut katup
semilunar (SL). Katup AV berupa flap asimetris yang bergantung pada annulus
berbentuk cincin yang ujungnya terikat pada ventrikel oleh apparatus yang terdiri
dari chordae tendineae dan muskulus papillaris (Hinton & Yutzey, 2011).
Jantung menerima suplai darah dari dua arteri koroner, yaitu arteri koroner
sinistra utama dan arteri koroner dextra. Sebanyak 80%, otot jantung disuplai oleh
arteri koroner sinistra. Arteri koroner sinistra memiliki dua cabang yaitu left
sirkumfleksa mensuplai pada bagian posterior dan lateral ventrikel kiri. Arteri
koroner kanan dan cabangnya mensuplai darah pada ventrikel kanan, atrium
kanan dan dinding inferior ventrikle kiri (Rehman & Rehman, 2019).
Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot yang memiliki tiga lapisan ,
terdalam sampai lapisan paling luar. Selain itu, jantung dikelilingi oleh kantung
dua lapis yang berisi cairan, yaitu perikardium. Perikardium terdiri dari dua lapis,
fibro-elastic, dan jaringan adiposa (Mescher, 2011; Arackal & Alsayouri, 2019).
Endokardium merupakan lapisan terdalam jantung yang terdiri dari selapis sel
endotel yang berada diatas selapis tipis subendotel berupa jaringan ikat longgar.
Jaringan ikat longgar tersebut terdiri dari serat elastin dan kolagen serta sel otot
mengandung vena, saraf, dan cabang sistem penghantar impuls (Mescher, 2011).
Miokardium merupakan lapisan paling tebal dan terdiri dari sel-sel otot jantung
yang mengelilingi rongga jantung. Sel otot jantung memiliki lurik seperti otot
skeletal namun bercabang dan memiliki diskus interkalaris. Sel otot jantung tidak
34
bisa beregenerasi sehingga apabila terjadi kerusakan akan digantikan oleh jaringan
Jantung memiliki empat ruang dan dibagi menjadi pompa jantung kanan dan
kiri untuk menyediakan aliran darah menuju sirkulasi sistemik dan paru-paru.
Atrium kanan menerima darah yang mengalami deoksigenasi dari seluruh tubuh
deoksigenasi darah dari jantung mengalir menuju atrium kanan melalui sinus
koronarius. Darah dari atrium kanan mengalir melalui katup trikuspid untuk
mengisi ventrikel kanan yang merupakan pompa utama pada jantung kanan.
dikumpulkan oleh empat vena pulmonalis menuju atrium kiri. Darah dari atrium
kiri akan mengisi ventrikel kiri melalui katup mitral. Ventrikel kiri yang
merupakan pompa utama jantung kiri akan mengalirkan darah menuju sirkulasi
35
sistemik melalui katup aorta. Siklus tersebut kemudian berulang lagi pada detak
diatur oleh sistem konduksi. Sistem konduksi tersebut dimulai pada sinoatrial
(SA) node yang terletak pada persimpangan vena cava superior dan atrium kanan.
Node tersebut merupakan kumpulan sel yang dapat depolarisasi tanpa tergantung
pada sel-sel lain di jantung. Saat SA node mendepolarisasi, sinyal listrik secara
simultan ditransmisikan dari atrium kanan ke atrium kiri melalui bundel sel yang
merupakan area yang dibentuk oleh katup trikuspid, tendon of Todaro, dan ostium
kanan dan kiri yang terdiri dari ribuan cabang kecil disebut serat Purkinje. Serat
kontraksi yang hampir bersamaan pada kedua ventrikel (Rehman & Rehman,
al, 2020).
kontraksi otot dan cell signaling. Saat otot jantung berkontraksi, Ca2+ memasuki
penurunan efluks Ca2+ dari sitosol. Gangguan homeostasis Ca2+ terjadi akibat
mitokondria terjadi proses oksidasi FFA untuk membentuk ATP yang disertai
reaksi inflamasi (Giacco & Brownlee, 2010; Nunes et al, 2012). Komplikasi
kinase atau p38-MAPK. Mediator yang paling sering berperan dalam proses
signaling insulin melalui aktivasi PI3K dan Akt (Nunes et al, 2012).
tanda-tanda inflamasi dalam sirkulasi seperti sitokin (seperti TNF-α dan IL-6),
molekul adhesi sel (seperti VCAM-1 dan ICAM-1) dan reaktan fase akut (CRP).
Ekspresi berlebihan TNF-α dan IL-6 dapat menyebabkan kerusakan pada otot
jantung. TNF- α berperan dalam proses hipertrofi dan fibrosis otot jantung serta
kiri dan hipertrofi otot jantung pada acute myocardial infarction. Selain itu,
penebalan epikardium dan disfungsi kontraksi otot jantung yang dapat berperan
pada karsinoma sel pankreas. STZ merusak sel β pankreas sehingga menyebabkan
hipoinsulinemia dan hiperglikemia. Efek toksik yang disebabkan oleh STZ dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan lain termasuk hepar dan ginjal karena STZ
menyebabkan kematian sel β pankreas serta alkilasi DNA (Graham et al, 2011;
rybosylation sehingga terjadi deplesi NAD+ dan ATP seluler. Induksi STZ
Diet tinggi lemak akan meningkatkan Free Fatty Acid (FFA) yang memicu
berperan dalam fosforilasi serin pada reseptor insulin dan Insulin Receptor
insulin. FFA juga dapat menyebabkan resistensi insulin melalui produksi ROS
Pada penelitian Tatto et al. (2017) komposisi pemberian pakan tinggi lemak
pada tikus terdiri dari yang digunakan adalah pakan standar (80%), lemak
Diet tinggi fruktosa (DTF) memicu metabolisme fruktosa oleh hepar. Fruktosa
(Desmawati, 2017).
lemak dari karbon fruktosa akibat akumulasi triose fosfat. Triose fosfat berasal
pada insulin sehingga menurunkan ambilan glukosa. Hal tersebut dapat memicu
proses lipolisis sehingga asam lemak dan gliserol semakin meningkat dan
induksi diet tinggi lemak dan glukosa yang dikombinasi dengan STZ 25 mg/kgBB
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
batang merah dengan bulu halus. Daun gedi berbentuk menjari sebanyak 5-7 jari
daun dengan panjang 5-12,5 cm tersusun majemuk dan menyirip. Panjang tangkai
42
daun dengan warna merah tidak lebih dari 2,5 cm. Tanaman gedi memiliki bunga
berwarna kuning dengan bagian tengah berwarna ungu, panjang mahkota bunga
5-7,5 cm. Tanaman gedi juga memiliki buah berwarna abu-abu dan berbentuk
kapsul keras dengan panjang diameter 3,8 cm. Akar gedi memiliki bentuk
(Yuniar, 2018).
