SERIAL KASUS
SYAHDA SUWITA
1206236685
NPM : 1206236685
Tanda tangan:
ii
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 30 Desember 2014
iii
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadapan Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan serial kasus ini.
Serial kasus ini mengenai tatalaksana nutrisi pada empat pasien stroke
hemoragik dengan berbagai faktor risiko yang dirawat di RSUT. Semua pasien
menderita hipertensi. Pasien pertama seorang laki-laki berusia 60 tahun, dengan
hiperurisemia. Pasien kedua seorang perempuan berusia 56 tahun, dengan DM
tipe 2 dan dislipidemia. Pasien ketiga seorang perempuan berusia 49 tahun,
dengan obes II dan pasien keempat seorang laki-laki berusia 65 tahun, dengan
dislipidemia dan stroke berulang.
Selesainya serial kasus ini tidak lepas dari tuntunan dan bimbingan dari
dosen pembimbing dan staf pengajar Departemen Ilmu Gizi Klinik, Program
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK sebagai pembimbing dan
selaku Ketua Departemen Ilmu Gizi, di sela-sela jadwal beliau yang padat, yang
dengan kesabaran, dan penuh perhatian yang terus diberikan sejak semester satu
hingga selesainya penyusunan serial kasus ini.
Ucapan terima kasih kepada dr. Sri Sukmaniah, MSc, SpGK selaku Ketua
Program Studi, Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Gizi Klinik beserta
seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Gizi, atas bimbingan dan dukungan
yang telah diberikan sejak awal menjalani pendidikan hingga saat ini.
Ucapan terima kasih kepada dr. Elvi Manurung, MS, SpGK dan seluruh
DPJP, karyawan, paramedis di RSUT, seluruh karyawan Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan seluruh peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis-1 Program Studi Ilmu Gizi Klinik FKUI, atas
bantuan dan dukungannya.
Terima kasih yang tidak terhingga kepada keempat pasien yang telah
mengikuti seluruh rangkaian serial kasus ini. Terima kasih kepada semua petugas
perpustakaan FKUI dan semua pihak yang telah membantu penulis selama proses
pembuatan serial kasus ini.
iv
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
Seluruh sahabat dan semua pihak yang turut membantu walaupun tidak
disebutkan satu per satu yang selalu mendukung dan memotivasi selama
menjalankan pendidikan, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menghaturkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kedua
orang tua tercinta (Drs. H. Syahruddin Syarif dan Hj Syamsidar) dan kakak-kakak
tersayang yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan, dukungan dan
senantiasa berdoa untuk keberhasilan dalam pendidikan ini. Kepada seluruh
keluarga besar yang telah memberikan doa serta motivasi sejak penulis memulai
pendidikan hingga serial kasus ini diselesaikan.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga serial kasus ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
v
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di Jakarta
Pada tanggal 30 Desember 2014
Yang menyatakan
(Syahda Suwita)
vi
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
ABSTRAK
Kata kunci :
Stroke hemoragik, hipertensi, hiperurisemia, DM tipe 2, obesitas, dislipidemia
vii
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
ABSTRACT
Conclusion: Given nutritional support could help the patient treatment process
and improve the patient's functional capacity.
Keywords :
Hemorrhagic stroke, hypertension, hyperuricemia, type 2 diabetes, obesity,
dyslipidemia.
viii
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
DAFTAR ISI
3. KASUS ........................................................................................................ 30
3.1. Kasus 1 ................................................................................................. 31
3.2. Kasus 2 ................................................................................................. 35
3.3. Kasus 3 ................................................................................................. 40
3.4. Kasus 4 ................................................................................................. 45
ix
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Menurut JNC VII ........... 16
Tabel 3.1 Karakteristik Pasien Serial Kasus .................................................... 30
x
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Glutamatergic neurotransmission ............................................... 9
Gambar 2.2. Metabolisme glukosa di otak ...................................................... 12
Gambar 2.3. Proses kematian sel neuron di daerah iskemia fokal ................... 15
Gambar 2.4. Patofisiologi asam urat menyebabkan proliferasi sel otot
polos pembuluh darah ............................................................... 20
Gambar 3.1. Pemantauan Tekanan Darah Tn. H Selama Perawatan di RS ..... 34
Gambar 3.2. Analisis Asupan Kalori Tn. H Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS ............................................................. 34
Gambar 3.3. Analisis Asupan Makronutrien Tn H Sebelum Sakit (SS)
dan Selama Perawatan di RS ...................................................... 35
Gambar 3.4. Analisis Asupan Kalori Ny. S Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS ............................................................. 39
Gambar 3.5. Analisis Asupan Makronutrien Ny. S Sebelum Sakit (SS)
dan Selama Perawatan di RS ...................................................... 39
Gambar 3.6. Analisis Asupan Kalori Ny.Y Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS ............................................................. 43
Gambar 3.7. Analisis Asupan Makronutrien Ny Y Sebelum Sakit (SS)
dan Selama Perawatan di RS ...................................................... 44
Gambar 3.8. Analisis Asupan Kalori Tn.I Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS ............................................................. 47
Gambar 3.9. Analisis Asupan Makronutrien Tn.I Sebelum Sakit (SS)
dan Selama Perawatan di RS ...................................................... 48
xi
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
DAFTAR SINGKATAN
ACh : acetylcholine
ATP : adenosine triphospathe
BMI : body mass index
CES : cairan ekstra sel
CAA : cerebral amyloid angiopathy
ChAT : choline acetyltransferase
COX-2 : siklooksigenase-2
CRT : capillary refill time
DA : dopamin
DASH : dietary approaches to stop hypertension
DBH : dopamine -hydroxylase
DM : diabetes melitus
L-DOPA : L-dihydroxyphenylalanine
EPA : eicosapentaenoic acid
ESPEN : European Society for Parenteral and Enteral Nutrition
GABA : gamma-amino butyric acid
HDL : high density lipoprotein
ICH : intracerebral hemorrhage
JNC : Joint National Committee
KEB : kebutuhan energi basal
KET : kebutuhan energi total
LDL : low density lipoprotein
MCP-1 : monocyte chemoattractant protein-1
MNA : mini nutritional assessment
MST : malnutrition screening tool
MUFA : monounsaturated fatty acid
MUST : malnutrition universal screening tool
NCEP-ATP : National Cholesterol Education Program -Adult
Treatment Panel
NDD : National Dysphagia Diet
NE : norepinefrin
NO : nitric oxide
NRS : nutritional risk screening
OAT : organic anion transporters
PDGF : platelet-derived of growth factor
PKA : protein kinase A
PNMT : phentolamine N-methyltransferase
PUFA : polyunsaturated fatty acid
REE : resting energy expenditure
RDA : Recommended Dietary Allowance
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SFA : saturated fatty acid
SGA : subjective global assessment
SSP : sistem saraf pusat
SST : sistem syaraf tepi
xiii
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
TCA : tricarboxylic acid
TH : tyrosine hydroxylase
xiv
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mencapai kompetensi tatalaksana nutrisi pasien stroke hemoragik yang memiliki
faktor risiko hipertensi, hiperurisemia, DM tipe 2, dislipidemia, dan obesitas
dengan cara melakukan tatalaksana nutrisi yang adekuat kepada pasien serta
menjalin kerjasama dengan tim dokter terkait.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
3
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Otak
2.1.1 Anatomi
Otak terletak di dalam cavum cranii dan bersambung dengan medulla spinalis
melalui foramen magnum. Otak dibungkus oleh tiga meningen: duramater,
arachnoidea mater dan pia mater dan ketiganya berlanjut ke medulla spinalis.
Liquor cerebrospinalis mengelilingi otak di dalam spatium subarachnoideum.2
Otak dibagi atas tiga bagian utama. Jika diurutkan dari medulla spinalis ke
atas yaitu rhombencephalon, mesencephalon, dan prosencephalon.
Rhombencephalon terdiri dari medulla oblongata, pons, dan cerebellum.
Prosencephalon dapat dibagi menjadi diencephalon dan cerebrum. Gabungan dari
medulla oblongata, pons, mesencephalon sering disebut sebagai batang otak.2
Otak terdiri dari substantia alba di bagian dalam, yang dikelilingi oleh
substantia grisea di bagian luarnya. Terdapat sekelompok massa substantia grisea
yang penting yang terdapat di dalam substantia alba. Seperti di dalam cerebellum,
terdapat nuclei serebellares griseae dan di dalam cerebrum terdapat thalamus,
nucleus caudatus dan nucleus lentiformis yang merupakan substantia grisea.2
Nuclei basales adalah sekelompok massa substantia grisea yang terletak di
dalam hemispherium cerebri. Massa-massa tersebut adalah corpus striatum,
nucleus amygdaloideus, dan claustrum. Nuclei basales berperan penting dalam
pengendalian postur dan gerakan volunter, tetapi nuclei basales tidak mempunyai
hubungan input ataupun output langsung dengan medulla spinalis.2
Corpus striatum terletak di lateral thalamus yang terbagi menjadi nucleus
caudatus dan nucleus lentiformis. Nucleus caudatus berbentuk huruf C dan
berhubungan erat dengan ventriculus lateralis. Nucleus caudatus terbagi menjadi
kaput, korpus dan kauda.2
Hypertensive hemorrhage, biasanya terjadi pada daerah putamen, globus
pallidus, thalamus, cerebellar hemisphere, dan pons. Aneurisma sering terjadi
4
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
5
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
6
corporis callosi untuk membentuk vena cerebri magna, yang akan bermuara ke
dalam sinus rectus.2
Mesencephalon dialirkan oleh vena-vena yang bermuara ke dalam vena
basalis atau vena cerebri magna. Pons dialirkan oleh vena-vena yang bermuara ke
dalam vena basalis, vena cerebelli, atau sinus venosus yang ada di dekatnya.
