Anda di halaman 1dari 23

Definisi

Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi


membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
(otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang
timbul.
KLASIFIKASI
Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman =
tipe rhinogen.
Secara klinis penyakit tubotimpani
terbagi atas:
A. Penyakit aktif
B. Penyakit tidak aktif

Tipe
atikoantral = tipe ganas = tipe tidak
aman = tipe tulang
ETIOLOGI

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media


berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor
infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius.

Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor


predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate
dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan
refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK
yang tinggi di Amerika Serikat (Nursiah).
Faktor predisposisi OMSK antara lain
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Alergi
7. Gangguan fungsi tuba eustachius
PATOGENESIS

Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap,


tatapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis
media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah
terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus
menerus.

Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa


kejadian infeksi pada telinga tengah missal perforasi
kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini
sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.
PATOLOGI
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan
penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan
kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan
stadium dari pada keseragaman gambaran patologi.

Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses


peradangan yang menetap atau kekambuhan ini
ditambah dengan efek kerusakan jaringan,
penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif
atau dengan medika mentosa. Bila sekret yang
keular terus-menerus, maka diberikan obat
pencuci telinga, berupa larutan H2o2 3 % selama
3 5 hari.

Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan


dengan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten
penting untuk perencanaan terapi karena dapat
terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau
puocyaneous.
KOMPLIKASI

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa


1. erosi canalis semisirkularis
2. erosi canalis tulang
3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan
timbulnya abses subperiosteal
5. erosi pada sinus sigmoid

PROGNOSIS
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat
mongering. Tetapi sisa perforasi sentral yang
berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring
atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa
oleh air, sehingga penutupan membrane timpani
disarankan.
PATOFISIOLOGI
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat
mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik
terdapat mekanisme pencegahan masuknya
mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa
tuba Eustachius, enzim dan antibodi.

Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan


tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eustachius
merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah
juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam
telinga tengah dan terjadi peradangan
Asuhan Keperawatan
Deskripsi kasus

Seorang perempuan berusia 12 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan benjolan dibelakang

telinga. Benjolan disertai dengan demam, nyeri (+), keluhan sakit kepala (+) kadang-kadang,

mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, keluhan pusing berputar disangkal. Sejak

6 tahun yang lalu os mengeluh sering keluar cairan dari telinga kiri, cairan berwarna kekuningan

dan kadang-kadang berbau. Sejak 5 tahun yang lalu, os beberapa kali timbul bisul dibelakang

telinga dan dioperasi di puskesmas. Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, timbul lagi

benolan dibelakang telinga dan os kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum : tampak sakit sedang, compos mentis dyspnea (-),

stridor (-), retraksi (-). Pada pemeriksaan THT : Telinga :AD : dalam batas normal, Retroaurikula

dekstra : dalam batas normal. AS : Liang telinga lapang, seret (+) mukopurulen, membrane

timpani perforasi total. Retroaurikula sinistra : Benjolan (+), fluktuatif (+), nyeri tekan (+). Hidung

dan tenggorok dalam batas normal.

Pasien didiagnosis sebagai Otitits Media supuratif Kronik dengan abses retroaurikula sinistra

dengan kecurigaan komplikasi


intrakranial. Dilakukan insisi dan drainase abses RAS, didapatkan pus 5 cc dan
dipasang drain. Dilakukan pemeriksaan rontgen mastoid posisi schuler dengan hasil
: tampak gambaran kronik mastoiditis kana dan kiri tipe sklerotik. Tak ada destruktif
kolesteatoma.

Hasil audiogram : AD : Pendengaran normal, AS Tuli konduktif ringan. Hasil kultur


pus Staphyloccocus aureus.

Pasien dikonsulkan ke bagian Neurologi dan didapatkan kesan OMSK dengan


suspek abses serebri disarankan CT Scan kepala. Dilakukan CT Scan mastoid
dengan hasil : mastoiditis duplek dengan tanda destruksi pada tulang mastoid dan
CT scan kepala dengan hasil : SOL pad temporoparietal kiri. Pasien diberi terapi
sesuai dengan protocol OMSK dengan komplikasi intracranial : Cefotaksim 2 x
500mg, metronidazole 3 x 250mg, kloramfenikol 4 x 500 mg.

Pasien dikonsulkan ke bagian bedah saraf : Kesan Abses intracerebral


temporoparietal sinistra. Saran : IVFD NaCl, kemicetin 2x% ampul, penisilin 4 x
500mg, metronidazole 3 x 250 mg, rencana operasi drainase abses bila keluarga
setuju dilakukan insisi drainase abses otak dengan burr hole oleh bedah saraf
Pengkajian
Identitas Klien
Nama : An. os
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 12 Tahun
Pekerjaan : Pelajar

Diagnosa Medis
Otitis Media supuratif kronik

Hasil Pemeriksaan
Hasil Rontgen : tampak gambaran kronik mastoiditis kanan dan kiri tipe sklerotik
Hasil Audiogram : AD : pendengaran normal, AS : Tuli konduktif ringan
Hasil Pemeriksaan Fisik
Sakit sedang
Compos mentis
Dispneu (-)
Stridor (-)
Secret mukopurulen (+)
Membrane timpani perforasi total
Benjolan (+)
Fluktuatif (+)
Nyeri tekan (+)
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Terdapat benjolan dibelakang telinga, dan mengeluarkan cairan kekuningan.