Gedi merah merupakan tanaman dari suku Malvaceae dengan tinggi 1,2-1,8 m
sering digunakan sebagai obat beberapa penyakit seperti kencing manis, maag,
gedi dalam mengobati penyakit seperti sakit ginjal, maag, serta menurunkan
kolesterol dengan cara merebus daun gedi merah tanpa menggunakan garam
(Wulan & Indradi, 2018). Selain itu daun gedi merah juga memiliki potensi
ekstrak daun gedi merah antara lain yaitu, flavonoid, alkaloid, saponin, tanin dan
melaui penetralan radikal bebas. Selain itu flavonoid diduga berfungsi sebagai
Pine (2017) menunjukkan bahwa ekstraksi daun gedi dengan pelarut etanol 96%
donor atom hidrogen dari aromatik hidroksil polifenol yang dapat mengikat
Senyawa saponin dalam daun gedi merah juga memilik aktivitas anti-diabetes
melalui inhibisi enzim α glukosidase pada usus yang berperan untuk menurunkan
(Fiana & Oktaria, 2016). Sedangkan senyawa tanin pada daun gedi merah
berperan untuk meningkatkan metabolisme gluksoa dan lemak. Tanin dalam gedi
44
pengerutan membran epitel usus halus sehinga mengurangi kadar glukosa dalam
Senyawa flavonoid pada daun gedi merah juga memiliki potensi sebagai anti-
merah dengan dosis 150, 300, dan 450 mg/kgBB dapat menurunkan kadar gula
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Konsep Penelitian
Diet Tinggi Lemak Streptozotocin
Tikus Sprague Dawley
Fruktosa (DTLF) (STZ) pada
minggu ke-4
Sekresi insulin ↓
Abelmoschus
Hiperglikemia manihot L. Medik:
Saponin
Abelmoschus
manihot L. Medik: ROS ↑
Flavonoid
Stres oksidatif
Kerusakan oksidatif
kardiomiosit
TNF-α berikatan
dengan TNFR1 Keterangan:
Induksi DM
↑ Jumlah nekrosis Kandungan Herbal
↑ Fagositosis
oleh makrofag kardiomiosit Variabel yang diteliti
Stimulasi
Inhibisi
Kardiomiopati
Diabetik
46
Keterangan :
Tikus model diabetes mellitus diinduksi diet tinggi lemak fruktosa (DTLF) dan
induksi streptozotocin (STZ). DTLF akan meningkatkan trigliserida (TG) dan free
fatty acid (FFA). Kadar FFA yang tinggi menimbulkan gangguan mekanisme
signaling reseptor insulin sehingga terjadi resistensi insulin yang menyebabkan
kondisi hiperglikemia. Resistensi insulin kemudian memicu sel beta pankreas
untuk membentuk lebih banyak insulin sehingga mengalami kelelahan yang
kemudian menyebabkan penurunan sekresi insulin (Boden dan Laakso. 2004).
Sedangkan induksi STZ menyebabkan alkilasi DNA yang menimbulkan
kerusakan pada sel beta pancreas sehingga terjadi penurunan produksi insulin
yang memicu kondisi hiperglikemia (Novrial, 2007).
Hiperglikemia pada DM menimbulkan peningkatan produksi ROS (Giacco et
al, 2010). Ketidakseimbangan antara peningkatan ROS dengan antioksidan
menimbulkan kondisi stres oksidatif dan kerusakan jaringan (Ahmed et al, 2013).
Kerusakan oksidatif jaringan menimbulkan reaksi inflamasi sehingga
meningkatan produksi sitokin proinflamasi seperti TNF-α (Nunes et al, 2012).
Ikatan TNF-α dengan reseptornya yaitu TNFR1 menyebabkan terjadinya proses
kematian sel berupa nekrosis pada kardiomiosit (Chu, 2013).
Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
yang mengandung senyawa saponin memiliki aktivitas anti-diabetes melalui
inhibisi enzim α glukosidase pada usus (Fiana & Oktaria, 2016). Sedangkan
senyawa flavonoid pada daun gedi merah berperan sebagai antioksidan serta anti-
inflamasi dengan menghambat pelepasan mediator inflamasi (Farzaei et al, 2019;
Tandi et al, 2016). Daun gedi merah (Abelmoschus manihot (L.) Medik)
diharapkan dapat menghambat peningkatan kadar TNF-α dan menghambat
peningkatan jumlah nekrosis kardiomiosit sehingga dapat mencegah komplikasi
kardiomiopati diabetik.
47
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis 1
H0: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
tipe 2.
H1: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
3.2.2 Hipotesis 2
H0: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
tipe 2.
H1: Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah (Abelmoschus manihot L. Medik)
2.
merupakan hasil ekstraksi dari serbuk daun gedi merah dengan pelarut etanol
2. Tikus model diabetes mellitus adalah tikus jenis Sprague Dawley yang
(ip) multiple dose pada minggu keempat, diet tinggi lemak dan diet tinggi
mediator inflamasi yang diproduksi oleh makrofag dan limfosit selama proses
pg/mL.
BAB IV
METODE PENELITIAN
dengan desain control group post test only design. Penelitian ini bertujuan
manihot (L.) Medik) terhadap kadar Tumor Necrosis Factor alfa (TNF α) jaringan
jantung dan jumlah nekrosis kardiomiosit pada tikus DM. Penelitian ini telah
disetujui oleh komisi etik Universitas Brawijaya Malang dengan sertifikat etik No.
Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Desember 2019 sampai April 2020.