Medulla oblongata dialirkan oleh vena-vena yang bermuara ke dalam vena
spinalis dan sinus venosus yang terdapat di dekatnya. Cerebellum dialirkan oleh
vena-vena yang bermuara ke dalam vena cerebri magna atau sinus venosus yang
berdekatan.2
Terdapat 12 pasang nervus cranialis yang meninggalkan otak melalui
foramina dan fisura di tengkorak. Semua saraf ini didistribusikan ke kepala dan
leher, kecuali nervus cranialis X, yang juga mensarafi struktur-struktur yang
berada di thorax dan abdomen. Nervus cranialis tersebut adalah olfactorius,
opticus, oculomotorius, trochlearis, trigeminus, abducens, facialis,
vestibulocochlearis, glossopharyngeus, vagus, accessorius, dan hypoglossus.
Nervus olfactorius, opticus, dan vestibulocochlearis merupakan saraf sensorik
murni. Nervus oculomotorius, trochlearis, abducens, accessorius, dan hypoglossus
merupakan saraf motorik murni. Nervus trigeminus, facialis, glossopharyngeus,
dan vagus merupakan saraf campuran motorik dan sensorik.2,21
Serabut-serabut saraf somatomotorik dan brankiomotorik nervus cranialis
adalah akson-akson sel saraf yang terletak di dalam otak. Kelompok sel-sel saraf
ini membentuk nuklei motorik dan mempersarafi otot-otot lurik. Setiap sel saraf
bersama dan prosesusnya disebut lower motor neuron. Sel saraf seperti ini, sama
dengan sel-sel motorik di cornu anterior medulla spinalis.2
Nuklei motorik nervi craniales menerima impuls dari cortex cerebri melalui
serabut-serabut corticonuclearis (corticobulbaris). Serabut-serabut ini berasal dari
sel-sel piramidae di bagian inferior gyrus precentralis dan dari bagian didekat
gyrus postcentralis. Serabut-serabut corticonuclearis berjalan turun melalui corona
radiata dan genu capsula interna. Seluruhnya berjalan melalui mesencephalon
tepat di medial serabut-serabut corticospinalis di dalam basis pedunculi.
Selanjutnya, berakhir dengan bersinaps secara langsung pada lower motor neuron
di dalam nuclei nervi cranialis atau secara tidak langsung melalui neuron
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
7
2.1.2 Fisiologi
2.1.2.1 Organisasi Sistem Saraf
Sistem saraf terbagi menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem syaraf tepi
(SST). SSP terdiri dari otak dan medula spinalis. SST terdiri dari serat-serat syaraf
yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). SST dibagi
lagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa informasi ke SSP,
memberi tahu tentang lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang sedang
diatur oleh susunan saraf. Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke
organ efektor, otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek
yang sesuai. Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik, yang terdiri
dari serat-serat neuron motorik yang menyarafi otot rangka dan sistem saraf
otonom, yang terdiri dari serat-serat yang menyarafi otot polos, otot jantung dan
kelenjar. Sistem saraf otonom dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis.22
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
8
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
9
TERMINAL PRASINAPTIK
Glutamat
SEL POSTSINAPTIK
Glutamat
Glutamin
ASTROSIT
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
10
2.1.3 Metabolisme
Neurotransmiter utama adalah asam amino, amin dan peptida. Asetilkolin
adalah neurotransmiter pada neuromuscular junction dan disintesis oleh semua
motor neuron di sumsum tulang belakang dan batang otak.
Asetilkolin membutuhkan enzim tertentu untuk disintesis yaitu choline
acetyltransferase (ChAT). Seperti semua protein prasinaptik yang lain ChAT
dibentuk di dalam soma dan diangkut ke axon terminal. Hanya neuron kolinergik
yang mengandung ChAT, jadi enzim ini dapat menjadi marker yang baik untuk
sel yang menggunakan asetilkolin untuk neurotransmiternya dengan memeriksa
ChAT-specific antibodies untuk mengenali neuron cholinergic. Kolin bersama
dengan asetil-KoA dibantu oleh ChAT mensintesis asetilkolin di dalam sitosol dari
axon terminal dan neurotransmitter ini terkonsentrasi di dalam vesikel sinaptik
dibantu oleh asetilkolin transporter. Choline masuk ke cholinergic axon terminal
melalui transporter spesifik. Oleh karena itu ketersediaan choline menentukan
berapa banyak ACh yang dapat disintesis di dalam axon terminal.24
Neurotransmiter katekolamin adalah dopamin (DA), norepinefrin (NE),
epinefrin. Neuron catecholaminergic ditemukan di area sistem nervus yang
mengatur mood, attention dan visceral function. Semua neuron catecholaminergic
mengandung enzim tyrosine hydroxylase (TH) yang mengubah tyrosine menjadi
L-dihydroxyphenylalanine (DOPA), yang akan diubah menjadi dopamin oleh
enzim DOPA dekarboksilase. Dopamin diubah menjadi norepinefrin (NE) oleh
dopamine -hydroxylase (DBH). NE diubah menjadi epinefrin oleh phentolamine
N-methyltransferase (PNMT).24
Glukosa merupakan sumber energi esensial untuk otak manusia. Glukosa
dioksidasi melalui jalur glikolisis dan siklus tricarboxylic acid (TCA) yang
berhubungan dengan fosforilasi oksidatif, yang menghasilkan ATP. Glukosa
disimpan dalam bentuk glikogen di dalam otak yang umumnya disimpan di dalam
astrosit. Glikogenolisis di dalam astrosit menghasilkan laktat, yang berfungsi
sebagai substrat energi untuk metabolisme oksidatif dalam neuron yang aktif
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2. Selama aktivitas sinaptik, penguraian
glikogen astrosit dirangsang oleh neurotransmitter seperti glutamat dan
norepinefrin. Agen adrenergik menyebabkan protein kinase A (PKA) teraktivasi
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
11
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
12
Laktat
Piruvat
Glikogen
Laktat
Piruvat
2.2 Stroke
2.2.1 Definisi, Faktor Risiko, Gejala Klinis, Diagnosis Stroke
Definisi stroke adalah penyakit serebrovaskular yang menimbulkan
gangguan neurologik yang mendadak.6 Faktor risiko stroke terbagi dua, faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia >45 tahun pada laki-laki
dan >55 tahun pada perempuan atau menopause prematur tanpa terapi
penggantian estrogen, termasuk juga adanya riwayat stroke dalam keluarga.
Sementara hipertensi, diabetes melitus, fibrilasi atrium, merokok, kecanduan
alkohol, obesitas, dan dislipidemia yang disertai dengan penyakit jantung koroner
merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.8,9,10
Stroke hemoragik dapat disebabkan oleh hipertensi, lesi vaskular anatomik,
gangguan perdarahan, dan pemberian anti koagulan yang terlalu agresif.
Perdarahan dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur
sehingga terjadi perdarahan intrakranial. Perdarahan dapat terjadi di jaringan otak
itu sendiri (parenkim), intraventrikel, dan perdarahan subaraknoid (PSA). Lesi
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
13
2.2.2 Patofisiologi
Perdarahan intraparenkim spontan (non traumatik) paling sering terjadi pada usia
pertengahan hingga lanjut, dengan insiden puncak pada usia sekitar 60 tahun.
Umumnya disebabkan oleh rupturnya pembuluh intra-parenkim kecil. Penyebab
tersering atau 50% yang mendasari perdarahan parenkim otak primer adalah
hipertensi. Sebaliknya, perdarahan otak merupakan penyebab sekitar 15%
kematian pada pasien hipertensi kronik. Hipertensi menyebabkan sejumlah
kelainan di dinding pembuluh darah, termasuk percepatan terjadinya
aterosklerosis di arteri besar dan arteriolosklerosis hialin di pembuluh kecil.
Dinding arteriol yang mengalami perubahan hialin diperkirakan lebih lemah
dibandingkan pembuluh normal dan karenanya lebih rentan mengalami ruptur.
Pada beberapa kasus, hipertensi kronik menyebabkan terbentuknya aneurisma-
aneurisma kecil, yang disebut mikroaneurisma Charcot-Bouchard, yang dapat
menjadi lokasi ruptur. Aneurisma Charcot-Bouchard terbentuk di pembuluh
intrakranium yang bergaris tengah kurang dari 300 m, terutama di daerah
ganglion basal, berbeda dengan aneurisma sakular di pembuluh intrakranium
besar. Selain hipertensi, faktor-faktor lokal dan sistemik dapat menyebabkan
perdarahan non traumatik yaitu gangguan koagulasi sistemik, bedah jantung
terbuka, neoplasma, angiopati amiloid, vaskulitis, aneurisma fusiformis dan
malformasi vaskular. Perdarahan intraparenkim hipertensif dapat terjadi di
putamen (50%60% kasus), talamus, pons, hemisfer serebelum (jarang) dan
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
14
bagian otak lainnya. Perdarahan di ganglion basal dan talamus disebut perdarahan
ganglionik sementara perdarahan di lobus-lobus hemisfer serebrum disebut
perdarahan lobaris. Perdarahan lobaris dapat timbul pada keadaan diatesis
hemoragik, neoplasma, penyalahgunaan obat, vaskulitis infeksi dan noninfeksi,
dan angiopati amiloid serebrum.27,28
Perdarahan intra kranial terdiri dari tiga tahap, perdarahan awal,
ekspansi hematoma dan edema sekitar hematoma. Perdarahan awal dapat terjadi
karena arteri serebral yang ruptur yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
resiko stroke yang telah diterangkan di atas. Beberapa jam kemudian terjadi
ekspansi hematoma, yang menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial
sehingga mengganggu integritas jaringan lokal dan sawar darah otak. Aliran darah
vena yang terhambat menginduksi pelepasan tromboplastin jaringan sehingga
terjadi koagulopati lokal. Tahap ketiga yaitu terjadi edema serebral disekitar
hematoma, yang merupakan proses sekunder dari inflamasi dan gangguan sawar
darah otak. Edema serebral disekitar hematoma ini dapat menimbulkan kerusakan
neurologis. Perdarahan dan edema yang semakin meluas menyebabkan pergeseran
parenkim otak yang akhirnya meningkatkan tekanan intrakranial yang memicu
terjadinya herniasi. Hal ini berdampak menimbulkan prognosis yang buruk.26
Iskemia fokal merupakan hasil akhir dari vasospasme arteri di dekat
lokasi arteri yang ruptur. Keseimbangan glutamat SSP berubah selama iskemia,
terjadi peningkatan jumlah glutamat di ekstraseluler sampai tingkat toksik. Sel
neuron didaerah iskemik menjadi mati karena kekurangan energi. Namun
dipinggir daerah iskemik sel neuron mati karena stimulasi berlebihan reseptor
glutamat.23
Glutamat dilepaskan pada excitatory synapses dan kadar glutamat dalam
ruang ekstraseluler biasanya diatur secara ketat oleh sistem reuptake natrium
dalam neuron dan glia. Di glia, glutamat didetoksifikasi lebih lanjut, dikonversi
menjadi glutamin oleh enzim glutamin sintetase yang membutuhkan ATP.