Riwayat Penyakit Dahulu


2 minggu sebelum masuk rumah sakit timbul benjolan, 6 tahun yang lalu terdapat benjolan dan mengeluarkan cairan
kekuningan dan dioperasi di puskesmas
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Riwayat Penggunaan Obat
-
Pola Gordon
No. Komponen Pengkajian
1. Pola Penatalaksanaan Kesehatan / Persepsi Sehat Klien tidak mengetahui dampak selajutnya dari pengobatan dengan
dukun urut saat klien mangalami fraktur tulang.
2. Pola Nurtrisi dan Metabolik Tidak terkaji
3. Pola Eliminasi Tidak terkaji
4. Pola Latihan dan Aktivitas Aktifitas dipengaruhi oleh adanya benjolan dibelakang telinga dan
rasa nyeri
5. Pola Istirahat Tidur Karena adanya nyeri akibat benjolan menyebabkan tidur klien
menjadi terganggu
6. Pola Kognitif Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri dan pendengaran
7. Pola Persepsi Konsep Diri Klien biasanya menjadi ketergantungan dengan adanya hambatan
dalm aktivitas diakibatkan oleh penyakitnya. Klien biasanya juga
mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga klien
mengalami emosi yang tidak stabil.
8. Pola Peran dan Tanggung Jawab Dengan keterbatasan gerak kemungkinan klien tidak bisa melakukan
peran baik dalam keluarganya
9. Pola Seksual Reproduksi Tidak terkaji

10. Pola Koping dan Toleransi Stress Sebelum MRS : klien biasanya mengeluh terhadap penyakitnya
Sesudah MRS : klien biasanya akan menutup diri

11. Pola Keyakinan dan Nilai Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat waktu.
Sesudah MRS : klien biasanya tidak tepat waktu dalam beribadah.
Analisa Data
Pre Operasi insisi dan drainase abses RAS
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS : Pasca trauma karena gangguan Nyeri kronis
- Keluhan sakit kepala (+) (infeksi)
DO:
- Seorang perempuan berusia 12 tahun , masuk
rumah sakit dengan keluhan benjolan di
belakang telinga dan di sertai demam, nyeri (+)
- Retroaurikula sinistra : benjolan (+) , fluktuatif (+) ,
nyeri tekan (+)

1. Ds : - Penyakit Hipertermia
Do :
- Seorang perempuan berusia 12 tahun , masuk
rumah sakitdengan keluhan benjolan di belakang
telingadan di sertai demam
- Pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak sakit
sedang
- Pasien di diagnosis sebagai otitis media supuratif
kronik dengan abses retroaurikula sinistra dengan
kecurigaan komplikasi intrakranial
Post operasi insisi dan drainase abses RAS
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. Do : - Prosedur invasif Resiko Infeksi
Ds : - (prosedur insisi dan
drainase abses RAS)

1. Do : Agen cidera fisik Nyeri akut


- Pasien dilakukan insisi dan (prosedur bedah)
drainase abses RAS,
didapatkan pus 5 cc dan
dipasang drain
Ds : -
Pre operasi insisi drainase abses otak
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. Do : Ancaman pada Ansietas
- Pasien direncanakan operasi status terkini
drainase abses
- Pasien dilakukan insisi
drainase abses otak dengan
burr hole
Ds : -

1. Do : Kurang informasi Defisiensi


- Pasien direncanakan operasi Pengetahuan
drainase abses otak
Ds :
Diagnosa:
Pre Operasi insisi dan drainase abses RAS:
Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma
karena gangguan (infeksi)
Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Post operasi insisi dan drainase abses RAS :
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(prosedur insisi dan drainase abses RAS)
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(prosedur bedah)
Pre operasi insisi drainase abses otak:
Ansietas berhubungan dengan ancaman pada
status terkini
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi
Perencanaan
1. DX 1: Nyeri kronis berhubungan dengan pasca trauma
karena gangguan (infeksi)
NOC:
Kontrol nyeri
Tingkat Nyeri
NIC:
Manajegemen nyeri
Pemberian analgesic
2. DX 2: Hipertermia berhubungan dengan penyakit
NOC:
Termoregulasi
NIC:
Pengaturan suhu
Pengaturan demam
Perencanaan
3. DX 3: Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif (prosedur insisi dan drainase abses RAS)
NOC:
Kontrol resiko
NIC:
Kontrol infeksi
4. DX 4: Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(prosedur bedah)
NOC:
Kontrol nyeri
Tingkat Nyeri
NIC:
Manajegemen nyeri
Pemberian analgesic
Perencanaan
5. DX 5: Ansietas berhubungan dengan ancaman
pada status terkini
NOC:
Kontrol kecemasan diri
Tingkat kecemasan
NIC:
Kontrol kecemasan
6. DX 6: Defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi
NOC:
Prosedur penanganan
NIC:
Pengajaran : prosedur/perawatan
Gamsahamnida

Anda mungkin juga menyukai