Skripsi Lola Louvita
Skripsi Lola Louvita
SKRIPSI
SKRIPSI
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
|i
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
TIM PENGUJI
Ketua Program Studi : Ety Nurhayati, S.Kep., M.Kep., Ns. Sp. Kep. Mat ( )
| ii
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan penguji skripsi program studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan dalam mendapat
Gelar sarjana Keperawatan
Pembimbing
| iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Skripsi ini merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang
diberikan-Nya kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan puji dan syukur
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Faktor-Faktor Distress Pada Lansia Diabetes Melitus Tipe II” dengan baik
dan lancar. Penulisan ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti sidang
kesarjanaan di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Esa Unggul, Jakarta. Penulisan skripsi ini tentunya jauh dari sempurna,
hal ini disadari karena keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang turut membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini kepada, antara lain:
1. Yang terhormat Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA, selaku Rektor
Universitas Esa Unggul.
2. Yang terhormat Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt, selaku Dekan
Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.
3. Yang terhormat Antia, S.Kp., M.Kep, selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan
Universitas Esa Unggul.
4. Yang terhormat Ns. Abdurrasyid, S.Kep, M.Kep., Sp. Kep. Kom selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, tenaga, pikiran dan telah
menyediakan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, serta tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Kepada selaku dosen-dosen Prodi Keperawatan Universitas Esa Unggul yang
telah mengajar dan membagi ilmu-ilmunya kepada penulis selama berkuliah di
Universitas Esa Unggul.
6. Kepada Orangtua-ku tercinta yang selalu memberikan dukungan, motivasi
serta doa yang diberikan tanpa henti kepada penulis dan memberi dukungan
dalam berbagai aspek.
7. Kepada Afifuddin S.T yang selalu memberikan dukungan, motivasi, bantuan,
waktu serta doa yang diberikan tanpa henti kepada penulis dalam setiap waktu.
| iv
8. Rekan-rekan kerja yang membantu dalam melakukan penelitian yang saya
lakukan.
9. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Terakhir penulis ingin mengucapkan bahwa urutan ucapan terima kasih di kata
pengantar ini bukanlah penentu tingkat dukungan, tetapi benar-benar tulus hanya
sebuah urutan formalitas angka saja. Semoga Allah memberikan kebaikan kepada
kalian semua. Penulis pun mengharapkan kritik dan saran yang mengarah pada
perbaikan skripsi ini agar berguna bagi pembaca. Atas perhatian pembaca, penulis
ucapkan terima kasih.
Lola Louvita
|v
HALAMAN PERNYATAAN PERSUTUJAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Esa Unggul, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
NIM 20160303049
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan
Lola Louvita
| vi
ABSTRAK
Distress seharusnya dapat dikendalikan dengan baik agar kadar gula darah dalam
tubuh berada dalam batas normal. Distess merupakan gangguan tubuh dan pikiran
yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Besar atau kecilnya
masalah yang terjadi adalah relatif dan tergantung bagaimana sudut pandang
masing-masing orang untuk memahami dan menghadapinya. Jika tidak mengetahui
faktor yang mempengaruhi distress dan tidak segera ditangani, maka akan
menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Rumusan masalah yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
distress pada lansia penderita Diabetes melitus tipe2. Tujuan penelitian ini adalah
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi distress pada lansia diabetes melitus
tipe 2, dan mengetahui dampaknya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan menggunakam metode literature review. Hasil Dari Penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi distress pada lansia
penderita Diabetes melitus tipe2.
ABSTRACT
Distress should be well controlled so that blood sugar levels in the body are within
normal limits. Distess is a disorder of body and mind caused by changes and
demands of life. Big or small the problem that occurs is relative and depends on
how the point of view of each person to understand and deal with it. If you do not
know the factors that affect distress and are not treated immediately, it will have a
bad impact on health. The formulation of the problem that will be carried out in
this study are the factors that can affect distress in the elderly with type 2 diabetes
mellitus. The purpose of this study was to determine the factors that influence
distress in the elderly with type 2 diabetes mellitus, and to determine its impact.
This study is a qualitative study using the literature review method. The results of
this study were to determine the factors that can affect distress in elderly people
with type 2 diabetes mellitus.
| vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................5
2.1 Lansia 5
| viii
2.1.1 Definisi Lansia ....................................................................................... 5
| ix
3.5 Sintesis Hasil Penelitian ...............................................................................29
BAB IV ..................................................................................................................30
BAB V ...................................................................................................................51
PEMBAHASAN ...................................................................................................51
5.2 Faktor Distress yang Terjadi Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
........................................................................................................................... 53
BAB VI ..................................................................................................................61
PENUTUP .............................................................................................................61
|x
6.2 Saran 61
| xi
DAFTAR TABEL
| xi
DAFTAR GAMBAR
| xii
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
|1
Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke (21,1%), dan penyakit Jantung
Koroner (12,9%). Diabetes melitus pada lansia dapat memberi dampak
terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual, dan mengancam
keseimbagan fisiologis. (Amrina Rosyada.2013).
Distress seharusnya dapat dikendalikan dengan baik agar kadar gula darah
dalam tubuh berada dalam batas normal. Distess merupakan gangguan tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Besar
atau kecilnya masalah yang terjadi adalah relatif dan tergantung bagaimana
sudut pandang masing-masing orang untuk memahami dan menghadapinya
(Suliswati,et,all, 2014).
|2
Keadaan sakit dan infeksi dapat memberikan respon berupa Distress fisik
atau emosional. Apabila Distress ini menetap maka akan terjadi peningkatan
kadar hormon yaitu, glukagon, epinefrin, norepinefrin, kortisol dan hormon
pertumbuhan. Hormon hormon ini akan meningkatkan, yaitu glukagon,
epinefrin, growth hormone dan glukokortikoroid yang akan menimbulkan
respon tubuh berupa pengaktivasi sistem syaraf simpatis dan peningkatan
kortisol. Kortisol akan meningkatkan konversi asam amino, laktat, dan piruvat
di hati menjadi glukosa, akibatnya Distress akan meningkatkan kadar glukosa
darah (Smeltzer & Bare, 2010).
Distress seharus nya dapat dikendalikan dengan baik agar kadar gula darah
dalam tubuh berada dalam batas normal. Distress merupakan gangguan tubuh
dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Besar
atau kecilnya masalah yang terjadi adalah relatif dan tergantung bagaimana
sudut pandang masing-masing orang untuk memahami dan menghadapinya
(Suliswati,et,all, 2010). Banyak orang yang tidak menyadari bahwa
menghindari Distress dengan melakukan hal yang salah akan dapat
mengakibatkan kesehatan menjadi buruk, misalnya pasien yang tidak
mengikuti program diet dengan benar (Rasmun, 2011).
Dalam sub-bab ini akan membahas tentang apa saja tujuan dan manfaat
dari penelitian ini, berikut adalah penjelasannya:
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi distress pada lansia
diabetes melitus tipe 2.
|3
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:
a. Teridentifikasinya faktor-faktor distress yang berpengaruh
dengan kondisi pada lansia diabetes mellitus tipe 2
Berikut adalah manfaat dari penelitian ini yang dibagi menjadi dua jenis,
yaitu manfaat bagi akademis dan maanfaat bagi peneliti.
|4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan membahas landasan teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini, hipotesis penelitian, dan teori teori yang menujang.
2.1 Lansia
|5
2.1.2 Batasan Usia Lansia
|6
2.1.3 Perubahan sitem tubuh lansia
a. Perubahan Biologis
Perubahan sistem integumen
Seiring bertambahnya usia kulit akan kehilangan elastisitas sehingga
akan mengendur dan keriput, terdapat flek-flek hitam dan penebalan
keratin/keratosis.
Perubahan bagian kepala dan leher
Pada mata akan terjadi penurunan fungsi penglihatan dan rentan
terhadap penyakit katarak, terjadi penurunan fungsi pendengaran dan
penciuman, telinga dan hidung tampak lebih besar, penurunan indera
pengecap sehingga lansia rentan terhadap penyakit diabetes
|7
b. Perubahan Psikologis
Gejala psikologis pada lansia dapat berupa rasa takut, cemas, tegang,
Distress, depresi, mudah sedih, cepat merasa marah, mudah tersinggung,
gugup dan keadaan mental yang tidak stabil. Adapun perubahan yang
terjadi terhadap mental/psikologis lansia:
- Perubahan yang terjadi pada bidang mental atau psikis lansia berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga dan bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu.