Glutamin dilepaskan dari glia dan diambil oleh neuron, kemudian disimpan di
dalam vesikel sinaptik untuk pelepasan berikutnya. Iskemia menghalangi otak
untuk mendapatkan oksigen dan glukosa, gangguan dalam metabolisme sel
neuron dan glia menghabiskan cadangan energi yang dibutuhkan untuk
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
15
TERMINAL PRASINAPTIK
Glutamat
SEL POSTSINAPTIK
Kematian sel
Glutamat
Glutamin
ASTROSIT
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
16
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
17
2.3.3 Dislipidemia
Terdapat hubungan yang positif antara kadar kolesterol serum dengan risiko
stroke iskemik. Hal ini berhubungan dengan proses terjadinya aterosklerosis.37
Kadar HDL yang rendah lebih cenderung meningkatkan risiko stroke iskemik
daripada stroke hemoragik. Sedangkan peningkatan LDL meningkatkan risiko
stroke iskemik dan stroke hemoragik.33,38
Lipid disorders berkontribusi terhadap pecahnya dinding pembuluh darah,
bersama dengan hipertensi sebagai risiko yang sudah ada sebelumnya.
Hipertrigliseridemia tidak terbukti sebagai faktor risiko, sementara peningkatan
LDL kolesterol, dan rendahnya HDL kolesterol, dapat dikaitkan dengan ICH
primer, yang bisa membenarkan pengobatan statin lebih lanjut dalam pencegahan
sekunder penyakit ini.14
Beberapa penelitian menunjukkan efek perlindungan dari statin dalam
pencegahan intracerebral hemorrhage (ICH) dan menggarisbawahi fakta bahwa
penggunaan statin tidak terkait dengan peningkatan kekambuhan ICH.14 Hal yang
berbeda didapatkan oleh Tziomalos dkk.38 dimana statin dapat meningkatkan
risiko stroke hemoragik tetapi mengurangi risiko stroke iskemik.
2.3.4 Merokok
Asap tembakau primer dan lingkungan paparan dapat meningkatkan risiko stroke.
Mencakup carboxyhemoglobinemia, peningkatan agregasi trombosit, peningkatan
kadar fibrinogen, mengurangi high density lipoprotein (HDL) kolesterol dan efek
toksik langsung senyawa seperti 1,3 butadiena, yang dapat mempercepat
terjadinya aterosklerosis. Tidak hanya stroke iskemik yang meningkat akibat
merokok, tetapi stroke hemoragik juga meningkat.39 Kurth dkk.40 melakukan
penelitian pada pasien stroke hemoragik yang merokok. Penelitian ini
menunjukkan peningkatan angka kejadian stroke hemoragik pada pasien
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
18
perempuan yang merokok sigaret lebih dari 15 batang/hari dan pada pasien laki-
laki yang merokok sigaret lebih dari 20 batang/hari. Hasil penelitian ini
menunjukkan hubungan yang kuat antara merokok dengan stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik.
2.3.5 Obesitas
Winter dkk.15 mendapatkan adanya hubungan obesitas dengan risiko penyakit
stroke, dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan dari marker abdominal
adiposity (waist-to-hip ratio dan lingkar pinggang) yang secara signifikan
berhubungan dengan risiko penyakit stroke.
Obesitas lebih cenderung meningkatkan risiko terkena stroke iskemik
daripada stroke hemoragik.33 Overweight meningkatkan risiko stroke iskemik
22%, dan obesitas meningkatkan risiko stroke iskemik 64%. Tetapi tidak
ditemukan hubungan yang signifikan antara overweight dan obesitas dengan
stroke hemoragik, namun berdasarkan analisis statistik faktor tekanan darah
memediasi efek obesitas terhadap stroke hemoragik.41
Adiponektin adalah hormon yang terdapat di dalam jaringan adiposa,
hormon ini meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan hati dan meningkatkan
oksidasi free fatty acid (FFA) dalam beberapa jaringan, termasuk otot. Kadar
adiponektin plasma menurun dengan meningkatnya obesitas, menurunnya kadar
adiponektin berhubungan dengan resistensi insulin dan hiperinsulinemia.
Adiponektin terlibat dalam perkembangan aterosklerosis. Adiponektin
menghambat TNF- menginduksi ekspresi molekul adhesi dan transformasi
makrofag menjadi sel busa, keduanya merupakan komponen utama dari
aterogenesis. Proses di atas menerangkan adanya hubungan penting antara
obesitas dengan perkembangan aterosklerosis.42
2.3.6 Hiperurisemia
Asam urat merupakan produk dari metabolisme purin, yang terdegradasi di
kebanyakan mamalia oleh enzim hati dan diekskresikan dalam urin. Kadar asam
urat dapat meningkat pada keadaan diet tinggi purin, konsumsi alkohol, kondisi
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
19
dengan high cell turnover, enzymatic defects dalam metabolisme purin dan
ekskresinya yang menurun.43
Asam urat berkontribusi terhadap disfungsi endotel.43 Pada keadaan
hiperurisemia, dimana asam urat dapat mengaktifkan sistem renin-angiotensin,
sebagai independent sodium sensitive dan menyebabkan down regulation of the
nitric oxide (NO) sehingga menyebabkan hipertensi. Asam urat juga berperan
menyebabkan proliferasi otot polos pembuluh darah yang dimediasi oleh platelet-
derived growth factor (PDGF) dan monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-
1).44
Waring dkk.45 mendapatkan infus asam urat pada manusia yang sehat,
menyebabkan gangguan pada asetilkolin, terjadi gangguan pelepasan NO endotel.
Penelitian pada hewan coba mendapatkan hiperurisemia ringan, menghambat
sistem NO di ginjal. Mekanisme asam urat merusak endotel pembuluh darah
belum diketahui, tetapi diketahui asam urat bersifat prooksidatif pada kondisi
antioksidan lainnya berada pada tingkat terendah.43
Mekanisme asam urat menyebabkan proliferasi sel otot polos pembuluh
darah adalah sebagai berikut, asam urat masuk ke dalam sel otot polos pembuluh
darah melalui organic anion transporters, kemudian mengaktifkan specific
mitogen activated protein kinases, siklooksigenase-2 (COX-2) dan nuclear
transcription factors (NF-KB dan AP-1), kemudian mensintesis thromboxane
(TXA2), PDGF, dan MCP-1, sehingga menyebabkan proliferasi sel otot polos
pembuluh darah dan menginduksi proses inflamasi seperti Gambar 2.4. MCP-1
adalah kemokin yang penting dalam penyakit pembuluh darah dan aterosklerosis.
Asam urat juga menstimulasi sel mononuklear untuk menghasilkan interleukin 1,
interleukin 6, dan TNF-.43
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
20
MAP Nuclear
Kinases Transcription
Erk, p38 Factors (NF-KB,
ASAM URAT AP-1)
COX2
(TXA2)
PDGF
MCP-1
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
21
mempertahankan bolus dalam rongga mulut dan menelan air liur, mengantongi
makanan di rongga mulut, makan lambat, suara serak, pneumonia berulang, dan
setiap menelan terbatuk yang dapat terjadi sebelum, selama atau setelah
menelan.46 Oleh karena itu saat awal masuk rumah sakit, pada semua pasien
stroke harus dilakukan skrining disfagia. Terdapat beberapa metode skrining
disfagia seperti water swallowing test, multiple consistency test, dan swallowing
provocation test.7 Modified barium swallow evaluation (videofluoroscopic)
merupakan gold standard untuk penilaian disfagia orofaringeal. Tetapi metode ini
mempunyai beberapa kelemahan seperti pasien terpapar radiasi, mahal, dan pasien
harus kompos mentis dan kooperatif.46
2.4.3 Malnutrisi
Penelitian pada 104 pasien stroke akut saat masuk rumah sakit, menunjukkan
16,3% pasien sudah mengalami malnutrisi, jumlahnya meningkat menjadi 26,4%
setelah hari ketujuh perawatan dan terus meningkat menjadi 35% setelah dirawat
selama 14 hari di rumah sakit. Terjadinya malnutrisi tidak hanya selama pasien di
rawat di rumah sakit tetapi juga selama masa rehabilitasi di rumah. Tingginya
prevalensi malnutrisi pada pasien pasca stroke berhubungan dengan outcome
klinis yang buruk.48,49
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
22
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
23
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
24
Fase akut
Pemberian nutrisi pada fase akut harus mempertimbangkan kemungkinan
komplikasi yang terjadi seperti perdarahan otak, atau membutuhkan ventilasi.7
Oleh karena itu, pemberian nutrisi dimulai dari kalori rendah 15-20 kkal/kg/24
jam.54 Khusus untuk pasien obesitas, pemberian karbohidrat tidak boleh kurang
dari 150 g/hari untuk mencegah ketosis dan memberikan tambahan kalori.