Rumus hubungan antara perlakuan dan banyaknya ulangan adalah sebagai berikut
(p-1)(n-1) ≥ 15
50
(5-1)(n-1) ≥ 15
4(n-1) ≥ 15
n ≥ 4,75 ≈ 5
Keterangan
p = jumlah perlakuan
n = jumlah sampel
Pada jumlah 5 perlakuan maka dibutuhkan hewan coba minimal 5 ekor tikus
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu tikus galur sprague
dawley. Tikus jantan dari galur ini dipilih untuk penelitian karena tidak
berpengaruh terhadap hormon. Usia tikus yang digunakan yaitu 4-6 minggu
51
dengan berat badan sekitar 180-200 gram dalam kondisi tidak cacat dan sehat
yang ditandai dengan berbulu putih dan halus, bergerak aktif, tingkah laku normal
- Gelas ukur 25 ml
- Lemak babi
- Timbangan digital
- Lemak kambing
- Sonde
- Handscoon
- Spuit 1 cc
- Kertas saring
52
- Alat soxhlet
- Rotary Evaporator
- Lanset
- Pinset
- Paraffin - Eosin
- Microtome - Alkohol 70 %
- Oven - Alkohol 80 %
- Xylol - Alkohol 96 %
- Alkohol abolut
- Aquades
- Preparat Jantung
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Gedi Merah
(Abelmoschus manihot (L.) Medik) segar. Daun dicuci dengan air mengalir,
disortir dan dikeringkan pada suhu 40o-50o C kemudian digiling menjadi serbuk
(Indradi et al, 2018). Serbuk Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot (L.)
Medik) diperoleh dari Balai Materia Medika, Batu, Jawa Timur, dengan surat
makan dan minum sesuai standar laboratorium. Kandang dibersikan setiap dua
hari sekali dan diberi penyinaran dengan lama terang 14 jam dan lama gelap 10
multiple dose secara intra peritoneal (ip) (Mansor et al, 2013). Pemberian dosis
diet tinggi lemak pada penelitian ini mengacu pada Murwani et al (2013),
sedangkan penentuan dosis diet tinggi fruktosa pada penelitian ini mengacu pada
(4%), minyak kambing (6,5%), minyak babi (6,5%), asam kolat (0,2%), pakan
ayam (82,8%) dan air secukupnya. Bahan tersebut dicampur kemudian dibentuk
bulat. Dosis diet tinggi lemak diberikan 25 gram/hari setiap sore. Tikus
dinyatakan DM bila kadar glukosa > 126 mg/dl (Firdaus et al, 2016).
Pemberian diet tinggi fruktosa yaitu dengan membuat larutan fruktosa 20%
terdiri dari 200 ml fruktosa dicampur kedalam 1000 ml air. Dosis diet tinggi
pakan normal atau susu pap. Induksi DTLF dilakukan setiap hari selama 10
Soxhletasi
Pembuatan ekstrak etanol daun gedi merah metode soxhletasi dimulai dengan
menimbang serbuk daun gedi merah sebanyak 25 gram dibungkus dengan kertas
saring dan dimasukkan dalam timbal. Kemudian labu alas diisi dengan batu didih
dan pelarut etanol 96% 250 ml. Timbal yang berisi sampel disambungkan dengan
labu alas dan ditempatkan pada alat pemanas serta kondensor. Kemudian
dilakukan pemanasan pada pelarut sesuai dengan titik didih pelarut. Ekstraksi
dihentikan apabila pelarut berwarna jernih (Pine et al, 2017). Kemudian ekstrak
Kemudian ekstrak disuspensi dengan CMC-Na 0,1% dan diberikan dalam 3 dosis,
yaitu 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB (Tandi et al, 2016).
intramuskular. Kemudian tikus dibedah secara vertikal mengikuti linea media dari
arah abdomen menuju thorax hingga seluruh abdomen dan thorax terbuka.
Kemudian organ jantung diambil dan dibilas dengan larutan fisiologis Natrium
larutan Phosphate Buffer Saline (PBS). Organ jantung yang akan diamati
mendapatkan supernatan.
1. Jaringan jantung yang telah difiksasi formalin 10% dipotong kurang lebih 2-
3 mm. Kemudian jaringan dimasukkan ke kaset dan diberi kode sesuai kode
gross peneliti.
selama 90 menit. Apabila alarm telah berbunyi maka proses telah selesai.
5. Kemudian jaringan diletakkan dalam oven selama 30 menit dengan suhu 70-
80 derajat.
57
menit (hidrasi), dan yang terakhir dimasukkan air mengalir selama 15 menit.
pencelupan pada amonia lithium karbonat 3-5 celup. Setelah itu, masukkan
alkohol 80% selama 3 menit, alkohol 96% selama 3 menit dan terakhir
slide/objek glass ditutup cover glass dan biarkan hingga slide mengering
tersisa. Inkubasi pada 37°C selama 90 menit. Kemudian cairan dari semua
3. Aspirasi dan cuci sebanyak 3 kali menggunakan 350 μl Wash buffer pada
setiap kali pencucian lalu tambahkan 100 μl HRP Conjugate untuk masing
reagent, lindungi dari paparan cahaya. Lalu inkubasi pada 37°C selama 15
menit.
Jumlah
Kelompok Rerata + SD (pg/mL)
(n)
Kontrol Negatif 6
Kontrol Positif 6
Perlakuan 1 (EEDGM 200 mg/kgBB) 6
Perlakuan 2 (EEDGM 400 mg/kgBB) 6
Perlakuan 3 (EEDGM 800 mg/kgBB) 6
Jumlah
Kelompok Rerata + SD
(n)
Kontrol Negatif 6
59
Kontrol Positif 6
Perlakuan 1 (EEDGM 200 mg/kgBB) 6
Perlakuan 2 (EEDGM 400 mg/kgBB) 6
Perlakuan 3 (EEDGM 800 mg/kgBB) 6
Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dan homogenitas terlebih dahulu
menggunakan metode statistik parametrik yaitu one way ANOVA. Metode ini
Analisa data dilakukan dengan memakai software statistik SPSS versi 22.
60
Aklimatisasi 7 hari
Cek KGDP
Kelompok
Kontrol (-) Kelompok perlakuan : Induksi DTLF &
(Diet Normal) STZ 25mg/KgBB secara intra peritoneal 6 minggu
(ip) multiple dose pada minggu ke–4
Positif (+) DM
Cek KGDP, Berat Badan (BB), Sisa makan dan sisa minum
Tikus diinjeksi ketamine 0,2 ml im
Pembedahan
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik hewan coba yang digunakan dapat dilihat pada tabel 5.1.