- Ingin mempertahankan hak dan hartanya serta ingin tetap berwibawa.
- Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.
c. Sistem Pengelihatan
Timbul sklerosisis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap
sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lansia lebih suram
(keruh) dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan
sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lambat dan sulit untuk
melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna
biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
d. Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis) membera timpani
mengalami atrofi, terjadi pengumpulam dan pengerasan serumen, karena
peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau Distress.
|8
e. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi,indra pengecapan mengalami penurunan esofagus
melebar,sensitivitas akan rasa lapar menurun,produksi asam lambung dan
waktu pengosongan lambung menurun,peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi,fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil
dan menurunnya tempat penyimpanan ,serta berkurangnya suplai aliran
darah.
f. Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,permukaan
kulit kasar dan bersisik, menurunnya respons terhadap trauma,mekanisme
proteknis kulit menurun,kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna
kelabu,rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas
akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi ,pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari keras dan rapuh,kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan
seperti tanduk,kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku
menjadi pudar dan kurang berbahaya.
g. Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatanya (density) dan semakin rapuh, kifosis,
persediaan dan membesar dan menjadi kaku tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atrosis, atorofi sarabut otot-otot kram dan menjadi
tremor.
h. Kesehatan Spiritual
Kesehatan spiritual adalah komponen penting dari seorang individu
yang dimiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi kesehatan holistik.
Termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih
serta memenuhi ke wajiban keagamaan yang dianut.
Mengamati keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan
nutrisi spiritual
|9
i. Perubahan psikososial
Proses penuaan yang terjadi pada lansia akan mengalami suatu
perubahan psikososial, lansia akan merasa malu dan tidak berdaya ketika
akan melakukan sosialisasi terhadap lingan disekitarnya dibandingakan
dengan yang dulu yang terjadi masih muda.
j. Perubahan ekonomi
Bekerjanya para lansia dihari tua disebabkan oleh dua alasan.
Pertama, adanya kebutuhan ekonomi yang mendesak. Kedua, adanya
faktor psikologis akibat kebutuhan akan aktualisasi diri. Bila dilihat dari
faktor ekonomi, tingginya partisipasi lansia dalam aktivitas ekonomi
(mencari penghasilan) sangat terkait dengan besarnya tanggung jawab
mereka dalam menunjang kehidupan rumah tangga. Tanggung jawab
tersebut berhubungan erat dengan status lansia sebagai kepala rumah
tangga dan struktur rumah tangga (Farida Hanum, 2008).
b. Tipe mandiri
| 10
Lansia yang tipe tidak puas mengalami konflik lahir batin karena
menentang proses penuaan sehingga menyebab kan lansia menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah
e. Tipe bingung
1. Definisi
| 11
resistensi insulin. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan kadar glukosa darah dan terjadinya Diabetes melitus tipe2,
diantarnya: (Smeltzer & Bare, 2013)
1. Usia
| 12
sudah terjadi penyulit, usaha untuk menyembuhkan melalui pengontrolan
kadar glukosa darah dan pengobatan penyakit tersebut ke arah normal
sangat sulit, kerusakan yang sudah terjadi umumnya akan menetap
(Waspadji, 2011).
3. Lama Menderita DM
Gejala klinis dapat ringan sampai berat dan tidak jarang ditemukan
Ketoasidosis Diabetik (KAD). Beberapa anak dengan gejala klasik seperti
penurunan berat bada, sedangkan yang lain dapat tanpa gejala dan
ditemukan glikosuria atau hiperglikemia pada saat skrining kesehatan (Jose
RL Batu Bara, 2010).
| 13
kalori negatif, akibatnya berat badan menurun. Pasien juga mengalami gejala
lain seperti kelemahan, keletihan, tiba-tiba terjadi perubahan pandangan,
kebas pada tangan atau kaki, kulit kering, luka yang sulit sembuh, dan sering
muncul infeksi (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2008; Soegondo,
2009).
4. Patofisiologi
| 14
Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif
daripada tes toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi
tertentu (misalnya, untuk pasien yang pernah meninapi operasi lambung). Tes
toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat
sederhana.
| 15
seminar atau penyuluhan, membagikan buletin khusus kesehatan
(Basuki, 2009).
b. Perencanaan Makan
| 16
joging, berenang senam aerobik dan menari. Pasien diabetes dianjurkan
melakukan latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30
menit (Sukardji & Ilyas, 2009).
d. Pemantauan Glukosa Darah
| 17
Hans Selye pada tahun 1950 berpendapat bahwa Distress merupakan
respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau
beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan Distress
apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapt mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh
akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga
orang tersebut dapat mengalami Distress. Sebaliknya apabila seseorang
yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban
tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak
mengalami Distress (Aziz Alimul, 2014).
Ditress biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal
tidak. Seseorang yang mengalami Distress karena sebuah jabatan disebut
sebagai euDistress. Terjadinya Distress dapat disebabkan oleh sesuatu
yang dinamakan Diabetes . Bentuk Diabetes ini dapat dari lingkungan,
kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian Distress itu sendiri juga
dapat dikatakan sebagai respon artinya dapat merespon apa yang terjadi,
juga disebut sebagai transaksi yakni hubungan antara Diabetes dianggap
positif karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan (Aziz
Alimul, 2014).
| 18
4. Distress Fisiologik
Distress yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
diantaranya dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Distress proses pertumbuhan dan perkembangan
Distress yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan, seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut
usia.
6. Distress emosional
Distress yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan
| 19
2.3.4 Etiologi
1) Distress Internal
| 20
2.3.5 Tanda dan Gejala Berdasarkan Tahapan Distress
Pada Distress tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut
adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa
lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih
dari biasanya, otot-otot punggung dan tekuk semakin tegang dan tidak
bisa santai.
c. Tahap Ketiga
| 21
mengigat dan konsentrasi menurun karen adanya perasaan ketakutan dan
kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap kelima
| 22
dan akhirnyam bila Distress masih tetap ada, sistem hipotalamus-pituitari
akan diaktifkan (Smeltzer & Bare, 2010).
Respon sistem saraf simpatis bersifat cepat dan singkat kerjanya.
Norepinefrin dikeluarkan pada ujung saraf yang berhubungan langsung
dengan ujung organ yang dituju mengakibatkan peningkatan fungsi
organ vital yang dituju mengakibatkan peningkatan fungsi organ vital
dan keadaan perangsangan tubuh secara umum. Frekuensi jantung
meningkat. Terjadi vasokontriksi perifer, mengakibatkan kenaikan
tekanan darah. Darah juga akan dialirkan keluar dari organ abdomen.
Tujuan aktivitas tersebut adalah untuk memperoleh perfusi yang lebih
baik pada organ vital (otak,jantung, otot skelet). Glukosa darah
meningkat dan menyediakan sumber energi siap pakai yang lebih
banyak. Pupil akan berdilatasi, dan aktivitas mental akan meningkatkan
rasa kesiagaan menjadi lebih besar. Kontriksi pembuluh darah pada kulit
akan membatasi perdarahan bila terjadi trauma. Secara subjektif kita
akan merasa kaki dingin, kulit dan tangan lembab, menggigil, berdebar-
debar dan kejang pada perut. Secara khas, kita akan merasa tegang,
dengan otot leher, punggung atas, dan bahu menegang, pernapasan
dangkal dan cepat, dengan diafragma yang menegang (Smeltzer & Bare,
2009).
Selain efek langsungnya terhadap organ mayor akhir, sistem saraf
langsungnya terhadap organ mayor akhir, sistem saraf simpatis (SNS)
juga menstimulasi medula kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormon
epinefrindan norepinefrin ke aliran darah. Aksi hormon tersebut mirip
dengan yang ada pada sistem saraf simpatis dan mempunyai efek
memperlambat dan memperlama aksinya. Epinefrin dan norepinefrin
juga menstimulasi sistem saraf dan menghasilkan efek metabolik yang
akan meningkatkan kadar glukosa darah dan meningkatkan laju
metabolisme. Efek tersebut disebut reaksi “fight or fight” (Smeltzer &
Bare, 2013).