Walaupun tatalaksana nutrisi pada pasien obesitas dalam kondisi sakit kritis
belum ada kejelasan, namun disimpulkan, dukungan nutrisi optimal harus
diberikan pada pasien ini.55
Kondisi disfagia
Jalur enteral atau tube feeding dapat digunakan untuk pemberian nutrisi jika
terjadi disfagia. Jika pemberian secara enteral merupakan suatu kontra indikasi
maka nutrisi parenteral dapat diberikan.7
National Dysphagia Diet (NDD) merupakan tatalaksana nutrisi pada
pasien yang mengalami disfagia yang disesuaikan dengan tingkat keparahan
disfagia pasien, yaitu terdapat 4 tingkat cairan yang kekentalannya diturunkan
bertahap dan 3 tingkat makanan padat, yang dimulai dari bubur kemudian
ditingkatkan secara bertahap.46 Cairan dapat dikentalkan dengan menggunakan
susu bubuk tanpa lemak atau tepung maizena.17
Tingkat satu NDD diberikan pada pasien dengan disfagia sedang sampai
berat, terdapat gangguan bicara, terjadi gangguan menelan pada fase oral dan
menurunnya kemampuan untuk melindungi jalan napas. Maka pasien diberikan
bubur, dan makanan yang memiliki tekstur seperti puding. Makanan dengan
tekstur kasar seperti kacang-kacangan, buah-buahan mentah, dan sayuran tidak
diizinkan. Cairan yang dapat diberikan dengan tingkat kekentalan spoon-thick.46
Tingkat dua NDD, diberikan makanan transisi dengan tekstur yang lebih
padat daripada bubur, tetapi masih memiliki tekstur yang lembut. Pasien memiliki
kemampuan mengunyah dan mengalami disfagia orofaringeal derajat ringan
sampai sedang. Semua bentuk diet yang diberikan pada NDD tingkat satu dapat
juga diberikan pada tingkat ini. Cairan yang dapat diberikan sampai tingkat
kekentalan nectar-thick.46
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
25
Faktor risiko DM
Tatalaksana nutrisi pada pasien DM perlu memperhatikan jadwal, jenis dan
jumlah makanan. Makanan dengan pola seimbang sesuai kebutuhan pasien.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
26
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
27
lemak dalam jumlah yang kecil, mengonsumsi dalam jumlah sedang daging
rendah lemak dan produk susu. Asupan buah dan sayur minimal mencapai 3-4
porsi/hari dengan tanpa batas maksimal. Diharapkan rasa kenyang dan nutrisi
adekuat dapat dicapai dengan asupan kalori yang rendah. Makanan manis dan
makanan ringan masih diperbolehkan sampai 200 kkal/minggu.62
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
28
Omega-3
Pemberian omega-3 pada pasien stroke hemoragik masih kontroversial. Pada
penelitian Park Y dkk.69 mendapatkan bahwa kadar n-3 PUFA eritrosit
mempunyai hubungan yang signifikan dengan risiko stroke hemoragik dan stroke
iskemik, n-3 PUFA eritrosit dapat melindungi terhadap risiko stroke hemoragik
dan stroke iskemik. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Bang dkk.70
yang mendapatkan bahwa pemberian n-3 PUFA 10 g/hari dapat mempengaruhi
waktu perdarahan dan meningkatkan resiko stroke hemoragik pada orang Eskimo.
Knapp dkk.71 melaporkan bahwa pemberian dosis tinggi EPA 10 g/hari ternyata
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
29
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
BAB 3
KASUS
Serial kasus ini memaparkan hasil tatalaksana nutrisi pada empat pasien yang
dirawat di RSUT dan mengalami serangan stroke hemoragik. Kriteria
pengambilan pasien adalah: (1) usia 4565 tahun (2) pasien saat skrining
dilakukan dirawat di ruang rawat inap (3) diagnosis utama adalah stroke
hemoragik dengan faktor risiko hipertensi (4) lama rawat pasien di RS >5 hari.
Saat awal perlakuan dilakukan skrining nutrisi menggunakan formulir
skrining gizi RS jejaring yang merupakan modifikasi malnutrition screening tool
(MST). Pemberian nutrisi diberikan sesuai dengan kondisi klinis pasien dan
dilakukan pemantauan sejak pasien dirawat di ruang rawat sampai dengan pasien
pulang. Parameter yang dinilai selama pemantauan adalah keluhan subyektif,
hemodinamik, keadaan klinis, kapasitas fungsional, antropometri, analisis dan
toleransi asupan, imbang cairan, serta parameter laboratorium.
BB : berat badan
IMT : indeks massa tubuh
LLA : lingkar lengan atas
LP : lingkar perut
SH : stroke hemoragik
30
3.1. Kasus 1
Pasien laki-laki berusia 60 tahun dibawa ke Rumah Sakit Umum Tangerang
(RSUT) dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 10 jam sebelum masuk
rumah sakit. Dilakukan alloanamnesis dengan istri pasien. Pasien sering mengeluh
sakit kepala sejak 1 minggu SMRS, yang timbul pada saat pasien pulang bekerja.
Lima belas jam SMRS, tiba-tiba tangan & kaki kanan pasien tidak bisa digerakan
pada saat mau shalat subuh, disertai mulut mencong dan bicara pelo, serta saat
diberi makan dan minum pasien tersedak. Dua belas jam SMRS pasien muntah
menyemprot sebanyak satu kali, muntahan berisi sisa makanan dan cairan
kekuningan, pasien juga mengeluh sakit kepala yang sangat hebat. Sepuluh jam
SMRS kesadaran pasien mulai menurun, lebih sering tertidur. Kadang-kadang
pasien tampak gelisah dan meracau. Kemudian pasien dibawa ke RSUT.
Pasien dirawat selama dua hari di instalasi gawat darurat (IGD) RSUT
karena ruangan belum tersedia. Menurut istri pasien, kesadaran pasien masih
belum pulih selama di IGD, pasien lebih sering tertidur, kadang-kadang gelisah
dan meracau, muntah sudah tidak ada. Keadaan pasien pada saat dipindah ke
ruang bangsal masih sama seperti di IGD.
Pada riwayat penyakit dahulu (RPD) didapatkan pasien mempunyai
penyakit darah tinggi sejak lebih kurang 15 tahun yang lalu. Penyakit jantung,
kencing manis, ginjal, kolesterol, asam urat, dan paru-paru disangkal. Pasien
berobat ke puskesmas dan minum obat tidak teratur. Tekanan darah pasien saat itu
mencapai 180/120 mmHg. Pada riwayat penyakit keluarga (RPK) orang tua laki-
laki dan semua saudara menderita darah tinggi. Kakak perempuan menderita
kencing manis. Sementara penyakit jantung, ginjal, paru-paru dan asam urat
disangkal. Riwayat penurunan BB disangkal.
Pada hasil anamnesis kebiasaan makan, pasien suka makan sop kambing.
Istri pasien selalu memasak sendiri makanan yang dikonsumsi. Pasien juga senang
mengonsumsi mie ayam dengan jeroan yang banyak dan ikan asin. Selain itu istri
pasien juga terbiasa menambahkan hingga 1 sdt garam dan 1 sdt monosodium
glutamat (MSG) untuk setiap makanan yang dimasak. Pasien juga mengonsumsi
makanan kaleng seperti sardin dan kornet. Pasien jarang mengonsumsi sayur dan
buah-buahan, dalam satu hari pasien biasanya hanya mengonsumsi 12 porsi
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
32
sayur/buah. Pasien merokok sejak umur 15 tahun sampai terkena serangan stroke
ini, jumlahnya setengah sampai satu bungkus perhari. Kebiasaan mengonsumsi
minuman beralkohol disangkal.
Asupan makanan pasien sebelum sakit diketahui bahwa pasien biasa
makan utama sebanyak 3 kali sehari berupa nasi putih 12 centong dengan lauk
hewani sop kambing 1 porsi / ikan asin goreng 1 potong sedang, tahu atau tempe
goreng 1 potong sedang, sayur 2 sendok makan dan kopi 1 gelas perhari dengan
gula satu sendok makan. Dalam 24 jam terakhir pasien dipuasakan oleh DPJP dan
hanya mendapatkan cairan resusitasi. Aktivitas fisik pasien sehari-hari adalah
mengajar les bahasa Inggris privat dan supir panggilan. Pasien tidak pernah
berolah raga.
Pada awal perawatan di ruang rawat RSUT, pasien tampak sakit sedang,
kesadaran delirium, TD 160/100 mmHg, nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20
x/me 36 5
pucat, sklera tidak ikterik, pada hidung terpasang NGT aliran balik tidak ada.
Pemeriksaan toraks simetris kiri dan kanan. Pada auskultasi didapatkan suara
pernapasan vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada, bunyi jantung I dan II
murni, tidak ada murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen rata, bising usus (BU)
normal. Pada ekstremitas, akral hangat, tidak didapatkan edema dan capillary
reffil time ( RT) <2 R l l meningkat pada ekstremitas dekstra,
refleks patologis positif. Pada genitalia terpasang kateter urin.
Kapasitas fungsional pasien adalah bedridden. Skor indeks activity of daily
living Barthel 0 (ketergantungan total). Pada antropometri didapatkan PB 168 cm,
LLA 21 cm, dengan BB perkiraan pasien 54,3 kg, sehingga IMT pasien adalah
19,2 kg/m2.
Pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan hemoglobin (Hb) 15,7
g/dL, hematokrit (Ht) 46 %, leukosit 9000/l, trombosit 366.000/l. Pemeriksaan
fungsi ginjal didapatkan kadar ureum 30 mg/dL dan kreatinin 1,1 mg/dL, glukosa
sewaktu 121 mg/dL, kadar asam urat 9,5 mg/dL, elektrolit Na 142 mmol/L, K
3,65 mmol/L, Cl 103 mmol/L. Pemeriksaan profil lipid menunjukkan trigliserida
148 mg/dL, kolesterol total 196 mg/dL, kolesterol HDL 29 mg/dL dan kolesterol
LDL 137 mg/dL.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
33
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
34
200
150 180
160
mmHg
100 100 140140
140 140 130
100 130 130
50 90 90 90 120 120 120
0 90 90 90 90
80 80 80
IGD IGD 1
2 3
1 2 4 5
6 7
Hari pemantauan 8 9 10
IGD IGD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2
Diastolik 100 100 90 90 90 90 90 90 90 80 80 80
Sistolik 180 160 140 140 140 140 130 130 130 120 120 120
1800
1600
1400
1200
1000
Kkal
800
600
400
200
0
SS IGD IGD H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10
H1 H2
Kalori 1700 0 0 0 900 1000 1200 1200 1500 1500 1706 1706 1706
Gambar 3.2 Analisis Asupan Kalori Tn. H Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS
H: hari
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
35
300
250
200
Kkal
150
100
50
0
SS IGD IGD H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H1
H1 H2 0
Protein 56 0 0 0 45 50 60 60 75 75 78 78 78
Lemak 50 0 0 0 21.6 24 29 29 36 36 39.8 39.8 39.8
Karbohidrat 245 0 0 0 135 150 180 180 225 225 272 272 272
3.2 Kasus 2
Pasien perempuan berusia 56 tahun dibawa ke Rumah Sakit Umum
Tangerang (RSUT). Pasien telah mendapatkan perawatan 11 hari di RSUT dan
dipantau selama 8 hari dengan diagnosis stroke hemoragik, hipertensi derajat 2,
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
36
DM tipe 2 dan dislipidemia, dengan keluhan utama tiba-tiba tangan & kaki kanan
tidak bisa digerakkan sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Dilakukan
alloanamnesis dengan anak pasien.