BB pasca 335.4 ± 34.9a 279.2 ± 54.0b 304.80 ± 52.0c 324.8 ± 24.1c 333,6 ± 29.8a
perlakuan (g)
Δ BB (g) 92,6 ± 27,6 48,8 ± 44,5 58.0 ± 48,9 68,6 ± 33,2 80,6 ± 10,7
Asupan 89.6 ± 9.6a 84,8 ± 7,7a 77,6 ± 15,1a 86,4 ± 9,21a 81,6 ± 12,2a
Pakan (%)
KGDP awal 74.6 ± 3.0a 85.0 ± 8.5b 83.2 ± 5.3b 87.6 ± 3.9b 81.6 ± 3.2b
(mg/dL)
KGDP pra 100.0 ± 7.9a 182.6 ± 43.1b 171.6 ± 11.6b 172.2 ± 26.6b 163.6 ± 9.9b
perlakuan
(mg/dL)
KGDP pasca 111.6 ± 5.9a 149.8 ± 11.1b 130.6 ± 4.8c 120.8 ± 11.4d 113.8 ± 5.7a
perlakuan
(mg/dL)
Δ KGDP 11.6 ± 13.7 32.8 ± 34.3 41.0 ± 9.7 51.4 ± 33.0 49.8 ± 6.2
(mg/dL)
Keterangan:
Data tabel 4 merupakan data kelompok
Data dalam mean ± SD. Uji statistik menggunakan One Way Anova dan Post Hoc LSD test, BB: Berat Badan, Δ BB:
selisih BB post treat dan pre treat, KGDP : Kadar Glukosa Darah Puasa, ∆ KGDP : selisih KGDP post treat dan pre treat,
KN: Kontrol Normal, KDM: Kontrol Diabetes Melitus, EEDGM: pemberian ekstrak etanol daun gedi merah. Notasi yang
berbeda menunjukkan signifikansi (p<0.05).BB pra perlakuan: sebelum induksi DM, BB pasca perlakuan: setelah induksi
DM dan EEDGM KGDP Awal: sebelum induksi DM dan EEDGM, KGDP pra perlakuan: setelah induksi STZ, KGDP
pasca perlakuan: setelah diberi EEDGM.
62
Berdasarkan tabel 5.1, berat badan pra perlakuan relatif tidak berbeda antar
kelompok (p>0,05). Berat badan pasca perlakuan cenderung lebih meningkat pada
Asupan pakan terendah terdapat pada kelompok EEDGM 200 mg/kgBB dan
tertinggi pada kelompok KN tetapi tidak berbeda signifikan (p>0,05). Kadar Gula
kelompok KDM (p<0,05). Kadar Gula Darah Puasa pasca perlakuan pada
5.2 Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah (EEDGM) terhadap kadar TNF-
Efek EEDGM terhadap kadar TNF-α jantung tikus model DM dapat dilihat
Tabel 5.2 Rerata Kadar TNF-α Jantung Yang Diberi Ekstrak Etanol Daun
Gedi Merah (EEDGM) Pada Tikus DM
Rerata ± SD Kadar
Kelompok Perlakuan N
(pg/mL)
Kontrol Kontrol Negatif (Diet standar tanpa 5 498,29 ± 16,32a
Normal (KN) perlakuan)
1000
900 879.02
800
700
Kadar (pg/mL)
Kelompok (n = 5)
Keterangan
a,b,c,.... = huruf berbeda menunjukkan perbedaan efek (p<0,05).
Gambar 9. Histogram Kadar TNF-α Jantung Tikus Model DM yang Diberikan
Perlakuan Berupa Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah
.
Induksi DM pada tikus dengan pemberian DTLF dan STZ meningkatkan kadar
normal (p<0,05). Pemberian EEDGM dengan dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB,
dan 800 mg/kgBB secara signifikan menurunkan TNF-α jantung tikus model DM
TNF-α dengan efek terkuat pada dosis 200 mg/kgBB (p<0,05). Pemberian dosis
EEDGM 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB lebih tinggi dibandingkan kelompok
normal (p<0,05).
64
A B
C D
normal. Nekrosis kardiomiosit yang ditandai dengan inti sel piknotik (mengecil),
5.4 Efek Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah (EEDGM) terhadap Jumlah
Nekrosis Kardiomiosit Jantung Tikus Model DM
80
70 67.45
20
10
Kelompok (n=5)
Keterangan
a,b,c,.... = huruf berbeda menunjukkan perbedaan efek (p<0,05).
Gambar 11. Histogram Jumlah Nekrosis Kardiomiosit Tikus Model DM yang
Diberikan Perlakuan Berupa Ekstrak Etanol Daun Gedi Merah
Induksi DM dengan pemberian DTLF dan STZ meningkatkan secara
normal (p<0,05). Pemberian EEDGM dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan
kardiomiosit dengan efek terkuat pada dosis 200 mg/kgBB (p<0,05). Jumlah
Hasil uji korelasi Pearson antara kadar TNF-α jantung dengan jumlah nekrosis
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan tikus galur Sprague dawley jantan berusia 4-6
minggu dengan berat badan 180-200 gram. Pemilihan galur Sprague dawley
sebagai hewan uji karena memiliki temperamen yang baik sehingga cukup tahan
terhadap perlakuan (Pambudi, 2017). Selain itu, tikus Sprague dawley memiliki
(Nugraheni, 2012). Tikus jantan digunakan sebagai hewan uji karena tidak
Berat badan kelompok EEDGM pasca perlakuan menunjukkan nilai yang lebih
karena adanya aktivitas senyawa flavonoid dan saponin pada ekstrak etanol daun
gedi merah. Senyawa flavonoid berperan dalam peningkatan berat badan dengan
Sedangkan pada kelompok KDM pasca perlakuan memiliki berat badan yang
lebih rendah secara signifikan dibandingkan kelompok normal (KN). Berat badan
yang rendah pada kelompok DM disebabkan oleh induksi DTLF dan STZ yang
berperan dalam resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin (Boden & Laakso,
2004; Graham et al, 2011; Wulansari & Wulandari, 2018). Resistensi dan
69
terjadi penurunan berat badan kelompok KDM (Phielix & Roden, 2013). Pada
hasil pengukuran asupan pakan didapatkan penurunan nafsu makan pada KDM
dibandingkan kelompok KN. Hal tersebut diduga karena adanya absorbsi lemak
Kadar gula darah puasa (KGDP) kelompok KDM memiliki nilai lebih tinggi
induksi DTLF dan STZ yang menimbulkan resistensi insulin serta penurunan
sekresi insulin sehingga terjadi hiperglikemia (Boden & Laakso, 2004; Graham et
al, 2011; Wulansari & Wulandari, 2018). Sedangkan KGDP pada kelompok
KDM. Hal tersebut disebabkan karena adanya senyawa aktif seperti flavonoid dan
saponin pada daun gedi merah yang berperan sebagai antidiabetik. Flavonoid
6.2 Efek Pemberian DTLF dan STZ terhadap Kadar TNF-α Jantung dan
Induksi DTLF dan STZ dapat meningkatkan kadar TNF-α jantung dan jumlah
Diet tinggi lemak dapat meningkatkan Free Fatty Acid (FFA) yang berperan
Kinase C merupakan enzim yang berperan dalam fosforilasi serin pada Insulin
resistensi insulin yang berlanjut pada kondisi hiperglikemia (Boden & Laakso,
2004).