Fase dengan kerja terlama pada respon fisiologis, yang biasanya
terjadi pada Distress yang menetap, melibatkan jalur hipotalamus
| 23
piyuitari. Hipotalamus mensekresikan corticotropin-releasing faktor,
yang akan menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi
adrenocorticotropic hormone (ACTH). Kemudian ACTH akan
menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi glukokortikoid,
terutama kortisol. Kortisol akan menstimulasi katabolisme protein,
melepaskan asam amino, menstimulasi ambilan asam amino oleh hepar
dan konversinya menjadi glukosa (glukogenesis) dan menginhibisi
ambilan glukosa (aksi anti-insulin) oleh berbagai sel tubuh selain otak
dan jantung. Efek metabolisme yang diinduksi kortisol ini akan
menyediakan sumber energi yang siap pakai selama keadaan Distress.
Terdapat berbagai implikasi penting terhadap efek ini, orang yang
menderita diabetes bila mengalami Distress, seperti akibat infeksi, akan
membutuhkan insulin lebih banyak dari biasanya. Setiap pasien yang
mengalami Distress (penyakit, pembedahan, Distress psikologis yang
berkepanjangan) akan mengkatabolisme protein tubuh dan sehingga
memerlukan tambahan. Anak yang mengalami Distress berat akan
mengalami retardasi pertumbuhan (Smeltzer & Bare, 2013).
| 24
2.4 Distress Diabetes Melitus
| 25
2.5 Kerangka Teori
| 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas tentang metode apa saja yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
Google Scholar 12
1. Artikel yang dipublikasikan dalam rentang 2015 sampai dengan 2020 (5 tahun
terakhir).
2. Artikel yang mengulas subjek atau populasi berupa penderita diabetes melitus tipe
2.
3. Artikel yang mengulas topik atau tema tentang Faktor-Faktor Distress.
4. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Distrees Pada Lansia Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2.
5. Artikel yang berasal dari nasional dan internasional.
6. Artikel yang menggunakan metode penelitian cross sectional.
| 27
3.3.1 Kriteria Inklusi
1. Artikel yang saya gunakan adalah bahasa inggris dan bahasa indonesia
2. Artikel yang memiliki International Standard Serial Number (ISSN)
3. Tidak menggunakan full tex
Pencarian jurnal dalam penelitian ini menggunakan kata kunci atau keyword,
yaitu “Diabetes Mellitus Tipe 2”, “Lansia”, “Faktor-Faktor Diabetes tipe 2”, “Faktor-
Faktor Distress”, dan “Distress Pada Lansia” yang didapatkan melalui Google
Scholar. Rentang tahun publikasi jurnal yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 5
tahun terakhir (2015-2020). Dalam strategi pencarian menggunakan format PICO
(Participant-Intervention-Comparison-Outcome).
C -
| 28
Sumber
Strategi Pencarian Jurnal
Data
Faktor-Faktor Diabetes AND Lansia
Sumber: Hasil Analisis, 2020
2. Plagiarisme (Menjiplak).
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan plagiat atau menjiplak atau
mengambil tulisan orang yang diambil tanpa memberikan suatu tanda jelas dengan
tanpa mneggunakan tanda kutip serta mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan
sendiri.
| 29
BAB IV
REVIEW ARTIKEL
Pada bab 4 ini akan membahas hasil dari penelitian terdahulu yang berupa tentang diabetes melitus tipe 2, faktor-faktor yang
mempengaruhi diabetes melitus tipe 2, Faktor-Faktor Distress yang Terjadi Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2,
Proses literasi yang dilakukan peneliti diawali dengan kegiatan pencarian artikel di laman Google Scholar. Artikel dicari dengan
menggunakan kata kunci “Faktor Faktor yang Mempengaruhi Distress Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2”, “Faktor resiko
terjadinya Distress”, “Faktor yang mempengaruhi Distress dengan diabetes melitsus tipe 2” dan dengan rentan tahun 2016 sampai dengan
2020 Hasil pencarian di dapatkan sejumlah 17000 artikel, namun berdasarkan kriteria telah peneliti tetapkan hanya di dapatkan 12 artikel
yang sesuai. Artikel yang berhasil peneliti unduh atau dapatkan berasal dari jurnal yang memiliki reputasi sesuai kriteria yang peneliti tetapkan.
| 30
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
E. Lotfalinezhad1, Y.A. penitipan anak menunjukkan model yang
Momtaz , M. dan lansia yang signifikan (F (8,181) = 9,02, p
Foroughan, R. Sahaf tinggal di <0,001), di mana jenis kelamin,
komunitas di pendapatan subjektif, dan
Tahun 2019 kota Gorgan penyakit kronis
secara signifikan terkait dengan
tekanan psikologis.
Pasien yang
GAMBARAN Hasil penelitian pada 4
menunjukkan
DISTRESS PADA domain diabetes Distress
kondisi positif
PENDERITA menunjukkan urutan
yaitu usia, status
DIABETES Jurnal bagaimana berdasarkan rerata tertinggi yaitu
menikah,
MELLITUS Keperawatan gambaran Distress beban
2 Cross Sectional pendidikan,
Jiwa, Volume 6 Distress pada emosional (2,28), Distress
pekerjaan dan
Deasti Nurmaguphita No 2, Hal 76- penderita DM pengobatan (2,14),
kepemilikian
dan Sugiyanto Distress dengan dokter/tenaga
jaminan
kesehatan (2,09)
kesehatan.
Tahun 2018 dan Distress interpersonal (1,90)
Responden
| 31
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
penelitian ini
menunjukkan
karakteristik
yang mendukung
pada rendahnya
tingkat Distresss
Sebanyak 2.552 Data dari 2.552 orang dewasa
Depression and orang dewasa (≥18 tahun) dengan
diabetes Distress dengan diabetes T2DIABETES dianalisis. Usia
menunjukkan
in adults with type 2 tipe 2 rata-rata (± SD) adalah 63 ± 13
bahwa depresi dan
diabetes: berpartisipasi: tahun, T2DM
tekanan diabetes di
results from the (rata-rata ± SD) durasinya 12 ± 10 tahun, dan
3 Scientific report antara Cross Sectional
Australian National usia adalah 63 ± HbA1c adalah 8,0 ± 2,0%.
orang dewasa
Diabetes Audit (ANDA) 13 tahun, durasi Negara kelahiran dilaporkan
dengan diabetes
diabetes adalah sebagai Australia oleh sebagian
tipe 2
Natalie Nanayakkara, 12 ± 10 tahun, besar pasien (65%) diikuti oleh
Anthony Pease dan HbA1c Inggris (4%) dan Selandia Baru
adalah 8 ± 2% (3%). Tidak ada depresi dan
| 32
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
, Sanjeeva Ranasinha, tekanan diabetes ringan sampai
Natalie Wischer, sedang dilaporkan oleh 1663
Sofanos orang dewasa (65%), tidak ada
depresi dan tekanan diabetes
Tahun 2016 tinggi oleh 56 orang dewasa (2%)
Type 2 Diabetes Responden
Mellitus Related direkrut ke dalam Menemukan bahwa peningkatan
Distress in Thailand penelitian setelah HbA1c secara positif terkait
memberikan dengan peningkatan DRD setelah
Kongprai Tunsuchart, International persetujuan disesuaikan dengan usia, jenis
Yang mengalami
Peerasak jurnal of tertulis. Semua kelamin, pendidikan, durasi
Distress pada
4 Lerttrakarnnon, environmental Cross Sectional subjek T2DM, komorbiditas, komplikasi
diabetes melitus
Kriengkrai research and diwawancarai diabetes, dan dukungan keluarga.
tipe 2
Srithanaviboonchai public health untuk Skining dengan Distress Related
Kongprai Tunsuchart, mendapatkan Diabetes (DRD) mungkin
Peerasak informasi bermanfaat pada pasien DMT2
Lerttrakarnnon, demografis (usia,
Kriengkrai jenis kelamin,
| 33
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
Srithanaviboonchai, status
Surinporn Likhitsathian perkawinan,
pendidikan,
Tahun 2020 pekerjaan,
dukungan
keluarga, dan
riwayat medis
(komplikasi
diabetes,
komorbiditas,
durasi DM, jenis
manajemen
diabetes, tingkat
HbA1c)
A study to Assess the lansia berusia >
ORIGINAL Pasien lansia yang Penyakit terkait usia yang paling
Proportion of Age- 60 tahun dan
5 RESEARCH menderita diabetes Cross Sectional umum adalah Katarak (46%) dan
related problems and lansia yang
ARTICLE melitus tipe 2 28% dari mereka menderita
Psychosocial Distress menderita
| 34
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
among diabetes melitus Diabetes Mellitus sebagai
Elderly in Urban field tipe 2 penyakit jangka panjang mereka.
practice area of Depresi (28%) adalah masalah
BMCRI,Bengaluru psikologis yang paling umum.