Sejak enam bulan terakhir pasien mengeluh lebih sering merasa haus dan
lapar, pasien juga lebih sering bolak-balik ke toilet untuk buang air kecil. Pasien
belum pernah mengalami luka yang sulit sembuh. Pasien sering mengeluh sakit
kepala sejak 1 minggu SMRS, yang timbul pada saat setelah beraktivitas. Kaki
dan tangan pasien juga sering mengalami kesemutan. Delapan jam SMRS sakit
kepala pasien semakin memberat, disertai dengan muntah-muntah 2 kali,
menyemprot, isi muntah makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya.
Enam jam SMRS, tiba-tiba setelah selesai BAB, tangan dan kaki kanan pasien
tidak bisa digerakkan. Bicara pasien menjadi pelo dan pasien terbatuk setiap
diberi minum, pasien juga mengeluh sulit menelan makanannya.
Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Tidak ada
keluhan pada BAB dan BAK pasien. Pada RPD didapatkan riwayat darah tinggi
sejak dua tahun yang lalu. Pasien tidak kontrol dan tidak minum obat teratur.
Riwayat sakit jantung, paru, kencing manis, kolesterol, dan asam urat disangkal.
Riwayat penyakit dalam keluarga, ibu dan kelima saudara kandung menderita
darah tinggi, satu orang di antara saudaranya tersebut juga mengalami stroke,
sementara penyakit jantung, kencing manis, ginjal, kolesterol, asam urat, dan
paru-paru disangkal. Riwayat penurunan BB ada dan diketahui 2 tahun yang lalu
BB pasien 55 kg. Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol serta obat-
obatan.
Pada anamnesis kebiasaan makan sebelum sakit didapatkan pasien
mempunyai kebiasaan mengonsumsi ikan asin, dan kopi 23 gelas sehari dengan
gula pasir 1 sendok makan per gelas. Pasien lebih suka lauk pauk yang digoreng
dan camilan gorengan. Kon y 12 porsi sehari. Asupan garam
ataupun MSG tidak dibatasi oleh pasien. Pasien memasak sendiri makanannya
untuk sehari-hari. Pasien makan 3 x sehari. Setiap kali makan berupa nasi putih
1-2 centong dengan lauk hewani (telur/ayam/ikan goreng) satu potong sedang,
lauk nabati (tempe/tahu goreng) satu potong, sayur asem satu mangkok sedang.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
37
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
38
kanola pada makanan yang disajikan. Jenis karbohidrat sebagian besar dipilih
karbohidrat kompleks, dengan karbohidrat simpleks <5%. Serat diberikan
2030 g/hari dengan serat larut 25% dari total kebutuhan serat. Natrium diberikan
sebesar 2400 mg/hari.55,56,61 14001850 ml. Suplementasi
mikronutrien diberikan vitamin B komplek 3x2 mg, vitamin B12 3x50 g dan
asam folat 1x1 mg. Disarankan pemberian koenzim Q10 sebagai nutrien spesifik,
dengan dosis 100 mg selama 8 minggu.
Pemberian nutrisi dimulai dari 16 kkal/kgBB yaitu 750 kkal, dalam bentuk
formula DM yang diberikan secara per enteral (nasogastrik). Selanjutnya
pemberian nut 10%20% sesuai dengan perbaikan klinis
dan toleransi pasien hingga akhirnya mencapai KET.
Pada perawatan hari ke enam, hasil skrining Gugging Swallowing Screen
Indirect Swallowing Test yang dilakukan pada pasien menghasilkan skor 5,
sehingga dapat dilakukan uji menelan secara langsung. Diet semi solid mulai
diberikan pada pasien, ekstra bubur sumsum (tanpa gula merah) dan dapat
dihabiskan oleh pasien 3/4 porsi, sementara formula DM tetap diberikan melalui
NGT.
Pasien mengalami perbaikan klinis selama dirawat di RSUT. Pada hari
terakhir perawatan, didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis dengan skor Glasgow Coma Scale (GCS) E4M6
(ekstremitas sinistra), V disartria. Kadar gula darah dan tekanan darah pasien
terkontrol dengan medikasi dan terapi nutrisi. Sakit kepala sudah tidak ada, pasien
sudah dapat mengubah sendiri posisi tidurnya dengan miring ke kanan, kapasitas
fungsional membaik dengan Barthel indeks 9 (ketergantungan sedang). Sehingga
pasien direncanakan untuk dipulangkan pada hari ke 11 perawatan dan
direncanakan untuk kontrol ke poliklinik satu minggu kemudian. Pada saat pasien
pulang didapatkan hasil pemeriksaan antropometri sebagai berikut LLA 23 cm,
BB perkiraan 46,5 kg, IMT 20,1 kg/m2, tampak tidak ada perubahan berat badan
dibandingkan pada saat hari pertama di ruang perawatan. Obat-obatan yang
didapatkan pasien untuk di rumah adalah amlodipine 1x10 mg, OMZ 20 mg,
simvastatin 1x10 mg, metformin 1x500 mg, parasetamol 500 mg jika demam atau
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
39
sakit kepala dan vitamin B komplek 3x2 mg, vitamin B12 3x50 g dan asam folat
1x1 mg. Direncanakan pemberian koenzim Q10 1x100 mg.68
2500
2000
1500
Kkal
1000
500
0
IGD IGD H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9
SS H1 H2
Kalori (kkal) 2075 0 0 0 750 900 1200 1200 1500 1419 1419 1475
Gambar 3.4 Analisis Asupan Kalori Ny. S Sebelum Sakit (SS) dan Selama
Perawatan di RS
H: hari
300
250
200
kkal
150
100
50
0
SS H1 H2 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9
IGD IGD
Protein 61 0 0 0 30 36 48 48 60 53 53 54
Lemak 78 0 0 0 21 25.2 33.6 33.6 42 38.8 38.8 40
Karbohidrat 282 0 0 0 110.3 132.3 176.4 176.4 220.5 214.6 214.6 224.8
Gambar 3.5 Analisis Asupan Makronutrien Ny. S Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS
H: hari
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
40
3.3. Kasus 3
Pasien perempuan, usia 49 tahun, dengan diagnosis stroke hemoragik,
dengan hipertensi, dibawa ke RSUT dengan keluhan utama penurunan kesadaran
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
41
sejak 8 jam SMRS. Sakit kepala sering dirasakan pasien satu minggu sebelum
masuk rumah sakit, disertai dengan rasa kesemutan pada kedua tangan dan kedua
kaki. Dua puluh jam SMRS, setelah makan malam satu suap, tiba-tiba kepala
pasien terasa sakit dan makin lama makin memberat, kemudian pasien minum
obat sakit kepala dari warung, setelah itu pasien berusaha untuk tidur, tetapi
karena kepalanya semakin sakit, pasien tidak bisa tidur. Pasien juga sempat
muntah 3 kali, muntah menyemprot, isi muntah makanan dan minuman yang
dikonsumsi sebelumnya, jumlah seperempat sampai setengah gelas aqua per kali
muntah. Sepuluh jam SMRS, tiba-tiba tangan dan kaki kanan pasien tidak bisa
digerakkan, dan pasien tidak bisa bicara. Delapan jam SMRS kesadaran pasien
mulai menurun. Kemudian pasien dibawa ke RSUT. Tidak didapatkan keluhan
pada BAB dan BAK.
Pada RPD didapatkan pasien sudah menderita tekanan darah tinggi sejak 1
tahun yang lalu, tetapi pasien tidak kontrol dan tidak minum obat secara teratur.
Pada RPK orang tua laki-laki menderita tekanan darah tinggi sementara riwayat
penyakit, DM, jantung, asam urat, kolesterol, dan ginjal dalam keluarga disangkal.
Riwayat merokok dan konsumsi alkohol serta obat-obatan disangkal.
Pada anamnesis kebiasaan makan pasien didapatkan pasien suka makan
ikan asin dan ngemil gorengan. Riwayat penurunan berat badan disangkal.
Sebelum sakit pasien biasanya makan 3 x sehari, dengan nasi putih 2 centong,
ikan asin 1 potong sedang, tempe goreng 2 potong sedang, sayur 3 sendok makan.
Pasien jarang mengonsumsi buah, cemilan berupa gorengan seperti bakwan sayur
digoreng 23 potong disertai teh manis dengan 1 sdm gula pasir 12 x sehari.
Setelah sakit pasien tidak sempat makan apapun karena muntah-muntah dan
selama di IGD pasien hanya diberi infus RL. Tidak terdapat riwayat penurunan
BB. Pada anamnesis diketahui pasien tidak pernah berolah raga. Pasien sehari-hari
bekerja sebagai penjual gorengan didekat rumahnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/90 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, suhu badan 36,7 C. Keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran delirium. Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Pada hidung
terpasang kanul O2 2 L/menit. Belum terpasang NGT. Pemeriksaan mulut sulit
dilakukan. Pada pemeriksaan leher tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
42
Pada pemeriksaan toraks didapatkan paru simetris kiri & kanan, suara pernapasan
vesikuler, serta tidak ada ronki dan wheezing. Bunyi jantung I dan II murni, tidak
ada gallop dan murmur. Pemeriksaan abdomen, didapatkan buncit, BU normal,
supel, hepar dan limpa tidak teraba membesar, dengan lingkar perut (LP) 115 cm.
l RT < 2 R l
fisiologis meningkat pada ekstremitas dekstra, refleks patologis positif.