menuju aliran darah. Fruktosa akan masuk ke dalam hepatosit melalui GLUT2
dan diubah menjadi fruktosa 1-fosfat oleh enzim fruktokinase. Fruktosa 1-fosfat
kemudian diubah menjadi triose fosfat oleh enzim aldolase B. Peningkatan triose
fosfat memicu terjadinya sintesis glikogen dan asam lemak dari karbon fruktosa
pada sel β pankreas sehingga menurunkan produksi insulin. STZ memasuki sel β
melalui GLUT2 dan menyebabkan alkilasi DNA. Kerusakan pada DNA memicu
aktivasi poly ADP-rybosylation yang menyebabkan deplesi pada NAD+ dan ATP
xanthine oxidase yang memicu pembentukan radikal superoxide. Selain itu, STZ
sitokin proinflamasi seperti TNF-α (Nunes et al, 2012). Tumor Necrosis Factor-α
2008; Chu, 2013). Death domain (DD) pada RIP1 mengikat TNF-receptor
associated death domain (TRADD) dan Fas associated via death domain
Induksi lemak pada DTLF meningkatkan kadar FFA dalam darah yang dapat
memicu reaksi inflamasi sitemik low-grade. Peningkatan FFA dalam darah dapat
Oxygen Species juga meningkatkan protein RIP1 dan RIP3 sehingga memicu
Pada penelitinan ini, induksi STZ dan DTLF meningkatkan kadar TNF-α
jantung dan jumlah nekrosis kardiomiosit sekitar dua kali lipat dibandingkan
dengan kontrol normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa induksi STZ dan
terjadi reaksi inflamasi yang meningkatkan kadar TNF-α dan jumlah nekrosis
6.3 Kadar TNF-α Jantung Tikus Model Diabetes Setelah Diberikan Ekstrak
peningkatan TNF-α jantung pada tikus DM. Hal tersebut disebabkan karena daun
Daun gedi merah memiliki efek antiinflamasi yang secara langsung mencegah
produksi sitokin proinflamasi seperti TNF-α melalui inhibisi NF-κB (Izzi et al,
2012; Farzei et al, 2019). Quercetin merupakan salah satu jenis flavonoid yang
Efek antioksidan pada daun gedi merah merupakan efek tidak langsung
dan alkaloid. Senyawa flavonoid dapat mencegah injury yang disebabkan oleh
radikal bebas sehingga menghasilkan radikal yang lebih stabil. Gugus hidroksil
sebagai antioksidan primer dengan cara mendonorkan atom H pada radikal bebas
(Marcedes, 2017). Flavonoid dalam daun gedi merah berperan dalam mencegah
rusaknya sel β pankreas serta menetralkan radikal bebas yang dapat meningkatkan
memicu sintesis glikogen (Arjadi & Susatyo, 2010). Senyawa saponin dalam daun
74
glukosidase pada usus yang berperan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pelepasan insulin (Firdaus, 2018). Sedangkan senyawa tanin pada daun gedi
penyerapan glukosa sehingga kadar glukosa darah berkurang (Tandi et al, 2016).
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan signifikan antar dosis EEDGM dalam
menghambat peningkatan TNF-α dengan efek terkuat pada dosis 200 mg/kgBB.
lebih tinggi dibandingkan dosis 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB. Hal ini diduga
karena adanya kandungan flavonoid yang berlebihan pada EEDGM dosis 400
Martyn, 2000). Pada penelitian ini didapatkan kesan non-dependent dose karena
tidak adanya peningkatan efektivitas yang menyertai peningkatan dosis. Hal ini
diduga karena terdapat senyawa multikomponen pada daun gedi merah yang
Hasil penelitian ini dapat terjadi diduga karena asupan pakan yang rendah pada
kelompok EEDGM dosis 200 mg/kgBB. Asupan pakan yang rendah dapat
Pada penelitian ini didapatkan kadar TNF-α bernilai > 200 pg/mL yang
menunjukkan bahwa EEDGM diduga belum kuat dalam menurunkan kadar TNF-
menyebutkan apabila kadar rerata normal TNF-α jaringan sekitar 203,08 pg/mL.
Hal ini diduga karena Induksi lemak pada DTLF yang meningkatkan kadar free
fatty acid dalam darah dapat mengaktivasi makrofag yang memicu produksi
aktivasi sel-sel radang seperti makrofag dan limfosit. Tumor Necrosis Factor-α
mentransmisikan signal melalui dua reseptor, yaitu TNF reseptor 1 (TNFR1) dan
TNF reseptor 2 (TNFR2). TNF reseptor 1 berperan hampir pada seluruh tipe sel,
karioreksis dan kariolisis. Piknosis berupa inti yang mengecil dengan peningkatan
fragmentasi, sedangkan pada gambaran kariolisis warna basofil dan kromatin akan
nekrosis kardiomiosit pada tikus DM. Hal tersebut disebabkan karena adanya
senyawa pada daun gedi merah yang memiliki aktivitas antiinflamasi, antioksidan,
Efek antiinflamasi daun gedi merah merupakan efek secara langsung terhadap
(Serafini et al, 2010). Pengurangan ekspresi gene TNF-α diperankan oleh salah
satu jenis flavonoid yaitu quercetin melaui penekanan aktivitas NF-κB (Nair et al,
Sedangkan efek antioksidan pada daun gedi merah secara tidak langsung
antioksidan pada daun gedi merah diperankan oleh senyawa flavonoid dan
alkaloid dengan menetralkan radikal bebas melalui oksidasi oleh radikal tersebut
mg/kgBB dan 800 mg/kgBB. Hal ini disebabkan karena senyawa flavonoid pada
superoksida dan hidroksil radikal (Munawwaroh, 2019). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Fuadi tahun 2020 (unpublish) yang meneliti tentang
kardiomiosit (Gawel et al, 2004). Selain itu, hal tersebut juga bisa disebabkan
fitokimia pada ekstrak etanol daun gedi merah sehingga tidak dapat diketahui
senyawa apa saja yang berefek terhadap variabel penelitian. Pada penelitian ini,
tikus model DM tipe 2 tidak dilakukan uji resistensi insulin yang merupakan salah
BAB VII
7.1 Kesimpulan
bahwa:
1. Induksi DTLF dan STZ meningkatkan kadar TNF-α jantung dan jumlah
nekrosis kardiomiosit
2. Pemberian ekstrak etanol daun gedi merah dosis 200 mg/kgBB, 400
3. Dosis 200 mg/kgBB merupakan dosis dengan efek paling kuat dalam
7.2 Saran
peneliti menyarankan:
3. Melakukan penelitian dengan dosis yang lebih rendah dari 800 mg/kgBB dan
Arackal A, Alsayouri K. Histology, Heart. [Updated 2019 Sep 20]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-
Arjadi, F., and Susatyo, P. 2010. Regenerasi sel pulau langerhans pada tikus putih
(rattus norvegicus) diabetes yang diberi rebusan daging mahkota (phaleria
macrocarp lam). Sains Medika, 2(2), 117-126.