Ada hubungan yang signifikan
Kavya M Alalageri1, secara statistik
Shobha2, Ranganath (p = <0,005) antara jenis kelamin
perempuan dan masalah
Tahun 2019 psikososial, Kehilangan pasangan
dan masalah psikososial, Usia
dan masalah penuaan.
The effectiveness of a Melayu, ≥ 18 Mengevaluasi keefektifan
value-based tahun dengan program pendidikan singkat yang
Chew et al.
EMOtion-cognition- T2DIABETES berfokus pada emosi pada orang
BMC Endocrine Penderita diabetes
6 Focused educatIonal Cross Sectional selama minimal dewasa dengan DMT2 pada
Disorders melitus tipe 2
programme to reduce 2 tahun, secara diabetes terkait Distress (DRD),
(2017) 17:22
diabetes-related teratur gejala depresi, persepsi penyakit,
Distress in Malay melakukan kualitas hidup, efikasi diri
| 35
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
adults with Type 2 tindak lanjut diabetes, perawatan diri dan hasil
diabetes (VEMOFIT): dengan salah satu klinis.
study protocol for a dari tiga Hasil utama: perbedaan antara
cluster randomised biomarker kelompok dalam proporsi pasien
controlled trial HbA1c, Distress yang mencapai skor DDS-17
darah sistolik dan rata-rata <3 (Diabetes tidak
Boon-How Chew, kolesterol LDL signifikan) pada 6 bulan setelah
Rimke C. Vos, Sazlina terkontrol secara intervensi. Hasil sekunder akan
Shariff Ghazali sub-optimal, dan menjadi perbedaan dalam
dengan rata-rata variabel yang disebutkan di atas
Tahun 2016 17-item Diabetes antara kelompok. Diskusi: Kami
Skor Distress berhipotesis bahwa hasil primer
Scale (DDS-17) dan sekunder akan meningkat
≥3 secara signifikan setelah
intervensi dibandingkan dengan
kelompok pembanding. Hasil
penelitian ini dapat berkontribusi
| 36
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
untuk perawatan yang lebih baik
untuk pasien DMT2 dengan DRD
Responden dengan metabolisme
yang baik kontrol, 13%
Work-related diabetes
melaporkan bahwa mereka sering
Distress among Mengalami
Distress. Di
Finnish workers with gangguan
Sebaliknya, di antara mereka
type 1 diabetes: a diabetes terkait
yang kontrol metaboliknya
national cross-sectional Journal of pekerjaan.
buruk, 40%
survey occupational Masalah dengan
7 Diabetes Distress Cross Sectional sering Distress. Dari mereka
medicine and kondisi kerja
yang pernah mengalami lebih
Pirjo Hakkarainen, toxiology fisik
banyak
Leena Moilanen, Vilma kesulitan dalam
dari 3 peristiwa hipoglikemia
Hanninen menerima
berat dalam 12 bulan terakhir,
diabetes
44% dilaporkan sering
Tahun 2016
mengalami Distress, sedangkan
19%
| 37
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
mereka yang tidak memiliki
kejadian seperti itu sering
ditekankan.
Secara keseluruhan 63% dari
mereka yang selalu menyimpan
darah mereka
kadar glukosa lebih tinggi di
tempat kerja daripada yang sering
dilaporkan
mengalami tekanan diabetes
terkait pekerjaan.
Diabetes Distress pada International Proporsi Distress diabetes di
pasien diabetes tipe 2 Journal antara populasi penelitian adalah
orang dewasa
Kedokteran dan 48,5%, yang meliputi 22,4%
Penderita Diabetes dengan penyakit
8 Islam MR, Karim MR, Penelitian Cross Sectional Distress tinggi dan 26,1%
Mellitus Tipe 2 diabetes mellitus
Habib SH, Yesmin K Biomedis Distress sedang. Sisanya
tipe 2
Volume 2 Edisi memiliki sedikit atau tanpa
Tahun 2 kesulitan. Nilai rata-rata ± SD
| 38
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
dari total skor Distress diabetes
adalah 2,17 ± 0,75. Mean ± SD
untuk setiap skor domain seperti
beban emosional, Distress terkait
dokter, Distress terkait rejimen
dan Distress antarpribadi adalah
(3,49 ± 1,52), (1,13 ± 0,32), (2,12
± 0,85), (1,12 ± 0,85), (1,40 ±
0,65).
Beban emosional dianggap
sebagai domain paling penting
dalam mengukur Distress
diabetes. Pengaruh usia
(p<0,001), pekerjaan (p<0,05),
merokok (p<0,005), BMI
(p<0,001), durasi sejak deteksi
diabetes mellitus (p<0,001),
status glikemik (p<0,001)
| 39
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
modalitas pengobatan (P<0,001),
komplikasi diabetes (p<0,001)
pada tingkat Distress diabetes
secara statistik signifikan. Ada
korelasi positif yang kuat antara
kedua variabel (r = 0,64,
p<0,001); skor Diabetes diabetes
dengan durasi diabetes mellitus.
Ada korelasi sedang, positif
antara dua variabel [r = 0,43,
p<0,001]; skor Diabetes diabetes
dengan status glikemik (tingkat
HbA1c).
Depression, Distress Pasien yang
Tingkat respons 81,5%. Jenis
and self-efficacy: The pasien tertentu terdiagnosa
kelamin, usia, durasi diabetes dan
9 impact on diabetes self- plosone dengan diabetes Cross Sectional Diabetes melitus
nilai HbAc1
care practices tipe 2 tipe 2 bertujuan
peserta yang dimasukkan untuk
untuk memeriksa
| 40
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
Cassidy Devarajooh, model konseptual analisis. Usia rata-rata peserta
Karuthan Chinna mengenai adalah
hubungan antara 55,33 ± 10,09 tahun. Di antara
Tahun 2017 depresi, tekanan 371
diabetes dan peserta penelitian, 141 (38,0%)
efikasi diri adalah
dengan praktek laki-laki, 215 (58,0%) adalah
perawatan diri etnis
diabetes Melayu diikuti oleh India pada
menggunakan 110
pendekatan (29,6%) dan Cina pada 46
kuadrat terkecil (12,4%).
parsial
pemodelan
persamaan
struktural
The association of access Pasien yang Pasien yang laki-laki, 49,1% adalah etnis non-
10 Cross Sectional
depressive symptoms publication memiliki diabetes mengalami kulit putih dan rata-rata HbA1c
| 41
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
and diabetes Distress tipe 2, efek gejala demensia, adalah 6,99 ± 1,42 % (52,9 ± 10,7 mmol / mol).
with glycaemic control depresi dan tekanan penyakit Dari jumlah tersebut, 232 (14,1%)
and diabetes diabetes terminal, tempat dan 111 (6,7%) peserta memiliki
complications over 2 tinggal sementara gejala depresi dan tekanan
years dan tempat diabetes, masing-masing, pada
in newly diagnosed type tinggal di luar awal. Dari mereka yang
2 diabetes: a daerah resapan, menderita diabetes pada awal, 59
prospective cohort stuy jenis diabetes (53,2%) memiliki gejala depresi
lain dan komorbid, sementara 59 (25,4%)
Khalida Ismail, ohn C. komplikasi dari mereka yang memiliki gejala
Pickup diabetes tahap depresi memiliki tekanan
akhir yang parah diabetes komorbiditas.