Kapasitas fungsional pasien adalah bedridden. Skor indeks activity of daily
living Barthel 0 (ketergantungan total). Pada antropometri didapatkan PB 150 cm,
LLA 36 cm, dengan BB perkiraan pasien 68 kg, BB adjusted 59 kg, IMT pasien
adalah 30,2 kg/m2.
Pada pemeriksaan penunjang pasien, didapatkan hasil darah rutin adalah Hb 13,8
g/dL, Ht 38%, leukosit 6500/l, trombosit 254.000/l. Pemeriksaan fungsi hati
didapatkan hasil dalam batas normal yaitu SGOT/SGPT 15/21 U/L Pada
pemeriksaan fungsi ginjal didapatkan kadar ureum 44 mg/dL dan kreatinin 0,6
mg/dL. Pemeriksaan elektrolit darah didapatkan hasil normal yaitu Na 143
mmol/l, K 4,59 mmol/l, dan Cl 99 mmol/l, pemeriksaan GDS didapatkan hasil 97
mg/dL. Profil lipid, trigliserida 84 mg/dL, kolesterol total 141 mg/dL, HDL 33
mg/dL, LDL 91,2 mg/dL. Asam urat 2,1 mg/dL. Pada pemeriksaan CT Scan
didapatkan haemorhagic intracerebral di capsula eksterna kiri yang
menyempitkan ventrikel lateralis kiri dengan estimasi volume perdarahan 30,3 ml.
Pemeriksaan foto thorak PA, jantung dan paru dalam batas normal.
Pada imbang cairan didapatkan input yang berasal dari cairan infus 1500
mL. Sedangkan pada output berupa urin 1000 ml dan IWL 680 ml, sehingga total
output adalah 1680 ml/24 jam. Didapatkan imbang cairan menjadi negatif 180
mL/24 jam. Pasien mendapatkan terapi manitol 4x125 cc, ceftizoxim 2x1 g,
dycinon 3x1 ampul, noperten 1x10 mg dan gastroper 2x1 ampul, RL 8 jam/kolf,
oksigen 3 l/menit.
Diagnosis gizi pada pasien ini adalah obes II, hipermetabolisme sedang,
pada stroke hemoragik, hipertensi derajat I. Tatalaksana nutrisi pasien meliputi
penentuan KEB pasien dengan HB didapatkan sebesar 1262 kal/hari. Sedangkan
KET dengan FS 1,3 adalah sebesar 1650 kal/hari. Kebutuhan protein 1,2 g/kgBB
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
43
adjusted/hari yaitu 70 g (17% KET), lemak 25% KET yaitu 45 g/hari, dan KH
241 g/hari (58% KET).
Pemberian nutrisi dimulai dari 1000 kkal, protein 45 g (0,9 g/kgBB atau
18% dari energi total), lemak 24 g, karbohidrat 151 g. Diberikan makanan cair RS
melalui NGT, diberikan dalam 6 x pemberian dalam sehari yaitu sebesar 6x170
kkal. Saran untuk pemasangan NGT. Selanjutnya pemberian nutrisi ditingkatkan
bertahap 1020% setiap 12 hari sesuai dengan kondisi klinis dan toleransi pasien
hingga mencapai kebutuhan total. Mikronutrien yang dapat diberikan adalah
vitamin B komplek 3x2 mg per hari, vitamin B12 3x50 g dan asam folat 1x1 mg
per hari. Nutrien spesifik koenzim Q10 100 mg per hari. Tetapi nutrien spesifik
koenzim Q10 tidak dapat diberikan karena tidak ditanggung oleh pembiayaan
pasien. Selama perawatan kapasitas fungsional pasien membaik, dan tekanan
darah pasien terkontrol.
2500
2000
1500
kkal
1000
500
0
SS H1 H2 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8
IGD IGD
Kalori 2475 0 0 0 1000 1000 1200 1200 1500 1500 1700
Gambar 3.6 Analisis Asupan Kalori Ny.Y Sebelum Sakit (SS) dan Selama
Perawatan di RS
H: hari
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
44
350
300
250
200
Kalori
150
100
50
0
SS H1 H2 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8
IGD IGD
PROTEIN 74 0 0 0 50 50 60 60 75 75 78
LEMAK 80 0 0 0 24 24 29 29 36 36 39.8
KH 350 0 0 0 150 150 180 180 225 225 271.5
Gambar 3.7 Analisis Asupan Makronutrien Ny Y Sebelum Sakit (SS) dan Selama
Perawatan di RS
H: hari
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
45
kenyang dan nutrisi adekuat dapat dicapai dengan asupan kalori yang rendah.
Makanan manis dan makanan ringan dibatasi sampai 200 kkal/minggu.62
3.4. Kasus 4
Pasien Tn. I 65 tahun, dibawa ke RSUT dengan keluhan utama penurunan
kesadaran sejak 5 jam SMRS. Dalam 2 minggu SMRS, pasien sering mengeluh
sakit kepala, pasien juga sering mengeluhkan kesemutan pada kedua tangan dan
kaki. Sakit kepala semakin memberat sejak 12 jam SMRS, disertai dengan
muntah-muntah yang menyemprot. Setelah minum obat sakit kepala, pasien tidur
dari pagi sampai sore. Lima jam SMRS pasien kemudian berusaha dibangunkan
oleh anak pasien, tetapi pasien tetap tidur, dan kelihatan lemah. Kemudian pasien
di bawa ke RSUT. BAK dan BAB pasien tidak ada keluhan.
Pada RPD didapatkan pasien sudah menderita darah tinggi sejak 2 tahun
yang lalu dan pernah menderita stroke 2 tahun yang lalu, tetapi pasien tidak
kontrol dan tidak minum obat secara teratur.
Pada RPK orang tua laki-laki pasien menderita darah tinggi, sementara
riwayat penyakit stroke, DM, jantung, asam urat, kolesterol, dan ginjal disangkal.
Pasien merokok sejak usia remaja, setengah sampai satu bungkus per hari dan
berhenti sejak 2 tahun yang lalu. Riwayat konsumsi alkohol serta obat-obatan
disangkal. Riwayat penurunan berat badan disangkal.
Kebiasaan makan pasien selama ini suka makan ikan asin, sop daging,
serta makanan yang digoreng, dan jarang makan sayur dan buah. Saat sehat pasien
makan 3 x sehari, setiap kali makan berupa nasi putih 1-2 centong dengan lauk
hewani 1 potong sedang, tempe 2 potong sedang, sayur 3 sendok makan. Dua kali
sehari pasien minum teh manis dengan gula 1 sendok makan. Dua puluh empat
jam terakhir pasien dipuasakan. Sedangkan aktivitas fisik pasien sebagai
pensiunan karyawan dari pabrik pengolahan limbah lebih banyak duduk. Pasien
juga jarang berolah raga.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran
somnolen, E4M6Vafasia, TD 190/100 mmHg, nadi 90 x/menit, pernapasan
20 36 5 l
tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Pada mulut sulit dinilai kearah mana sudut
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
46
mulut lebih tertarik. Pada hidung terpasang kanul O2 2 L/menit. Belum terpasang
NGT. Pemeriksaan toraks simetris, pada paru suara napas vesikuler tidak ada
ronkhi dan wheezing, pada jantung, bunyi jantung I dan II murni, tidak ada
murmur dan gallop. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan datar dengan BU
normal, supel. Pada genitalia terpasang kateter urin. Pada ekstremitas tidak ada
edema, dan CRT <2. Refleks fisiologis meningkat pada ekstremitas dekstra,
refleks patologis positif.
Kapasitas fungsional pasien adalah bedridden dengan skor indeks activity
of daily living Barthel 0 (ketergantungan total). Pada antropometri didapatkan TB
165 cm, LLA 25 cm, BB perkiraan 61,8 kg, sehingga IMT 22,7 kg/m2. Pada
imbang cairan dalam 24 jam didapatkan input yang berasal dari cairan infus 1500
ml, sedangkan output yaitu dari urine 1000 ml dan IWL 618 ml, sehingga total
output adalah 1618 ml/24 jam. Imbang cairan menjadi (-) 118 ml/24 jam.
Pada pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan data Hb 15,2 g/dL, Ht
42%, leukosit 9.700/l, trombosit 244.000/l. Pemeriksaan fungsi hati
mendapatkan SGOT 16 U/L, sedangkan SGPT 10 U/L. Pada pemeriksaan fungsi
ginjal didapatkan ureum 22 mg/dL, kadar kreatinin normal 1 mg/dL dan asam urat
4,1 mg/dL. GDS 103 mg/dL, glukosa puasa 109 mg/dL. Pemeriksaan elektrolit
mendapatkan dalam batas normal, yaitu Na 144 mmol/L, K 3,93 mmol/L, Cl 106
mmol/L. Profil lipid, trigliserida 107 mg/dL, kolesterol total 225 mg/dL, HDL 32
mg/dL, LDL 171,6 mg/dl. Hasil CT scan: haemorrhagic intracerebral lobus
occipitalis sinistra, infark cerebri corona radiata sinistra. Pemeriksaan foto
toraks PA, jantung dan paru dalam batas normal.
Diagnosis kerja gizi pada pasien adalah BB normal, berisiko malnutrisi,
hipermetabolisme sedang, dislipidemia, stroke hemoragik, hipertensi stage 2.
Pasien mendapatkan terapi dari DPJP berupa manitol 4x125 cc, vit K 3x1 ampul,
captopril 3 x 25 mg, amlodipin 1x10 mg, dycynon 3x1, panzo 2x1 vial, ranitidine
2 x 50 mg IV.
Tatalaksana nutrisi pasien meliputi penentuan KEB pasien dengan HB
didapatkan sebesar 1296,2 kal/hari. Sedangkan KET dengan FS 1,3 adalah sebesar
1700 kal/hari. Kebutuhan protein 1,2 g/kg BB/hari yaitu 74 g (17% KET), lemak
25% KET yaitu 47 g/hari, dan KH 245 g/hari (58% KET). Pemberian lemak
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
47
dengan SFA <7%, MUFA <20%, dan PUFA <10 %, dengan sumber MUFA dari
minyak kanola, dengan kolesterol <200 mg/hari. Sumber KH terutama dari KH
kompleks, dengan KH simpleks <5%. Kebutuhan serat adalah 24 g/hari dengan
serat larut 25% dari total kebutuhan serat. Kebutuhan Na sebesar 2400 mg/hari.