80
Berawi, K.N., dan T, Agverianti. 2017. Efek Aktivitas Fisik pada Proses
Pembentukan Radikal Bebas sebagai Faktor Risiko Aterosklerosis.
Majority. 6(2):85-90.
Boden, G and M, Laakso. 2004. Lipids and Gucose in Type 2 Diabetes. Diabetes
Care 27(9): 2253-2259
BPOM. 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Rebuplik Indonesia, Jakarta.
Chen, L., Deng, H., Cui, H., Fang, J., Zuo, Z., Deng, J., Li, Y., Wang, X., and
Zhao, L. 2017. Inflammatory responses and inflammation-associated
diseases in organs. Oncotarget, 9(6):7204–7218.
Choi, K. H., Kim, J. H., Kang, K. W., Kim, J. T., Choi, S. M., Lee, S. H., ... and
Cho, K. H. 2019. HbA1c (glycated hemoglobin) levels and clinical outcome
post-mechanical thrombectomy in patients with large vessel
occlusion. Stroke, 50(1), 119-126.
81
Decroli, Eva. 2019. Diabetes Melitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Druce, M., Rockall, A., and Grossman, A. B. 2009. Fibrosis and carcinoid
syndrome: from causation to future therapy. Nature Reviews
Endocrinology, 5(5), 276.
Dupas, J., Goanvec, C., Feray, A., Guernec, A., Alain, C., Guerrero, F., and
Mansourati, J. 2016. Progressive induction of type 2 diabetes: effects of a
reality–like fructose enriched diet in young Wistar rats. PLoS One, 11(1).
Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi
82
Farzaei, M. H., Singh, A. K., Kumar, R., Croley, C. R., Pandey, A. K., Coy-
Barrera, E., ... and Tenore, G. C. 2019. Targeting inflammation by
flavonoids: Novel therapeutic strategy for metabolic disorders. International
journal of molecular sciences,20(19), 4957.
Fathmi, Ain. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Gula Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universtas Muhammadiyah
Surakarta.
Fayyaz, B., Rehman, H. J., and Minn, H. 2019. Interpretation of hemoglobin A1C
in primary care setting. Journal of community hospital internal medicine
perspectives, 9(1), 18–21.
Fiana, N., and Oktaria, D. 2016. Pengaruh kandungan saponin dalam daging buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap penurunan kadar glukosa
darah. Jurnal Majority, 5(4), 128-132.
Firdaus, F., Rimbawan, R., Marliyati, S. A., and Roosita, K. 2016. Model Tikus
Diabetes yang Diinduksi Streptocotozin-Sukrosa untuk Pendekatan
Penelitian Diabetes Mellitus Gestasional. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 12(1), 29-34.
83
Freire, M. O., and Van Dyke, T. E. 2013. Natural resolution of inflammation.
Periodontology 2000, 63(1), 149–164.
Goyal R and I Jialal. 2019. Diabetes Mellitus Type 2. New Delhi: StatPearls
Publising LLC
Graham, M. L., Janecek, J. L., Kittredge, J. A., Hering, B. J., and Schuurman, H.
J. 2011. The streptozotocin-induced diabetic nude mouse model: differences
between animals from different sources. Comparative medicine, 61(4), 356–
360.
Hasanah, A. 2015. Efek Jus Bawang Bombay (Allium cepa Linn.) Terhadap
Motilitas Spermatozoa Mencit Yang Diinduksi Streptozotocin
(STZ). Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Keluarga, 11(2), 92-101.
Hinton, R. B., and Yutzey, K. E. 2011. Heart valve structure and function in
development and disease. Annual review of physiology, 73, 29-46.
84
Horiuchi, T., Mitoma, H., Harashima, S. I., Tsukamoto, H., and Shimoda, T.
2010. Transmembrane TNF-α: structure, function and interaction with anti-
TNF agents. Rheumatology, 49(7), 1215-1228.
Huy L A P, Hua H and C P Huy. 2008. Free Radical, Antioxidants in Disease and
Health. Int J Biomedic Sci 4(2):89-96
Iskender, H., Dokumacioglu, E., Saral, S., Yenice, G., and Sevim, C. 2018. NF-
κB, TNF-α and IL-6 Levels in Liver and Kidney of High-Fructose-Fed
Rats. Journal of Advances in Medical and Pharmaceutical Sciences, 1-7.
Jain, P., Pandey, R., and Shukla, S. S. 2015. Inflammation: Natural resources and
its applications. India: Springer
Kumar, V., Abbas, A. K., and Aster, J. C. 2013. Robbins basic pathology.
9th. Philadelphia, USA, Saunders: Elsevier, 2572013.
Kung, G., Konstantinidis, K., and Kitsis, R. N. 2011. Programmed necrosis, not
apoptosis, in the heart. Circulation research, 108(8), 1017-1036.
85
Kurniati, R. I. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Daun Buas-Buas
(Premna cordifolia Linn.) dengan Metode DPPH (2, 2-difenil-1-
pikrilhidrazil). Doctoral dissertation, Tanjungpura University.
Lorenzo-Almoros, A., Tunon, J., Orejas, M., Cortés, M., Egido, J., and Lorenzo,
Ó. 2017. Diagnostic approaches for diabetic
cardiomyopathy. Cardiovascular diabetology, 16(1), 1-14.