Tahun 2017 didefinisikan HbA1c pada kelompok depresi
harus 0,5% (5,5 mmol / mol)
30 juta orang atau 12,2% dari orang dewasa
Pasien yang
The Importance of Pasien yang Amerika Serikat
JGIM Owens- memiliki populasimemiliki
11 Addressing Depression memiliki diabetes Cross Sectional
Gary et al tekanan darah, diabetes. diabetes perawatan diri
and Diabetes Distress tipe 2
dan kadar Terol (diet, aktivitas ical phys-, dan
| 42
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
in Adults with Type 2 choles untuk kepatuhan minum obat) sangat
Diabetes pencegahan atau penting untuk Control-ling
keterlambatan hemoglobin A1C (HbA1c),
Michelle D. Owens- komplikasi tekanan darah, dan kadar Terol
Gary, PhD, Xuanping terkait diabetes. choles- dan untuk pencegahan
Zhang, PhD, Shawn Depresi dan atau keterlambatan komplikasi
Jawanda, MD, Kai tekanan diabetes terkait diabetes
McKeever Bullard, dapat
PhD, Pamela Allweiss, menghambat
MD, dan Bryce D. kontrol faktor-
Smith, PhD faktor
Tahun 2019
Marital status, Usia peserta berkisar antara 60
lansia pedesaan
widowhood duration, Lansia yang hingga 101 tahun (mean = 69,72;
BMC public yang tinggal di
12 gender memiliki jantung Cross Sectional SD = 6,52), 57,1% berjenis
health Provinsi
and health outcomes: a koroner, diabetes kelamin perempuan, 80,8%
Shandong, Cina
cross-sectional tinggal dengan pasangan, dan
| 43
Judul, Peneliti dan Metode yang Kriteria
No. Nama Jurnal Populasi Hasil
Tahun Terbit Digunakan Responden
study among older yang mengalami 39,2% buta huruf. Dari
adults in India gejala-gejala partisipan, 94,6% memiliki
tertentu dari keluarga yang harmonis. Selain
Jing Zhu , Lingzhong tekanan itu, orang-orang yang memiliki
Xu, Long Sun , Jiajia Li psikologis penyakit kronis menyumbang
, Wenzhe Qin , Gan 68,8%, yang status kesehatan
Ding , Qian Wang , Jiao penilaian-dirinya baik adalah
Zhang , Su Xie dan 52,2%
Zihang Yu
Tahun 2016
| 44
4.2 Ekstraksi Data
Pada literatur diatas yang telah didapatkan oleh peneliti, faktor-faktor yang
mempengaruhi Distress pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2 yaitu:
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, oleh Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin K pada tahun 2016,
menyatakan bahwa faktor lama penderita diabetes mellitus tipe 2 berpengaruh
terhadap faktor yang mempengaruhi Distress dengan presentase 16,67% dari 12
artikel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, oleh Siregar tahun 2017, Cassidy Devarajooh, Karuthan Chinna pada
tahun 2017,menyatakan bahwa faktor pendidikan berpengaruh terhadap faktor yang
mempengaruhi Distress dengan presentase 25% dari 12 artikel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, Natalie Nanayakkara, Anthony Pease, Sanjeeva Ranasinha, Natalie
Wischer, Sofanos pada tahun 2016, menyatakan bahwa faktor usia dan jenis kelamin
berpengaruh terhadap faktor yang mempengaruhi Distress dengan presentase 16,67%
dari 12 artikel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, menyatakan bahwa faktor asuransi kesehatan berpengaruh terhadap
faktor yang mempengaruhi Distress dengan presentase 8,33% dari 12 artikel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Boon-How Chew, Rimke C. Vos, Sazlina
Shariff Ghazali pada tahun 2016, menyatakan bahwa faktor penanganan perawatan
| 45
berpengaruh terhadap faktor yang mempengaruhi Distress dengan presentase 8,33%
dari 12 artikel.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin
K pada tahun 2016, menyatakan bahwa faktor HbA1c berpengaruh terhadap faktor
yang mempengaruhi Distress dengan presentase 8,33% dari 12 artikel.
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, mengatakan bahwa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana gambaran distress pada penderita DM. Penelitian dilakukan dengan
metode deskriptif kuantitatif selama bulan Januari-Agustus 2018. Sampel sejumlah
44 penderita DM tipe II di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan RS PKU
Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian sebagian responden mengalami diabetes
distress tingkat rendah (50%), 45,5% responden mengalami diabetes distress tingkat
sedang dan hanya sedikit (4,5%) responden yang mengalami diabetes distress tingkat
tinggi. Domain diabetes distress yang paling tinggi adalah distress beban emosional
(2,28), selanjutnya distress pengobatan (2,14), distress dengan dokter/tenaga
kesehatan (2,09) dan nilai terendah terdapat pada distress interpersonal (1,90).
| 46
antara pria (HbA1c lebih tinggi, kesulitan diet, kemungkinan depresi dan peringkat
kesehatan sendiri yang lebih rendah).
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Boon-How Chew, Rimke C. Vos, Sazlina
Shariff Ghazali pada tahun 2016, untuk mengevaluasi keefektifan program
pendidikan singkat yang berfokus pada emosi pada orang dewasa dengan DMT2
pada diabetes terkait distress (DRD), gejala depresi, persepsi penyakit, kualitas
hidup, efikasi diri diabetes, perawatan diri dan hasil klinis. Hasil utama: perbedaan
antara kelompok dalam proporsi pasien yang mencapai skor DDS-17 rata-rata < 3
(distress tidak signifikan) pada 6 bulan setelah intervensi. Hasil sekunder akan
menjadi perbedaan dalam variabel yang disebutkan di atas antara kelompok.
| 47
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Pirjo Hakkarainen, Leena Moilanen, Vilma
Hänninen, Jarmo Heikkinen1 dan Kimmo Rasanen,pada tahun 2016, mengatakan
bahwa penelitianya membahas untuk menguji tekanan diabetes terkait pekerjaan di
antara pekerja Finlandia dengan diabetes. Distres diabetes terkait pekerjaan yang
dipersepsikan sendiri dievaluasi dalam konteks kondisi kerja, tuntutan pekerjaan,
kemampuan kerja, stres umum, penerimaan diabetes, kontrol glikemik, dan gejala
depresi. Dari responden, 70% mengalami gangguan diabetes terkait pekerjaan.
Masalah dengan kondisi kerja fisik (β = 0,27), kemampuan kerja (β = -0,21),
kesulitan dalam menerima diabetes (β = 0,18), dan tuntutan pekerjaan (β = 0,14)
ditemukan terkait dengan gangguan diabetes terkait pekerjaan. Distress ini sangat
terkait dengan pemeliharaan kadar glukosa darah tinggi di tempat kerja (β = 0,34).
Pada gilirannya, tingkat glukosa darah yang tinggi di tempat kerja dikaitkan dengan
tingkat HbA1c yang tinggi (β = 0,29). Distres diabetes terkait pekerjaan dan gejala
depresi memiliki hubungan dua arah (β = 0,06 dan β = 0,14). Kesulitan menerima
diabetes memiliki asosiasi tiga dimensi: tekanan diabetes terkait pekerjaan (β = 0,18),
gejala depresi (β = 0,13), dan tingkat HbA1c yang tinggi (β = 0,12).
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin
K pada tahun 2016, Proporsi Distress diabetes di antara populasi penelitian adalah
48,5%, yang meliputi 22,4% Distress tinggi dan 26,1% Distress sedang. Sisanya
memiliki sedikit atau tanpa kesulitan. Nilai rata-rata ± SD dari total skor Distress
diabetes adalah 2,17 ± 0,75. Mean ± SD untuk setiap skor domain seperti beban
emosional, Distress terkait dokter, Distress terkait rejimen dan Distress antarpribadi
adalah (3,49 ± 1,52), (1,13 ± 0,32), (2,12 ± 0,85), (1,12 ± 0,85), (1,40 ± 0,65). Beban
emosional dianggap sebagai domain paling penting dalam mengukur Distress
diabetes. Pengaruh usia (p<0,001), pekerjaan (p<0,05), merokok (p<0,005), BMI
(p<0,001), durasi sejak deteksi diabetes mellitus (p<0,001), status glikemik
(p<0,001) modalitas pengobatan (P<0,001), komplikasi diabetes (p<0,001) pada
tingkat Distress diabetes secara statistik signifikan. Ada korelasi positif yang kuat
antara kedua variabel (r = 0,64, p<0,001); skor distres diabetes dengan durasi diabetes
mellitus. Ada korelasi sedang, positif antara dua variabel [r = 0,43, p<0,001]; skor
distres diabetes dengan status glikemik (tingkat HbA1c).
| 48
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Cassidy Devarajooh, Karuthan Chinna pada
tahun 2017 peneliti membahas eksplorasi hubungan antara depresi, Distress diabetes
dan efikasi diri dengan praktik perawatan diri diabetes. Empat ratus delapan puluh
pasien yang memenuhi syarat didekati, 391 setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini, memberikan tingkat respons 81,5%. Jenis kelamin, usia, durasi
diabetes dan nilai HbAc1 sebanding antara responden dan non-responden (Setelah
pembersihan data, hanya 371 peserta yang dimasukkan untuk analisis. Usia rata-rata
Setelah pembersihan data, hanya 371 peserta yang dimasukkan untuk analisis. Usia
rata-rata peserta adalah 55,33 ± 10,09 tahun. Di antara 371 peserta penelitian, 141
(38,0%) adalah laki-laki, 215 (58,0%) adalah etnis Melayu diikuti oleh India pada
110 (29,6%) dan Cina pada 46 (12,4%).