Kebutuhan cairan pasien adalah 1850 mL/hari. Suplementasi mikronutrien yang
direkomendasikan adalah vitamin B komplek 3 x 2 mg/hari, vitamin B 12 3 x 50
g/hari, asam folat 1 x 1 mg/hari dan koenzim Q10 1 x 100 mg per hari.
Nutrisi yang diberikan pada hari pertama pemantauan adalah 15
kkal/kgBB yaitu 900 kkal. Protein yang diberikan dimulai dengan 45 g (20%
kalori total, N : NPC = 1 : 100). Lemak sebesar 25 g (25% kalori total), sisanya
KH. Nutrisi diberikan dalam 6 x pemberian dalam sehari yaitu sebesar 6 x 150
kkal, dalam bentuk makanan cair RS yang diberikan melalui NGT. Selanjutnya
pemberian nutrisi ditingkatkan bertahap 1020% setiap 12 hari sesuai dengan
kondisi klinis dan toleransi pasien hingga mencapai kebutuhan total. Monitoring
setiap hari meliputi kondisi klinis, tanda vital, residu NGT dan toleransi asupan
pasien. Disarankan untuk pemasangan NGT.
1800
1600
1400
1200
1000
kkal
800
600
400
200
0
SS H1 H2 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
IGD IGD
Kalori 1700 0 0 0 900 1000 1200 1200 1500 1500
Gambar 3.8 Analisis Asupan Kalori Tn. I Sebelum Sakit (SS) dan Selama
Perawatan di RS
H: hari
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
48
250
200
150
kkal
100
50
0
SS H1 H2 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7
IGD IGD
PROTEIN 56 0 0 0 45 50 60 60 75 75
LEMAK 50 0 0 0 21.6 24 28.8 28.8 36 36
KH 245 0 0 0 135 150 180 180 225 225
Gambar 3.9 Analisis Asupan Makronutrien Tn. I Sebelum Sakit (SS) dan
Selama Perawatan di RS
H: hari
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS
49
penurunan risiko stroke sekitar 1/3 nya.12 Sementara peningkatan tekanan darah
sistolik 2 mm Hg berhubungan dengan kematian akibat stroke 4,2%.32
Pasien kedua menderita DM tipe 2, pasien baru terdiagnosis DM tipe 2
pada saat terkena serangan stroke ini. Diabetes melitus lebih cenderung
meningkatkan risiko terkena stroke iskemik daripada stroke hemoragik. DM
meningkatkan risiko terkena stroke iskemik 2 sampai 3 kali lipat pada laki-laki
dan 2 sampai 5 kali lipat pada perempuan.33,34 Hubungan antara diabetes dan
stroke hemoragik masih kontroversial. Namun, diabetes sering bersama dengan
hipertensi yang telah dilaporkan memiliki hubungan dengan pendarahan otak.13
Hiperglikemia pada fase akut stroke merupakan dampak dari respon stres.
Respon stres akibat stroke akan meningkatkan pelepasan kortisol dan
norepinefrin. Terjadi disfungsi mitokondria, resistensi insulin, dan metabolisme
anaerob. Hiperglikemia akan memicu kerusakan sel saraf akibat stroke. Pada
stroke hemoragik, hiperglikemia memicu munculnya edema dan kematian
jaringan sekitar hematoma.35,36
Kedua pasien laki-laki merokok sejak remaja. Pada penelitian Kurth dkk.40
didapatkan peningkatan angka kejadian stroke hemoragik pada pasien perempuan
yang merokok sigaret lebih dari 15 batang/hari dan pada pasien laki-laki yang
merokok sigaret lebih dari 20 batang/hari. Penelitian ini menunjukkan hubungan
yang kuat antara merokok dengan stroke hemoragik dan stroke non hemoragik.
Satu dari keempat pasien ini mengalami obesitas. Winter dkk.15
mendapatkan adanya hubungan obesitas dengan risiko stroke, dari hasil penelitian
ini didapatkan peningkatan dari marker abdominal adiposity (waist-to-hip ratio
dan lingkar pinggang) yang secara signifikan berhubungan dengan risiko stroke.
Obesitas lebih cenderung meningkatkan risiko terkena stroke iskemik
daripada stroke hemoragik.33 BB lebih meningkatkan risiko stroke iskemik 22%,
dan obesitas meningkatkan risiko stroke iskemik 64 %. Tetapi tidak ditemukan
hubungan yang signifikan antara BB lebih dan obesitas dengan stroke hemoragik,
namun berdasarkan analisis statistik faktor tekanan darah memediasi efek obesitas
terhadap stroke hemoragik.41
Adiponektin adalah hormon yang terdapat di dalam jaringan adiposa,
hormon ini meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan hati dan meningkatkan
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
51
oksidasi free fatty acid (FFA) dalam beberapa jaringan, termasuk otot. Kadar
adiponektin plasma menurun dengan meningkatnya derajat obesitas, menurunnya
konsentrasi adiponektin berhubungan dengan resistensi insulin dan
hiperinsulinemia. Adiponektin terlibat dalam perkembangan aterosklerosis.
Adiponektin menghambat TNF- dalam menginduksi ekspresi molekul adhesi
dan transformasi makrofag menjadi sel busa, keduanya merupakan komponen
utama dari aterogenesis. Proses di atas menerangkan adanya hubungan penting
antara obesitas dan perkembangan aterosklerosis.42 Kalau dilihat dari asupan
pasien yang mengalami obesitas ini pada saat sebelum sakit, tampak asupan kalori
yang berlebih dari kebutuhan energi total pasien yaitu sekitar 2475 kkal, hal ini
merupakan salah satu faktor yang memicu pasien mengalami obesitas.
Dua dari keempat pasien ini mengalami dislipidemia. HDL yang rendah
lebih cenderung meningkatkan risiko stroke iskemik daripada stroke hemoragik.
Sedangkan peningkatan LDL meningkatkan risiko stroke iskemik dan stroke
hemoragik.33,38 Hal yang berbeda dinyatakan oleh referensi lainnya bahwa kadar
HDL yang rendah dapat dikaitkan dengan ICH primer. Pecahnya pembuluh darah
dapat disebabkan oleh kontribusi dari lipid disorder bersama dengan hipertensi
sebagai risiko yang sudah ada sebelumnya.14 Seperti yang dapat ditemukan pada
keempat pasien ini yang mempunyai kadar HDL kolesterol yang lebih rendah
daripada kadar normal.
Salah satu penyebab ICH adalah cerebral amyloid angiopathy (CAA).
Kadar HDL yang tinggi dapat mengurangi risiko ICH dengan menurunkan CAA.
Peningkatan dua kali lipat kadar HDL plasma, dapat menurunkan CAA 50%.
HDL juga menghambat LDL dalam memicu pembentukan hidroperoksida lipid,
monocyte adherence, aktivitas kemotaktik monosit dan fosfolipid teroksidasi.
HDL dapat meningkatkan fungsi endotel dan memperbaiki dinding pembuluh
darah.74 Roman dkk.75 mendapatkan kadar total kolesterol dan LDL yang tinggi
pada pasien perdarahan intraserebral spontan. Hal ini sesuai dengan pasien kedua
dan keempat yang mempunyai kadar LDL yang tinggi.
Meskipun mekanisme hubungan antara kadar trigliserida dan ICH belum
diketahui, tetapi dapat dijelaskan bahwa kadar trigliserida yang rendah
berkontribusi terhadap kelemahan endotelium vaskular, endotelium akan rapuh
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
52
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
53
SSP akut atau gangguan akut lain yang akhirnya menyebabkan kematian sel.
Sekitar 12 sampai 24 jam setelah terjadi gangguan hipoksik / iskemik maka
kerusakan sel bersifat ireversibel. Beberapa penelitian dapat memperlihatkan
adanya perubahan struktural yang lebih awal sekitar 4 sampai 8 jam pasca cedera
neuron yang bersifat ireversibel.27
Konsumsi sayur dan buah pada keempat pasien sangat kurang,
berdasarkan RISKESDAS 2013, menyatakan kriteria konsumsi yang kurang yaitu
apabila seseorang mengkonsumsi sayur dan buah kurang dari 5 porsi per hari
selama 7 hari dalam seminggu. Kebanyakan orang Indonesia kurang konsumsi
sayur dan buah, sekitar 85% sampai lebih dari 95% orang Indonesia kurang
konsumsi sayur dan buah. Di Banten sendiri, yaitu propinsi tempat RSUT berada,
terdapat lebih dari 95% penduduknya kurang konsumsi sayur dan buah.5
Peningkatan asupan sayur dan buah menurunkan resiko stroke iskemik
dengan signifikan, karena di buah dan sayur banyak mengandung mikronutrien,
antioksidan, phytochemicals, flavonoids dan serat.77 Tetapi hubungan antara
asupan sayur dan buah terhadap resiko stroke hemoragik belum ditemukan.
Perilaku konsumsi makanan berisiko antara lain kebiasaan mengonsumsi
makanan/minuman manis, asin, berlemak, diawetkan, berkafein, dan berpenyedap
adalah perilaku berisiko penyakit degeneratif. Perilaku konsumsi makanan
berisiko dikelompokkan sering apabila penduduk mengonsumsi makanan
tersebut satu kali atau lebih setiap hari. Konsumsi makanan/minuman manis >1
kali dalam sehari pada penduduk berusia >10 tahun secara nasional adalah
53,1 %.5 Sementara proporsi nasional penduduk dengan perilaku konsumsi
makanan berlemak, berkolesterol, dan makanan gorengan >1 kali per hari 40,7 %.