Mansor, L.S., Gonzalez, E.R., Cole, M.A. et al. 2013. Cardiac metabolism in new
rat model of type 2 diabetes using high-fat diet with low dose
streptozotocin. Cardiovasc Diabetol 12, 136
Masyita, N., Santoso, K., Kusumorini, N., Satyaningtijas, A. S., and Supiyani, A.
2015. Pengamatan Aktivitas Tikus Wistar Jantan dengan Alat Opto-
Varimexa pada Kondisi Diet Tinggi Minyak Trans. Bioma, 11(1), 89-97.
Mescher, AL. 2011. Histologi Dasar Junqueira, Teks, dan Atlas, Edisi 12. Jakarta:
EGC
86
Morgan, M. J., Kim, Y. S., and Liu, Z. G. 2008. TNFα and reactive oxygen
species in necrotic cell death. Cell research,18(3), 343-349.
Murwani, S., Ali, M., and Muliartha, K. 2013. Diet aterogenik pada tikus putih
(Rattus novergicus strain Wistar) sebagai model hewan
aterosklerosis. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 22(1), 6-9.
Nair, M. P., Mahajan, S., Reynolds, J. L., Aalinkeel, R., Nair, H., Schwartz, S. A.,
and Kandaswami, C. 2006. The flavonoid quercetin inhibits
proinflammatory cytokine (tumor necrosis factor alpha) gene expression in
normal peripheral blood mononuclear cells via modulation of the NF-κβ
system. Clinical and vaccine immunology, 13(3), 319-328.
87
Nurjannah. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gedi Merah (Abelmoschus
manihot L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus (Rotus novergicus)
yang Diinduksi Prednison dan Garam. [Skripsi]. Universitas Islam Negeri
Alauddin, Makassar.
Oliver TI, Mutluoglu M. Diabetic Foot Ulcer. [Updated 2020 Mar 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Pambudi, R. 2017. Perbedaan Panjang Serta Berat Tubuh Fetus Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) Galur Sprague-Dawley Terhadap Pemberian Asam
Folat Pada Periode Kehamilan Yang Berbeda.
Phaniendra A., Jestadi D.B. and Periyasamy L., 2015. Free radicals : properties,
source, targets and their implication in various disease. India Journal
Clinical Biochemical. 30 (1): 11-26.
88
Pihlaja, R., Haaparanta-Solin, M., and Rinne, J. O. 2017. The anti-inflammatory
effects of lipoxygenase and cyclo-oxygenase inhibitors in inflammation-
induced human fetal glia cells and the Aβ degradation capacity of human
fetal astrocytes in an ex vivo assay. Frontiers in neuroscience, 11, 299.
Pine, A. T. D., Alam, G., and Attamimi, F. 2017. Standardisasi mutu ekstrak daun
gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik) dan uji efek antioksidan dengan
metode DPPH. Jurnal Farmasi UIN Alauddin Makassar, 3(3), 111-128.
Purnamasari, Dyah. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing
Rathee, P., Chaudhary, H., Rathee, S., Rathee, D., Kumar, V., and Kohli, K. 2009.
Mechanism of action of flavonoids as anti-inflammatory agents: a
review. Inflammation & allergy-drug targets (formerly current drug targets-
inflammation & allergy),8(3), 229-235.
Rehman I, Rehman A. Anatomy, Thorax, Heart. [Updated 2019 Feb 10]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470256/
Sakimoto, T., Yamada, A., and Sawa, M. 2009. Release of soluble tumor necrosis
factor receptor 1 from corneal epithelium by TNF-α–converting enzyme-
89
dependent ectodomain shedding. Investigative ophthalmology & visual
science, 50(10), 4618-4621.
Sari, D. R., Rimbun, R., Yuliawati, T. H., Susanto, J., Gunawan, A., and Harjanto,
J. M. 2018. GLUT 4 di Jaringan Adiposa (GLUT 4 in Adipose Tissue).
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 21(1),
75-81.
Singh, V. P., Bali, A., Singh, N., and Jaggi, A. S. 2014. Advanced glycation end
products and diabetic complications. The Korean Journal of Physiology &
Pharmacology, 18(1), 1-14.
Sun, Q., Li, J., and Gao, F. 2014. New insights into insulin: The anti-
inflammatory effect and its clinical relevance. World journal of
diabetes, 5(2),
Swinnen, S. G., Hoekstra, J. B., and DeVries, J. H. 2009. Insulin therapy for type
2 diabetes. Diabetes care, 32 Suppl 2(Suppl 2), S253–S259.
90
Tambunan, S., Malik, Z., and Ismawati, I. 2015. Histopatologi aorta torasika tikus
putih (Rattus norvegicus strain Wistar) jantan setelah pemberian diet
aterogenik selama 12 minggu (Doctoral dissertation, Riau University).
Tan, Y., Zhang, Z., Zheng, C., Wintergerst, K. A., Keller, B. B., and Cai, L. 2020.
Mechanisms of diabetic cardiomyopathy and potential therapeutic
strategies: preclinical and clinical evidence.Nature Reviews Cardiology, 1-
23.
Tandi J, Muthi’ah H Z, Yuliet and Yusriadi. 2016. Efektivitas Daun Gedi Merah
Terhadap Glukosa Darah, Malondialdehid, 8-Hidroksi-Deoksiguanosin,
Insulin Tikus Diabetes. J. Trop. Pharm. Chem. 3(4):264-276
Tatto, D., Niluh, P. D., and Feiverin, T. 2017. Efek Antihiperkolesterol dan
Antihiperglikemik Ekstrak Daun Cermai (Phyllantus acidus (L.) Skeels)
pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) Hiperkolesterol
Diabetes. Journal Farmasi Galenika,3(2), 157-164.
Thiriet, Marc. 2008. Biology and Mechanics of Blood Flows. New York: Springer
Science+Business Media, LLC.
Urschel, K., and Cicha, I. 2015. TNF-α in the cardiovascular system: from
physiology to therapy. Internat J Interferon Cytokine Med Res, 7, 9-25.
Valko, M., Rhodes, C., Moncol, J., Izakovic, M. M., & Mazur, M. (2006). Free
radicals, metals and antioxidants in oxidative stress-induced
cancer. Chemico-biological interactions, 160(1), 1-40.
Wardani, N.P. 2016. Efek Ekstrak Daun Katuk (Saurapus andragynus L) terhadap
Perubahan Kadar Malondialdehid (MDA) Tikus Putih (Rattus norvegicus
strain wistar) yang Diinduksi Minyak Goreng Deep Frying. Fakultas
Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
91
Wilson, R. D., and Islam, M. S. 2012. Fructose-fed streptozotocin-injected rat: an
alternative model for type 2 diabetes. Pharmacological Reports, 64(1), 129-
139.