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Khalida Ismail, ohn C. Pickup pada Tahun
2017 peneliti membahas, memeriksa hubungan antara gejala distress dan tekanan
diabetes dengan kontrol glikemik dan komplikasi diabetes selama 2 tahun, setelah
diagnosis diabetes tipe 2. Hasil Hasil Dari 1651 peserta (95,2%) dari total kohort
perawatan primer dengan nilai dasar yang tersedia PHQ-9 dan DIBAYAR, rata-rata
± tahun, 55,1% adalah laki-laki dan 49,1% adalah etnis non-kulit putih; 232 (14,1%)
dan 111 (6,7%) memiliki gejala distress dan tekanan diabetes, masing-masing.
| 49
menghasilkan manajemen diri diabetes yang lebih baik dan peningkatan kualitas
hidup bagi orang dengan diabetes tipe 2.
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Jing Zhu, Lingzhong Xu, Long Sun, Jiajia
Li, Wenzhe Qin, Gan Ding, Qian Wang, Jiao Zhang, Su Xie dan Zihang Yu pada
tahun 2018. Penelitian ini membahas, Distress psikologis ditemukan memiliki efek
total dan langsung terbesar pada ide bunuh diri di antara lansia pedesaan, diikuti oleh
penyakit kronis dan kecacatan. Penyakit kronis memiliki efek langsung parsial dan
efek tidak langsung parsial pada ide bunuh diri melalui distress psikologis, tetapi
kecacatan hanya memiliki efek tidak langsung pada ide bunuh diri melalui distress
psikologis. Temuan ini menyiratkan perlu mengambil langkah-langkah intervensi
yang efektif untuk memfasilitasi deteksi dini distress psikologis dalam praktik klinis
di kalangan lansia pedesaan.
| 50
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab 5 ini akan membahas analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
| 51
1. Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada tahun 2018, Diabetes Distress
menggambarkan beban emosional yang disebabkan oleh tekanan dalam perawatan
mandiri diabetes serta komplikasi yang menyertainya (Polonsky et al., 2005;
Snoek, Bremmer & Hermanns, 2015). Beban emosional tersebut akan berdampak
pada pasien itu sendiri, keluarganya dan pemberi pelayanan kesehatan yang terlibat
dalam perawatan diabetes. Diabetes Distress mengakibatkan menurunnya kualitas
hidup yang berhubungan dengan kesehatan pada seluruh domain, yaitu fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (Chew, Mohd- Sidik & Shariff-
Ghazali, 2015).
2. Natalie Nanayakkara, Anthony Pease, Sanjeeva Ranasinha, Natalie Wischer,
Sofanos pada tahun 2016, mengatakan bahwa dalam penelitian nasional besar ini,
kami menemukan bahwa sekitar sepertiga pasien dengan DMT2 yang menghadiri
pusat diabetes kemungkinan menderita depresi dan Distress diabetes, dan
sebagian besar tetap tidak diobati. Pasien dengan depresi atau Distress diabetes
lebih kecil kemungkinannya untuk mencapai rekomendasi untuk berhenti
merokok, diet, aktivitas fisik, dan pemantauan glukosa darah. Efek ini tetap
signifikan setelah penyesuaian untuk pembaur lain yang relevan.
Distress diabetes perlu dibedakan dari depresi karena perbedaan dalam asal-usul
dan manajemen yang tepat. 17 Diabetes Distress Scale (DDS17) adalah ukuran
yang banyak digunakan dan divalidasi untuk menilai Distress spesifik diabetes,
dengan keandalan dan validitas yang tinggi di banyak pengaturan, negara dan
budaya. Item DDS17 dapat digunakan untuk mengidentifikasi area yang menjadi
perhatian pasien, untuk memungkinkan dokter memulai diskusi yang mengakui
dan mengatasi kesulitan terkait diabetes, memberikan jaminan dan memulai
perubahan perilaku. Studi menunjukkan bahwa ini paling berhasil ketika
percakapan dimulai oleh dokter. Deteksi dan manajemen Diabetes diabetes yang
tepat waktu dikaitkan dengan perawatan diri yang lebih baik, kualitas hidup dan
hasil kesehatan. Tingkat Distress diabetes dalam penelitian kami sebanding
dengan yang dilaporkan dalam penelitian lain. Kami juga menemukan bahwa
sebagian besar kesusahan yang dilaporkan adalah dalam domain kesusahan terkait
rejimen dan beban emosional: 'perasaan bahwa mereka akan berakhir dengan
komplikasi jangka panjang yang serius terlepas dari apa yang mereka lakukan' dan
| 52
bahwa 'diabetes dan / atau hipertensi adalah mengkonsumsi banyak energi mental
dan fisik mereka diikuti oleh perasaan bahwa mereka tidak mengikuti rencana
makan yang baik. Dalam penelitian yang dilakukan di Denmark, China dan
Mexico, Distress terkait rejimen dan beban emosional juga merupakan sumber
lebih besar Distress diabetes daripada Distress interpersonal atau dokter terkait.
3. Pada Penelitain yang dilakukan oleh Natalie Nanayakkara, Anthony Pease,
Sanjeeva Ranasinha, Natalie Wischer, Sofanos pada tahun 2016 Diabetes-related
Distress (DRD) adalah sindrom yang terdiri dari komponen multidimensi
termasuk kekhawatiran, konflik, frustrasi, dan keputusasaan yang dapat menyertai
hidup dengan diabetes. Efek fisik dan psikologis yang negatif dapat secara
langsung dikaitkan dengan penderitaan jangka panjang akibat Distress emosional
terkait diabetes. Enam puluh persen pasien dengan diabetes yang memiliki tingkat
mood negatif dan/atau Distress psikologis yang tinggi menunjukkan tingkat
kesulitan yang tinggi. Studi sebelumnya telah melaporkan prevalensi DRD yang
tinggi pada individu dengan DMT2, misalnya, prevalensinya adalah 64% di Cina,
63,7% di Iran, 49,2% di Malaysia, dan 48,5% di Bangladesh.
4. Pada Penelitain yang dilakukan oleh Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin K
pada tahun 2016, diabetes Distress (DD) didefinisikan sebagai kekhawatiran
pasien tentang manajemen penyakit, dukungan, beban emosional, dan akses ke
perawatan, depresi. Ini adalah kondisi Diabetes-Distress penting yang berbeda
adalah diabetes dan non-kejiwaan Distress. bagian dari mengatasi diabetes-
Distress meningkatkan perawatan diri dan kontrol glikemik. Banyak orang
mengalami kesusahan besar karena menderita diabetes dan jumlah yang
dibutuhkan. Manajemen ini sering memasukkan diabetes frustrasi dengan
kewajiban diet, aktivitas fisik, obat-obatan yang berkelanjutan.
5.2 Faktor Distress yang Terjadi Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
| 53
Masalah hubungan interpersonal seperti konflik, penyakit / kematian orang yang
dicintai, perceraian, pelecehan, pasangan romantis, keluarga, orang tua dll.
Kesulitan finansial
Penyesuaian lingkungan, meninggalkan rumah
Kesulitan akademik
Manajemen waktu dan kesulitan organisasi
Kegelisahan
Depresi
Peristiwa traumatis
Penyalahgunaan zat
Gangguan Makan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, Sebagian besar responden telah menderita DIABETES lebih dari 5 tahun
(68,2%). Hasil penelitian sebagian responden mengalami diabetes distress tingkat
rendah (50%), 45,5 % responden mengalami diabetes distress tingkat sedang dan
hanya sedikit (4,5%) responden yang mengalami diabetes distress tingkat tinggi.