Banten termasuk dari lima propinsi tertinggi di atas rerata nasional untuk perilaku
penduduknya mengonsumsi makanan berlemak, berkolesterol, dan makanan
gorengan >1 kali per hari yaitu 48,8%.5
Porporsi untuk pengonsumsi kopi dan kafein selain kopi di Indonesia
sekitar 29,3% dan 5,6%, sementara untuk propinsi Banten 31,9% dan 3,9%.5
Tetapi penelitian Wolfgang dkk.78 mendapatkan bahwa kebiasaan minum kopi
tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
54
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
55
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
56
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pemberian dukungan nutrisi pada keempat pasien serial kasus ini
dapat disimpulkan:
1. Tatalaksana nutrisi pada pasien disesuaikan dengan kondisi pasien yang
mengalami serangan stroke akut. Setelah hemodinamik stabil pemberian
nutrisi dimulai dari 15-20 kkal/kg BB. Khusus untuk pasien obesitas,
pemberian karbohidrat minimal sebesar 150 g untuk mencegah ketosis.
2. Untuk tatalaksana nutrisi pasien di rumah diberikan edukasi nutrisi sesuai
dengan faktor risiko yang mendasarinya yaitu diberikan DASH diet,
NCEP-ATP III, rekomendasi diet DM dari International Diabetes
Federation (IDF), pemilihan sumber karbohidrat kompleks serta makanan
dengan indeks glikemik yang rendah dan pemilihan sumber makanan
rendah purin. Pada pasien obesitas dilakukan restriksi kalori sekitar 500-
1000 kkal/hari. Diharapkan dapat mengurangi berat badan 0,5 sampai 1
kg/minggu.
5.2 SARAN
1. Tatalaksana nutrisi untuk pasien stroke memerlukan kerjasama
multidisiplin, sehingga komplikasi aspirasi pneumonia dan malnutrisi pada
pasien stroke dapat dicegah.
2. Edukasi nutrisi dan perubahan gaya hidup perlu diberikan kepada pasien
dan keluarga pasien, sejak pasien dalam masa rawat sampai pasien pulang,
untuk mencegah serangan stroke berulang.
57
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
DAFTAR REFERENSI
9. Ard JD, Fraklin FA Jr. Cardiovascular disease. In: Heimburger DC, Ard
JD. Handbook of Clinical Nutrition. Philadelphia: Mosby Elsevier.2006.
11. Khan F, George J, Wong K, McSwiggan S, Struthers AD, Belch JJF. The
association between serum urate levels and arterial stiffness/endothelial
function in stroke survivors. Atherosclerosis 2008;374-379.
12. Huang CY. Nutrition and stroke. Asia Pac J Clin Nutr 2007;16:266-274.
58
14. Prokin AL, uzdi A, ivanovi Z, ekari J, Zeki TK, Popovi N et al.
Dyslipidemia as a risk factor for primary intracerebral hemorrhage. Med
Glas (Zenica) 2014; 11(1):31-36.
16. Bos MJ, Koudstaal PJ, Hofman A, Witteman JCM, Breteler MMB. Uric
Acid Is a Risk Factor for Myocardial Infarction and Stroke. Stroke
2006;37:1503-07.
17. Remig VM. Medical nutrition therapy for neurologic disorders. In: Mahan
LK, Escott-Stump S, editor. Krauses Food and Nutrition Therapy 12th
ed.St.Louis: Elsevier Saunders; 2008.p.1067-101.
18. Roman GC. Nutritional disorders of the nervous system. In: Shils ME,
Shike M, Ross AC, Caballero B, Cousins RJ. Modern in Health and
Disease 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2006.p.1362-80.
19. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Cerebrovascular Diseases. In: Hauser
SL, Josephson SA, English JD, Engstrom JW. Harrisons Neurology in
Clinical Medicine. USA: The Mc Graw Hill; 2006.p.233-71.
20. Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical neurology. edisi ke-7.
New York: The Mc Graw Hill; 2009.p. 292-327
21. Mancall EL, Brock DG. Grays Clinical Neuroanatomy, The Anatomic
Basis for Clinical Neuroscience. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2011.p.
3-10
23. Messing RO. Nervous System Disorders. In: McPhee SJ. Ganong WF.
Pathophysiology of disease, An Introduction to Clinical Medicine. USA:
Mc Graw Hill. 2006; 5:144-88
24. Bear MF, Connors BW, Paradiso MA. Neuroscience Exploring the Brain.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2007;3:133-66.
25. Beltran FA, Acuna AI, Miro MP, Castro MA. Brain energy metabolism in
health and disease. Neuroscience-Dealing with Frontrier. Diunduh dari
http:www.intechopen.com. Diakses tanggal 18 November 2014.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
60
27. Frosch MP, Anthony DC, Girolami UD. The Central Nervous System. In:
Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. Robbins & Cotran Pathologic
Basis of Disease. ed 8. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2010.p.1279-344.
29. Pujol TJ, Tucker JE, Barnes JT, Diseases of cardiovascular system. In:
Nelms M, Sucher K, Lacey K, SR R, Nutrition Therapy and
Pathophysiology, ed 2. Belmont: Wadsworth Cengage Learning;
2011.p.283-339.
30. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo Jr
JL et al. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
Hypertension 2003;42:1206-52.
31. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler
J, et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to
the Eighth Joint National Committee (JNC 8).JAMA 2014;311(5):507-20.
33. Zhang J, Wang Yao, Wang G, SunH, Sun T, Shi J, et al. Clinical factors in
patients with ischemic versus hemorrhagic stroke in East China.Word J
Emerg Med 2011;2(1):18-23.
35. Sabin JA, Molina CA, Ribo M, Arenillas JF, Montaner J, Huertas R, et al.
Impact of Admission Hyperglycemia on Stroke Outcome After
Thrombolysis Risk Stratification in Relation to Time to
Reperfusion.Stroke 2004;35:2393-499.
36. Song EC, Chu K, Jeong SW, Jung KH, Kim SH, Kim M, et al.
Hyperglycemia Exacerbates Brain Edema and Perihematomal Cell Death
After Intracerebral Hemorrhage. Stroke 2003;34:2215-20.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
61
37. Gotto AM, Farmer JA. Reducing the Risk for Stroke in Patients With
Myocardial Infarction A Myocardial Ischemia Reduction With Aggressive
Cholesterol Lowering (MIRACL) Substudy. Circulation 2002;106:1595-
98.
39. Shah RS, Cole JW. Smoking and stroke: the more you smoke the more
you stroke. Expert Rev Cardiovasc Ther 2010 July ; 8(7): 91732.
40. Kurth T, Kase CS, Berger K, Schaeffner ES, Buring JE, Gaziano JM.
Smoking and the risk of hemorrhagic stroke in men. Stroke 2003;34:1151
5.
41. Health Risks. Obesity Prevention Source. Weight Problems Take a Hefty
Toll on Body and Mind.Harvard, school of public health 2014.
42. Greenberg AS, Obin MS. Obesity and the role of adipose tissue in
inflammation and metabolism. Am J Clin Nutr 2006;83:461S-5S.
44. Feig DI. The Role of Uric Acid in the Pathogenesis of Hypertension in the
Young. J Clin Hypertens (Greenwich) 2012;14:346-52.
45. Waring WS, Webb DJ, Maxwell SRJ. Effect of local hyperuricemia on
endothelial function in the human forearm vascular bed. Br J Clin
Pharmacol 2000;49:511.
46. Corrigan ML, Escuro AA, Celestin J, Kirby DF. Nutrition in the Stroke
Patient. Nutr Clin Pract 2011;26:242.
47. Gosney M, Martin MV, Wright AE: The role of selective decontamination
of the digestive tract in acute stroke. Age Ageing 2006, 35:427.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
62
54. Grande PO. The Lund Concept for the treatment of severe head trauma
physiological principles and its clinical application. Intensive Care
Medicine 2006:1-31.
55. Cresci GA. Nutrition Support for the Critically Ill Patient: A Guide to
Practice.USA: CRC Press.2005.p. 612.
56. Blumenthal JA, Greater adherence to DASH diet can lead to significant
reductions in blood pressure. Elsevier Health Sciences 2012.
57. National Institutes of Health National Heart L, and Blood Institute. Your
Guide to Lowering Your Blood Pressure With DASH.2006.
62. Ard JD. Obesity. In: Heimburger DC, Ard JD. Handbook of Clinical
Nutrition. Philadelphia: Mosby Elsevier.2006.p.371-400.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
63
69. Park Y, Park S, Yi H, Kim HY, Kang SJ, Kim J, et al. Low level of n-3
polyunsaturated fatty acids in erythrocytes is a risk factor for both acute
ischemic and hemorrhagic stroke in Koreans. Nutr Res 2009;29:825-30.
70. Bang HO, Dyerberg J, Sinclair MH. The composition of the Eskimo
food in north western Greenland. Am J Clin Nutr 1980;33:2657-61.
71. Knapp HR, Reilly IA, Alessandrini P, FitzGerald GA. In vivo indexes
of platelet and vascular function during fish-oil administration in
patients with atherosclerosis. N Engl J Med 1986;314:937-42.
73. Choe JY. Drug Actions and Interactions. China: Mc Graw Hill. 2011.p.
349-59.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
64
76. Wieberdink RG, Poels MMF, Vernooij MW, Koudstaal PJ, Hofman A,
Lugt AVD et al. Serum lipid levels and the Risk of Intracerebral
Hemorrhage: The Rotterdam Study. Arterioscler Thromb Vasc Biol
2011;31:2982-9.
77. Johnsen SP, Overvad K, Stripp C, Tjonneland A, Husted SE, and Sorensen
HT. Intake of fruit and vegetables and the risk of ischemic stroke in a
cohort of Danish men and women. Am Soc Clin Nutr 2003;78:57-64.
79. He FJ, Campbell NRC, MacGregor GA. Reducing salt intake to prevent
hypertension and cardiovascular disease. Rev Panam Salud Publica
2012;32(4):293-300.
80. Strazzullo P, DElia L, Kandala NgB, Cappuccio FP. Salt intake, stroke,
and cardiovascular disease: meta-analysis of prospective studies.BMJ
2009;339:1-9.
Universitas Indonesia
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
Tatalaksana nutrisi..., Syahda Suwita, FK UI, 2015
67
Lampiran 3
Organisasi :
94