Wulan, O. T., and Indradi, R. B. 2018. Profil Fitokimia dan Aktivitas Farmakologi
Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik.). Farmaka, 16(2).
Xiao, J., Li, J., Cai, L., Chakrabarti, S., and Li, X. 2014. Cytokines and diabetes
research.
Xu, T., Ding, W., Ji, X., Ao, X., Liu, Y., Yu, W., and Wang, J. 2019. Oxidative
stress in cell death and cardiovascular diseases. Oxidative medicine and
cellular longevity.
Yilmaz, S., Canpolat, U., Aydogdu, S., and Abboud, H. E. 2015. Diabetic
Cardiomyopathy; Summary of 41 Years. Korean circulation journal, 45(4),
266–272.
Zelová, H., and Hošek, J. 2013. TNF-α signalling and inflammation: interactions
between old acquaintances. Inflammation Research, 62(7), 641-651.
Zhang, H., Park, Y., Wu, J., Lee, S., Yang, J., Dellsperger, K. C., & Zhang, C.
2009. Role of TNF-α in vascular dysfunction.Clinical science, 116(3), 219-
230.
92
Zheng, J., Wang, Y., Han, S., Luo, Y., Sun, X., Zhu, N., ... and Li, J. 2018.
Identification of protein kinase C isoforms involved in type 1 diabetic
encephalopathy in mice. Journal of diabetes research.
93
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
94
Lampiran 2. Surat Determinasi Abelmoschus manihot (L.) Medik
95
Lampiran 3. Analisa statistik Kadar TNF-α Jantung
Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar TNF-alpha
,077 25 ,200* ,976 25 ,797
Jaringan Jantung
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives
ANOVA
96
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok (J) Kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Normal KDM -380,7360* 37,39393 ,000 -458,7384 -302,7336
P1 15,8160 37,39393 ,677 -62,1864 93,8184
P2 -79,6660* 37,39393 ,046 -157,6684 -1,6636
P3 -55,7220 37,39393 ,152 -133,7244 22,2804
KDM Normal 380,7360* 37,39393 ,000 302,7336 458,7384
P1 396,5520* 37,39393 ,000 318,5496 474,5544
P2 301,0700* 37,39393 ,000 223,0676 379,0724
P3 325,0140* 37,39393 ,000 247,0116 403,0164
P1 Normal -15,8160 37,39393 ,677 -93,8184 62,1864
KDM -396,5520* 37,39393 ,000 -474,5544 -318,5496
P2 -95,4820* 37,39393 ,019 -173,4844 -17,4796
P3 -71,5380 37,39393 ,070 -149,5404 6,4644
P2 Normal 79,6660* 37,39393 ,046 1,6636 157,6684
KDM -301,0700* 37,39393 ,000 -379,0724 -223,0676
P1 95,4820* 37,39393 ,019 17,4796 173,4844
P3 23,9440 37,39393 ,529 -54,0584 101,9464
P3 Normal 55,7220 37,39393 ,152 -22,2804 133,7244
KDM -325,0140* 37,39393 ,000 -403,0164 -247,0116
P1 71,5380 37,39393 ,070 -6,4644 149,5404
P2 -23,9440 37,39393 ,529 -101,9464 54,0584
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Means Plots
1000
Mean of Kadar TNF-alpha Jaringan Jantung
900
800
700
600
500
400
Normal KDM P1 P2 P3
Kelompok
97
Lampiran 4. Analisa statistik Jumlah Nekrosis Kardiomiosit
Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nekrosis Kardiomiosit .143 25 .200* .941 25 .154
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives
Nekrosis Kardiomiosit
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Normal 5 30.9125 2.51256 1.12365 27.7927 34.0323 27.30 34.40
KDM 5 67.4500 2.56935 1.14905 64.2597 70.6403 64.20 70.70
P1 5 43.4350 2.64005 1.18067 40.1569 46.7131 38.75 45.00
P2 5 51.7375 1.31690 .58893 50.1024 53.3726 49.80 53.50
P3 5 48.1500 1.21758 .54452 46.6382 49.6618 46.80 50.10
Total 25 48.3370 12.27318 2.45464 43.2709 53.4031 27.30 70.70
Nekrosis Kardiomiosit
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.815 4 20 .530
ANOVA
Nekrosis Kardiomiosit
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3522.740 4 880.685 190.615 .000
Within Groups 92.404 20 4.620
Total 3615.144 24
98
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) Kelompok (J) Kelompok (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Normal KDM -36.5375* 1.35944 .000 -39.3733 -33.7017
P1 -12.5225* 1.35944 .000 -15.3583 -9.6867
P2 -20.8250* 1.35944 .000 -23.6608 -17.9892
P3 -17.2375* 1.35944 .000 -20.0733 -14.4017
KDM Normal 36.5375* 1.35944 .000 33.7017 39.3733
P1 24.0150* 1.35944 .000 21.1792 26.8508
P2 15.7125* 1.35944 .000 12.8767 18.5483
P3 19.3000* 1.35944 .000 16.4642 22.1358
P1 Normal 12.5225* 1.35944 .000 9.6867 15.3583
KDM -24.0150* 1.35944 .000 -26.8508 -21.1792
P2 -8.3025* 1.35944 .000 -11.1383 -5.4667
P3 -4.7150* 1.35944 .002 -7.5508 -1.8792
P2 Normal 20.8250* 1.35944 .000 17.9892 23.6608
KDM -15.7125* 1.35944 .000 -18.5483 -12.8767
P1 8.3025* 1.35944 .000 5.4667 11.1383
P3 3.5875* 1.35944 .016 .7517 6.4233
P3 Normal 17.2375* 1.35944 .000 14.4017 20.0733
KDM -19.3000* 1.35944 .000 -22.1358 -16.4642
P1 4.7150* 1.35944 .002 1.8792 7.5508
P2 -3.5875* 1.35944 .016 -6.4233 -.7517
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Means Plots
70
60
Mean of Nekrosis Kardiomiosit
50
40
30
20
Normal KDM P1 P2 P3
Kelompok
99
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan
100
Pengecekan Kadar Gula Darah Tikus
Injeksi Ketamin
101
Pengambilan Organ Jantung Penimbangan Organ Jantung
102
Pengecekan Histopatologi
Pengukuran kadar dengan
Jantung
microplate reader
103