Domain diabetes distress yang paling tinggi adalah distress beban emosional (2,28),
selanjutnya distress pengobatan (2,14), distress dengan dokter/tenaga kesehatan
(2,09) dan nilai terendah terdapat pada distress interpersonal (1,90). Lama sakit
berkaitan dengan proses adaptasi terhadap masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Permana (2017) yang menyebutkan bahwa distribusi
frekuensi lama sakit responden penderita DIABETES menunjukkan distribusi
tertinggi pada lebih dari 10 tahun dan tingkat Distress pasien sebagian besar adalah
ringan. Permana (2017) menyatakan terdapat hubungan antara lama sakit dengan
tingkat Distress pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Islam Surakarta (p-
value = 0,001) dimana semakin lama sakit, maka tingkat Distress semakin rendah.
Semakin rendah tingkat Distresss dalam kondisi sakit yang semakin lama
menunjukkan pasien semakin memahami kondisi yang dirasakan baik dari segi fisik,
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Pemahaman yang dialami pasien
terhadap sakitnya akan mendorong pasien untuk lebih mampu mengantisipasi
| 54
munculnya kegawatan atau sesuatu hal yang mungkin terjadi pada diri pasien
(Permana, 2017).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin
K pada tahun 2016, mengatakan bahwa ada korelasi positif yang kuat antara dua
variabel [r = .640, n = 165, p<0,001] dengan skor Distress diabetes dengan durasi
diabetes mellitus. Pengaruh durasi sejak deteksi diabetes mellitus pada level Diabetes
diabetes secara statistik signifikan (p<0,001).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, Distress pada penderita diabetes dipengaruhi oleh kognitif, lama sakit,
kepribadian dan faktor ekonomi (Siregar & Hidajat, 2017). Wardian, 2014 cit.
Permana, 2017 menyebutkan faktor yang berhubungan dengan diabetes Distress
adalah usia, indeks masa tubuh, pelayanan kesehatan profesional dan efikasi diri.
Rendahnya tingkat Distress pada hasil penelitian dianalisis berdasarkan beberapara
karakteristik responden yang menunjukkan kondisi positif yaitu usia, status menikah,
pendidikan, pekerjaan dan kepemilikian jaminan kesehatan.
| 55
alternative dari segi keuntungan dan kerugian, menentukan pilihan dan
melaksanakan tindakan (Lazarus&Folkman, 1986 cit Sadikin, 2013).
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Cassidy Devarajooh, Karuthan Chinna pada
tahun 2017 mengatakan Distress diabetes secara signifikan lebih tinggi di antara
orang-orang Melayu bila dibandingkan dengan orang-orang India dan di antara
mereka yang memiliki pendidikan tinggi ketika dibandingkan dengan mereka yang
memiliki pendidikan dasar. Tingkat Distress diabetes adalah serupa antara jenis
kelamin, kelompok umur, status komplikasi dan pengobatan diabetes.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, Karakteristik responden penelitian ini menurut jenis kelamin
menunjukkan sebagian besar responden adalah perempuan perempuan (61,4%)
dengan rentang usia terbesar 46-55 tahun (34,09%). Prevalensi DIABETES pada
perempuan dibuktikan dalam penelitian Jelantik (2014 cit Permana, 2017) yaitu
terdapat hubungan faktor risiko umur, jenis kelamin, kegemukan dan hipertensi
dengan kejadian Diabetes melitus tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas (Mataram
Tahun 2013) dimana sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Peningkatan umur
menyebabkan seseorang beresiko terhadap peningkatan kejadian DM, orang yang
memasuki 6 usia 55 tahun keatas, berkaitan dengan terjadinya diabetes karena pada
usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa
darah yang tinggi kurang 80 optimal (Suyono, 2007 cit Permana, 2017). Kekenusa
(2013 cit Permana, 2017) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur dan
riwayat hidup dengan kejadian Diabetes melitus tipe 2, dimana orang yang berumur
| 56
lebih dari 45 tahun memiliki resiko menderita Diabetes melitus tipe 2 delapan kali
lebih tinggi dibandingkan orang yang berusia dibawah 45 tahun.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto pada
tahun 2018, Hampir seluruh responden dalam penelitian ini memiliki asuransi
kesehatan (93,2%). Hal ini merupakan faktor penting yang membantu menurunkan
Distress penderita. Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan global yang
paling serius, mengancam, berkembang pesat angka kejadian dan mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan biaya perawatan kesehatan terbanyak.
Besarnya pembiayaan kesehatan akibat Diabetes tampak dari klaim BPJS sampai
tahun 2015. Ternyata Diabetes dan komplikasinya adalah salah satu kelompok klaim
terbesar untuk biaya catastrophic JKN, yaitu 33% dari total pengeluaran. Adanya
jaminan kesehatan akan mengurangi beban pembiayaan yang harus ditanggung
secara mandiri oleh penderita DIABETES sehingga secara emosional seorang yang
memiliki jaminan kesehatan menjadi lebih tenang dan yakin.
| 57
tingkat pendidikan, status hidup, kepuasan pendapatan, dan penyakit kronis adalah
prediktor signifikan dari Distress psikologis di kemudian hari.
Pada Penelitain yang dilakukan oleh Cassidy Devarajooh, Karuthan Chinna pada
tahun 2017 mengatakan ada hubungan positif antara Distress dengan depresi sesuai
dengan penelitian sebelumnya. Diabetes Distress disebabkan oleh kesulitan dalam
mengatasi diabetes dalam kehidupan sehari-hari. Sejumlah kecil Distress diabetes
adalah bagian dari hidup dengan diabetes. Namun, ketika cukup parah, atau
diperburuk oleh faktor lingkungan atau pribadi lainnya, Distress diabetes mungkin
cukup parah untuk menyebabkan depresi
| 58
Psikososial di kalangan Lansia, Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik
(p = <0,005) antara gender perempuan dan masalah psikososial, Kehilangan
pasangan dan masalah psikososial, Masalah usia dan penuaan yang berarti
perempuan memiliki lebih banyak masalah psikososial dari pada laki-laki, orang tua
yang telah kehilangan pasangannya dan pergi sendiri memiliki lebih banyak masalah
psikososial dari pada orang yang pergi dengan pasangan mereka, masalah penuaan
lebih sebagai usia masing-masing.
Masalah terkait usia dan Distress psikososial pada Lansia. tidak adanya
pendapatan terjamin dan cukup untuk mendukung, Banerjee et al menemukan bahwa
52,3% dari subyek penelitian mereka sendiri untuk perawatan kesehatan dan sosial
lainnya dilaporkan dengan depresi yang relatif lebih tinggi dari sekuritas. Kehilangan
peran dan pengakuan sosial dan bukan prevalensi nasional yang perlu ditangani.
Ketersediaan kesempatan untuk penggunaan waktu luang yang kreatif dan efektif
juga menjadi masalah yang sangat memprihatinkan. Distress psikososial dinilai
menggunakan GHQ-30 untuk orang lanjut usia. Tren tersebut dengan jelas akan
mengungkapkan kuesioner tersebut pada subjek studi. Di antara 200 penuaan geriatri
akan muncul sebagai tantangan sosial utama pada masyarakat, 29% di antaranya
mengalami Distress psikososial dengan menilai masa depan.
Boon-How Chew, Rimke C. Vos, Sazlina Shariff Ghazali pada tahun 2016,
menyatakan Pasien diabetes mellitus tipe 2 (T2DM) mengalami banyak masalah
psikososial terkait dengan diabetes mereka. Hal ini sering menyebabkan gangguan
emosi seperti Distress, Distress, kecemasan, dan depresi, yang mengakibatkan
penurunan perawatan diri, kualitas hidup, dan pengendalian penyakit.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin
K pada tahun 2016, mengatakan bahwa Ada korelasi sedang, positif antara dua
variabel [r = 0,43, n = 165, p<0,001] dengan skor Distress diabetes dengan status
glikemik (tingkat HbA1c). Pengaruh status glikemik pada tingkat Distress diabetes
secara statistik signifikan (p<0,001). Temuan ini konsisten dengan temuan penelitian
lainnya. Pengaruh modalitas pengobatan pada tingkat Distress diabetes secara
statistik signifikan (p<0,001). Temuan ini konsisten dengan temuan penelitian
| 59
lainnya. Pengaruh diabetes komplikasi pada tingkat Distress diabetes secara statistik
signifikan (p<0,001). Pengaruh merokok pada tingkat Distress diabetes secara
statistik signifikan (p<0,005). Pengaruh BMI pada tingkat Distress diabetes secara
statistik signifikan (p<0,001).
| 60
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan faktor faktor distress dari 12 artikel yang direview atau digunakan
dalam penelitian ini, terdapat atau ditemukannya 7 faktor Distress pada lansia
penderita Diabetes mellitus tipe 2. Berikut adalah faktor-faktornya:
1. Faktor Distress yang Terjadi Pada Lansia Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
16,67% yang berjumlah 2 dari 12 artikel.
2. Faktor Lama penderita dengan presentase 25% yang berjumlah 3 dari dari 12
artikel.
3. Faktor Pendidikan presentase 16,67% dari yang berjumlah 2 dari 12 artikel.
4. Faktor Usia dan jenis kelamin presentase 16,67% yang berjumlah 2 dari dari 12
artikel.
5. Faktor Asuransi kesehatan presentase 8,33% yang berjumlah 1 dari 12 artikel
6. Faktor Pisikologis presentase 16,67% dari yang berjumlah 2 dari 12 artikel
7. Faktor Pisikososial presentase 16,67% yang berjumlah 2 dari 12 artikel
8. Faktor HbA1 presentase presentase 8,33%yang berjumal 1 dari 12 artikel.
6.2 Saran
a. Keluarga bisa menjadi sumber informasi bagi klien untuk menjaga kesehatan pada
lansia dengan diabetes melitus tipe 2.
b. Pelayanan bisa menambah informasi maupun penyuluhan kesehatan agar dapat
meningkatkan status kesehatan.
c. Institusi Pendidikan bisa menjadi pertimbangan dalam pembelajaran serta
mengembangkan pengetahuan mahasiswa terkait dengan faktor faktor apa saja
yang mempengaruhi Distress pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2.
| 61
DAFTAR PUSTAKA
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba medika
Boon-How Chew, Rimke C. Vos, Sazlina Shariff Ghazali. 2016. Efektivitas
program edukasi EMOtion-kognition-Focused berbasis nilai untuk
mengurangi gangguan terkait diabetes pada orang dewasa Melayu dengan
diabetes Tipe 2 (VEMOFIT): protokol studi untuk uji coba terkontrol
secara acak cluster.
Cassidy Devarajooh, Karuthan Chinna. 2017. Pasal Penelitian Depresi, Kesusahan
dan Kemanjuran Diri: Dampak Pada Praktik Perawatan-Diri Diabetes.
Chandradewi, Kusristant. 2017. Intervensi Dengan Pendekatan Cognitive Behavior
Therapy untuk Mengurangi Diabetes-Related Distress pada Lanjut Usia
dengan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 1 dan Tipe 2. Jakarta
Dahroni, Arisdiani, T dan Y. P. Widiastuti. 2017. Hubungan Antara Distress Emosi
dengan Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan 5(2): 68-71.
Deasti Nurmaguphita dan Sugiyanto. 2018. Gambaran Distress pada Penderita
Diabetes Mellitus.
Deasti Nurmaguphita. Gambaran Distress pada diabetes melitus. Jawa tengah.2018.
Jawa Tengah.
Depresi dan distress diabetes pada orang dewasa dengan diabetes tipe 2: hasil dari
Australian National Diabetes Audit (ANDA) 2016. Australia.
Dharma, Kusuma Kelana. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian, Jakarta, Trans InfoMedia
E. Lotfalinezhad1, Y.A. Momtaz, M. Foroughan, R. Sahaf. 2019. Psikologis di
Antara Sampel Orang Dewasa Iran yang Lebih Tua. Iran.
Helmawati. (2014). Hidup Sehat Tanpa Diabetes. Yogyakarta: Notebook.
International Diabetes Federation. (2015). Risk Faktors.
Islam MR, Karim MR, Habib SH, Yesmin K. 2016. Diabetes distress di antara
pasien diabetes tipe 2. Bangladesh.
| 62
Jing Zhu, Lingzhong Xu, Long Sun, Jiajia Li, Wenzhe Qin, Gan Ding, Qian Wang,
Jiao Zhang, Su Xie dan Zihang Yu. 2018. Penyakit Kronis, Kecacatan,
Distress Psikologis, dan Ide Bunuh Diri di kalangan Lansia Lansia: Hasil
dari Survei Populasi di Shandong. China.
Jose RL Batubara, Bambang Triadjaja AAP, Aman B. Pulungan. 2010. Buku Ajar
Endokrionologi Anak. IDAI.
Kaunang, Vindy Dortje, Dkk. 2019. GAMBARAN TINGKAT DISTRESS PADA
LANSIA. E-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus
2019.
Kavya M Alalageri, Shobha, Ranganath. 2019. Studi untuk Menilai Proporsi
Masalah yang Berhubungan dengan Umur dan Distres Psikososial pada
Lansia di Perkotaan Area Praktek Lapangan BMCRI. Bengaluru.
Khalida Ismail, ohn C. Pickup. 2017. Hubungan antara gejala depresi dan tekanan
diabetes dengan kontrol glikemik dan komplikasi diabetes lebih dari 2
tahun pada diabetes tipe 2 yang baru didiagnosis: studi kohort prospektif.
Kongprai Tunsuchart, Peerasak Lerttrakarnnon, Kriengkrai Srithanaviboonchai,
Kongprai Tunsuchart, Peerasak Lerttrakarnnon, Kriengkrai
Srithanaviboonchai, Surinporn Likhitsathian. 2020. Diabetes Mellitus
Tipe 2 Terkait Distress di Thailand. Thailand.
Kozier, B., Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan (Alih bahasa: Esty Wahyu ningsih, Devi
yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana). Jakarta: EGC 768
Michelle D. Owens-Gary, PhD, Xuanping Zhang, PhD, Shawn Jawanda, MD, Kai
McKeever Bullard, PhD, Pamela Allweiss, MD, dan Bryce D. Smith, PhD.
2018. Pentingnya Mengatasi Depresi dan Gangguan Diabetes pada Orang
Dewasa dengan Diabetes Tipe 2.
Musradinur. 2016. Distress dan Cara Mengatasinya dalam Perspektif Psikologi.
Jurnal Edukasi 2 (2): 183-200.
Natalie Nanayakkara, Anthony Pease, Sanjeeva Ranasinha, Natalie Wischer,
Sofanos. 2016.
| 63
Nurkamilah, et al. Pengaruh Diabetes Self Management Education and Support
terhadap Diabetes Distress pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSD
Dr. Soebandi. Jember
Pirjo Hakkarainen, Leena Moilanen, Vilma Hänninen, Jarmo Heikkinen1 dan
Kimmo Rasanen. 2016. Diabetes Terkait Pekerjaan di Kalangan Pekerja
Finlandia Dengan Diabetes Tipe: survei lintas seksi nasional.
Putu Wira Kusuma Putra. HUBUNGAN SELF EFFICACYDAN DUKUNGAN
SOSIAL TERHADAP SELF CARE MANAGEMENT PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE II.2018. Bandung.
Rahman, S. 2016. Faktor-faktor yang Mendasari Distress pada Lansia. Jurnal
Pendiidkan Indonesia 16 (1): 1-7.
Smeltzer, S.C, 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth, edisi 8. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabet
Sutikno E., et al. 2011. Hubungan antara Fungsi Keluarga dan Kualitas Hidup.
Institut Ilmu Kesehatan Bhati Wiyata, Kediri. Jurnal Kedokteran
Indonesia, Vol.2:1.
Trisnawati dan Setyorogo. (2014). Faktor risiko kejadian Diabetes Melitus Tipe II
di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Ilmiah, 5, (1), 6-11.
Waspadji, S. 2007. Diabetes mellitus di Indonesia, Dalam: Aru W, dkk, editors,
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
WHO. 2015. Psysical Activity. www.who.int (Diakses tanggal 21 Agustus 2019
Yosi, Meisi Surta. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan diabetes mellitus
tipe 2 pada Lansia di PUSKESMAS Segiri Kelurahan Sidodadi Kecamatan
Samarinda Ulu Tahun 2016. Samarinda Ulu.
| 64
Yumna, Meiratih, K. Noor Diani. Anggi Setyowati. 2018. Dukungan Keluarga
Dengan Distress Pada Pasien Diabetes Melitus. Lampung.
| 65